Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pendidikan Agama Kristen (PAK) (Christian Religion Education) bukanlah suatu aktivitas
yang baru, melainkan sudah dimulai semenjak dulu, bahkan sebelum berdirinya gereja mula-
mula. Mungkin saja istilah PAK baru dikenal seirama dengan berkembangnya sistem dan
manajemen serta proses pendidikan formal yang melibatkan partisipasi masyarakat dan
negara, terutama perkembangan ilmu dan teknologi yang bermula di Eropa dan Amerika
Namun sebetulnya proses pendidikan agama semenjak dulu sudah menjadi bagian dari tradisi
keluarga-keluarga di Israel Setiap kali di Israel berkewajiban menceritakan sejarah
perbudakan dan pembebasan mereka sewaktu di Mesir. Hal ini dimaksudkan untuk menjadi
peringatan bagi setiap generasi di Israel bahwa Allah Yahweh telah berprakarsa untuk
membebaskan mereka dari tanah perbudakan. Itu berarti, Israel kapan dan dimanapun harus
tetap teguh melaksanakan kehendak dan firman-Nya.

Pendidikan Agama dan Keagamaan (PAK) merupakan mata pelajaran yang sangat penting
dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Melalui PAK, siswa dapat memahami ajaran
agama dan nilai-nilai moral yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, keberadaan guru PAK sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Guru PAK
memiliki peran yang sangat krusial dalam membimbing siswa untuk memahami ajaran agama
dan nilai-nilai moral, serta membantu siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah agama
yang mungkin muncul dalam kehidupan mereka. Namun, masih banyak tantangan yang
dihadapi dalam proses pembelajaran PAK. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas
mengenai peran guru PAK dalam pembelajaran.

B. TUJUAN MAKALAH

1. Pengertian PAK
2. Peran guru menurut KI Hadjar Dewantara
3. Peran guru PAK dalam pembelajaran

Dengan demikian, tujuan dari makalah ini adalah memberikan pemahaman yang lebih baik
mengenai peran guru PAK dalam pembelajaran serta memberikan kontribusi bagi
pengembangan pembelajaran PAK yang lebih baik di masa depan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PAK

Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang berpusat pada Allah yaitu suatu
interpretasi dan implikasi dari karya yang dilakukan oleh Allah yang berlandaskan kepada
Firman Tuhan. Pendidikan Agama Kristen yang lengkap mencakup keseluruhan kehidupan
orang Kristen. Mulai dari anak-anak sampai kepada mereka yang sudah lanjut usia yaitu
sebuah pengenalan yang menuntun kepada pertumbuhan untuk menjadi makin serupa dengan
gambaran Anak Allah (Roma 8:29). Pendidikan Agama Kristen yang sejati melebihi
pendidikan umum yang lain. Setiap orang Kristen perlu memahami arti dan tujuan
Pendidikan Kristen secara utuh dan komprehensif agar menjadi orang Kristen yang dewasa
yang hidup sesuai dengan kehendak Allah dalam perspektif Alkitabiah. Pendidikan Agama
Kristen adalah sebuah proses pembelajaran baik secara formal, non formal maupun informal
Mengacu kepada totalitas kehidupan sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar
Allah, dimana manusia adalah satu bagian yang tak terpisahkan baik secara jasmani maupun
rohani.1

Adapun definisi PAK yang dikutip oleh Paulus dalam bukunya adalah sebagai berikut:

1 Hieronimus (345-420) berpendapat PAK adalah pendidikan yang tujuannya mendidik jiwa
sehingga menjadi bait Tuhan.

2. Agustinus (345-430), PAK adalah pendidikan yang bertujuan mengajar orang supaya
"melihat Allah" dan "hidup bahagia

3 Marthin Luther (1483-1548), PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk
belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta bersukacita dalam firman
Yesus Kristus yang memerdekakan.

4. Jhon Calvin (1509-1664), PAK adalah pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-
putri gereja agar mereka (1) terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana
dengan bimbingan Roh Kudus, (2) mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami
keesaan gereja, (3) diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengeja- wantahkan pengabdian
diri kepada Allah dan Yesus Kristus dalarn pekerjaan sehari-hari.

