Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap agama merasa perlu mengajarkan anak-anak tentang kepercayaan, adat

istiadat terutama dalam perayaan nilai-nilai keagamaan. Guru agama ditugaskan

menjalankan pendidikan agama di sekolah-sekolah. Dalam perjanjian lama

tersimpanlah kesaksian mengenai perkara yang Maha Agung, yang telah dialami oleh

umat di bawah pimpinan-Nya sepanjang sejarah hidup. Abraham, Yakub Ishak

merupakan nenek moyang menjadi contoh seluruh keluarga, sebagai bapak bangsa.

Mereka sebagai imam dan juga perantara antara Tuhan dan umatnya. Mereka juga

menjadi guru mengajarkan perbuatan-perbuatan Tuhan yang membawa berkat

kepada Israel dan keturunannnya. Nabi Musa dipilih Allah untuk membebaskan

umat-Nya dari penindaasan.

Kiranya, tidak salah kalau aspek agama memiliki peran yang amat penting

dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari

peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama

dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui

pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga di lembaga pendidikan formal

maupun nonformal serta masyarakat. Pendidikan agama dimaksudkan untuk

1
peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dan berakhlak mulia. Etika, budi pekerti

dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual

mencakup pengenalan, pemahaman, penanaman nilai-nilai keagamaan serta

pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individu atau kolektif

kemasyarakatan.

Peningkatan potensi spiritual tersebut akhirnya bertujuan pada optimalisasi

berbagai potensi spiritual yang dimiliki manusia yang mencerminkan harkat dan

martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Strategi Pendidikan Agama Katolik yaitu

usaha dilakukan secara terencana dan kontinu dalam rangka mengembangkan

kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan

menghayati kasih Tuhan Allah dalam diri Yesus Kristus yang dinyatakan dalam

hidup sehari-hari.

Pada dasarnya Pendidikan Agama Katolik dimaksud untuk menyampaikan

kabar baik (euangelion/Injil), yang disajikan dalam dua aspek yaitu Allah Tritunggal

dan karya serta aspek nilai-nilai Kristiani. Pendidikan Agama bagi siswa sekolah

menegah bertujuan memperkenalkan Allah Bapa, Anak dan roh Kudus dan karya-

karyanya. Tujuannya adalah agar peserta didik atau siswa bertumbuh imannya dan

mau meneladani Allah Tritunggal dalam hidupnya. Mereka mampu menanamkan

pemahaman tentang Allah dan karya-Nya dan menghasilkan manusia Indonesia yang

mampu menghayati imannya secara bertanggungjawab. Fungsinya adalah peserta

didik dimampukan untuk memahami kasih dan karya Allah dalam kehidupan sehari-

hari. Membantu peserta didik untuk mentransformasikan nilai-nilai kristiani mereka

dalam kehidupan sehari-hari.

2
Tuhan Yesus, dalam pengajarannya tidak terikat pada waktu, Dia selalu

berkotbah siang dan malam dengan penuh semangat, serta didorong asasi dalam

pendidikan nilai keagamaan. Kita memberikan Pendidikan Agama kepada anak-anak

oleh karena Allah telah menyatakan dirinya. Inilah dasar mutlak segala pengajaran

kita kepada mereka. Allah tidak pernah membiarkan manusia masuk dalam

kegelapan tetapi Allah tetap bekarja dalam dunia dan bagi dunia, Allah telah

membuka rahasia hakikatnya yakni mengasihi dunia ini dan mengerjakan

keselamatannya.

1.2 Pembatasan Masalah

Penulis hanya menfokuskan pembahasan makalah ini dalam peranan guru

pendidikan agama pada sekolah dasar dalam usaha pengembangan iman anak-anak.

sehingga memunculkan siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berkarakter

yang baik, moral yang kuat dalam memimpin bangsa, Negara dan Gereja. Untuk itu,

dalam makalah ini penulis dapat merumuskan judulnya sebagai berikut “Peranan

Guru Pendidikan Agama Sekolah Dasar dalam Usaha Pengembangan Iman Anak-

Anak”

3
1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas maka di

bawah ini penulis akan mendeskripsikan beberapa rumusan masalah dalam makalah

ini yaitu :

1. Apakah dengan Peranan Guru Pendidikan Agama Sekolah Dasar dalam usaha

untuk mengembangkan Iman Anak-Anak?

