Anda di halaman 1dari 37

PEMBIMBING PAK

Silabus, RPP & Diktat Kuliah

Disiapkan Oleh : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K

NIDN : 2307048501

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI


Basom Batam
1
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
BAB I
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

A. Pengertian Pendidikan Agama Kristen


Berbicara tentang Pendidikan Agama Kristen, ada beberapa istilah yang perlu kita
pahami, yaitu :
 Pendidikan Kristen (Christian Education)
 Pendidikan Agama Kristen (Christian Religious Education)
 Pengajaran Agama Kristen (Christian Religious Instruction)
Pendidikan adalah usaha yang diberikan dengan sengaja atau sadar oleh seseorang
kepada orang lain (anak didik) agar orang tersebut mencapai kedewasaan secara susila.
Memang agak sulit untuk mendefinisikan arti pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, para
ahli tidak mempunyai defenisi yang seragam tentang apa sesungguhnya yang disebut
pendidikan itu. Walaupun demikian defenisi-defenisi tersebut bervariasi, namun beberapa
definisi dalam batas-batas tertentu ada persamaan dalam beberapa hal , misalnya ada yang
mendefinisikan “Pendidikan” sebagai penciptaan, pembangkitan, serta transmisi yang
sengaja dan sadar dari pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan nilai-nilai. Definisi lain
yang agak lebih lengkap seperti yang telah dikemukakan oleh Cremin, “Pendidikan”
adalah usaha sadar, sistematis dan berkesinambungan untuk memperoleh, membangkitkan,
baik itu pengetahuan, sikap, nilai-nilai, ketrampilan, kepekaan, serta hasil-hasilnya dari
usaha tersebut. Apabila kita amati, definisi tersebut mempunyai unsur-unsur yang pokok,
misalnya adanya unsur kesengajaan, sistematis dan berkesinambungan. Ini berarti bahwa
dalam usaha sadar pendidikan ada suatu rancangan yang sadar dengan mempertimbangkan
tingkat-tingkat perkembangan manusia dari berbagai sudut. Oleh karena itu harus
sistematis dan berkesinambungan, karena manusia itu makhluk yang terus menerus
berkembang dan bertumbuh dan dalam proses menjadi. Unsur pokok yang kedua adalah
menyangkut soal tujuan yakni bahwa pendidikan ditujukan kepada manusia seutuhnya
yang menyangkut pengetahuan (kognitif), sikap dan nilai-nilai moral (afektif) tindakan
atau tingkah laku dalam keterampilan (psikomotorik).
2
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
Pendidikan Kristen adalah bantuan yang dilakukan dengan sadar atau sengaja pada
anak didik supaya didalam bertumbuh dan berkembang mencapai kedewasaan secara susila
atas dasar iman Kristen. Pengajaran Agama Kristen adalah bagian dari Pendidikan
Agama Kristen yang dimaksud dengan istilah bagian yaitu sebagai dari apa yang
seharusnya diberikan dalam Pendidikan Agama Kristen yaitu bagian yang berisi
penyampaian ajaran-ajaran Pendidikan Agama Kristen harus sampai pada mengubah dan
membentuk sikap atau perilaku.
Pengertian Pendidikan Agama Kristen
Beberapa asumsi para teolog tentang Pendidikan Agama Kristen sebagai berikut :
a. Menurut Martin Luther : PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk
belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta bersukacita dalam
Firman Yesus Kristus yang memerdekakan.

b. Menurut Jhon Calvin : PAK adalah pendidikan yang bertujuan mendidik putera-puteri
gereja agar mereka (1) terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana
bimbingan Roh Kudus; (2) mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan
gereja; (3) diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengejawantahkan pengabdian diri
kepada Allah Bapa dan Kristus Yesus dalam pekerjaan sehari-hari serta bertanggung
jawab dibawah kedaulatan Allah.

c. Menurut Elmer G. Homrighausen : PAK adalah usaha gereja dalam mendidik anak-
anaknya dalam rangka pewarisan iman Kristen dengan segala kebenarannya,
sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab, dan melatih mereka untuk hidup harmonis
sesuai dengan iman Kristen, supaya mereka dapat menjadi anggota gereja yang dewasa
yang menyadari dan meyakini imannya dan menyatakan dalam praktik kehidupan
sehari-hari.

d. Menurut Robeth R. Boehlke : PAK adalah usaha gereja dengan sengaja untuk
menolong orang dari segala umur yang dipercayakan kepada pemeliharaan-Nya untuk
menjawab penyertaan Allah dalam Yesus Kristus, Alkitab dan kehidupan gereja supaya
mereka itu dibawah pimpinan Roh Kudus dapat diperlengkapi untuk melayani Tuhan
ditengah lembaga gereja, masyarakat dan dunia (alam).

3
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
e. Menurut Warner C. Graendorf : PAK adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang
berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung pada kuasa Roh Kudus
yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan.
Jadi dari kelima asumsi diatas tentang pengertian PAK tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa didalam Pendidikan Agama Kristen terdapat unsur transmisi
(pewarisan) dan menolong menghayati (penghayatan) lebih jauh dan mendalam dari
warisan masa lampau, namun juga ada unsur penyiapan lingkungan yang memungkinkan
perkembangan semaksimal mungkin dari potensi manusia demi mencapai masa depan
yang baru. Dengan demikian, Pendidikan Agama Kristen lebih luas dan enkulturasi dan
sosialisasi.

B. Subyek & Obyek Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen


Subyek PAK adalah gereja dan sekolah. Gereja adalah penanggung jawab pertama
dari pelayanan, oleh sebab itu gerejalah yang pertama harus memikirkan pelayanan PAK
baik dalam jemaat, dalam keluarga, di sekolah maupun di dalam dan di tengah masyarakat.
Para guru PAK harus mengerjakan sesuai dengan ajaran gereja dan tidak boleh menurut
ajarannya sendiri.
Obyek PAK adalah orang-orang (pribadi-pribadi) yang teridiri dari segala usia,
artinya dari anak-anak sampai pada lansia, kemudian yang menjadi tanggung jawab gereja,
baik itu warga maupun calon warga gereja. Warga gereja yang dimaksud adalah orang
Kristen yang sudah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya, tetapi
juga anak-anak perjanjian yaitu mereka yang dikandung dan dilahirkan oleh perjanjian
berkat dengan Allah, yang kepada orang tua diserahkan oleh Allah untuk dididik dan
dibesarkan menjadi orang dewasa dalam imannya. Sedangkan mereka yang masih calon
warga gereja adalah mereka baik tua maupun muda mungkin juga anak-anak yang ada
kerinduan untuk mengenal Tuhan Yesus di dalam hidupnya.

C. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen

Adapun ruang lingkup pengajaran PAK, teridi dari tiga bagian besar yaitu PAK di
sekolah, PAK di gereja dan PAK di keluarga. Kesemuanya hal tersebut merupakan ruang
lingkup dari pengajaran PAK.

1. PAK di Sekolah
4
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
PAK di sekolah secara khusus lebih mengacu kepada pelajaran agama Kristen.
Pelajaran agama ini secara khusus di Indonesia diharuskan, baik di sekolah negeri maupun
di sekolah swasta. Pengajaran agama Kristen harus berpusat kepada Firman Tuhan, serta
membimbing peserta didik mengenal Kristus. PAK di sekolah dimulai dari SD, SMP dan
SMU, Universitas.
Adapun tujuan pengajaran PAK, yakni :
a. SD : mengajarkan tentang dasar-dasar pengenalan dan dasar-dasar pembentukan
sikap bagi anak dalam konteks kekristenan.
b. Di SMP : mengajarkan tentang pendampingan kepada anak dengan ajaran-ajaran
tentang kekristenan.
c. Di SMU dan Universitas : mengajarkan pendampingan etis bagi siswa atau
mahasiswa dalam menghadapi masa depan.

2. PAK di Gereja

Dalam kehidupan bergereja, PAK merupakan tugas utama yang sangat penting. Hal ini
menyangkut kelestarian dan kesinambungan dari eksistensi gereja di dunia ini. PAK di
gereja secara khusus lebih mengacu kepada pembinaan kualitas hidup jemaat-jemaat. Oleh
karena itu, PAK adalah tugas yang sangat penting bagi kelangsungan pertumbuhan gereja.
Pada dasarnya PAK gereja mempunyai tiga panggilan yaitu :
a. Marturia (tugas kesaksian untuk memberitakan Injil)
b. Koinonia (tugas pembinaan persekutuan)
c. Diakonia (tugas pelayanan kepada Tuhan dan sesama manusia)
Gereja sebagai tempat persekutuan yang bersama-sama mencari dan belajar dan bukan
lembaga pemegang kebenaran mutlak. Dengan demikian kita harus mencari model
eklesiologi yang dapat menampung proses edukasi. Salah satunya adalah dimana gereja
mengajarkan tentang pertumbuhan iman jemaat untuk mencapai kedewasaan iman.

3. PAK di Keluarga
Keluarga adalah pemberian Tuhan yang tak ternilai harganya. Oleh sebab itu, keluarga
Kristen mempunyai perasaan yang sangat penting dalam PAK. Keluarga mempunyai
tempat yang mutlak dalam sejarah Alkitab. Hampir dalam seluruh Alkitab kita
menyaksikan tentang pentingnya keluarga yang dipakai Tuhan sebagai saluran berkat dan
5
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
jalan keselamatan yang direncanakan oleh Tuhan bagi umat manusia. Pendidikan agama
Kristen di keluarga merupakan dasar dari seluruh proses pendidikan lainnay dalam
masyarakat (umat Tuhan). Dalam Perjanjian Baru, Tuhan telah mengatur pernikahan dan
keluarga sebagai suatu karunia yang paling berharga bagi umat manusia. Sebagai
kesimpulan, PAK keluarga sangat penting, sebab proses pembelajaran dimulai dari
keluarga dan akan berlanjut ke gereja, ke sekolah, serta aplikasinya dalam kehidupan sosial.
PAK keluarga merupakan dasar dari penanaman iman Kristen secara khusus bagi keluarga
tersebut dan termasuk kepada anak-anaknya.

C. Setting Pembelajaran PAK

Yang dimaksud dengan setting atau pembagian PAK adalah pembagian dalam
pengajaran PAK itu asendiri, antara lain Pembimbing PAK, PAK Anak, PAK Remaja &
Pemuda, PAK Dewasa & Keluarga.