5. Dewan Nasional Gereja-Gereja Kristus di USA (1952); PAK adalah proses pengajaran
agar pelajar yang semakin bertumbuh ditolong menafsirkan dan mempertimbangkan
kehidupan sehari-hari.

6. Sidang Raya Gereja Presbyterian USA (1974) PAK adalah pendidikan yang bertujuan
mengajar jemaat untuk menjadi murid Yesus Kristus.

1
Bredyana Agnesiana dkk, “Wajah Pendidikan Agama Kristen di Masa Pandemi” (Indramayu: CV. Adanu
Abimata, 2021), hlm. 23
7. Gereja Kongregasional, Evangelikal. Reformed bergabung USA (1957), PAK adalah
pendidikan yang bertujuan membawa orang ke dalam persekutuan Kristen, membimbing
dalam iman dan panggilan Kristen supaya menerima pengampunan dari Allah.

8. CLJ Shenil (1892-1957); PAK aalah pendidikan yang bertujuan memperkenalkan Alkitab
pada pelajar sehingga mereka siap menjumpai dan menjawab Allah memperlancar
komunikasi secara mendalam antar pribadi tentang keprihatinan insani.

9. Campbell Wyckoff (1957); PAK adalah pendidikan yang meyadarkan setiap orang akan
Allah dan Kasih-Nya dalam Yesus Kristus, agar mereka mengetahui diri mereka yang
sebenarnya.

10. EG. Homrighaussen (1955), PAK bertujuan agar pelajar muda dan tua memasuki
persekutuan yang hidup dengan, oleh, dan di dalam Dia, sehingga terhisap dalam persekutuan
yang mengakui dan memuliakan nama-Nya di segala waktu dan tempat.

11. Werne C. Graendorf (1979). PAK adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang
berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung pada kuasa Roh Kudus.

B. FONDASI PENDIDKAN AGAMA KRISTEN

Ujung pangkal Pendidikan Agama Kristen harus bermula dari Allah yang menciptakan
manusia, alam semesta dan segala isinya, sedangkan pendidikan adalah implikasi dari
pekerjaan Allah. Pendidikan adalah implikasi dalam interpretasi Allah. Tidak ada
intelektualisme sempit dimaksudkan dalam pengertian ini. Memikirkan pikiran Allah
setelahnya mendedikasikan alam semesta kepada Penciptanya, dan menjadi perwakilan Allah
untuk segala sesuatunya, adalah tugas manusia. Pola pikir pendidikan inilah yang masuk
dalam dan dituntut oleh ide penciptaan.

Artinya manusia menjadi wakil Allah dalam proses pengimplementasian pendidikan


khususnya agama Kristen yang tentunya juga terintegrasi dengan disiplin ilmu yang lain.
Berkenaan dengan pengertian Pendidikan Agama Kristen, yaitu proses pembelajaran yang
berdasarkan akan Allah sebagai yang menginisiasi maka beberapa aspek utama yang menjadi
Fondasi bagi Pendidikan Agama Kristen yang merupakan pijakan dan penentu isi dan arah
pendidikan yang harus diikuti dalam upaya pe ngembangan serta yang akan mendasari
pelaksanaan pendidikan adalah:

a. Fondasi Alkitabiah

Alkitab adalah sumber yang esensi untuk mengetahui keunikan kekristenan. Dapatlah
dikatakan unik bukan hanya karena sistim kepercayaan nya yang konsisten, koheren dan
komprehensif melainkan karena Alkitab adalah firman Allah (2 Timotius 3:16). Beberapa
fondasi Alkitabiah bagi Pendidikan Agama Kristen dengan jelas ditemukan dalam Perjanjian
Lama maupun Perjanjian Baru. Beberapa model pembelajaran yang dijelaskan disana bisa
diterapkan dalam konteks Pendidikan Agama Kristen, namun ketika menerapkan model serta
metode perlu adanya penafsiran yang tepat terhadap konteks yang dimaksud berdasarkan
latar belakang peristiwa, konteks budaya juga tujuannya. Oleh karena terdapat perbedaan
waktu juga konteks dengan kita saat ini Para pendidik haruslah dapat merumuskan hal ini
dengan benar agar tidak adanya penyimpangan serta tetap relevannya yang diajarkan dalam
proses pendekatan. Semua model yang dibangun diatas fondasi Alkitabiah dapat menjadi
acuan untuk mengkaji semua usaha dan upaya bagi keberlangsungan pendidikan baik di masa
lampau, kini dan masa akan datang.

