Anda di halaman 1dari 3

Tokoh Reformasi Gereja

John Calvin

John Calvin dilahirkan di Kota Noyon, Prancis, pada 1509. Dia dilahirkan pada keluarga
terpandang dan menerima pendidikan dengan baik. Setelah lulus dari Collegge the Maontaigu di
Paris, John Calvin melanjutkan pendidikannya di Universitas Orleans untuk mempelajari ilmu
hukum. Ia pun belajar mengenai hukum di Bourges.
Ketika Martin Luther melakukan penentangan terhadap gereja dan mengumumkan reformasi
protestan, John Calvin baru berusia 18 tahun. John Calvin dibesarkan secara Katolik, namun ia
beralih ke Protestan ketika usianya masih muda. Untuk menghindari hukuman yang sewaktu-
waktu akan menimpanya, John Calvin memilih untuk meninggalkan Paris dan berkelana ke
berbagai tempat.
Kemudian ia tinggal dan mempelajari teologi secara intensif di Basel, Swiss, di bawah
bimbingan pseudonim. Pada 1536, ketika berusia 27 tahun, John Calvin menerbitkan sebuah
tulisan berjudul “Institutes of the Christian Religion”. Bukunya itu merangkum inti ajaran
Protestan dan ditampilkan dalam bentuk yang sistematis. Bukunya itu menjadi salah satu karya
yang banyak dibaca oleh masyarakat dan sangat terkenal pada masanya.
Tahun 1538, John Calvin mengunjungi Genewa, Swiss, tempat perkembangan Protestan dengan
cepat dan kuat di wilayah Eropa. Di sana ia diminta untuk menjadi guru dan pemimpin
komunitas Protestan. Namun tak lama setelahnya konflik mulai muncul antara pengikut John
Calvin dengan rakyat Genewa. Sebagai pemimpin komunitasnya, John Calvin dipaksa untuk
meninggalkan Genewa. Tapi pada 1541, ia diundang kembali ke Genewa untuk menjadi
pemimpin agama dan pemimpin politik setelah meredanya konflik di negeri itu.
Di bawah pimpinan John Calvin, Genewa menjadi pusat Protestan di Eropa. Ia pun mencoba
menyebarkan ajaran Protestan ke beberapa negara, terutama Prancis. Salah satu hal yang
dilakukan John Calvin ketika memimpin Genewa adalah membuat seperangkat peraturan gereja
untuk gereja reformasi di sana. Peraturan yang dibuatnya itu menjadi dasar bagi peraturan di
banyak gereja reformasi di Eropa. Selama di Genewa, John Calvin menulis berbagai tulisan
mengenai agama dan memberikan banyak kuliah mengenai teologi dan injil.
Genewa menjadi tempat yang keras dengan aturan agama yang ketat di bawah pimpinan John
Calvin. Tidak hanya pelacuran dan perzinahan yang dianggap sebagai tindakan kriminal serius,
tetapi perjudian, minuman keras, tarian, dan nyanyian lagu kasar juga dilarang. Jika ada yang
melanggar seluruh aturan yang dibuatnya maka ia akan diganjar dengan hukuman yang serius.
Kehadiran di gereja pada waktu yang telah ditentukan diwajibkan secara hukum sehingga tidak
ada yang boleh mangkir.
Pengaruh penting John Calvin bukan pada kegiatan politiknya, tetapi lebih pada ideologi yang
dia sebarkan. John Calvin memberikan pengaruh yang besar pada dunia. Doktrin teologisnya
telah banyak diterima oleh masyarakat dan membuat lebih banyak pengikut dibandingkan
dengan Martin Luther. Para pengikut Calvinis tersebar di Swiss, Belanda, Polandia, Hungaria,
Jerman, Inggris, dan Skotlandia. Pengaruhnya di berbagai negara telah melebih pengaruh Martin
Luther pada masanya.
Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa doktrin-doktrin yang diajarkan oleh John
Calvin merupakan faktor utama dalam penciptaan etika kerja Protestan, yang menjadi faktor
kebangkitan kapitalisme. Pendapat tersebut mungkin tidak sepenuhnya benar, namun dalam
beberapa praktik yang diajarkan oleh John Calvin memang mengarah pada praktik kapitalisme.
Pemikiran Calvin
Setidaknya ada 3 poin pemikiran Calvin yang cukup mendalam untuk dibahas. 3 poin tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan tentang Allah

Begitu seseorang membaca permulaan Institutio, terbukalah sebuah tesis dasar dari Calvin
tentang Allah seperti apa yang diberitakan dalam iman Kristen. Calvin merumuskan pemikiran
bahwa pengetahuan manusia tentang Allah sebatas Allah sebagai Pencipta dan sekaligus manusia
sebagai ciptaan. Sebagai ciptaannya, manusia tidak akan pernah mengenal Allah sepenuh-
penuhnya dan teologi yang dibangun adalah teologi yang terbatas dalam ciptaan. Jikalau
demikian, bagaimana manusia sebagai ciptaan yang terbatas itu dapat mengenal Allah dan
dirinya sendiri? Menurutnya, manusia dapat sampai pada dua macam pengetahuan tersebut
melalui alam dan Alkitab. Calvin menganggap bahwa ciptaan, terutama manusia, yang ada
dalam lingkup wahyu umum tidak dapat menuntun pada cahaya kebenaran menuju pada sang
Pencipta. Hanya Alkitablah yang dapat memberikan pertolongan kepada manusia pada
pengenalan akan Allah yang benar.