1. Pembimbing PAK

Berbicara mengenai Pembimbing PAK berarti berbicara mengenai beberapa hal penting
atau dengan kata lain tugas PAK mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pendidikan Kristen. Pembimbing PAK pada dasarnya merupakan pengantar sebelum
belajar PAK (PAK Anak, Remaja ,Pemuda, Dewasa atau Keluarga). Beberapa istilah yang
hubungan dengan PAK, yakni :
a. Pendidikan Kristen : adalah bantuan yang dilakukan dengan sadar atau sengaja pada
anak didik agar didalamnya bertumbuh dan berkembang guna mencapai kedewasaan
secara susila atas dasar iman Kristen.

b. Pendidikan Agama Kristen : adalah pendidikan yang berisi ajaran-ajaran dengan


menekankan ketiga aspek pendidikan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang
berdasarkan iman Kristen.

c. Pengajaran Agama Kristen : adalah bagian dari PAK, pengajaran agama Kristen
berisi penyampaian ajaran-ajaran PAK yang harus sampai mengubah dan membentuk
sikap atau karakter anak didik.

6
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
2. PAK Anak.
Rasul Paulus menulis sebagai berikut : “Hai anak, taatilah orang tuamu didalam Tuhan
karena haruslah demikian, hormatilah ayahmu dan ibumu, ini adalah perintah penting,
seperti nyata janji ini : supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi” (Ef. 6:1-3).
Sejak dahulu anak merupakan golongan yang penting dalam gereja, tetapi kenyataannya
tidak begitu berjalan dengan baik. Pada abad XXI ini, anak-anak dapat mengalami
kemajuan, demikian juga dengan PAK Anak. Permulaan dengan pengetahuan seorang
anak terhadap iman Kristen dimulai dari anak-anak. Oleh sebab itu PAK pada anak-anak
sangat penting baik di rumah, di sekolah dan di gereja. PAK Anak dapat dikategorikan
sebagai berikut : PAK Anak dalam kandungan, PAK Batita, PAK Balita, PAK Anak umur
4 – 14 tahun. PAK pada anak-anak pada intinya supaya anak-anak dapat mengenal Tuhan
Yesus dan menanamkan dasar iman Kristen kepada mereka.

3. PAK Remaja & Pemuda.

Salomo mengatakan : “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba
hari-hari yang malang yang mendekat tahun-tahun yang kau katakana : Tak ada
kesenangan begitu didalam” (Pkh. 12:1). Remaja dan Pemuda adalah aset dari gereja,
permasalahannya dewasa ini hampir semua kaum muda sudah tidak seperti remaja dan
pemuda pada zaman dahulu. Artinya dengan arus globalisasi dan modernisasi yang begitu
pesat mengharuskan remaja dan pemuda untuk tidak lagi memperhatikan hal-hal yang
berhubungan dengan rohani dan iman mereka. Oleh sebab itu, PAK remaja dan pemuda
harus mendapat tempat dalam gereja dan harus diajarkan dalam kelas pemuda.

Elmer G. Homrighausen mengatakan : Hendaklah kita memberikan kesempatan


kepada kaum muda untuk melayani sesamanya dalam berbagai-bagai usaha gereja yang
dapat menolong pendeta dan pemimpin lainnya, misalnya dalam Sekolah Minggu, dalam
kebaktian Remaja dan Pemuda dan rupa-rupa usaha sosial. Dengan memberi kesempatan
kepada mereka berarti mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin pada masa yang
akan datang. Tujuan dari PAK Remaja dan Pemuda adalah memberi pengertian kepada
mereka tentang iman dan etika Kristen dan supaya mereka mengenal persekutuan antara
sesama maupun dengan jemaat, serta hubungan oikumene yang lebih luas, dan melibatkan
mereka untuk memberitakan Injil dan tanggung jawab mereka dalam pelayanan.

7
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
4. PAK Dewasa (Keluarga).

Keluarga adalah gambar permulaan atau model dari keluarga surgawi artinya keluarga
Kristen di dunia ini merupakan gambaran dari keluarga surgawi dan kelanjutannya. Maka
disini istilah kehidupan keluarga yang harus menggambarkan dan mencerminkan
kehidupan surgawi (Ef. 2:6), orang Kristen di dunia ini mempunyai hubungan dalam ikatan
kasih Tuhan Yesus dalam Kristus (Gal. 3:26-29). Keluarga Kristen adalah pemberian
Tuhan yang tak ternilai harganya. Keluarga Kristen memegang peranan yang penting
dalam PAK, bahkan lebih penting pula dari segala-hal-hal lain yang dipakai gereja dalam
hal pendidikan jemaat. Tujuan dari PAK Keluarga adalah memajukan kebahagiaan yang
nyata terhadap kebersamaan baik dengan sesama anggota keluarga, maupun terhadap
sesama anggota jemaat. Selain itu, PAK Keluarga Dewasa harus diberikan sesuai
pengajaran PAK yang diajarkan oleh gereja tertentu.

D. Tujuan Pembelajaran PAK


Apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan tujuan PAK yang akan kita bicarakan
dibawah ini? Untuk itu kita perlu membedakan tiga pengertian yang dipakai dalam bahasa
Inggris tetapi yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai tujuan. Ketiga konsep
tersebut adalah Aims, Goals, dan Objectives.
1. Aims : adalah tujuan yang diusahakan untuk dicapai pada akhirnya. Mungkin dapat
kita gunakan dengan istilah lain yaitu ultimate aims (tujuan akhir atau mutlak).
Misalnya tujuan dari usaha akhir pendidikan didala gereja adalah untuk menolong
anggota-anggota gereja bertumbuh menuju kedewasaan Kristen. Atau sebagai
perbandingan kisa bisa mengambil contoh dari tujuan pembangunan nasional yakni
untuk mencapai masyarakat adil dan makmur material dan spiritual. Tujuan seperti ini
adalah sesuatu yang idela yang mungkin saja tak dapat dicapai secara penuh setidak-
tidaknya dalam kehdupan ini. Tetapi walaupun demikian tujuan seperti ini perlu
dalam rangka mengarahkan seluruh usaha kita.

2. Goals : adalah tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu, misalnya
untuk sesuatu kegiatan pendidikan dalam tiga bulan, satu tahun atau beberapa kali
pertemuan saja. Misalnya tujuan kursus tiga bulan ini adalah untuk menolong para
peserta kursus memahami pokok-pokok dari iman Kristen.

3. Objectives : adalah tujuan yang hendak dicapai dalam suatu proses belajar mengajar
dalam satu kali tatap muka. Biasanya tujuan-tujuan seperti ini dirumuskan sebagai
pertanyaan-pertanyaan spesifik mengenai apa yang diharapkan dicapai dalam suatu
8
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
proses belajar (satu kali tatap muka) misalnya sesudah bahan ini diberikan para peserta
didik dapat menyebutkan dengan benar hal-hal tertentu yang diberikan dalam
pelajaran itu, barangkali dapat dibandingkan dengan standar kompemtensi atau standar
Isi serta indikator. Dengan memahami konsep diatas maka kini pertanyaannya adalah
tujuan dalam arti yang manakah yang dimaksudkan dalam bab ini. Sudah barangkali
tujuan dalam pengertian pertama yaitu ultimate aims. Mengapa? Oleh karena tidaklah
mungkin membahas goals, apalagi objectives oleh begitu bervariasi.

4. Tujuan Pembelajaran PAK di Gereja Lokal


Mengajak, membantu, menghantar seseorang (anak didik) untuk menganak kasih Allah
yang nyata dalam Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus, ia datang ke
persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Hal ini dinyatakan dalam kasihnya terhadap
Allah dan sesamanya yang dihayati dalam hidupnya selaku anggota Tubuh Kristus yang
hidup. Secara lebih ringkas dapat dikatakn unsurnya yaitu anak mengenal Tuhan Yesus
Kristus, percaya kepada-Nya, bersekutu dengan-Nya, kemudian berbuah lebat dalam
hidupnya selaku insan Kristen. Dapat dikatakan dengan lain cara lagi misalnya
membawa anak didik untuk percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juru selamat hidupnya, kemudian mendidik mereka agar menjadi orang atau insan
Kristen yang dewasa, yang dengan sadar imannya itu dapat melayani Tuhan dan
sesamanya dengan penuh tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Ini tujuan
umum dari PAK, akan tetapi untuk sampai ke tujuan umum atau akhir itu, orang harus
melalui beberapa tujuan sementara yang ditetapkan berdasarkan tahap-tahap pelayanan
dan tempat pelayanannya. Memahami hal tersebut diatas maka akan mejadi jelas, tujuan
daripada diselenggarakannya Pendidikan Agama Kristen. Kecuali tujuan khusus, tujuan
khusus mana kecuali menyangkut masalah bahan juga menyangkut masalah sasaran
yang menjadi subyek dari diselenggarakan Pendidikan Agama Kristen tersebut,
umpamanya tujuan PAK di sekolah, tujuan PAK di sekolah minggu, tujuan PAK dalam
kehidupan gereja. Maka untuk lebih jelasnya kiranya kita mehamai tujuan PAK
berdasarkan pada sasaran mana PAK tersebut disampaikan.
5. Tujuan Pembelajaran PAK di Sekolah
Tujuan PAK di Sekolah Dasar adalah lebih untuk memberikan dasar-dasar pengenalan
dan dasar-dasar pembentukan sikap bagi anak didik. Sebabnya ialah karena para anak
didik itu anak-anak kecil yang dalam kejiwaanya sedang mulai bertumbuh sehingga
yang diperlukan ialah dasar-dasar, maka materi PAK di SD adalah juga materi dasar-
dasar dan sederhana. Tujuan PAK di Sekolah Menengah Tingkat Pertama lebih
menekankan kepada pendampingan kepada anak didik dengan dasar ajaran agama
Kristen, sebabnya ialah karena anak didik di SMP adalah para remaja yang baru mulai
keremajaannya, dimana permasalahan pokoknya ialah pergolakan jiwanya yang sedang
dalam masa perpindahan dari sikap kanak-kanaknya yang tergantung pada orang tuanya
ke sikap kedewasaannya yang mandiri. Akan tetapi remaja sendiri sama sekali belum
sampai kedewasaannya, melainkan sedang dalam masa resah dan bimbang. Maka PAK
kepada mereka itu hendaknya bertujuan untuk memberikan dasar-dasar lagi dan
memberikan pendampingan hidupnya atas dasar iman Kristen. Tujuan PAK di Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas masih juga merupakan tujuan pendampingan karena anak didik
disini juga masih boleh dikatakan remaja walaupun sudah mencapai remaja tengah
bahkan akhir. Tujuan PAK disini adalah memberikan pendampingan etis bagi siswa
dalam menghadapi masa depan.
9
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
6. Tujuan Pembelajaran PAK di Sekolah Minggu
Anak didik di Sekolah Minggu (di Indonesia) adalah anak-anak kecil (tingkat TK dan
SD) serta anak besar remaja awal (tingkat SLTP). Maka tujuan PAK disini juga harus
disesuaikan dengan keadaan itu. Bisa ditetapkan tujuan ini yaitu memberikan dasar
pengenalan hal ajaran iman Kristen yang diperlukan bagi pertumbuhan sikap imnanya,
serta memberikan dasar pendampingan bagi perkembangan sikap iman Kristen. Kita
juga harus mengingat bahwa Sekolah Minggu adalah alat gereja untuk melayani anak-
anak dalam pembinaan sikap imannya termasuk didalamnya pemberitaan Injil kepada
anak-anak kecil. Oleh sebab itu, tujuan PAK di SM adalah juga tujuan pelayanan iman
kepada anak-anak kecil. Selain itu SM juga sering dibagi dalam kelas-kelas sesuai
dengan jenjang sekolah, missal kelas kecil untuk anak-anak kecil (TK) sampai dengan
SD kelas III, kelas besar untuk anak-anak kecil dari SD kelas IV sampai dengan VI,
kelas remaja untuk anak-anak remaja tingkat SLTP. Hendaknya tujuan PAK juga
disesuaikan dengan jenjang-jenjang itu. Perlu disadari gereja, bahwa itu semua menjadi
tanggung jawabnya, gereja yang dimaksud adalah gereja dalam arti persekutuan orang
Kristen.