b. Perjanjian Lama

Beberapa ayat dalam Perjanjian Lama yang menjelaskan tentang mandat pendidikan antara
lain yaitu yang sangat terkenal dalam Ulangan 64-9 yang berisi tentang kewajiban untuk
menyampaikan perintah dan ketetapan Allah dari generasi kepada generasi selanjutnya
Memang jika dilihat sejak pertama Allah merupakan Guru yang agung.

c. Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru, Yesus adalah Guru Agung serta teladan yang sempurna dalam
pengajarannya Dengan jelas kitab Injil mencatat aktivitas pelayanan Yesus adalah mengajar
Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa, la mengajar dalam rumah- rumah
ibadot (Matius 9:35) Jelas dapat dilihat bahwa Tuhan Yesus memberikan penekanan kepada
aktivitas pengajaran. Kata kerja yang dipakai untuk menjelaskan apa yang dilakukan oleh
Yesus lebih banyak menggunakan kata didosko bahkan sebutan yang digunakan untuk Yesus
adalah didoskalos yaitu Guru Klaim Yesus terhadap dirinya yang adalah guru (Mat 23:8.
Mark 14:14, Luk 22 11 Yoh 13:13-14).

d. Fondasi Teologis

Dalam Fondasi Teologis, para pendidik haruslah mampu merumuskan pokok- pokok
kebenaran iman Kristen yang diuraikan dalam kurikulum pembelajaran di sekolah,
pembinaan bagi warga gereja (semua tingkatan usia jemaat). Dengan banyaknya rumusan
teologis yang menyimpang juga maka perlu berhati-hatilah agar tidak terjerumus kepada
konsep-konsep yang keliru sehingga pada prakteknya ada penyimpangan dari sumber
kebenaran yang hakiki.

e. Fondasi Filosofis

Fondasi ini berfungsi untuk memandu praktik pendidikan. Tugas dan tanggung jawab
pendidik adalah merumuskan filosofi dari setiap kebenaran yang diajarkan yang didasarkan
pada fondasi Alkitabiah dan Teologis. Cara berpikir seperti ini dinamakan dengan
"berfilsafat", yaitu sebuah pencarian hikmat dan cinta kepada kebijaksanaan. Dalam
pendidikan Kristen sangat jelas klaim bahwa Yesus adalah sumber hikmat. Takut akan Tuhan
adalah permulaan pengetahuan. Dalam proses perumusan nilai-nilai filosofi terhadap
Pendidikan Agama Kristen haruslah sesuai dengan pengajaran Alkitabiah yang berdasar pada
iman Kristen (Filipi 4:8-9). Dengan adanya fondası filosofi bagi Pendidikan Agama Kristen
maka hal ini menolong para pendidik untuk dapat menyusun kerangka berpikir dalam
pelaksanaan pendidikan serta menetapkan tujuan yang hendak dicapai dalam proses
pendidikan tersebut.
f. Fondasi Historis
g. Fondasi Sosiologis
h. Fondasi Psikologis
1. Peranan Guru

Sebagian besar orang menganggap bahwa guru adalah orang yang membantu orang lain
belajar. Ia tidak hanya menerangkan, melatih, memberi ceramah, tetapi juga mendesain
materi pelajaran, membuat pekerjaan rumah, mengevaluasi prestasi siswa, dan mengatur
kedisiplinan. Selain itu, mereka juga harus menyimpan kartu catatan, mengatur kelas,
menciptakan pengalaman belajar, berbicara dengan orang tua dan membimbing siswa.
Seorang guru mempunyai peranan yang banyak sekali. Kita akan membicarakan beberapa
dari semua peranan ini.