2. Mengapa dengan Peranan Guru Pendidikan Agama Sekolah Dasar dalam

usaha mengembangkan Iman Anak-Anak?

3. Bagaimana usaha agar Peranan Guru Pendidikan Agama Sekolah Dasar dapat

mengembangkan Iman Anak-Anak?

1.4 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui peranan Guru Pendidikan Agama Sekolah Dasar dalam

usaha untuk mengembangkan Iman Anak-Anak?

2. Untuk mengetahui peranan Guru Pendidikan Agama Sekolah Dasar dalam

usaha mengembangkan Iman Anak-Anak?

3. Untuk mengetahui usaha agar Peranan Guru Pendidikan Agama Sekolah

Dasar dapat mengembangkan Iman Anak-Anak?

1.5 Manfaat

Dalam Pelaksanaan makalah ini, diharapkan memberikan manfaat bagi

a. Bagi siswa, dapat mengetahui bagaiman Peranan Guru Pendidikan Agama

Kristen Sekolah Dasar dapat mengembangkan Iman Anak-Anak

4
b. Bagi guru, dapat mengetahui Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen

Sekolah Dasar dapat mengembangkan Iman Anak-Anak

c. Bagi sekolah, sebagai upaya untuk meningkatkan Peranan Guru Pendidikan

Agama Kristen Sekolah Dasar dapat mengembangkan Iman Anak-Anak

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik adalah perintah dari Tuhan Yesus yang disebut

amanat agung dari Matius 28:18-20. Pendidikan Agama Katolik itu unik, berbeda

dengan pendidikan umum karena prosesnya tidak hanya dikerjakan manusia, tetapi

melibatkan Allah. Keterlibatannya mutlak diperlukan karena Pendidikan Agama

Katolik bukan hanya dididik dalam pengetahuan saja tetapi juga karakter. Jadi

menurut martin luther Pendidikan Agama Katolik adalah pendidikan yang

melibatkan warga sekolah untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari

dosa mereka serta bersukacita dalam firman yang memerdekakan. Pendidikan

Agama Kristen berfungsi untuk melengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya

dengan pengalaman berdoa, firman dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mampu

melayani sesama.

Inti pengajaran Katolik adalah supaya anak-anak menyadari kasih Allah

sebagaimana dinyatakan dalam yesus kristus dan menanggapi kasih tersebut melalui

iman dan sarana yang anak-anak untuk bertumbuh sebagai anak allah, hidup sesuai

dengan kehendak Allah dan bersekutu dengan sesama.

Paulus L. Kristianto menjelaskan Pendidikan Agama Katolik (PAK) adalah

proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan alkitab, berpusat pada Kristus,

dan bergantung pada kuasa roh kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua

tingkat pada pertumbuhan melalui pengajaran masa kini kearah pengenalan dan

6
pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek

kehidupan dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada

Kristus sang guru Agung dan perintah yang mendewasakan para murid.

2.2 Tujuan Pendidikan Agama

Tujuan Pendidikan Agama Katolik adalah untuk mengajak, membantu, dan

mengantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus,

sehingga dengan pimpinan Roh Kudus, ia datang ke dalam persekutuan yang hidup

dengan Tuhan tersebut dinyatakan dalam kasihnya terhadap Allah dan sesama, yang

dihayati dalam hidupnya sehari-hari, baik dengan kata-kata maupun perbuatan selaku

anggota tubuh Kristus.

Robert R. Boehlke menjelaskan pengertian dan tujuan Pendidikan Agama

Katolik adalah pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar

mereka terlibat dalah penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan

bimbingan Roh Kudus. Pendidikan Agama Kristen juga bertujuan mendidik semua

anak-anak Gereja agar mereka mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami

keesahan Gereja dan supaya mereka diperlengkapi untuk memilih cara-cara

mewujudkan pengabdian diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus.