E. Kedudukan Pendidikan Agama Kristen dalam Ruang Lingkup Ilmu Teologi

Yang termasuk dalam Ilmu Teologi, antara lain :

10
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
BAB II
DASAR ALKITABIAH PAK

Dasar Alkitabiah Pendidikan Agama Kristen , yakni terdiri dari : Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru.
A. Perjanjian Lama
Ulangan 6:4-9. Dalam konteks disini berisikan tentang perintah pengajaran dan
pendidikan iman dari Tuhan kepada para orang tua Israel agar mereka melaksanakan pada
anak-anak mereka. Secara rinci, yakni :
 Ayat 4 – perintah pengakuan iman
 Ayat 5 – perintah / hukum kasih
 Ayat 6 – peringatan kepada orang tua Israel
 Ayat 7 – perintah pengajaran dan mereka laksanakan pada anak-anak
 Ayat 8 – lambang pada dahi
 Ayat 9 – lambang pada rumah dan pintu gerbang.
Apa yang menjadi konsekuensi bila Allah adalah satu-satunya? Jiwa kita harus
mengasihi dengan sebulat-bulatnya pada Allah.
1. Amsal Salomo 1:7. Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan. Nas ini
untuk mengingatkan kita bahwa dasar dari segala ilmu pengetahuan yang ada harus
takluk pada Tuhan. Tuhanlah yang menciptakan segala sesuatu dan yang
memberikan kesempatan bagi kita untuk menggunakan ilmu pengetahuan.
Segala sesuatu itu adalah daripadanya / olehnya dan harus dipersembahkan padanya.
Hal takluk pada Tuhan itu hanya bisa diajarkan oleh PAK (pendidikan iman).
2. Amsal Salomo 22:6; 29:17; Pengkhotbah 12:1. Ketiga bagian ini berisi nasihat
dan sekaligus perintah untuk menceritakan pendidikan orang tua kepada orang
muda (sejak masih kecil) didalam jalan Tuhan dan hal ingat kepada Tuhan.
3. Mazmur 78:1-6. Mazmur ini berisi kesediaan / janji dari orang tua Israel untuk
menceritakan perbuatan Allah yang besar dan ajaib di masa lalu, untuk belajar dari
sejarah masa lalu dan untuk mengingat serta pernyataan Taurat. Hal ini akan

11
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
mereka teruskan kepada anak-anak agar anak-anak mereka juga meneruskan
kepada keturunannya.
B. Perjanjian Baru
1. Markus 10:13-16. Ayat 14, mengisahkan kesalahpahaman dan penolakan para
murid terhadap anak-anak kecil. Mereka menyangka bahwa Tuhan Yesus Kristus
hanya perlu berurusan dengan orang-orang dewasa saja, akan tetapi dalam bagian
ini pula jelas sikap Tuhan Yesus Kristus yang menerima anak-anak kecil semua
baik dengan penerimaan kepada orang-orang dewasa. Tuhan Yesus berkata
“Biarkan …,” hal ini berarti harus diartikan dalam kalimat positif bahwa anak-anak
kecil itu harus dihantarkan kepada Tuhan Yesus sejak mereka masih kecil. Anak
kecil itu mempunyai kepentingan yang sama dengan orang-orang dewasa dalam
soal keselamatan. Dalam hal ini, Tuhan Yesus memperlihatkan bahwa Tuhan tidak
memisah-misahkan dan membeda-bedakan kelompok manusia untuk menerima
keselamatan. Sejak orang masih kanak-kanak sebenarnya sudah berurusan dengan
kepentingan keselamatan dari Tuhan Yesus. Dalam upaya menghantarkan anak-
anak itulah Pendidikan Agama Kristen memerankan peranan yang sangat penting.
2. Matius 28:19-20a. Bagian ini merupakan bagian yang penting yang berisi tentang
amanat Tuhan Yesus yaitu amanat Injil. Dalam amanat yang agung ini terdapat
perintah kedua yang tidak kalah penting yaitu perintah PAK ini berarti tugas PAK
disini erat hubungannya dengan tugas pemberitaan Injil Kristus. Apabila ayat 19
berisi tugas pekabaran Injil maka ayat 20a berisi tugas PAK.
3. Efesus 6:4. “Jangan bangkitkan amarah di hati anak-anakmu, didiklah mereka
dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” Dalam hal ini rasul Paulus kepada orang tua
Kristen agar mereka dapat mendidik anak-anaknya dengan baik terutama mendidik
anak-anak didalam kehidupan iman Kristen dan nasihat Tuhan Yesus ini berarti
para orang tua Kristen harus melaksanakan PAK pada anak-anaknya. Yang
dimaksud ajaran disini adalah perintah Tuhan, sedangkan nasihat adalah ajaran-
ajaran dan sikap yang baik dari Tuhan Yesus.
4. 2 Timotius 3:16-17. Berisi ajaran pembinaan, kepribadian atas dasar Firman
Tuhan ini berarti bahwa PAK juga mempunyai tugas yang terintegrasi didalamnya
supaya pembentukan kepribadian yang baik dari anak. Pendidikan iman Kristen
dengan demikian mengandung didalamnya kepribadian, hal ini dimaksudkan agar

12
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
anak atau manusia milik Allah diperlengkapi dengan segala bekal baik untuk
melaksanakan perbuatan yang baik

13
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
BAB III

SEJARAH PAK DITINJAU DARI ALKITAB DAN SEJARAH GEREJA

Kita akan mempelajari bagaimana terjadinya dan berlakunya kegiatan Pendidikan


Agama Kristen dalam kehidupan umat Allah sebagaimana disaksikan dalam Alkitab.

A. Perjanjian Lama
PAK itu sebenarnya mempunyai akar-akarnya dalam Perjanjian Lama yaitu dalam
kehidupan umat Israel sebagai umat pilihan Allah. Dalam kehidupan mereka, itu sudah
ditetapkan tugas pendidikan iman itu kepada para warganya termasuk kepada para anak-
anak kecil mereka. Adapun sejarah pendidikan agama Kristen adalah sebagai berikut:

1. Nenek Moyang Israel

Pendidikan agama terjadi mulai pada pemanggilan Abraham, Ishak dan Yakub yang
diberi tugas untuk mendidik para warganya. Tugas pendidikan untuk mendidik anak
perjanjian mereka adalah iman dalam hal takut akan Tuhan dan menyembah-Nya.
Mereka menjadi guru bagi keluarganya dalam hal kehidupan dan kesaksian iman
kepada Yahweh (Tuhan Allah).

2. Perhambaan di Mesir

Di tanah Mesir, orang-orang Israel tetap ingat kepada Tuhan dan tidak bercampur
dengan bangsa Mesir. Sesudah 430 tahun menderita, mereka dibebaskan oleh Tuhan
dan dituntun ke negeri Kanaan. Mereka dipimpin oleh nabi Musa yang selain menjadi
pemimpin besar dan panglima perang, Musa juga menjadi guru besar dalam hal ketaatan
mereka kepada Tuhan dan janji-Nya. Musa kemudian digantikan oleh Yusak yang
ternyata juga melanjutkan pendidikan iman yang dilakukan oleh Musa kepada bangsa
Israel itu.

3. Hakim-hakim

Pendidikan iman pada zaman ini mengalami pasang surut sesuai dengan pasang
surutnya kesadaran penyembahan Israel. Para Hakim itu biasanya memimpin mereka
dalam peperangan dalam kemasyarakatan keadilan hukum dan sebagainya. Tetapi yang
terutama para Hakim itu adalah pemimpin rohani umat Israel. Mereka melakukan itu
sekaligus menjabat sebagai imam dan nabi, namun juga melaksanakan pendidikan iman
14
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
umat. Diantara para Hakim yang paling jelas mengadakan pendidikan iman Israel
adalah Samuel. Dia itulah yang paling jelas dan paling banyak melaksanakan
pembinaan kehidupan iman umat.

4. Raja-raja Israel

Pada zaman ini, pendidikan iman sangat bergantung kepada sikap raja. Apabila raja
yang sedang memerintah itu berbakti kepada Tuhan maka pendidikan iman umat juga
diperhatikan. Akan tetapi sebaliknya apabila raja yang memerintah itu jahat dan fasik
maka pendidikan iman terbengkalai. Pada zaman ini pula sering muncul nabi-nabi atau
imam-imam Tuhan yang dengan beraninya melawan kehendak raja dan meluruskan
kembali ibadah umat Israel kepada Tuhan Allah (Yahweh). Para nabi dan para imam
itu dalam tugasnya juga selalu mengadakan pendidikan agama / iman Israel termasuk
kepada raja. Mereka adalah para pemelihara perjanjian Tuhan yang dengan berani
menyampaikan Firman Tuhan kepada umat-Nya.