1) Guru sebagai ahli instruksional

Guru harus secara tetap membuat keputusan tentang materi pelajaran dan metodenya.
Keputusan ini didasarkan sejumlah faktor yang meliputi mata pelajaran yang akan
disampaikan, kebutuhan dan kemampuan siswa, serta seluruh tujuan yang akan dicapai. 2

2) Guru sebagai motivator

Tidak ada satu pun guru yang dapat berhasil mengajar secara otomatis. Siswa juga harus
berbuat dan bertindak. Salah satu peranan guru yang paling penting adalah sebagai motivator.
Untuk memenuhi keinginan siswa-siswa, dapat dibuat papan yang bisa diisi oleh siswa
sendiri, misalnya karangan, gambar, lukisan, lelucon, dan sebagainya. Bisa juga dengan
memberi- kan nilai (bagi yang baik) yang disertai dengan hadiah dan yang mendapat nilai
buruk dengan mengatakan jangan putus asa, atau belajar lebih giat. Bahan mata pelajaran
dapat dipilih bersama-sama siswa (yang diminati siswa) dan akan mem- bantu siswa untuk
belajar. Memotivasi siswa tidak hanya disampaikan pada permulaan tahun ajaran baru saja,
tetapi juga pada saat-saat diperlukan.

3) Guru sebagai manajer

Sebagian besar guru SD menghabiskan waktu rata-rata 30% sehari untuk berinteraksi
langsung dengan siswa. Di SMP, persentasenya lebih tinggi lagi untuk berada di sekolah.
Sebagai seorang guru, kita juga akan berhadapan dengan bentuk pengelolaan kelas yang lain,
yaitu mengatur ling- kungan belajar yang relatif sehat, bebas dari masalah-masalah tingkah
laku, sehingga kelas dapat melanjutkan proses belajar mereka.

4) Guru sebagai konselor

Walaupun guru tidak diharapkan bertindak sebagai konselor, mereka harus sensitif dalam
mengobservasi tingkah laku siswa. Mereka harus mencoba merespons secara konstruktif
ketika emosi siswa mulai mengganggu belajar. Mereka harus tahu jika ada siswa yang
membutuhkan bantuan ahli jiwa. Guru-guru sering diharapkan untuk mengadministrasikan
2
Sri Esti Wuryani Jiwandono, “ Psikologi Pendidikan”, ( Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1989), hlm. 27
tes inteligensi, tes prestasi atau tes minat, dan menginterpretasi- kan tes-tes ini untuk siswa
dan orang tua mereka. Dalam setiap kelas, ada saja siswa-siswa yang membawa masalah-
masalah pribadi yang disampaikan kepada guru. Kita harus menyadari adanya bahaya dalam
situasi ini. Perasaan orang tua, nilai masyarakat, kebutuhan guru dan siswa harus
dipertimbangkan.

5) Guru sebagai model

Tidak menjadi soal apa yang kita lakukan sebagai seorang guru, kita akan berakting sebagai
seorang model bagi siswa- siswa kita. Dalam banyak kasus, guru tidak menyadari pe ranan
mereka sebagai model. Sebagai contoh, guru-guru secara tetap bertindak sebagai model
dalam menunjukkan bagaimana kita berpikir untuk menyelesaikan masalah. Jika mereka
memaksakan pendapat mereka dalam menyelesaikan masalah kepada siswa, mungkin siswa
akan belajar bahwa itu bukan jawaban atau penyelesaian yang paling baik- katakanlah guru
bertindak otoriter. Jika mereka melibatkan siswa-siswa untuk memilih alternatif
penyelesaian, maka siswa akan belajar bahwa mereka sendiri mampu menghadapi masalah-
masalah itu.

2. PERAN GURU MENURUT KI HADJAR DEWANTARA

Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam Uyoh Sadulloh yang dikutip dari Ahmadi dan Uhbiyati,
bahwasannya mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Guru dapat dikatakan sebagai ujung tombak kegiatan sekolah. Tanpa adanya guru, kegiatan
belajar mengajar di sekolah tidaklah berjalan baik. Karena tugasnya mengajar, maka guru
harus mempunyai wewenang mengajar berdasarkan kualifikasi sebagai tenaga pengajar.
Sebagai tenaga pengajar, setiap guru/pengajar harus memiliki kemampuan profesional dalam
bidang proses belajar mengajar atau pembelajaran. Dengan kemampuan itu, guru dapat
melaksanakan perannya, yakni