Pendidikan Agama Katolik dimaksudkan untuk meingkatkan potensi spiritual

dan membentuk orang agar menjadi manusia yang beriman dan taat kepada Tuhan

berakhlak mulia, etika, budi pekerti dan moral. Peningkatan potensi spiritual

mencakupi pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai-nilai keagamaan serta

pengenalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individu dan kolektif

kemasyarakatan.

7
Pendidikan Agama Katolik digunakan untuk pengajaran di sekolah-sekolah

Katolik, baik di sekolah-sekolah rakyat maupun di sekolah-sekolah lanjutan, yang

masih dijalankan oleh Gereja atau organisasi. Pendidikan Agama Katolik sebagai

tugas Gereja. Pendidikan Agama Kristen adalah salah satu tugas-tugas gereja yang

banyak itu bukan satu-satunya tugas Gereja melainkan satu di antara yang lain.

Gereja mempunyai tugas untuk menyampaikan firman Tuhan dan mengajak orang

untuk bertemu Yesus. Hubungan Pendidikan Agama Kristen dengan tugas-tugas

Gereja, pendeta, pastor dan guru agama menyampaikan firman Tuhan, pengetahuan

dan teori. Lapangan kerja Pendidikan Agama Kristen: katekisasi, pengajaran

mengenai pengakuan iman anggota penuh dari Gereja Kristus. Untuk itu, hakikat

Pendidikan Agama Kristen adalah mengutamakan pengajaran dan aspek pengalaman.

Gereja menjadi alat Tuhan untuk memelihara dan membagi harta rohani yang

berharga kepada umat manusia. Pendidikan Agama Kristen berfungsi menyampaikan

kebenaran yang dinyatakan Tuhan dalam Alkitab.

2.3 Obyek-Obyek Pendidikan Agama

Obyek-obyek Pendidikan Agama Katolik, beberapa obyek asasi, yang

pertama memang mengenai Allah. Manusia harus mengenal Allah, yaitu Allah Bapa

dalam diri Yesus Kristus, pengalaman dan pengenalan pada Roh Kudus, Gereja

sendiri sebagi obyek Pendidikan Agama Kristen, mereka dididik menjadi yang

bertanggung jawab, Pendidikan Agama Kristen dihidupkan dalam semangat Injil

Yesus dan menyampaikan warisan Pendidikan Agama Katolik.

Untuk itu Pendidikan Agama Katolik adalah memimpin murid dalam

pengenalan lebih sempurna mengenai Alkitab. Mendidikan siswa dengan cara

8
menggunakan kebenaran asasi Alkitab untuk keselamatan seluruh hidup dan

mendorong siswa mempraktikan asas-asas dasar Alkitab, supaya menciptakan siswa

yang memiliki perangai Kristen yang kukuh.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sekolah sebagai Alat Pengkabaran Injili

Pendidikan Agama di sekolah dipakai untuk menjadi manusia bukan

mengkristenisasikan. Pekabaran injil secara teologis, diakonia pemberitaan,

kesaksian marturia. Rancangan Undang-Undang Sisdiknas setiap anak mesti

memperoleh pendidikan agama dari si pendidik. Kecenderungan Rancangan Undang-

Undang Sisdiknas adalah pendidikan bukan proses agamanya.

J. Smith seorang ahli pendidikan di Inggris menegaskan pendidikan moral

dan agama memang perlu namun tidak diisolasikan dari pola-pola kehidupan dalam

ruangan kelas. Media moral dan agama sangat penting. Masalah yang dihadapi

adalah narkobah, pornografi, seks. Bagaimana penyelesaiannya?

Dasar-dasar pembelajaran Pendidikan Agama (Ul. 6:4-9, Ef. 6:4, Amsal

22:6). Implikasi bagi umat Kristen : anak-anak dididik dan bertumbuh iman dan

pengenalan pada Yesus sejak anak-anak lahir. Guru mampu menumbuhkan iman

anak-anak. Pendidikan dan pengajaran pada firman Allah dan pendidikan secara

terus menerus. Pendidikan berpusat pada peserta didik dan mereka adalah subyek, isi

pewartaannya adalah nasehat, didikan dan ajaran atau norma yang diajarkan Tuhan.

