Anda di halaman 1dari 14

Nama : Mei Sabatini

Theopani C.M Simamora


Wahyu Manumpak Hutabarat
Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
Mata Kuiah : Teknik dan Media
Dosen Pengampu : Dr. Setia Ulina Br. Tarigan

GEREJA YANG BERSEKUTU

I. Pendahuluan
Gereja adalah persekutuan orang percaya. Adapun gereja memiliki tri tugas panggilan
gereja, yaitu marturia, koinonia dan diakonia. Koinonia (bersekutu), ialah hidup dalam
persekutuan sebagai anak Tuhan dengan perantaraan Kristus dalam Kuasa Roh Kudus. Kita
dipanggil dalam persekutuan erat dengan Tuhan. Melalui Koinonia ini dapat menjadi sarana
untuk membentuk jemaat yang berpusat kepada Kristus. Kita diharapkan dapat menciptakan
kesatuan dan persekutuan antar jemaat dan jemaat antar masyarakat. Koinonia ini diwujudkan
dengan menghayati hidup berjemaat. Lalu bagaimanakah gereja yang bersekutu itu? apa-apa
saja persekutuan yang ada di dalam gereja sebagai persekutuan orang percaya? Berikut akan
kami ulas sedikit banyak nya mengenai apa dan bagaimana gereja yang bersekutu tersebut.

II. Pembahasan
II.1. Apa itu Gereja
Sebagian orang Kristen menyadari bahwa Gereja itu penting. Baik Gereja sebagai
persekutuan orang percaya, maupun Gereja sebagai lembaga.1 Gereja telah senantiasa
diabdikan bagi pewartaan kabar keselamatan di dalam Kristus, baik melalui kata maupun
perbuatan.2 Gereja telah ada sejak jaman rasul-rasul mendapatkan perintah dari Tuhan untuk
menyebarkan kabar sukacita dan menjadikan semua bangsa sebagai muridNya. Gereja mula-
mula saat itu merupakan sekumpulan orang percaya yang bersekutu untuk beribadah kepada
Tuhan.
Dalam perkembangannya, secara fisik orang mengenal gereja sebagai sebuah bangunan
tempat umat Kristiani berkumpul untuk beribadah. Sebenarnya bangunan gereja tersebut
1
Leonard Hale, Jujur Terhadap Pietisme, (Jakarta: BPK-GM, 1996), 89.
2
Joas Adiprasetya, Gereja Menuju Sebuah Visi Bersama, (Jakarta: BPK-GM, 2019), 4.
1
merupakan representasi makna dari gereja sebagai jemaat yang dinaunginya. Tetapi kemudian
pada perkembangan selanjutnya gereja hanya dianggap sebagai sebuah bangunan saja, dan
hanya sedikit orang yang mengetahui makna dan arti dari gereja yang sebenarnya.
Dalam perkembangannya, seperti yang telah disinggung sebelumnya gereja dalam Bahasa
Indonesia memiliki beberapa arti:
a. Arti pertama ialah “umat” atau lebih tepat persekutuan orang Kristen. Arti ini diterima
sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukan sebuah gedung.
b. Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa
bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, atau pun tempat rekreasi. Jadi,
tidak melulu mesti di sebuah gedung khusus ibadah.
c. Arti ketiga ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen. Misalkan Gereja
Katolik, Gereja Protestan, dll.
d. Arti keempat ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. Misalkan
kalimat “Gereja menentang perang Irak”.
e. Arti terakhir dan juga arti umum adalah sebuah “rumah ibadah” umat Kristen, di mana
umat bisa berdoa atau bersembahyang.
Gereja (untuk arti pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus
pada hari raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan Allah diberikan kepada
semua yang percaya pada Yesus Kristus.
Dalam Alkitab Perjanjian Baru kata gereja dipakai untuk menggambarkan sifat-sifat
gereja (jemaat) tersebut. Dapat diketahui beberapa macam sebutan gereja tersebut antara
lain:
a. Gereja Universal
Gereja Universal adalah gereja yang terdiri dari semua orang yang memiliki hubungan
pribadi dengan Yesus Kristus. Di sini digambarkan bahwa seluruh jemaat yang percaya dan
mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah bagian dari gereja universal
tersebut, sehingga tidak ada perbedaan diantara tiap-tiap anggota gereja karena Kristus
telah menjadi pemersatu jemaat-jemaat tersebut. Gambaran mengenai Gereja sebagai
Gereja Universal dapat ditemukan dalam kitab 1 Korintus 12:13-14 “Sebab dalam satu Roh
kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka,
telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh…”
b. Gereja Lokal
Gereja Lokal adalah perkumpulan/kelompok orang yang bertemu dalam sebuah
tempat/lokasi secara khusus. Gereja lokal merupakan bagian dari Gereja Universal.
Dalam Perjanjian Baru, yang dimaksud Gereja Lokal yaitu jemaat-jemaat di masing-
masing kota pada jaman Perjanjian Baru. Beberapa tulisan Paulus dalam Perjanjian Baru
merupakan surat kiriman kepada beberapa jemaat lokal, antara lain jemaat yang berada di
Roma, Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, Tesalonika. Berea, Tiatira, dll. Seperti
dicontohkan dalam kitab Galatia 1:1-2 “Dari Paulus, seorang rasul, ... dan dari semua
saudara yang ada bersama-sama dengan aku, kepada jemaat-jemaat di Galatia.”.
2
c. Gereja sebagai Sebuah Perhimpunan
Perhimpunan/Perkumpulan Gereja sebagai perhimpunan/perkumpulan dimaksudkan
sebagai perhimpunan dari individu-individu untuk suatu tujuan. Hal ini dapat dilihat dalam
kitab 1 Korintus 11:18 “…bahwa apabila kamu berkumpul sebagai jemaat….”3