1. Sebagai fasilitator, yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk


melakukan kegiatan belajar.
2. Sebagai pembimbing yang membantu siswa mengatasi kesulitan dalam proses
pembelajaran.
3. Sebagai penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan yang
menantang siswa agar melakukan kegiatan belajar.
4. Sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi dengan siswa dan
5. Sebagai model, yang mampu memberikan contoh baik kepada siswanya agar
berperilaku baik.
6. Sebagai elevator, yang melakukan penilaian terhadap kemajuan belajar siswa.
7. Sebagai inovator, yang turut menyebarluaskan usaha-usaha pembaruan kepada
masyarakat.
8. Sebagai agen moral dan politik, yang turut membina moral masyarakat, peserta didik,
serta menunjang upaya-upaya pembangunan.
9. Sebagai agen kognitif, yang menyebarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan
masyarakat.
10. Sebagai manajer, yang memimpin kelompok siswa dalam kelas sehingga proses
pembelajaran berhasil.

Di samping harus memiliki kemampuan profesional pembelajaran, setiap guru selaku tenaga
kependidikan harus memiliki kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan.
Kedua jenis kemampuan terakhir ini turut menunjang pelaksanaan kemampuan profesional
dalam belajar mengajar.

Saat ini, banyak berpandangan bahwa peranan guru hanya mendidik dan mengajar saja.
Sebenarnya salah satu peran guru lainnya yaitu menjadi teladan bagi peserta didik dan dapat
menuntun dan mengarahkan potensi yang dimilikinya ke arah yang lebih baik sehingga dapat
berkembang dan berguna bagi masyarakat dan lingkungan di mana pun ia berada.3

3. Peran Guru PAK dalam PAKEM ( pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan)

Seorang guru pendidikan agama Kristen mempunyai beberapa peran yang sama dengan guru-
guru lain, tetapi ada yang membedakan peran guru pendidikan agama Kristen dengan guru-
guru lainnya, yaitu dalam pelaksanaan perannya guru pendidikan agama Kristen ini harus
selalu mencerminkan iman Kristiani dalam kepribadian dan karakternya. Tentu hal ini pun
menjadi bagian integral dari guru-guru lain di sekolah, lebih dari kewajibannya untuk
mencerminkan iman dan karakter yang benar dalam dirinya, ia juga adalah motor dari
terselenggaranya kurikulum pendidikan agama Kristen yang spesifik untuk “membawa
keluar” (educare) naradidik dalam pemahaman dan penanaman nilai-nilai kekristenan yang
seharusnya terwujud dalam Christ-likeness yang menjadi tujuan mutlak dari setiap
pendidikan agama kristen.4

Ada banyak peran yang harus dimainkan guru dalam proses pembelajaran. Peran-peran
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sahabat

Sebagai sahabat bagi naradidiknya. Relasi yang terjalin antara guru dan naradidik merupakan
hubungan pribadi yang mengasihi, memelihara, menolong, dan mengembangkan, sehingga ke
duanya dapat bertumbuh bersama. Artinya, baik naradidik atau pun guru sama-sama
mengalami pertumbuhan di dalam Yesus Kristus, baik secara intelektual, spiritual, sosial, dan
emosional.

2. Motivator

Guru memiliki peran sebagai motivator bagi siswa, memberi dorongan dari luar dengan
motivasi yang membangun.
3
Agus Setiawan, “Peran Guru menurut Pespektif KI Hadjar Dewantara” (Ciputat: UIN, 2017), hlm. 59
4
Carinamis Halawa, Peni Hestiningrum, Iswahyudi, “ file:///C:/Users/user/Downloads/44-Article%20Text-273-
2-10-20220117.pdf “ hlm.139
3. Konselor

Guru juga menjadi Konselor bagi siswa didiknya siap mendengarkan apa yang menjadi
pergumulan siswa baik secara pribadi maupun keluarga supaya hubungn secara emosional
antara guru dan siswa dapat terjalin satu dengan lain.

4. Fasilitator

Guru menjadi fasilitator untuk siswa memfasilitasi dalam belajar baik itu ruangan maupun
materi yang akan siap diajarkan kepada siswa. Dan guru juga menjadi mediator sebagai
jembatan bagi siswa untuk mengerti materi yang akan diajarkan.