10
3.2 Hakekat Pembelajaran Pendidikan Agama

Hakekat pembelajaran adalah system belajar yang terencana dan sistematis

dengan maksud agar proses belajar seseorang atau kelompok orang dapat

berlangsung sehingga terjadi perubahan yakni meningkatkan kompetensi

pembelajaran tersebut

Belajar agama memiliki tiga atribut pokok

a. Belajar merupakan proses mental dan emosional dan perasaan

b. Hasil belajar berupa perilaku baik kognitif, afektif dan psikomotorik

c. Belajar pengalaman

Agar belajar dapat berjalan secara efektif ada beberapa prinsip yaitu

1. Motivasi

2. Perhatian,pemusatan aktivitas

3. Umpan balik di dalam belajar

4. Perbedaan individu

Lembaga pendidikan masyarakat yang paling kecil adalah sekolah. Tuhan

Yesus hadir di dunia dan dididik dalam lingkungan keluarga dan sekolah. Dia

mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya. Dia didampingi dan mendapatkan

pendidikan rohani yang baik. Pendidikan yang diterima Yesus itu tidak dialami oleh

anak-anak sekarang ini, mereka mengalami karakter yang jauh dari karakter Kristus.

Perlu disadari bahwa pendidikan dan pengajaran guru agama lebih menyangkut hal-

hal yang rohani dan karakter anak didik. Sedangkan tanggung jawab orang tua adalah

mengenai nilai-nilai sopan, jujur, tanggung jawab, dll.

11
Ketika Yesus hadir di dunia ini, Dia tinggal disebuah keluarga yang takut

akan Tuhan. Yesus sangat setia dengan apa yang diajarkan oleh kedua orang tuanya.

Dia dipersiapkan untuk memperkembangkan hidup rohaninya secara lebih baik agar

tetap teguh dalam menghadapi konflik.

3.3 Tugas dan Fungsi Guru Pendidikan Agama

Tugas dan fungsi guru Pendidikan Agama di Sekolah Dasar. Di bawah ini ada

beberapa tugas dan fungsi bagi seorang guru yaitu,

1. Motivasi dalam mengajar

2. Metode yang digunakan dalam mengajar

3. Manfaat yang diperoleh dalam mengajar

Kegiatan Pendidikan Agama bersifat spiritual. Bersama siswa, guru giat berdoa,

beribadah, memuji dan memuliakan Tuhan. Guru sebagai pengantara (imam) sang

raja Kristus dengan murid (1Ptr 2:9-10). Roh Kuduslah menjadi pengajaran

sesungguhnya dalam diri orang yang percaya (Yoh. 16:11-13). Pengakuan kita

sebagai guru kepada pribadi Roh Tuhan ini sangat penting. Kita juga berdoa supaya

dipenuhi oleh-Nya (Ef. 5:18), dipimpin dan berjalan menuaikan karya bersama Dia

(Gal 5:16-18). Kita juga menjaga diri supaya tidak mendukakan Dia atau supaya

tidak menghambatkan pekerjaan-Nya (1 Tes. 5:20). Roh kudus hadir dan bekerja

dalam hidup komunitas orang percaya maka proses pembelajaran berlangsung

dengan baik dan membawa perubahan hidup.

Guru hendaknya jangan memandang rendah siswa sekolah dasar yang kita

layani. Siswa di usia ini sangat gemar mengamati kehidupan tokoh-tokoh di

sekitarnya, dinilai apakah layak untuk diikuti atau didengar. Firman Tuhan sendiri

12
mengatakan bahwa dalam melayani kaum muda, para pelayan harus menjadi teladan,

model kehidupan.guru Pendidikan Agama harus menanamkan pengaruh melalui

keteladanan hidupnya baik perkataan maupun perbuatan dalam mengajar.

3.4 Perkembangan Pendidikan Agama

Perkembangan penghayatan keagamaan anak usia sekolah dasar. Seorang

guru agama mampu menghayati tugasnya dimiliki, misalnya usia sekolah dasar 6-12

tahun, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau merangsang

pembelajarannya yang intelektual. Perkembangan penghayatan keagamaan ditandai

dengan cirri-ciri sebagai berikut pertama, sikap keagamaan bersifat reseptif disertai

pengertian. Kedua, pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional

berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indicator alam semesta

sebagai perwujudkan dari keagungan-Nya. Ketiga, penghayatan secara rohaniah

semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.