5. Pembuangan Babilonia

Karena dosa-dosanya, bangsa Israel dihukum oleh Tuhan. Israel Utara yang sangat
mendurhaka kepada Tuhan dihapuskan sama sekali, hanya tinggal bangsa capuran yaitu
bangsa Samaria sedangkan Israel Selatan (Yehuda) yang relatif lebih berbakti dihukum
dibuang ke Babilonia. Disana mereka baru menyadari akan dosa-dosanya dan bertobat.
Timbullah ketaatan baru kepada hukum Taurat Tuhan. Mereka mempelajari lagi
Firman Tuhan dalam Taurat itu dan mendidik anak-anaknya kedalam ketaatan iman
yang baru. Dalam masa ini, pendidikan iman / agama terjadi dengan sungguh-sungguh
justru dalam pembuangan.

6. Sesudah Pembuangan

Sesudah mereka dibebaskan kembali dan pulang ke negeri Kanaan maka mereka
meningkatkan perhatiannya kepada Taurat Tuhan. Muncullah para ahli Taurat yang
semakin lama semakin berkuasa dalam kehidupan masyarakat Yahudi yang agamis itu.
Sayangnya kedalaman rohani pendidikannya justru semakin memudar dan digantikan
sikap ketaatan lahiriah dan formalitas semata. Hal ini yang nantinya menjadi sumber
pertentangan para Ahli Taurat dan para Imam dengan Tuhan Yesus Kristus yang justru
akan mengembalikan Taurat kepada makna semula.

7. Pendidikan dalam Seluruh Kehidupan Israel

Sejak zaman Musa sampai dengan zaman sesudah pembuangan maka sebenarnya
kehidupan umat Israel merupakan kehidupan yang teokratis yaitu kehidupan yang
seluruhnya (seluruh segi) diatur oleh / dengan hukum Tuhan. Hukum-hukum
kehidupan mereka semuanya diatur dalam hukum Taurat, baik segi keagamaannya
maupun segala segi kemasyrakatannya. Maka pendidikan merekapun adalah
pendidikan keagamaan. Setiap segi kehidupan, mereka haruslah mendukung pembinaan
/ pendidikan iman. Jadi seluruh kehidupan mereka harus mengandung unsur pendidikan
iman kepada Tuhan Allah.

15
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
B. Perjanjian Baru
PAK mulai dalam Perjanjian Baru walaupun akarnya sudah ada dalam Perjanjian
Lama. Kalau kita bicara mengenai PAK maka kita harus mulai dengan dan harus melihat
kepada Tuhan Yesus Kristus. Sebabnya ialah “daripada-Nyalah PAK itu lahir, kepada-
Nyalah PAK itu dipersembahkan, dan isi PAK adalah tentang Dia sendiri” dan kita akan
melihat beberapa hal yang penting dalam kehidupan-Nya.

1. Sejak kecil Tuhan Yesus sudah mendapatkan pendidikan agama atau iman dari
para guru agama Yahudi, sama seperti para anak Yahudi lainnya. Dalam hal ini
ternyata Tuhan melebihi para murid yang lain bahkan berdebat dengan mengagumkan
pada umur 12 tahun di Yerusalem. pada umur 30 tahun, Tuhan mulai melaksanakan
tugas penebusan-Nya atas manusia, dan mulai waktu itu juga Tuhan sudah menjadi
Guru yang sejati dalam hal keselamatan.

2. Oleh rakyat, Tuhan Yesus disebut “Rabbi,” suatu sebutan yang sangat terhormat
bagi seorang guru Taurat. Dia mengajar dengan sangat berkuasa, tidak seperti Ahli
Taurat lainnya, karena dia adalah Tuhan Allah sendiri yang sedang berfirman.

3. Tuhan Yesus mengajar dimana saja dan kapan saja, serta kepada siapa saja yang
mau mendengarkan ajaran-Nya. Tuhan juga memakai berbagai metode yang disesuai
dengan pendengar-Nya dan memakai alat peraga yang ada pada waktu itu.

4. Tuhan Yesus tidak membatasi waktu pengajaran-Nya. Kapan saja ada waktu yang
baik untuk mengajar, Dia pergunakan sesuai dengan kesiapan hati para pendengar-Nya.
Tuhan pandai memilih waktu yang tepat dan baik untuk pengajaran. Yang menjadi
penekanan dari pengajaran Tuhan Yesus bukan soal pengertian ilmiah melainkan
kesadaran dan perubahan sikap yaitu pertobatan seseorang kepada Tuhan Allah. Hal
itu juga yang perlu menjadi motivasi pengajaran kita dalam mengajar di PAK.

Sesudah Tuhan Yesus maka kta patut menyebut Rasul Paulus sebagai seorang guru
agama yang besar bagi jemaat mula-mula, bahkan bagi gereja sepanjang segala abad. Kita
melihat beberapa hal penting :

1. Paulus sendiri terdidik menjadi seorang Rabbi dan Teolog besar bagi umat Allah. Ia
sendiri adalah murid dari guru besar yang bernama Gamaliel yang termasyur itu.
2. Ia seorang yang penuh semangat memasyurkan nama Kristus kemana-mana. Seluruh
ajarannya hanyalah berpusat kepada satu orang saja yaitu Tuhan Yesus Kristus.
3. Ia mengajarkan Injil Kristus itu kepada siapa saja, dimana saja serta kapan saja. Ia
selalu bersedia mengajar kepada siapapun yang ingin mendengarkan Injil Kristus.

16
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
4. Ia adalah seorang orator, ahli pidato yang ulung, seorang guru yang sangat pandai
mengajar. Ia memakai metode dan pendekatan yang sangat sesuai dengan orang yang
dihadapinya.
5. Paulus juga mengajar gereja atau jemaat pertama dengan surat-suratnya yang sebanyak
13 surat itu. Didalamnya ia menguraikan ajarannya, pandangan-pandangannya
tentang Tuhan Yesus Kristus. Ia juga menegur, membimbing, menghibur dan
menguatkan iman jemaat dalam surat-suratnya itu.

Kita juga harus melihat bagaimana pendidikan agama atau iman Kristen didalam
kehidupan jemaat Kristen pertama. Beberapa tindakan atau kegiatan yang merupakan
PAK adalah sebagai berikut:
1. Mereka selalu berkumpul untuk berdoa, membahas pengajaran dan karya Tuhan Yesus
Kristus, makan bersama dan merayakan Perjamuan Kudus, terutama didalam membahas
pengajaran dan karya Kristus.
2. Mereka memberitakan Injil lewat khotbah pengajaran tentang Kristus agar orang lain
juga percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Kemudian orang yang baru percaya itu
mendapat pendidikan agama atau iman Kristen.
3. Kerajinan dan kesetiaan Israel dalam menjalankan pendidikan agama juga mereka
teruskan, hanya saja bedanya ialah bahwa yang menjadi dasar dan pusat pendidikan
bukanlah Taurat melainkan pribadi dan karya Tuhan Yesus Kristus.
4. Jemaat pertama mengajarkan agama Kristen didalam rumah-rumahnya, kepada para
tetangga, dalam kebaktian dan pertemuan-pertemuan mereka bahkan kepada siapa saja
yang mau mendengar.

Dari keterangan-keterangan di atas jelaslah bahwa umat Allah baik dalam Perjanjian
Lama maupun dalam Perjanjian Baru adalah umat yang bertugas mengajar dan mendidik.
Demikian juga juga agama Yahudi dan agama Kristen dalam Perjanjian Baru adalah agama
yang sangat menentingkan pendidikan atau pengajaran iman.

C. PAK di Sepanjang Abad (Tinjauan 10 Abad Pendidikan di Dunia)

1. Abad Ibrani / Perjanjian Lama (Abad 18 sM)

a. Ciri khusus :
 Teosentris
 Allah berbicara kepada manusia
 Menekankan pada perayaan, Sabat
 Pendidikan : Tak ada pendidikan formal dan sistematis
 Pemerintahan : Monarkhi (Saul, Daud dan Salomo)
17
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
 Menekankan ritual
 Otoritas isi hukum yang bertanggung jawab kepada Tuhan

b. Kelemahan : Eklusif (tidak mau menerima pengaruh dari luar, walau positif);
legalisme sangat tinggi.

2. Abad Yunani (Abad 12 sM)

a. Ciri khusus :
 Menentang kebenaran yang mutlak, semua kebenaran adalah nisbi / relative /
tidak tepat
 Menekankan logika / pikiran
 Munculnya filsuf-filsuf Yunani : Socrates, Plato, Aristoteles, Phytagoras
 Ekletik (mencari kebenaran dari banyak sumber – plural)
 Bahasa Yunani menjadi bahasa linguafranca
 Pendidikan : Pendidikan formal dan sistematis
b. Kelemahan : Memuji akal dan pikiran; kurang memperhatikan hal-hal rohani.

3. Abad Romawi (Abad 7 / 753 sM)

a. Ciri khusus :
 Melanjutkan / mengikuti pendidikan Yunani
 Kurikulum sudah tersusun baik, rapih dan sistematis
 Pendidikan harus menciptakan manusia yang bermoral dan berbudi
 Guru harus menjadikan orang tua kedua “in loco parent”
 Bahasa Yunani menjadi bahasa linguafranca
 Pendidikan : Banyak muncul dalam kerajaan dan sistematis

b. Kelemahan : berpusat pada guru; pendidikan lebih banyak dimanfaatkan oleh


kalangan atas; kurang memperhatikan pendidikan pada masyarakat bawah.

4. Abad Perjanjian Baru (Masa Kehidupan Yesus)

a. Ciri khusus :
 Kristus menjadi pusat
 Pengajaran menekankan persiapan menjadi misi
 Menjangkau dunia dengan Injil
 Alkitab memegang otoritas tertinggi dalam kebenaran
18
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
 Keterlibatan pelayanan kaum awam
 Pendidikan : Bersifat kekeluargaan (informal) dan fleksibel

b. Kelemahan : Kurikulum kurang tertata baik dan tidak banyak melibatkan


pemerintahan.

5. Abad Gereja Mula-mula (Abad I / 1 – 500 M)

a. Ciri khusus :
 Penekanan pada otoritas Alkitab (Kanonisasi – Biblical Centris)
 Kurikulum dibuat praktis, keseimbangan antara teori dan praktik
 Dewan gereja sebagai pengambil keputusan (Nicea – 325; Konstantinopel – 381;
Efesus – 431; Chalcedon – 451)
 Menekankan kekudusan dan kemurnian hidup
 Agama Kristen resmi menjadi agama di kerajaan Romawi
b. Kelemahan : Gereja menolak hal-hal yang sifatnya akademis; menarik diri dari
keterlibatan politik; banyak orang Kristen yang belum lahir baru.

