Anda di halaman 1dari 7

TEOLOGI SEKULER

Teologi sekuler merupakan sub-bidang dari teologi liberal, yang dianjurkan oleh Uskup
Anglikan : John A.T. Robinson (Uskup dari Woolwick)
Di dalam bukunya : ‘Honest to God’ Ia mengklaim bahwa manusia sekuler membutuhkan
teologi sekuler, yaitu bahwa wahyu Allah yang terus berlanjut bagi manusia, adalah
wahyu yang dibawa kepada budaya umum, tidak hanya dalam batas-batas ‘agama’ atau
‘gereja’
Teologi sekuler menggabungkan antara sekularisme dan teologi. Teologi sekuler
diperkenalkan pada tahun 1960 an.
Teologi ini dipengaruhi oleh aliran neo-ortodoks dari Dietrich Bonhoeffer, Harvey Cox;
dan Eksistensialisme dari Soren Kierkegaard dan Paul Tillich.
Teologi sekuler berpendapat bahwa ‘teisme’ telah kehilangan kredibilitasnya sebagai
konsep yang berlaku mengenai natur Allah.
Teologi sekuler menolak konsep Allah yang pribadi, dan menganggap bahwa Yesus
Kristus, Kristologi, dan eskatologi Kristen sebag.ai mitologi Kristen tanpa dasar
peristiwa2 sejarah.

TENTANG LIBERALISME DAN SEKULARISME

(Pada intinya, sekularisme mengatakan bahwa manusia tidak membutuhkan Tuhan. Ini
dapat didefinisikan sebagai "sistem doktrin dan praktik yang mengabaikan atau menolak
segala bentuk keyakinan dan ibadah religius. Tujuan utamanya adalah penghapusan total
semua elemen agama dari masyarakat.
sekularisme adalah suatu sistem etik yang didasarkan pada prinsip moral alamiah
dan terlepas dari agama-wahyu atau supernaturalisme)
"Sekularisme, yang juga dikenal sebagai humanisme sekuler, mengajarkan bahwa
tidak ada kebenaran objektif atau absolut yang mendefinisikan benar dan salah. Intinya,
untuk mensinergikan sesuatu adalah menjadikannya duniawi dan tidak spiritual.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan sesuatu dari karakter religiusnya, pengaruh
spiritual dan signifikansinya.)
Sekularisme menembus semua aspek masyarakat kita: pendidikan, pemerintahan, sistem
peradilan pidana, media berita, industri hiburan, dan sebagainya.
Sekularisme percaya bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu, bahwa moralitas
berpusat pada manusia, bukan berpusat pada Tuhan.
  Oleh karena itu, tidak ada yang berhak menentukan yang benar dari yang salah, dan
moralitas paling baik ditentukan oleh apa yang baik untuk budaya masa kini. 
Sekularisme tidak percaya bahwa umat manusia dapat memiliki seperangkat nilai
permanen seperti yang diajarkan dalam Alkitab. Sekularisme memberi lip service
terhadap toleransi dan keragaman, namun seketika orang-orang sekuler tidak toleran
terhadap orang-orang yang memandang Alkitab sebagai standar moralitas Tuhan. 
LIBERALISME
(Pengajaran "Kristen liberal," bersandar pada akal budi manusia dan menganggapnya
sebagai otoritas yang absolut. Para teolog liberal berusaha menyelaraskan Kekristenan
dengan ilmu sekuler dan "pemikiran modern." Mereka menganggap ilmu pengetahuan
seolah-olah bisa mengetahui segala sesuatu. Alkitab dianggap seolah-olah dipenuhi
dengan dongeng dan kesalahan.