Pada usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama

sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan semakin

dipengaruhi oleh proses pembentukan yang diterimanya. Apabila guru agama, guru-

guru yang lain dan Kepala Sekolah berjalan secara sinergis maka pada diri siswa

akan berkembang sikap positif terhadap agama dan kesadaran beragama dalam

dirinya. Untuk itu, pendidikan agama di sekolah dasar merupakan dasar bagi

pembinaan sikap positif terhadap agama dan berhasil membentuk pribadi dan ahklak

anak. Ciri khas anak berumur 6-8 tahun atau masa pratama dan masa madya umur 9-

12 tahun adalah termasuk ciri penghayatan keagamaan anak usia sekolah dasar.

Perkembangan jiwa kerohanian anak masa pratama usia 6-8 tahun, ciri kerohanian

13
imannya murni dan menaruh minat terhadap kebenaran, dapat berdoa dengan kata-

kata sendiri secara spontan, mempunyai rasa tahu tentang surga dan neraka, belajar

membedakan kisah nyata dalam Alkitab dengan fable dan mitos, mempelajari standar

moral yang dipakai sebagai patokan salah atau benar, semua pengalaman rohaninya

adalah meniru tingkah laku dan teladan orang dewasa. Sedangkan penerapan praktis

yaitu ajarkanlah mereka kebenaran secara system, berilah kesempatan untuk

memimpin doa, doronglah mereka mendoakan orang lain, boleh menjelaskan tentang

inti sari keselamatan dengan sederhana, pupuklah mereka menyukai segala aktivitas

gerejawi, tanamkan konsep moral alkitab dan guru mampu memberikan teladan.

Sedangkan perkembangan kerohanian anak masa madya pada usia 9-11 tahun

yaitu ciri kerohanian, sudah mulai matang untuk menerima keselamatan, memuja

tokoh-tokoh pahlawan, suka membaca Alkitab dan berdoa, dapat menerima

pengajaran Alkitab yang agak mendalam, memperhatikan keselamatan jiwa orang

lain. Sedangkan penerapan praktis adalah boleh mengajak berbicara mengenai

keselamatan, ajarkan tokoh-tokoh Alkitab, rohaniwan dan berikan teladan hidup

yang baik, doronglah mereka untuk membawa mereka pada keluarga, teman untuk

percaya kepada Tuhan.

Mengubah mata pelajaran Pendidikan Agama, Sekolah Dasar dari

pengetahuan dan aksi dari pengetahuan. Pendidikan Agama adalah transformasi

nilai-nilai kristiani dalam kehidupan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah. Guru dapat memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan

menyediakan beranekaragam kegiatan belajar dan mengajar. Guru Pendidikan

Agama harus mampu memberikan motivasi dalam mengajar, metode dapat

membantu proses pembelajaran guru, yang perlu diperhatikan oleh seorang guru

14
adalah membantu membangun pemahaman, kecakapan dan analisis konsep nilai-nilai

agama. Pengetahuan anak akan membantu dia untuk melakukan pengetahuannya

dalam proses pembelajaran. Anak-anak harus merealisasikan agama Kristennya

dalam kehidupan nyata. Sebab nilai-nilai Kristiani bukan verbalistik saja tetapi juga

karakteristik bagi siswanya.

3.5 Problematik Pendidikan Agama

Pelajaran agama di sekolah dalam perwujudan menimbulkan masalah

mengenai konseptual dan operasional. Persoalan pertama yakni iman merupakan

dimensi personal hak asasi manusia. kedua, iman berkembang dalam dinamika hidup

manusia dan sulit diukur secara kuantitas berupa nilai angka. Dalam aspek

operasional, tidak menjadi ukuran untuk menilai secara keseluruhan iman siswa.