6. Abad Pertengahan (Masa Agustinus – Aquinas, Abad 5 / 500 – 1500 M)

a. Ciri khusus :
 Pengajaran klasikal
 Pendidikan Kristen sebagai dasar pengajaran guru Kristen
 Menggabungkan pikiran Yunani dengan agama Kristen
 Berdiri universitas pada tahun 970 M
 Banyak terdapat pendidik-pendidik di biara-biara (Katolik)
 Paus sangat berpengaruh dalam pendidikan
 Gereja sangat berpengaruh dalam pendidikan
b. Kelemahan : Gereja menjadi pusat; kekuasaan terdapat dalam institusi / lembaga;
pendidikan belum sistematis dan tidak praktis.

7. Abad Renaisancen / Pencerahan (Masa Aquinas – Martin Luther, Abad 13 – 16 /


1350 – 1600 M)

a. Ciri khusus :
19
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
 Menurunnya pengaruh Paus
 Lebih bersifat humanisme
 Sekularisme menggabungkan antara iman dengan logika
b. Kelemahan : Menekankan humanisme dan materialisme; sering bersifat ragu-ragu
dalam mengambil kebijakan pendidikan.

8. Abad Reformasi (Abad 15 / 31 Oktober 1517)

a. Ciri khusus :
 Menekankan lahir baru (kelahiran kembali)
 Kembali pada kebenaran hakiki (Sola Scriptura, Sola Gracia, Sola Fide)
 Pendidikan menekankan pada pembinaan jemaat (Katekismus)
 Berorientasi pada keluarga / renungan keluarga, lebih baik daripada misa.
b. Kelamahan : Menonjolnya tradisi gereja, pengaruh jumanisme masih kuat.

9. Abad Pendidikan Anabaptis – Belanda dan Eropa (1700 – 1900 M)

a. Ciri khusus (Anabaptis) :


 Menekankan pada pribadi Kristus
 Menekankan kekudusan hidup orang percaya
 Otoritas, kepastian Firman Tuhan (Firman Tuhan diilhamkan, 2Tim. 3:16).
 Kelemahan : Kurang mementingkan pendidikan formal; sangat tidak suka dengan
banyak tafsiran Alkitab yang dituangkan dalam buku-buku.
b. Ciri khusus (Pietisme, Pilgrims, Hugenots, Moravian, Bethren, Metodis) :
 Penekanan pada perenungan pribadi
 Menekankan kekudusan hidup orang percaya, memisahkan diri dari dunia luar
(keduniawian – hal-hal dunia)
 Perhatian pada keluarga sangat penting
 Belajar Alkitab secara induktif (PA)
 Guru harus menjadi teladan
 Ada pergeseran penekanan pada institusionalisme ke kehidupan / penerapan praktis
 Kelemahan : Kurang mementing doktrin
c. Ciri khusus (Puritan, GKI / Dutch Reformed, Presbyterian)
20
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
 Menekankan pada otoritas Alkitab
 Mendirikan sekolah-sekolah tinggi untuk pendeta (Universitas Harvard didirikan
tahun 1636; Yale, Princeton, dan lain-lain)
 Pendidikan dengan banyak jurussan / spesialisasi
 Doktrin dikembangkan terus-menerus
 Munculnya banyak tafsiran Alkitab melalui buku-buku yang ditulis
 Kelemahan : Munculnya doktrin yang berbeda-beda

10. Abad Pendidikan Amerika (Abad 17 / 1750 – sampai saat ini)

Pendidikan di Amerika oleh karena pengaruh abad-abad sebelumnya secara khusus


abad Enlightenment, Skeptisme, Agnostisisme, Liberalisme dan Humanisme.

a. Ciri khusus :
 Tokoh-tokoh pendidikan bermunculan seperti Darwin, Hume, Kant, Newton,
Bacon, Dewey (Eropa dan Amerika)
 Kebenaran dan otoritas moral selalu relative, tidak tepat / nisbi
 Belajar harus dengan cara / metode ilmiah
 Pendidikan umum dikontrol oleh pemerintah
 Siswa harus menemukan sendiri (penyelidikan dan penelitian)
 Bersifat Anthroposentris
 Mementingkan manusia (Humanisme)
b. Kelemahan : Tidak perlu menghafal Alkitab, budaya Amerika menjadi sekuler

21
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
BAB IV

HUBUNGAN PAK DENGAN BERBAGAI DISIPLIN ILMU

Pendidikan Agama Kristen berusaha untuk mempertemukan manusia dengan Allah,


maka untuk itulah pelaku Pendidikan Agama Kristen perlu memperhatikan manusia secara
utuh agar kita dapat mempertemukan manusia dengan Allah. Di dalam pendidikan selalu
kita harus mengenal siapa manusia itu. Seorang guru besar harus mengenal siapa
mahasiswanya, dan seorang guru sekolah harus mengetahui jiwa muridnya.

Demikian pula seorang penatua dan pengajar jemaat Kristen harus mengenal anggota
jemaatnya. Jikalau tidak, khotbah dan pengajarannya kurang berhasil dan pimpinan
rohaninya tidak mencapai maksudnya, sebab ia kurang mengerti keadaan dan kebutuhan
jiwa jemaatnya. Biar bagaimanapun pintarnya pendeta jemaat, dan murninya kepercayaan
dan pengakuan yang murni itu, tetapi kurang bergunalah kepintaran dan pengakuan yang
murni itu, jika ia tak sanggup mengajarkannya dan menyampaikannya demikian rupa,
sehingga orang-orang didikannya mengerti dan menerima segala pengajaran dan
pemimpinnya itu. gembala jemaat tidak akan sanggup memimpin dan memelihara
kawanan dombanya kecuali jikalau ia mengetahui segala gejala jiwa dan tingkah laku
domba-dombanya.

A. Psikologi (Ilmu Jiwa)

Apakah yang dimaksud dengan ilmu jiwa? Menurut kata Yunaninya, Psikologi itu
hendak mempelajari “Psykhe” atau jiwa manusia. Tetapi kini, ilmu jiwa tidak saja
mempelajari bagian batin atau rohani manusia, melainkan obyeknya lebih luas yaitu segala
gejala kehidupan jiwa manusia. Jiwa dalam segala gerak-gerik dan tingkah laku manusia
dalam hidupnya sehari-hari. Seluruh pribadi manusia, segala reaksi dan perbuatannya,
fantasinya, perasaannya, nafsunya, dorongan-dorongan dan kehendaknya, baik secara batin
maupun sebagaimana ternyata pada lahirnya. Watak manusia perseorangan, sikapnya
dalam pergaulan umum, sikapnya terhadap nilai-nilai rohani seperti agama dan seterusnya,
22
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
semuanya itu menjadi pokok pelajaran ilmu jiwa modern. Umpamanya, ada anak yang
baru lahir. Ilmu jiwa ingin mengetahui pembawaan apakah yang dibawa serta oleh anak
itu? kekuatan dan kelemahan apakah yang terdapat dalam anak? Apakah anak itu kena
pengaruh dan perangsang dari lingkungannya? Berhubungan dengan situasi semacam itu,
ilmu jiwa bertanya tentang perkembangan kehidupan jiwa anak itu. masing-masing kita
sudah tentu menjalani segala fase perkembangan itu dengan kesadaran akan keadaan
khusus tiap-tiap fase itu. Tetapi ilmu jiwa mencari segala keterangannya, supaya dapat
menguraikan dan menetapkan hukum-hukum dan proses perkembangan itu.

Ilmu jiwa juga menyelidiki dengan cara bagaimana kita belajar. Bagaimana kita
menambah pengetahuan baru pada perbendaharaan pengetahuan yang sudah kita miliki
terlebih dahulu, bagaimana kita menentukan sikap hidup kita untuk menumbuhkan
kebiasaan-kebiasaan kita. Jawaban atas segala soal itu dicari oleh ilmu jiwa. Lagipula
ilmu jiwa menaruh perhatian besar terhadap akibat segala pengaruh dari luar yang
membingungkan dan mengharukan jiwa manusia. Dalam rumah tangga kita, dalam
lingkungan pekerjaan kita dalam pergaulan kita, dalam kontak kita dengan dunia yang
sibuk ini, banyak sekali kita menemui perkara yang mengejutkan dan mengecewakan, jiwa
manusia diserang oleh rupa-rupa pertikaian, godaan dan ancaman. Sering kita merasa
bimbang, kuatir, takut. Tak kurang pula masalah-masalah yang hebat, yang perlu
dipergumulkan manusia. Tetapi sukar memecahkannya. Hidup manusia tidak aman dan
utuh lagi, melainkan sangat kacau dan kurang sentosa. Inilah proses desintegrasi yang
tampak dalam masyarakat zaman sekarang ini. Hidup kita bukan lagi integer yaitu utuh,
bulat, lengkap, genap melainkan sudah terpecah-pecah dan rusak.

B. Sosiologi (Ilmu Sosial)

Pendidikan, entah formal ataupun informal lebih kurang menaruh perhatian kepada soal
pembentukan self-identity (identitas pribadi atau singkatnya kepribadian). PAK pun
sebagai suatu usaha pendidikan menaruh perhatian kepada soal pembentukan identitas
pribadi tentu saja identitas pribadi yang Kristen. Akan tetapi kita juga menyadari bahwa
hampir semua ahli ilmu sosial baik di bidang antropologi, sosial, pendidikan dan psikologi
menerima segala kebenaran bahwa “lingkungan sosial (konteks sosial)” mempunyai
pengaruh yang kuat dalam pembentukan identitas pribadi seseorang. Bahkan ahli
23
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
pendidikan sebagai “partisipasi individu dalam kesadaran sosial” (social awareness) dari
masyarakatnya dan bahkan ia mengatakan bahwa pendidikan formal hanya memainkan
peranan yang lebih kecil saja dalam proses pembentukan pribadi yang terjadi karena
partisipasi seseorang didalam kesadaran sosial dari masyarakat. Partisipasi dalam
kesadaran sosial dari masyarakat barangkali dapat diartikan sebagai interaksi individu
dengan lingkungan social. Contoh : Orang Jawa (orang yang dilahirkan sebagai orang
Jawa dan tinggal dalam masyarakat Jawa maka tak dapat diragukan lagi bahwa
kemungkinan besar ia mempunyai kepribadian Jawa dalam arti pandangan hidup serta
sistem nilai). Kecuali itu juga seseorang yang berkepribadian Jawa (mempunyai identitas
diri sebagai orang Jawa) maka itu bearti ia memiliki pandangan serta atau pandangan dunia
(sistem kepercayaan) Jawa, sistem nilai Jawa, kepercayaan dan sistem nilai Jawa serta pola
tingkah laku yang disebabkan oleh sistem kepercayaan dan sistem nilai Jawa tadi.
Demikian pula kalau kita mengatakan seorang itu mempunyai identitas diri Kristen
(keribadian Kristen) maka itu berarti bahwa ia memiliki sistem kepercayaan Kristen,
sistem nilai Kristen seperti yang diajarkan oleh Alkitab, dan pola tingkah laku Kristen
sehingga sebagai akibat dari sistem kepercayaan dan sistem yang dianutnya tadi.