II.2. Apa itu Bersekutu


Koinonia adalah istilah bahasa Yunani yang menjelaskan salah satu tugas/peran
gereja koinonia yang berarti bersekutu. Koinonia berasal dari kata dasar koinos yang berarti
lazim atau umum, artinya hal ini berkaitan dengan kebersamaan. Koinonia dapat diartikan
pula persahabatan, himpunan, partisipasi bersama, keakraban, kontribusi bersama atau
pengumpulan. Kata ini merujuk kepada pemakaian sesuatu secara bersama-sama. Kata
yang dihubungkan dengan koinonia adalah koinonos yang berarti “sekutu” atau “kawan
sekerja”.4
Koinonia (bersekutu), ialah hidup dalam persekutuan sebagai anak Tuhan dengan
perantaraan Kristus dalam Kuasa Roh Kudus. Kita dipanggil dalam persekutuan erat
dengan Tuhan. Melalui Koinonia ini dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang
berpusat kepada Kristus. Kita diharapkan dapat menciptakan kesatuan dan persekutuan
antar jemaat dan jemaat antar masyarakat. Koinonia ini diwujudkan dengan menghayati
hidup berjemaat, yaitu bersama-sama berkumpul menghadap hadirat Tuhan, bernyanyi dan
berdoa bersama, melakukan playanan sakramen, peneguhan dan penguatan orang yang
lemah, saling melayani dalam kepedulian bersama.5
Koinonia (bersekutu) berasal dari bahasa Yunani “Koinon” yaitu: koinoncin artinya
bersekutu. Koinonos artinya “teman, sekutu”, koinonia artinya “persekutuan”. Dalam
masyarakat Yunani kata koinonia sering kali dipakai untuk menggambarkan hubungan
manusia dengan ilah-ilah. Hubungan itu dibayangkan sebagai hubungan antar teman.
Hubungan mistik yang membawa kepada kebahagiaan yang hebat. Itulah sebabnya dalam
Septuaginta kata koinonia tidak pernah menggambarkan hubungan antara Allah dengan
manusia. Dalam PB kata koinonia mempunyai beberapa pengertian, antara lain sebagai
berikut:
1. Mengambil bagian bersama-sama dengan orang lain dalam sesuatu.
Lukas 5:10 mengatakan bahwa waktu Tuhan Yesus menyuruh murid-
murid menjala ikan, mereka melakukan perintah Tuhan. Mereka
mendapat banyak ikan. Karena banyaknya mereka semua harus
mengambil bagian dalam hal menarik jala. Disini koinonia diartikan
sebagai persekutuan pekerja. Dalam 1 Korintus 10:16, arti persekutuan
adalah “mengambil bagian dalam penderitaan dan kematian Yesus
Kristus di dalam persekutuan Perjamuan Kudus”
3
Surya Adhi Kusuma, “Kaya di Bumi, Memerintah Bersama Yesus di Sorga”, Gereja Bethany Fresh Anointing di
Yogyakarta, 13-16 yang diakses dari http://e-journal.uajy.ac.id pada Rabu, 29 September 2021 pukul 14.41 WIB.
4
Jonar S, Kamus Alkitab & Theologi, (Yogyakarta: Andi, 2016), 233.
5
Stimson Hutagalung, “Apakah Orang Kaya di Dalam Gereja Membutuhkan Pendampingan Pastoral?” yang diakses
dari https://jurnal.unai.edu, pada Jumat 15 Oktober 2021 Pukul 22:23 WIB.
3
2. Memberi bagian kepada seseorang. Filipi 4:15 mengartikan koinonia
adalah “mengadakan perhitungan”. Paulus memberi jemaat Filipi
mengambil bagian dalam mengabarkan Injil, sedangkan jemaat Filipi
tanpa diminta memberi Paulus bagian untun “penghidupnya”
3. Koinonia sebagai suatu persekutuan penuh (absolut). Dalam Galtia 2:9
digambarkan bahwa Paulus dan Barnabas dengan berjabatan tangan
sebagai tanda persekutuan diterima secara penuh dalam persekutuan
yang dijadikan oleh iman bersama kepada Kristus. Tanda hubungan erat
antara kedua belah pihak adalah mereka bersekutu dalam Kristus.
Jadi koinonia mempunyai dasar dan tujuan yang berasal dari Yesus Kristus. Dasar dan
tujuan ini tidak dapat diganti dengan dasar dan tujuan yang lain. Koinonia adalah persekutuan
jemaat di dalam Kristus walaupun banyak anggota tetapi membentuk satu tubuh Kristus. dalam
koinonia ini tidak hanya sekedar bersekutu tetapi juga menggambarkan Injil Kerajaan Allah
melalui perkataan atau kesaksian (marturia) maupun pelayanan (diakonia) dimana orang
percaya berada.6 Koinonia adalah implementasi dari iman dan pengharapan dalam realitas
kehidupan. Iman yang dilahirkan oleh Injil dan pada gilirannya melahirkan pengharapan
diamalkan dalam koinonia.7