Pasal-pasal awal di kitab Kejadian hanya dianggap sebagai puisi atau fantasi; memiliki
pesan, tetapi tidak untuk ditafsirkan secara harfiah (meskipun Yesus sendiri merujuk
pasal-pasal tersebut secara harfiah). Manusia tidak dianggap benar-benar sudah rusak
total oleh kuasa dosa.
Para teolog liberal memiliki pandangan optimis tentang masa depan umat manusia. Injil
sosial juga ditekankan, namun sambil menyangkal ketidakmampuan manusia yang telah
jatuh ke dalam dosa untuk menggenapinya.
Apakah seseorang diselamatkan dari dosa, ataupun ada tidaknya hukuman di neraka,
bukan lagi menjadi sesuatu yang penting untuk dibahas, yang paling utama adalah
mengenai bagaimana manusia memperlakukan sesamanya. "Kasih" terhadap sesama
menjadi isu yang menentukan)
Teolog-teolog ‘Teologi sekuler’ pada umumnya setuju bahwa:
1. Problema-problema dunia haruslah menjadi perhatian utama dari orang Kristen
Penuntut utama akan hal adalah Dietrich Bonhoeffer
2. Teologi harus mengekspresikan semangat sekularisasi
Harvey Cox mengatakan kita harus berhenti membicarakan ontology kuno (esensi
dan substansi) dan mulai membicarakan fungsi dan aktivisme dinamik, misalnya:
pertanyaan : Bagaimana saya dapat menemukan Allah yang pemurah’ harus
diganti dengan pertanyaan: ‘bagaimana saya dapat menemukan sesama yang
pemurah. Menurut teolog sekuler paling ekstreme , Paul Van Buren, Allah sendiri
harus ditinggalkan. Yesus harus diajukan sebagai paradigm (contoh) dari
eksistensi manusia.
3. Pembedaan antara gereja dan dunia harus dihapuskan.
Gereja harus berperan serta dalam politik dan revolusi karena itu merupakan
tempat di mana Allah bertindak pada masa ini. Karena itu penginjilan diberi arti
baru, bukan lagi memanggil manusia untuk bertobat dari dosa dan beriman
kepada Yesus , tetapi penginjilan adalah aktivitas politik dan pekrjaan social di
kalangna orang miskin.
4. Teologi sekuler mengurangi sebanyak mungkin bentuk supranaturalisme.
Pandangan liberal kuno bahwa Yesus adalah manusia sempurna yang hidup
dengan Allah dihidupkan kembali. Konsep tentang kerajaan supranatural yang
akan muncul pada kedatangan Kristus yang kedua kali , ditentang. Satu-satunya
dunia yang dikenal adalah di sini dan sekarang. Konsep tentang surga disebut
sebagai ‘pintu pelarian’.

Dari pernyataan2 di atas disimpulkan bahwa:


1. Teologi sekuler menolak untuk memperhatikan kesaksian Alkitab tentang Allah,
dunia, dan manusia.
2. Teolog-teolog sekuler menolak realitas dosa pada masyarakat modern.
3. Teolog-teolog sekuler dalam perlawanan mereka terhadap metafisika dan
ontologi, melenyapkan ‘tanda-tanda’ khas dari gereja. Gereja tidak lagi memiliki
ciri khas sebagai umat Allah, yang dpilih di dalam Kristus dan dipanggil supaya
terpisah dari dunia ini; tetapi gereja diterangkan dengan definisi baru yang
memakai istilah-istilah Karl Bath , yaitu semata-mata sebagai suatu fungsi dalam
pelayanan di dalam dan bagi dunia. Definisi ini mengabaikan fakta bahwa Allah
memilih umat-Nya untuk satu status dan satu pelayanan. Kasih Allah memilih
Anak-Nya bukan sekedar hamba-Nya.
4. Teolog-teolog sekuler menolak pikiran apa pun tentang eskatologi Alkitabiah
yang berakar pada suatu keajaan yang akan datang. Satu-satunya kerajaan yang
mereka kenal adalah yang hadir pada masa ini.
5. Dibalik semua perubahan dan penafsiran baru ini, terdapat suatu pendekatan pada
Perjanjian Baru yang berpusat pada manusia dan sangat bergantung pada cara
berpikir Masa Pencerahan.

Tanggapan Teologi Sekuler mengenai Alkitab dan Soteriologi


Sesuai dengan semangat liberal yang terdapat dalam teologi sekuler, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1) Alkitab tidak "diilhamkan Allah" dan memiliki kesalahan. Karena keyakinan ini,
manusia (para teolog liberal) harus menentukan ajaran mana yang benar dan yang tidak.
Kepercayaan bahwa Alkitab "dinafaskan" (dalam arti asli dari kata tersebut) oleh Allah
hanya dipegang oleh orang-orang bodoh yang mudah ditipu. Pengajaran ini secara
langsung bertentangan dengan 2 Timotius 3:16-17: "Segala tulisan yang diilhamkan
Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian
tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."

2) Kelahiran Kristus dari seorang perawan adalah ajaran sesat yang berbau mitologis.
Pengajaran ini bertentangan langsung dengan Yesaya 7:14 dan Lukas 2.
3) Yesus tidak bangkit dari kubur dalam bentuk ragawi. Pengajaran ini bertentangan
dengan catatan mengenai peristiwa Kebangkitan di dalam keempat Injil dan seluruh
Perjanjian Baru.

4) Yesus adalah seorang guru moral yang baik, tetapi para pengikut-Nya telah mengubah
sejarah kehidupan-Nya, menjadi seperti yang tercatat dalam Alkitab (tidak ada mukjizat
yang "supranatural"), dengan injil yang ditulis bertahun-tahun kemudian. Semua tulisan
ini dianggap berasal dari para murid mula-mula yang ingin mendapatkan pengaruh yang
lebih besar saja. Pengajaran ini bertentangan dengan ayat di surat 2 Timotius yang
menyatakan mengenai pemeliharaan Alkitab yang bersifat supranatural oleh Allah.