Ada dua istilah yang saling berkaitan :

1. Budaya (kebudayaan) adalah cara hidup yang terpola yang dihasilkan oleh suatu umat
melalui mana anggota-anggotanya mempunyai tuntunan untuk menilai, mempercayai
dan bertindak.

2. Masyarakat adalah tatanan yang terlengkap, terlembaga dan pengaturan-pengaturan


yang terorganisasikan dalam kehidupan.

Sosialisasi dapat dirumuskan dengan cara lain yakni proses dengan mana seseorang
menjadi siapa dia (dibentuk identitas dirinya) melalui interaksinya dengan orang-orang lain
dalam lingkungan sosio-kulturalnya. Sosialisasi ini merupakan proses seumur hidup
karena bagaimanapun manusia itu akan selalu hidup dalam hubungannya dengan orang
lain. Namun menjadi jelas juga bahwa jumlah pengaruh yang diterima seseorang dari
orang lain bervariasi sepanjang umur hidup kita. Artinya jumlah pengaruh yang kita
24
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
terima pada waktu kecil berbeda dengan jumlah pengaruh yang kita terima waktu kita
sudah dewasa.

Macam sosialisasi :
1. Sosialisasi Primer : berpusat pada masa kanak-kanak, yakni proses pembentukan
paling awal dengan mana seseorang anak membentuk konsep dirinya (self concept)
kedalam sektor-sektor dunia obyektif dari masyarakatnya. Sistem nilai, serta pandangan
dunianya dnegan menganut / mengadopsi pengharapan-pengharapan sistem nilai, dan
pandangan dunia yang diterapkan serta ditunjukkan oleh orang-orang dewasa mereka
yang utama seperti orang tuanya atau gurunya.

2. Sosialisasi Sekunder : proses lanjutan apapun yang mempengaruhi seseorang individu


yang telah disosialisasikan (already socialized individual) kedalam sektor-sektor dunia
obyektif dari masyarakatnya. Karena itu para ahli berpendapat bahwa sosialisasi primer
lebih berperan atau permanent dan kuat dibanding dengan sosialisasi sekunder yang
terjadi pada periode kemudian dari kehidupan-kehidupan seseorang.

Terjadinya proses sosialisasi :


1. Eksternalisasi. Sebagai manusia, kita tidak dapat berdiri secara lengkap dalam lingkup
tubuh kita. Kita mempunyai keharusan batiniah untuk keluar bergaul dalam hubungan
dengan orang lain.

2. Obyektifitas. Struktur sosialisasi dan pola-pola budaya hasil dari aktivitas eksternalisasi
sosial yang menciptakan batasan-batasan tertentu dalam mana anggota-anngota
diharapkan bertingkah laku. Dan jikalau masyarakat mau mengatur dan
mempertahankan dirinya, maka beberapa individu dan kelompok harus mempunyai
otoritas (wewenang) untuk mengaturnya dari dunia sosial. Jika kita hendak
mempertahankannya, maka ia tak akan tetap bertahan lama dengan ketaatan yang buta
terhadap yang berwenang (penguasa).

3. Internalisasi. Setelah mengeksternalisasikan diri sendiri kedalam kebudayaan serta


masyarakat, dan setelah kebudayaan dan masyarakat hidup diri sendiri, maka penguatan
serta pembatasan-pembatasan dari dunia itu sekarang dibawa kepada kesadaran dan
menjadi milik kita sendiri. Jadi proses menjadikan pandangan dunia, sistem nilai, pola

25
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
bertindak dari lingkungan sosial budaya menjadi milik sendiri adalah proses
internalisasi. Dan inilah yang menjadi daerah dari identitas diri kita.

C. Psikologi Agama (Ilmu JIwa Agama)

Pertama-tama harus dipahami bahwa secara historis hubungan antara agama secara
umum dan psikologi tidak selalu positif, artinya ada saat-saat dimana keduanya saling
mencurigai satu sama lainnya. Banyak orang yang mempunyai kesan seolah-olah salah
satu tugas dari psikologi adalah untuk menjelaskan fenomena agamawi dan mereduksi
semua pengetahuan dan tingkah laku agamawi menjadi kategori-kategori psikologis
naturalistis. Dalam arti ini, maka gejala religious manusia tak lebih merupakan gejala
psikologi belaka, misalnya sebagai pernyataan ketidakberdayaan manusia karena itu
menciptakan suatu gambaran tentang suatu kodrat ilahi yang terbatas. Pada pihak lain,
agama menilai psikologi sebagai ilmu yang sekuler dan tak ada kaitannya dalam atau
dengan soal keagamaan manusia. Dan karena itu, ia segan menggunakan temuan-temuan
psikologi dalam meningkatkan kehidupan beragama termasuk usaha untuk mendidik
manusia dalam dimensi religious. Kendatipun ada psikologi / psikolog yang bersikap
negatif terhadap agama namun banyak juga yang sangat positif terhadap agama dan
mengakui bahwa orientasi kehidupan yang bersifat religius mempunyai keuntungan yang
positif bagi perkembangan manusia secara psikologis. Mereka yang memandang agama
secara posotif antara lain adalah Carl Jung, Erik Erikson, Rollo May, Erich From dan
Gordon Alport. Namun demikian ia berarti bahwa temuan-temuan para ahli lain tidak
mempunyai relevansi dan signifikasi untuk agama dan khususnya pendidikan agama.
Sejauh hubungan antara psikologi dan agama dilihat secara mencurigakan, maka para
pendidik dalam PAK akan member perhatian yang kecil saja (bahkan tidak sama sekali)
terhadap psikologi. Akan tetapi akhir-akhir ini dengan perkembangan imannya, kesadaran
bahwa keduanya (agama dan psikologi) tak perlu bermusuhan satu sama lain, maka
pendidikan dalam PAK telah berpaling kepada psikologi untuk mencari bantuan demi
mengerti dan melaksanakan lebih baik tugas PAK tersebut. Kini situasinya telah sangat
berubah, sehingga psikologi sekarang dianggap sebagai disiplin ilmu yang esensial dalam
pembentukan pendidikan-pendidikan dalam PAK.

26
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
Pengembangan kurikulum dalam PAK sesungguhnya juga menyatakan / membuktikan
suasana yang berubah ini. Sebelum kita mencoba melihat beberapa kemungkinan
hubungan antara PAK dan psikologi, maka ada baiknya kita kembali melihat dan
merumuskan arti dari beberapa konsep penting seperti agama, psikologi pendidikan agama
secara umum dan PAK secara khusus. Betapa sulitnya mendefinisikan agama oleh karena
begitu kompleksnya fenomena ini. Agama begitu bermacam-macam dari yang begitu
sederhana (seperti Animisme dan Dinamisme) samapai yang sangat kompleks misalnya
dalam agama-agama yang Monoteisme. Definisi-definisi menjadi sangat bervariasi karena
sangat bergentung kepada disiplin ilmu dari mana kita coba memahami gejala tersebut.
Begitu bermacam-macam tipe definisi seperti esensial, fenomenologi, fungsional dan lain-
lain.

 Paul Tillich misalnya mendefinisikan agama sebagai suatu sistem kepercayaan dan
praktik yang diarahkan kepada yang akhir (ultimate). Yang “ultimate” ini harus
dipahami dalam dua aspeknya. Pada satu sisi lainnya hal itu merupakan pencarian
individu terhadap arti dan perhatian yang akhir (tertinggi) dalam dunia. Pada pihak
yang lain itu merupakan kuasa yang akhir (mutlak) yang berada di belakang / dalam
kosmos ini yang menurunkan nilai dan arti tersebut terhadapnya. Nilai-nilai dan
arti yang secara individu kita miliki bersifat mutlak kalau hal itu selaras dengan
nilai dan arti yang terkandung dalam kosmos ini. Dengan definisi ini maka Tillich
menggabungkan kedua tradisi yang melihat esensial agama berada diluar manusia
dan tradisi yang melihat esensi agama berada didalam diri manusia.

 Erik Erikson pada sisi yang lain menggambarkan agama sebagai penguraian
tentang apa yang dirasakan benar secara mendasar, meskipun hal itu tak dapat
didemonstrasikan (ditunjukkan). Ia menerjemahkan dalam kata-kata, gambaran-
gambaran, kode-kode yang penting dari kegelapan gurun yag luar biasa yang
menyelimuti eksistensi manusia dan terang yang menyelimuti semua gurun pasir
atau keasyikan atau kekhususan. Deskripsi diatas membawa beberapa ciri khas dari
agama. Agama adalah suatu dorongan dan visi yang tertinggi (akhir) dari
seseorang individu. Ia merupakan suatu pembalikan dari dunia sehari-hari (biasa)
ke dunia yang sacral. Agama memperoleh berbagai bentuk ekspresi : kredo
(pengakuan kepercayaan), mythos ritual (upacara-upacara), code (aturan-aturan).
Ia mempunyai akar dalam pengalaman manusia yang konkret.