II.3. Gereja sebagai Persekutuan Orang Percaya


Gereja sebagai persekutuan yang kudus memerlukan peran seorang pemimpin yang
menjaga nilai-nilai kekudusan yang teraktualisasi dalam pola kepemimpinannya 8 Gereja adalah
persekutuan yang dihimpunkan oleh Kristus untuk mendengarkan Firman-Nya.9 Keberadaan
gereja yang senantiasa bersinggungan dengan perubahan akan menempatkan gereja untuk
senantiasa menjawab perubahan tersebut dalam perspektif ke-kudus-an yang melekat padanya.
Berbagai polusi kepentingan yang sifatnya temporer menantang gereja sebagai filter sekaligus
alat pembebasan yang mengusung kabar sukacita dan merambah keseluruhan hidup manusia.
Sekat-sekat kepentingan temporer tersebut hendaknya mampu ditanggulangi oleh gereja
dengan sifat inklusifnya.
Pada tataran inilah maka kepemimpinan gereja yang aktual mencerminkan gereja yang
kontekstual yakni gereja yang sadar akan tantangan yang dihadapi dan mengupayakan
penghayatan dan pemahaman makna kehadirannya secara berkualitas. Menurut E.G Singgih,
yang penting bukan merancang sesuatu yang sama sekali baru melainkan “menemukan
kembali” dan “merumuskan kembali” tradisi sebagai data yang tersedia.
Steven Bernstein mengatakan, kepemimpinan saat ini dipahami banyak orang sebagai
tindakan kolektif, dirancang dengan suatu cara agar membawa perubahan signifikan sembari