5. Pembimbing

Predikat sebagai pembimbing bukanlah hal yang mudah. Predikat ini erat sekali kaitannya
dengan praktik keseharian. Seseorang tidak mungkin disebut sebagai pembimbing jika dalam
realisasinya tidak mampu menjalankan tugas-tugasnya sebagai pembimbing.

6. Model (Contoh)

Gerak-gerik guru sebenarnya selalu diperhatikan oleh setiap siswa. Tindak tanduk, perilaku
dan bahkan gaya guru mengajarpun akan sulit dihilangkan dalam ingatan setiap siswa. Lebih
besar lagi karakter guru juga selalu diteropong sekaligus dijadikan cermin oleh siswa-
siswanya. Kebiasaan buruk maupun kebiasaan bagus, kedisiplinan, kejujuran, keadilan,
kebersihan, kesopanan, ketulusan, ketekunan dan kehati-hatian akan selalu direkan oleh
siswa-siswanya dan dalam batas-batas tertentu akan diikuti oleh siswa-siswanya.

7. Mentor (Penasehat)

Adanya hubungan batin atau emosional antara siswa dan gurunya, menyebabkan guru harus
berperan sebagai penasehat (mentor). Pada dasarnya guru tidak sekedar menyampaikan
pelajaran di kelas, tanpa mempedulikan apakah siswanya paham atau tidak, seolah-olah tidak
mempunyai tanggung jawab untuk menjadikan siswa pandai dalam materi pelajaran, dan
dalam menjaga nilai-nilai moralitas bangsa. Lebih dari itu guru harus sanggup menjadi
penasehat pribadi masing-masing siswa. Erat sekali kaitannya dengan peran pembimbing,
guru harus sanggup memberi nasehat ketika siswa membutuhkan.5

5
Sri Wahyuni, “ Peran Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Membentuk Karakter Peserta Didik”
(Pekalongan: PT. Nasy Expanding Management, 2021), hlm. 521
KESIMPULAN
Dari pembahasan peran guru PAK dalam pembelajaran di atas dapat kita simpulkan bahwa
guru PAK itu sangatlah penting bagi peserta didik karena guru PAK menuntun peserta didik
dan mengajarkan karakter yang baik bagi peserta didik sesuai dengan Iman Kristen dan
alkitab. Pembelajaran PAK yang paling utama itu dilandaskan oleh Alkitab dan tidak pernah
lepas dari alkitab. Peran guru PAK dalam pembelajaran yaitu sebagai sahabat, konselor,
motivator, fasilitator, model, pembimbing dan mentor. Peran guru PAK ini tidak jauh berbeda
dengan peran guru biasa dan peran guru menurut KI Hadjar Dewantara namun guru PAK
sangat jauh berbeda dengan guru mata pelajaran pada umumnya karena guru mata pelajaran
pada umumnya hanya berfokus sesuai dengan mata pelajaran namun guru PAK selain
mengajarkan Tuhan Yesus sebagai juruselamat, karakter yang baik di dalam Tuhan guru
PAK juga mengajarkan anak-anak untuk membawa jiwa-jiwa yang baru kepada Tuhan.

Dari peran yang sudah kita pelajari kira sebagai calon pendidik bisa menerapkan ini dalam
didi kita masing-masing hingga kelak kita penjadi pendidik yang professional dalam bekerja
dan pendidiknya selalu mengandalkan Tuhan serta kita mengerti cara yang baik mendekati
peserta didik dan membawa mereka untuk selalu mengandalkan Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Agnesiana, Bredyana dkk. 2021. Wajah Pendidikan Agama Kristen di Masa Pandemi.
Indramayu: CV. Adanu Abimata

Jiwandono, Sri Esti Wuryani. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan

Setiawan, Agus. 2017. Peran Guru menurut Pespektif KI Hadjar Dewantara. Ciputat: UIN

Halawa, Carinamis dkk. Juni 2021. file:///C:/Users/user/Downloads/44-Article%20Text-273-


2-10-20220117.pdf

Wahyuni, Sri. 2021. Peran Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Membentuk Karakter
Peserta Didik. Pekalongan: PT. Nasy Expanding Management

Anda mungkin juga menyukai