Adalah menarik bahwa agama tidak didefinisikan dalam arti kepercayaan kepada
Allah. Ini menunjukkan bahwa erikson menyadari bahwa ada banyak orang beragama
maupun agama yang tidak memiliki suatu kepercayaan terhadap Allah yang berpribadi,
orang-orang beragama mempunyai sikap yang mendasar terhadap dunia dan manusia.
Walaupun definisi Erikson tentang agama cukup baik, namun harus dikatakan juga kurang
27
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
adil terhadap fenomena yang komplek tersebut. Karena itu seorang ahli lain yang bernama
Ninian Smart telah mencoba menyimpulkan berbagai dimensi dari fenomena agama yang
bermacam-macam. Agama-agama tersebut memiliki dimensi-dimensi : ritual, mitologis,
doctrinal, etis, sosial dan pengalaman. Dimensi-dimensi agama bukanlah kategori-kategori
ini. Dimensi pengalaman memberikan pengaruh kepada mitos-mitos dan doktrin. Dimensi
etis mengalir dan pengalaman mitologi dan doktrin. Barangkali ada baiknya kita mengutip
kembali Groome yang mencoba menjelaskan fenomena agama sebagai pencarian manusia
yang transenden didalam mana hubungan seseorang dengan suatu dasar keberadaan yang
mutlak dibawa kedalam kesadaran dan dengan itu diberi ekspresi (perwujudan). Dasar
keberadaan yang mutlak bisa diberi nama bermacam-macam tergantung agamanya. Bisa
disebut Tuhan, Allah, ilah, dewa, roh dan lain-lain. Oleh karena itu setiap orang
mempunyai dalam dirinya kesadaran religious, yakni kesadaran akan adanya kodrat ilahi
(supranatural) maka kesadaran akan hubungan dengan yang supranatural itu diberi wujud
dalam bentuk yang bermacam-macam dan agama berurusan dengan hal-hal tersebut. Apa
yang sudah dikemukakan diatas adalah apa yang bisa diistilahkan sebagai isi positif dari
agama. Namun untuk mempunyai gambaran yang menyeluruh terhadap fenomena agama
maka perlu juga kita menyebut isi negative dari agama yakni cara-cara dalam pengalaman
religious manusia membawa kepadsa akibat-akibat yang merugikan manusia dan
masyarakat. Bahkan agama telah dipakai untuk memaksakan status quo. Kadang-kadang
juga dipakai untuk menghukum / memberi sanksi kepada pandangan yang menyimpang
kadang-kadang juga dipakai sebagai dalih untuk melarikan diri dari usaha memecahkan
persoalan manusia yang serius. Pemeluk agama dapat saja menjadi pemeluk dari suatu
agama dalam mana ia mengakui iman agamiwi tersebut, namun belum tentu hidup sesuai
dengan tuntutan dari kepercayaan dan praktik iman dari agama tersebut. Dapat
ditambahkan disini bahwa sebagian besar psikolog lebih tertarik kepada aspek negatif dari
agama dibandingkan dengan aspek positif. Hal ini benar oleh karena psikologi sebagai
disiplin ilmu telah member perhatian kepada orang-orang yang tak sehat dibandingkan
dengan orang-orang sehat secara psikologis. Namun kini banyak juga psikolog yang
memberi perhatian kepada pribadi yang dewasa, sehat dan dapat mengaktualisasikan diri
dan inilah aspek dari agama. Hal ini akan terbukti ketika kita membahas beberapa
psikolog.

28
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
Psikologi. Sama halnya agama, psikologi juga sulit didefinisikan, apalagi member
definisi yang memuaskan semua tipe psikologi. Untuk tujuan yang terbatas dalam
pembahasan ini, maka kita dapat memandang psikologi sebagai suatu studi yang sistematis
tentang pribadi-pribadi manusia dalam hubungannya dengan pengalaman-pengalaman dan
hubungannya dengan orang lain. Tujuan dari psikologi adalah untuk menemukan fakta-
fakta prinsip, dan generalisasi tentang orang / manusia yang akan membawa kita kepada
suatu pemahaman lebih baik dari pengalaman manusia secara keseluruhan. Deskripsi ini
mungkin lebih tepat dikenakan pada psikologi umum. Disamping psikologi ini, ada
sejumlah cabang lain yang lebih berdekatan dengan topik psikologi ini dan PAK.
Misalnya cabang psikologi sosial mempelajari arti makna dari manusia dan peranannya
dalam hubungan-hubungan antar pribadi. Psikologi kepribadian mempelajari dinamika
motivasi manusia dalam kaitan dengan usaha-usaha mencapai tujuan-tujuannya. Psikologi
abnormal dan klinis mempelajari cara-cara dengan mana orang-orang yang abnormal
disembunyikan atau ditolong,

Disamping pembagian-pembagian diatas masih ada pembagian berdasarkan aliran.


Aliran-aliran ini diberi nama forces (kekuatan-kekuatan) dalam psikologi. Aliran /
kekuatan pertama adalah yang disebut psikologi Behavioritis dimana B. F. Skinner adalah
salah seorang tokoh yang terkenal mewakili kelompok ini. Ia berusaha menjelaskan
tentang manusia dalam arti tingkah laku lahiriah (overt). Keadaan internal manusia
disangkalnya. Konsep-konsep tentang kebebasan dan harga diri dianggap sebagai ilusi saja.
Kekuatan atau aliran kedua adalah yang disebut psikoanalisis dimana tokoh utamanya
adalah Freud dan Erikson. Pendekatan ini mengkonsentrasikan diri pada energi-energi
psikis yang bermacam-macam yang berkembang dalam manusia, dan seharusnya dikontrol
dan diarahkan secara cepat. Aliran atau kekuatan ketiga adalah yang melihat
perkembangan manusia secara keseluruhan. Teori-teori ini misalnya seperti dikembangkan
oleh Rollo May, Carls Rogers, Goldon Alport dan Abraham Maslow. Pribadi yang
bertumbuh menjadi dan berkembang adalah fokus utama dari kelompok ini. Mereka
memandang kedua pendekatan terdahulu bersifat reduksi analis (reduksionastis) oleh
karena kecenderungan memandang manusia hanya pada satu aspek saja dari keberadaan
totalnya. Jadi bila kita melihat ketiga aliran ini, maka aliran ketiga adalah yang paling
bersikap positif terhadap agama. Walaupun demikian kedua pendekatan yang lain juga
telah meneliti fenomena agama dan telah menjadi analisa yang penting yang dapat menjadi
29
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
penolong besar kepada pendidik-pendidik dalam PAK. Ahli lain telah juga membuat
pembagian yang agak berbeda yakni penggolongan atau menggolongkan berbagai
pendekatan dalam psikologi menjadi empat yang terdiri dari perspektif mekanisme
(Behaviorisme : Pavlov, Skinner), perspektif organism (Piaget, Kohlberg dan lain-lain),
perspektif psikoanalisa (Freud, Erikson) dan perspektif humanistis (Maslow, Rogers dan
lain-lain).

C. Ilmu Pendidikan

Sama halnya agama, maka pendidikan juga sulit didefinisikan karenabetapa kompleks
usaha manusia ini. Oleh karena itu, para ahli tidak mempunyai definisi yang seragam
tentang apa sesungguhnya yang disebut pendidikan ini. Walaupun definisi-definisi
tersebut bervariasi namun dalam batas-batas tertentu ada kesamaan / kesetujuan dalam
beberapa hal tertentu. Misalnya ada yang mendefinisikan pendidikan sebagai “penciptaan”
membangkitkan, serta yang sengaja dan sadar dari pengetahuan, kemampuan, keterampilan
dan nilai-nilai definisi lain yang agak ebih lengkap seperti telah dikemukakan oleh Cremin,
pendidikan adalah usaha yang sadar, sistematis dan berkesinambungan untuk memperoleh,
membangkitkan, baik itu pengetahuan, sikap nilai-nilai, keterampilan, kepekaan serta
hasil-hasilnya dari usaha tersebut.

Definisi-definisi tersebut mempunyai unsur-unsur yang pokok misalnya adanya unsur


kesengajaan, sistematis dan kesinambungan. Ini berarti bahwa dalam usaha pendidikan
ada suatu rancangan yang sadar dengan mempertimbangkan tingkat-tingkat perkembangan
manusia dari berbagai sudut. Oleh karena itulah harus sistematis tetapi juga
berkesinambungan karena manusia itu makhluk yang terus berkembang dan bertumbuh
dan dalam proses menjadi. Unsur pokok yang kedua adalah menyangkut soal tujuan yakni
bahwa pendidikan ditujukan kepada manusia seutuhnya yang menyangkut pengetahuan
(kognitif), sikap dan nilai-nilai moral (afektif) serta tindakan dan keterampilan
(psikomotorik = tingkah laku) dan lain-lain. Karena itu pendidikan harus dibedakan dari
berbagai usaha-usaha lain seperti indoktrinasi, propaganda, khotbah, dan usaha-usaha yang
memanipulasi manusia. Bagaimanapun pendidikan menghargai harkat dan martabat
manusia yang bebas dan berdaulat.Ia mencakup pendidikan formal seperti yang terjadi
dalam sekolah, namun juga menyangkut pendidikan non formal seperti yang terjadi dalam
30
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
masyarakat dan keluarga. Jadi pendidikan dapat terjadi baik dalam masyarakat (misalnya
gereja), keluarga dan sekolah atau perguruan tinggi. Pendidikan terjadi dalam masyarakat.
Pendidikan terjadi dengan berbagai proses seperti pengajaran (belajar mengajar) sosialisasi
dan lain-lain. Ia dapat mempunyai tujuan pribadi yakni pengembangan individu, namun
juga bisa mempunyai tujuan sosial yakni untuk transformasi (perubahan) sosial dan
pengembangannya.

31
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
BAB V

Filsafat Pendidikan Agama Kristen dalam Pelayanan Kristen

Filsafat Pendidikan Agama Kristen bukan saja menciptakan proses pembelajaran


terhadap pendidikan bagi anak-anak didik atau jemaat dalam hal pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Pendidikan Agama Kristen harus juga
memiliki peran dalam membaharui orang berdosa yaitu mempersatukan kembali
persekutuan antara manusia dengan Allah yang telah putus karena dosa. Pendidikan
Agama Kristen juga harus mempertemukan kembali seseorang kepada Kristus,
memperbaharui karakter orang-orang percaya karena manusia cenderung ingin kembali
kepada kehidupan lama (manusia lama), oleh sebab itu seorang yang sudah percaya kepada
Kristus harus diperbaharui karakternya dari hari ke hari (menuju manusia yang hidup
dalam Kristus) dan seharusnya memiliki karakter seperti Kristus, dan sadar akan tanggung
jawabnya sebagai orang percaya yaitu mengembangkan visi dan misi Kristus, yaitu ambil
bagian dalam pemberitaan Injil.