6
Harianto GP, Teologi Pastoral, (Yogyakarta: Andi, 2020), 48-49.
7
Robert P. Borrong, Berakar di Dalam Dia & di Bangun di Atas Dia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 165.
8
Steven M. Bernstein dan Anthony F. Smith, The Puzzle of Leadhership, dalam The Leader of the Future, ed. Frances
Hesselbein, Marshall Goldsmith, dan Richard Beckhard, (San Francisco: Jossey-Bass, 1996), 282.
9
Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme?, (Jakarta: BP K Gunung Mulia, 2011), 13.
4
meningkatkan kompetensi dan motivasi dari semua yang terlibat dalam proses kepemimpinan
itu.10 Adapun gereja sebagai persekutuan orang percaya memiliki beberapa sifat, yaitu:
- gereja adalah kudus
gereja atau kumpulan orang percaya adalah kudus. Kata “kudus” harus
dihubungkan dengan karya penyelamatan Kristus yang telah menyucikan dosa-dosa
manusia. Namun bukan berarti setiap anggota gereja (semua orang Kristen) adalah
orang-orang yang tidak berdosa, melainkan orang-orang berdosa yang percaya dan
memercayakan diri mereka kepada Tuhan Yesus Kristus. Jadi “kudus” yang
dimaksudkan adalah dikuduskan untuk menjadi milik Kristus. Umat Allah adalah
“bangsa yang kudus”, ini berarti gereja adalah kudus dan setiap orang Kristen juga
kudus oleh karena persekutuan kita dengan kristus. dihadapan Allah, gereja tidak
bercacat dan bercela dalam hal moral, meskipun kenyataannya belum ada gereja seperti
itu di dunia ini, tetapi gereja atau orang percaya tetap harus menunjukkan tanda-tanda
kekudusan dan kemajuan menuju kekudusan yang lebih sempurna. Kekudusan dalam
hidup adalah proses yang berjalan secara terus-menerus hingga kita meninggal.

- Am
Kata “am” berarti mencakup secara keseluruhan. Pada mulanya istilah “gereja
am”digunakan untuk membedakan gereja tersebut dari gereja lain setempat. Gereja
adalah persekutuan rohani orang percaya dengan Tuhan Yesus Kristus. mereka berasal
dari berbagai tempat, bangsa dan masa. Satu gereja berarti satu keluarga besar yang
mengakui bahwa Yesus Kristus adalah kepala gereja dengan satu babptisan, satu iman
dan satu Injil. Oleh karena itu mereka dapat berdiri kokoh diatas dasar yang teguh yaitu
Kristus sebagai juruselamat dunia.

- Esa
Walaupun di dunia terdapat berbagai macam denominasi gereja atau jemaat, pada
hakikatnya mereka adalah satu. Gereja adalah tubuh kristus yang mempunyai banyak
anggota. Oleh karena kristus adalah satu dan tidak terbagi-bagi sekalipun ada banyak
gereja (orang percaya) pada hakikatnya hanya satu. Gereja yang esa akan terwujud bila
didasarkan pada satu Allah (Ef 4:1-6), semua orang yang benar-benar berada di
dalamnya merupakan satu umat. Oleh karena itu, gereja yang sebenarnya akan terwujud
melalui kesatuan.11

II.4. Dasar-dasar Persekutuan


Sebagaimana dalam satu kendaraan roda tidak bisa berputar sendiri tanpa roda lainnya,
dem ikian juga orang Kristen tidak dapat maju dengan baik jika ia tidak dihubungkan dengan

10
Steven M. Bernstein dan Anthony F. Smith, The Puzzle of Leadhership, dalam The Leader of the Future, ed.
Frances Hesselbein, Marshall Goldsmith, dan Richard Beckhard, (San Francisco: Jossey-Bass, 1996), 282.
11
Timotius Sukarman, Gereja yang Bertumbuh dan Berkembang, (Yogyakarta: Andi, 2012), 18-20.
5
masyarakat Kristen lainnya dalam suatu persekutuan. Di sini kita lihat pentingnya gereja
setempat, suatu persekutuan orang-orang percaya yang berkumpul setiap minggu. Masyarakat
Kristen mula-mula sering berkumpul untuk bersekutu (Kis. 2:42, 46, 47). Dalam persekutuan
itu mereka mendapat:
1. Pengajaran dari para rasul; doktrin-doktrin, Firman Allah dijelaskan.
2. Persekutuan dengan Tuhan dan saudara-saudara seiman.
3. Perjamuan Kudus
4. Doa Bersama dan memuji Tuhan.12