Ketiga internalisasi dan implementasi iman. Pendidikan iman membutuhkan sikap

dasar iman untuk internalisasi nilai ajaran agama yang disamapikan. Proses

pembatinan ajaran iman mengandalkan adanya sikap iman. Keempat, penyajian

agama masih formaslistik ritual, pelajaran agama masih sering formalis ritual belaka

tanpa membangun usaha sikap-sikap keterbukaan dan tanggung jawab etis.

UU No. 20 tahnu 2003, pasal 55 menegaskan masyarakat berhak

menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan

nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk

kepentingan masyarakat. Dan UU No. 20 2003, pasal 12, mengatakan bahwa setiap

peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama

sesuai dengan agama yang dianutnya yang diajarkan oleh tenaga pendidikan se-

agama. Pelajaran agama diberikan untuk semua siswa sesuai dengan agamanya.

15
Pelajaran agama Kristen harus membangun suasana mendorong perilaku inklusif

untuk bertoleransi dan membangun sikap saling menghormati perbedaan. Nilai-nilai

pluralitas dapat berkembang yang pada akhirnya dihindari perilaku fanatisme yang

sempit bahkan hindarilah radikalisme keagamaan.

3.6 Pengajaran Pendidikan Agama dalam Konteks Kitab Suci

Seluruh arti mengajar dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru melibatkan

3 aspek bagi anak didik. Pertama, mendengarkan ajaran-ajaran atau nasehat dari guru

atau orang yang lebih bijaksana. Focus utama adalah pembentukan karakter yang

saleh dan takut akan Allah (Ul. 31:12-13). Kedua merenungkan supaya apa yang

didengar di atas, diproses di dalam hati anak untuk menjadi pengalaman hidup yang

transformasi, yang membawa perubahan hidup (Rm.12:2). Ketiga, hidup dalam

komunitas orang percaya (Ef. 3:15-18) pengajaran lebih konteks pada hubungan

prinadi antara guru, Allah, dan anak-anak dan Tuhan. Pengajaran yang diberikan

guru untuk diterima oleh anak-anak dan tujuan yang ingin dicapai dalam mengajar.

Tugas guru adalah mengajarkan sesuatu kehidupan baru, Alkitab, moral, teladan

hidup Yesus

Pembinaan dan pengajaran menurut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Perjanjian Lama lebih menitikberatkan pada prinsip dan prilaku manusia. Perjanjian

Lama sangat memperhatikan pentingnya pendidikan anak (Ul. 6:4-9). Pendidikan

agama adalah tanggung jawab orang tua, guru sendiri. “haruslah engkau

mengajarkan berulang-ulang kepada anak, menunjukan bahwa orang tua dan guru

memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pendidikan anak-anak mereka terutama

pendidikan rohani anak-anak.ini. J.I Packer mengatakan bahwa Allah memakai

16
manusia untuk mengajarkan Taurat kepada bangsa Israel seperti Musa, para Imam

dan para Nabi. Jadi pendidikan anak dan peranan serta tanggung jawab guru dalam

mendidik anak-anak dengan benar. Sedangkan dalam Perjanjian Baru.

Di samping jabatan-Nya sebagai penebus dan pembebas, Yesus juga menjadi seorang

guru yang Agung (Rabbi).

3.7 Tugas Pendidikan Agama

Dengan mencermati pengaruh teknologi pendidikan melalui media televise

sebagai hasil dari perkembangan teknologi komunikasi di mana telah dibuktikan para

peneliti munculnya dampak negative terhadap perilaku anak, di mana anak

dieksploitasikan kekerasan, seksual, dan sikap serba materi. Sikap tersebut tidak

sesuai dengan kepribadian dan nilai-nilai Kristen untuk itu tugas pendidikan agama

untuk menanggulangi dan menjembatani dari dampak baik dan buruknya sebuah

teknologi pendidikan dalam konteks Televisi

Untuk mengatasi problema tersebut maka pendidikan agama harus bersifat

gereja sentries. Pendidikan agama adalah perpanjangan tangan gereja dan

perpanjangan tangan Allah untuk memproklamirkan kerajaannya di dunia. Yang

diajarkan adalah “imago dei”. Pendidikan Kristen harus berorientasi pada formasi

spiritual daripada berorientasi pada ilmu pengetahuan belaka. Salah satu bidang yang

paling produktif dari pelayanan rohani adalah formal spiritual, secara khusus formasi

spiritual yang berhubungan dengan anak-anak.