5) Neraka itu tidak nyata. Manusia tidak tersesat dalam dosa. Mereka tidak akan binasa
oleh penghakiman di masa depan meskipun tidak memiliki hubungan dengan Kristus
melalui iman. Manusia dapat membantu dirinya sendiri. Pengorbanan kematian Kristus di
kayu salib tidak diperlukan karena Allah yang penuh kasih tidak akan mengirim orang ke
tempat seperti neraka, mengingat manusia tidak dilahirkan dalam dosa. Pengajaran ini
membantah pernyataan dari Yesus sendiri, yang menyatakan kalau diri-Nya adalah satu-
satunya Jalan untuk datang kepada Allah, melalui kematian-Nya yang telah menebus
dosa manusia (Yoh 14:6).

6) Sebagian besar dari para penulis Alkitab bukanlah orang-orang yang selama ini
dianggap sebagai penulisnya. Misalnya, Musa tidak dianggap sebagai penulis lima kitab
pertama dari Alkitab. Kitab Daniel dianggap memiliki dua penulis karena tidak mungkin
jika "nubuatan" yang begitu mendetail dari bab-bab selanjutnya bisa diketahui
sebelumnya. Semua nubuatan itu pastinya ditulis setelah peristiwa terjadi. 
Asumsi yang sama juga diterapkan untuk kitab-kitab Perjanjian Baru. Pengajaran ini
tidak hanya bertentangan dengan Alkitab, tapi juga dengan dokumen-dokumen
bersejarah lainnya, yang ikut membuktikan keberadaan semua orang yang disangkal
oleh kaum liberal.
7) Hal yang paling penting untuk dilakukan oleh manusia adalah "mengasihi" sesamanya.
Apa yang dianggap sebagai “tindakan kasih” bukan berdasarkan pada apa yang Alkitab
katakan sebagai sesuatu yang baik, tetapi bersandar pada apa yang para teolog liberal ini
putuskan sebagai sesuatu yang baik. Pengajaran ini menyangkal doktrin kerusakan total,
yang menyatakan bahwa manusia tidak mampu untuk melakukan segala sesuatu yang
baik dan mengasihi (Yer 17:9) sampai dia telah ditebus oleh Kristus dan diberi sifat
yang baru (2 Kor 5:17)

Gerakan ini muncul terutama sebagai respons dari ketidakpuasan umum dengan tendensi
kemapanan Kekristenan

The field of secular ology , a subfield of liberal theology advocated by Anglican bishop John


AT Robinson somewhat paradoxically combines secularism and theology . Recognized in
the 1960s, it was influenced both by neo-orthodoxy , Dietrich Bonhoeffer , Harvey Cox , and
the existentialism of Søren Kierkegaard and Paul Tillich . Secular theology digested modern
movements like the Death of God Theology propagated by Thomas JJ Altizer or the
philosophical existentialism of Paul Tillich and eased the introduction of such ideas into the
theological mainstream ketidakpuasan umum and made constructive evaluations, as well as
contributions, to them. [1]
John Shelby Spong advocates a nuanced approach to scripture (as opposed to blunt Biblical
literalism at the other end of the scale), informed by scholarship and compassion, which he
argues can be consistent with both Christian tradition and a contemporary understanding of
the universe. Secular theology holds that theism has lost credibility as a valid conception
of God 's nature. [2] It rejects the concept of a personal God and embraces the status of Jesus
Christ , Christology and Christian eschatology as Christian mythology without basis in
historical events. [3] [4]
The movement chiefly came about as a response to general dissatisfaction with the Christian
establishment's tendency to lapse into "provincialism" when presented with the "unusual"
theological ideas common during the 1960s. [5] [6] [7] The movement also suggested the
legitimacy of seeking the holy outside the church itself. Thereby it suggests that the church
did not have exclusive rights to divine inspiration. In a sense, this incorporated a strong
sense of continuous revelation in which truth of the religious sort was sought out in poetry,
music, art, or even the pub and in the street. [ citation needed ]
Certain other religions besides Christianity have developed secular theologies and applied
these to core concepts of their own traditions. Notable among such movements has been
the Reconstructionist Judaism of Mordecai Kaplan , which understands God and the
universe in a manner concordant with Deweyan naturalism. [8]
In Hinduism , the Advaita school of theology is generally regarded as non-theistic as it
accepts all interpretations of God or Ishvara .

Anda mungkin juga menyukai