Boleh dikata di dalam Institutio Calvin dengan yakin mengatakan bahwa Alkitab sebagai wahyu
khusus selalu mendahului bahkan berada pada posisi di atas wahyu umum. Baginya, bila
seseorang mencari Allah di luar wahyu khusus ini, usahanya menjadi sia-sia untuk menemukan
pengetahuan yang benar tentang Allah. Jadi aksioma sederhana yang hendak disampaikannya
cukup jelas, dari dalam Alkitab kita dapat memperoleh pengetahuan bahwa manusia adalah
ciptaan, dari dalam Alkitab juga mengetahui tentang adanya sang Pencipta. Sang Pencipta
tersebut digambarkannya sebagai pribadi yang secara tak berhingga jauh lebih besar dari pada
ciptaan.

2. Doktrin Augustianisme

Calvin juga terpengaruh dengan doktrin Agustinus. Menurutnya, takdir semua manusia telah
ditentukan oleh Tuhan. Jadi tak ada yang bisa mengubahnya, sekalipun itu seorang pastor. Jadi
bisa diibaratkan bahwa pemikiran Calvin tentang takdir menganggap manusia sebagai wayang
dan Tuhan sebagai dalang. Calvin juga membenarkan adanya dosa warisan yang sebelumnya
menjadi pemikiran Agustinus. Calvin berasumsi bahwa setiap manusia yang terlahir di dunia ini
membawa dosa bawaan akibat Adam. Meski demikian, Calvin berpendapat bahwa manusia bisa
menghilangkan semua dosa tersebut bila ia mau berbuat baik pada sesama dan senantiasa
beribadah pada Tuhan.

3. Hidup Asketis
Calvin menyeru kepada umat manusia untuk hidup asketis. Asketis yang dimaksudkan Calvin
adalah askestis duniawi. Menurutnya manusia juga harus bisa menahan nafsu binatangnya.
Namun menjadi seorang biarawan atau biarawati bukanlah hal yang tepat baginya. Bagi Calvin,
kehidupan sehari-hari adalah sarana yang paling tepat dalam mengontrol dan menahan nafsu
binatang yang melekat pada diri manusia. Dengan begitu, setiap orang yang beragama Kristen
bisa menjadi pastor dalam hidupnya sehari-hari dan juga keluarganya. Asketisme duniawi juga
mengajarkan orang perlu kaya dan tidak harus takut terhadap kekayaan. Kekayaan menurut
pemikiran Calvin bukanlah suatu dosa, yang menimbulkan dosa adalah apabila kekayaan
diperoleh dengan cara yang haram dan digunakan untuk foya-foya.

Menurut Calvin, ada satu dosa lagi yang harus dihindari oleh manusia yaitu menyia-nyiakan
waktu. Gagasan Calvin yang satu ini tidak terlepas dari pemikiran Weber yang menyebutkan
bahwa pemborosan waktu merupakan dosa yang paling besar. Pemborosan waktu dalam
pergaulan sosial, melakukan hal sia-sia, foya-foya, bicara tak tentu arah, bahkan melakukan tidur
berlebihan (kecuali dalam rangka menyehatkan diri). Semua dikutuk oleh Tuhan dan menjadi
sebuah dosa moralitas yang tak bisa diampuni. Asketisme Protestan yang diusung oleh John
Calvin inilah yang menjadi hal yang menjunjung tinggi rasionalitas dan juga efisiensi. Calvin
juga sependapat dengan Luther tentang penghapusan sakramen suci gereja karena bisa
membodohkan umat manusia. Dengan begitu, manusia akan memiliki posisi langsung dengan
Tuhan tanpa perantara Paus ataupun pastor.

Sumber Pemikiran Calvin


Sampailah ke sebuah pertanyaan darimanakah Calvin memperoleh inspirasi dalam merumuskan
doktrin-doktrinnya? Ada 3 sumber yang menjadi framework pemikiran Calvin. Pertama, ajaran
nabi-nabi Hebrew dan Al-kitab, baik yang perjanjian lama maupun perjanjian baru. Kedua, dari
lutheranisme dan augustianisme. Banyak kemiripan pemikiran Calvin dengan Luther dan
Augustinus. Ketiga, sumber-sumber ajaran Islam. Menurut Nurcholis Madjid, pengaruh sumber-
sumber Islam banyak sekali yang menjadi kerangka pemikiran Calvin. Semisal seperti, ajaran
tentang keterbukaan penafisran Al-kitab. Sebelumnya dalam Kristen tidak mengenal keterbukaan
penafsiran kitab suci oleh umum, penafsiran hanya boleh dilakukan oleh Pastor.

Dampak reformasi gereja yang di lakukan John Calvin

1. Dibukanya kembali jalan yang murni atas gereja yang kembali ke jalannya untuk
memperhatikan kaum tertidas dan tidak memberatkan jemaatnya.
2. Memulai babak baru di dalam hak asasi manusia dan demokrasi.
3. Berkembanya ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah, dan tidak berfokus pada teologi.

Anda mungkin juga menyukai