A. Peran PAK dalam Mempertemukan Pribadi Seseorang kepada Kristus


Hampir semua orang percaya kepada Tuhan, tetapi kebanyakan belum mengenal
Kristus secara pribadi. Kalau ditanya? Percayakah saudara pada Tuhan itu? maka
pastilah ia menjawab ya, saya percaya. Tetapi kalau terus ditanya “Siapakah Tuhan itu?
sudahkag saudara mengenal Dia? Mungkin orang tersebut bingung atau ragu-ragu
menjawabnya. Barangkali ia berpikir, Tuhan itu Allah yang Esa, suci, jauh diatas sana,
memang saya bisa mengenal Dia. Jawaban itu logis dan bisa diterima. Memang demikian
karena manusia setelah berbuat dosa, maka hubungan manusia dengan Allah rusak.
Manusia hanya dapat mengenal Allah kalau Allah sendiri menampakkan dirinya kepada
manusia. Filosofi Pendidikan Agama Kristen adalah mempertemukan pribadi seseorang
kepada Kristus.

32
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
Untuk bisa mempertemukan pribadi seseorang kepada Kristus, maka seseorang harus
mengenal dan mengerti terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:
a. Kristus dan keselamatan (Rm. 3:23; 6:23; Yoh. 3:16; 14:6)

b. Pertobatan dan iman (lahir baru)

c. Kristus sebagai pusat kehiduoan

d. Memelihara persekutuan dengan Allah

B. Peran PAK dalam Mengubah Karakter Orang Percaya


Pada bagian ini, manusia yang percaya kepada Kristus harus hidupnya diperbaharui dari
hari ke hari. Orang Kristen bukan saja memiliki identitas beragama Kristen, namun
tingkah lakunya lain. Filosofi Pendidikan Agama Kristen mengerjakan terus menerus
pertumbuhan rohani orang percaya, dari bukan sekedar memiliki identitas Kristen,
melainkan diperbaharui sampai bertumbuh dalam karakter, menghasilkan buah-buah
pertobatan, buah Roh. Oleh karena itu, seseorang yang percaya kepada Kristus telah
menjadi manusia baru dalam Kristus harus mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada bagian ini orang percaya harus mengerti:
 Manusia baru dalam Kristus (Ef. 4:21-22)

 Manusia baru yang menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-24)

 Manusia yang meletakkan dasar Kristus dalam kehidupan dan membangun terus
kehidupan.

C. Peran PAK dalam Membawa Seseorang untuk menjadi Saksi Kristus


Seseorang Kristen yang taat dalam perbuatan dapat digambarkan sebagai Salib Yesus
Kristus. Kuasa kasih Allah bekerja didalam kehidupan kita dapat dilambangkan dengan
salib. Bagian tegak lurus menunjukkan hubungan pribadi seseorang dengan Tuhan Yesus
Kristus melalui doa dan membaca Alkitab, sedangkan bagian mendatar menunjukkan
hubungan kita dengan sesama yaitu melalui persekutuan dengan orang percaya dan

33
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
bersaksi kepada orang-orang yang belum percaya. Pokok-pokok pengajaran yang harus
dipahami dan dimengerti untuk lebih efektif dalam mengabarkan Injil, antara lain :

1. Pokok-pokok pengajaran
1. Memahami manusia telah berbuat dosa (Rm. 3:23; 6:23)

2. Memahami manusia perlu diselamatkan (Yoh. 14:6)

3. Kasih terhadap sesama (kita diselamatkan, maka orang lain juga perlu diselamatkan,
Yoh. 3:16)

2. Pokok-pokok memulai penginjilan


a. Kita harus memberitakan Injil (Mat. 28:18-20)

b. Kita menyadari banyak hambatan dalam penginjilan

c. Upah seseorang yang memberitakan Injil

Apabila seseorang telah dipertemukan kepada Kristus dan diperbaharui karakternya


serta menyadari pentingnya memberitakan Injil kepada orang lain, maka peran Pendidikan
Agama Kristen akan Nampak dan dapat diaplikasikannya. Namun sebaliknya apabila
Pendidikan Agama Kristen dalam proses pembelajaran hanya sebatas kognitif, afektif,
psikomotorik dan belum menyentuh visi dan misi yang sebenarnya maka Pendidikan
Agama Kristen belum tercapai dengan baik. Filosofi Pendidikan Agama Kristen
menyadarkan kepada kita, perlunya pengajaran yang menekankan visi dan misi, seperti
Kristus datang ke dunia yang memiliki visi dan misi yang jelas yaitu mencari orang-orang
terhilang, orang berdosa untuk diselamatkan.

34
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
BAB VI
KONSEP DASAR DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

A. Persiapan Seorang Guru PAK Sebelum dan Sesudah Mengajar


Apa yang sering kita jumpai dalam mengajar, sehingga kita berpikir metode,
pendekatan kepada siswa, alatnya apa, materinya apa yang tepat dalam mengajar?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, dibawah ini kita akan mengevaluasi apa yang
pernah dilakukan dalam mengajar. Pertanyaan-pertanyaan apa yang harus kita ajukan
kepada diri kita sendiri dalam persiapan maupun setelah mengajar kepada siswa maupun
jemaat, antara lain :

1. Apakah kita sudah BERDOA?

Berdoalah secara pribadi di rumah sebelum dan sesudah mengajar. Kita harus
menciptakan hubungan dengan Dia yang member kekuatan dan kedamaian pada setiap
aktivitas kita.

2. Apakah kita sudah BELAJAR?

Belajar merupakan bagian dari hidup seorang pengajar. Belajar berarti mengetahui,
memahami dan mengerti apa yang hendak kita pelajari dan pertanyaan-pertanyaan yang
harus muncul dalam pemikiran kita adalah apa, siapa, bagaimana, dimana dan mengapa?

3. Apakah kita sungguh menguasai BAHAN PELAJARAN / materi yang kita


sampaikan?

Tentu dalam kegiatan belajar mengajar, kita harus memperoleh sesuatu yang kita
dapatkan, mengetahui, mengerti, memahami dari apa yang kita pelajari. Sekali lagi
dalam belajar harus dievaluasi oleh diri kita sendiri, apakah kita sungguh-sungguh
menguasai materi yang kita ajarkan. Tentu hal ini sangat penting dalam proses belajar
mengajar, baik kepada siswa maupun kepada jemaat.
Sebagai contoh yang perlu kita kuasai, antara lain :
a. Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
b. Penulis dan tahun penulisan
c. Kepada siapa kitab ditujukan serta garis besar kitab
d. Penerapan hasil pengajaran dalam kehidupan sehari-hari

4. Apakah kita sudah menciptakan KOMUNIKASI dengan baik?

Suara yang cukup dan berirama enak didengar akan sangat menarik perhatian siswa /
jemaat. Suara tidak terlalu keras atau tidak terlalu kecil / pelan. Suara yang cukup
berarti disesuaikan dengan kondisi kelas dan jumlah siswa / jemaat.
35
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
5. Apakah kita sudah MENGENAL DIRI kita sendiri?

Mengenal diri sendiri merupakan bagian psikologi seorang pengajar / guru dalam
mengajar. Karena dalam mengajar harus menciptakan perasaan dan pikiran percaya diri
bahwa dirinya mampu mengajar. Kenalilah diri kita sendiri. Apakah saya sudah
mengajar dengan baik ? Apakah saya sudah yakin dapat mengajar dengan baik ? Ibarat
seorang yang sedang bercermin mengamati-amati wajahnya sendiri, demikian juga
seorang guru, sebelum dan sesudah mengajar. Akibat yang dihadapi apabila kita
bertanya terhadap kita sendiri, baiklah berhubungan dengan doa, belajar, menguasai
bahan, komunikasi dan mengenal diri sendiri. Pelajaran akan tenggelam karena kurang
persiapan. Banyak pihak yang dirugikan dan tidak ada manfaatnya sama sekali dalam
pengajaran kita kepada siswa atau jemaat.

B. Aspek-aspek PAK
Ada tiga aspek dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen itu adalah :
1. Aspek Kognitif (Pengetahuan) : artinya mengerti dan mengetahui bagaimana
seseorang meningkatkan kualitas kehidupan yang berarti bagi bangsa dan negara,
masyarakat dan gereja serta keluarga.

2. Aspek Afektif (Sikap) : artinya memiliki sikap yang harus diambil untuk
meningkatkan mutu kehidupan, mampu menilai baik dan buruk, benar dan salah serta
mampu membedakan segala sesuatu yang berguna atau merugikan. Sikap yang
berkualitas bukan sekedar keputusan yang diambil bukan untuk diri sendiri namun bagi
orang lain secara luas bagi bangsa dan negara.

3. Aspek Psikomotorik (Keterampilan) : artinya mampu melatih diri untuk melakukan


dan bertanggung jawab atas apa yang dipercayakan, bertindak atas kemampuan yang
dimiliki dan mampu menciptakan sesuatu yang baru, dan mampu menyesuaikan diri dan
menggunakan sesuatu yang baru bagi perkembangan dan kemajuan pengetahuan

Ketiga aspek tersebut apabila dijabarkan secara rinci, sebagai berikut :


No Komponen Komponen Komponen
Kognitif Afektif Psikomotorik
1 Pengetahuan Penerimaan Peniruan
2 Pemahamaan Penanggapan Memanipulasi
3 Penerapan Penilaian Ketepatan
4 Analisa Penyusunan Artikulasi
5 Sintesa Pengelompokan Pengalamiahan
6 Evaluasi

36
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam
DAFTAR PUSTAKA

1. Alkitab. Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2010.

2. Boehlke, Robeth R. Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktek Pendidikan


Agama Kristen. Jilid 1. Jakarta : Gunung Mulia, 2005.

3. ------------------------, Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktek Pendidikan


Agama Kristen. Jilid 2. Jakarta : Gunung Mulia, 2005.

4. Cully, Iris V. Dinamika Pendidikan Kristen. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001.

5. Homrighausen, E.G & I.H. Enklar. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 2008.

6. Gregory, Jhon Milton. 7 Hukum Mengajar. Malang : Gandung Mas, 2013.

7. Kristianto, Paulus Lilik. Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen. Yogyakarta :
Andi Offset, 2008.

8. Nuhamara, Daniel. Pembimbing PAK. Bandung : Jurnal Info Media, 2007.

9. Sidjabat, B.S. Menjadi Guru Profesional : Sebuah Perspektif Kristiani. Bandung :


Kalam Hidup, 2000.

10. ----------------, Strategi Pendidikan Kristen : Suatu Tinjauan Teologis-Filosofis.


Yogyakarta : Andi Offset, 2000.

37
Diktat Kuliah : Pembimbing Pendidikan Agama Kristen
Dosen Pengampu : Paskah P Purba, S.Th., M.Pd.K
Program Studi PAK STT Basom Batam

Anda mungkin juga menyukai