Formasi spiritual anak-anak harus dimulai setelah anak di Injili, dan Alkitab

merupakan fondasi serta proses mencapai tujuan kedewasaan rohani. Jadi, formasi

spiritual adalah proses perubahan bentuk sebagaimana Kristus membentuk kita

17
sehingga kita dapat menjadi seperti diri-Nya secara terus menerus seperti Kristus

mematangkan para murid. Guru-guru Kristen harus menjiwai roh mentoring bagi

peserta didiknya. Guru hendaknya didorong terlibat dalam hubungan-hubungan

dengan anak didiknya sebagai model peran.

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari aspek mata pelajaran Pendidikan Agama, pembelajaran dengan action

sangat tepat untuk proses belajar mengajar, action knowledge sangat sesuai dengan

tugas dan fungsi guru Pendidikan Agama, dari segi usia anak sekolah dasar, action

knowledge sagat tepat untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai kristiani,

sedangkan dari aspek hasil dari belajar action knowledge sangat sesuai. Sebab nilai

agama bukan teori tapi sesuai praktek dalam kesadaran dan pemahaman yang benar.

Proses pembelajaran Pendidikan Agama di Sekolah Dasar lebih ditekankan

aksi mengenai pengetahuannya bukan hanya pengetahuan yang total saja. Seorang

guru agama harus mampu mentransformasikan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan

peserta didik pada jenjang pendidikan dasar. Nilai-nilai kristiani itu dapat

dipraktekkan langsung dalam kehidupan mereka. Atau Guru dapat memusatkan

perhatiannya pada peserta didik dengan menyediakan beranekaragam kegiatan

belajar dan mengajar.

Selain konsep tersebut di atas, seorang Guru Pendidikan Agama harus

mampu memberikan motivasi, metode yang tepat guna dalam proses pembelajaran,

serta membangun pemahaman, kecakapan dan analisis konsep nilai-nilai agama

19
Kristen. Pengetahuan si anak akan terbantu dalam melakukan kegiatan proses

pembelajaran. Si anak harus merealisasikan nilai agamanya dalam kehidupan nyata.

Selain itu, juga perlu diperhatikan anak-anak sekolah dasar adalah nilai-nilai

Kristiani yaitu bukan verbalistik saja tetapi juga memperhatikan karakteristiknya.

4.2 Saran

Dibawah ini ada beberapa saran yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Pola pembelajaran Pendidikan Agama, harus ditransformasikan dari sekedar

pengetahuan menuju aksi pengetahuan

2. Pola pembelajaran Pendidikan Agama di sekolah dasar lebih banyak

ditekankan mengenai karakter, budi pekerti dan kecakapan keagamaan

3. Guru bukan gudang ilmu keagamaan/penguasaan teori nilai keagamaan tetapi

kedudukannya dia sebagai guru adalah untuk memajukan proses

pembelajaran melalui fasilitator

20
Daftar Pustaka

Cully, Iris V.
1995. Dinamika Pendidikan Kristen, Jakarta : BPK Gunung Mulia

Daniel Nuhamara,
2009. Pembimbing Pendidikan Agama Kristen (Bandung : Jurnal Info Media)

Homrig Hausen, DR. E.G DAN Enklaar, DR. I.H.


1996 Pendidikan Agama Kriten Jakarta : BPK Gunung Mulia

J.WD. Smith
1969 Religius Education in Secular Setting. London : SCM Press

Nur Cahyanti, Diktat Kuliah,


2010, Pendidikan Agama Katolik

Robert R. Boehlke,
1994. Sejarah Perkembangan Pemikiran dan Praktek Pak dari Plato sampai

Sadirman, Arif dkk


2005. Media Pendidikan. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada)

Sanjaya, Wina
2006. Strategi Pembelajaran. (Jakarta : Rencana Prenada Media Group)

Undang-Undang No. 20
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional

21

Anda mungkin juga menyukai