Dasar hubungan mereka antara satu dengan yang lain adalah hubungan yang mereka
miliki dengan Allah. Kata bersekutu mengandung ide memikul bersama, bahkan dalam mitra
kerja sekalipun (Lukas 5:10). Dalam Mazmur 133:1 disebutkan betapa indah persekutuan di
dalam Tuhan yang boleh disebut sebagai “bersaudara”. Satu dengan yang lain menjadi sahabat
(Amsal 17:17), itulah hubungan indah dalam bersekutu. Koinonia jemaat didasarkan pada apa
yang dimiliki bersama oleh orang-orang Kristen. Ini semua mencerminkan apa yang kita miliki
bersama-sama. koinonia adalah orang-orang yang memegang hak milik bersama-sama, partner
atau sekutu ataupun orang-orang yang mempunyai andil dalam urusan umum.13

II.5. Gereja yang Bersekutu


Persekutuan adalah “Hakikat” yang sudah diletakkan oleh Yesus Kristus, bukan
tujuan yang masih harus dikejar atau diusahakan manusia. Manusia hanya tinggal bersedia
menerima, masuk dan menjalankan serta melaksanakannya. Bila persekutuan tidak dapat
diwujudkan, maka bisa menjadi penghalang, kendala, batu sandungan bagi dunia untuk
percaya kepada Yesus Kristus.14
Allah menjadikan gereja sebagai suatu persekutuan yang mengaku satu tubuh, satu
Roh dalam ikatan damai sejahtera, satu pengharapan, satu Iman, satu Baptisan, satu Tuhan,
satu Allah dan Bapa dari semua (Efesus 4:4-6). Di dalam persekutuan umat ini, Roh Allah
bekerja untuk memungkinkan terjadinya integrasi manusia yang beriman, karena Allah
hadir dan menyembuhkan hubungan yang rusak antara umat-Nya dengan diri-Nya.15
Persekutuan orang percaya adalah persekutuan yang dilandasi oleh Kasih Allah,
dan sebagai persekutuan kasih, maka gereja adalah keluarga dan kawan sekerja Allah
(Efesus 2:19 ; 1 Korintus 3:9a) yang dituntut untuk ada didalam kasih, sehati sepikir, dalam
satu tujuan dengan tidak mencari kepentingan sendiri tetapi juga untuk kepentingan orang
lain juga, sehingga anggota yang satu memandang anggota yang lain lebih utama daripada
dirinya sendiri (Filipi 2:1-4).16
Tuhan menunjukkan kepada kita model gereja yang bersekutu, antara lain adalah
sebagai berikut:
12
D. W. Ellis, Metode Penginjilan, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2005), 113
13
Jonar S, Ekklesiologi, (Jakarta: Pustaka Referensi), 75-78.
14
Stevri I. Lumintang, Misiologia Kontemporer…, 213
15
4 Eli Tanya, D.Th. Gereja dan Pendidikan Agama Kristen…, 7
16
Sih Budidoyo, Kesalehan Sosial…, 213-215
6
- Bersekutu itu sangat penting agar kita dapat bertumbuh dalam iman (Kis 2:42),
karena bersekutu adalah membangun relasi dengan Tuhan melalui belajar
Firman Tuhan secara rutin
- Hidup dalam persatuan dan kerukunan (Kis 2:44), seperti jemaat mula-mula
yang hidup dalam persekutuan dan kerukunan, semuanya merasa sama-sama
sudah ditebus oleh Kristus, karena sejatinya sifat dari anak Tuhan adalah
pemersatu
- Saling memperhatikan satu sama lain (Kis 2:44-45), karena Allah tidak mau kita
menjadi manusia yang egois, tetapi Allah ingin kita menjadi orang yang saling
memperhatikan sesama kita, bahkan sekecil apapun yang kita lakukan bagi yang
membutuhkan, kita melakukannya bagi Tuhan dan akan diperhitungkan Tuhan.
Gereja sebagai tubuh Kristus merupakan persekutuan orang percaya yaitu orang-orang
yang telah dipanggil keluar (ekklesia) dari kegelapan menuju kepada terang-Nya yang ajaib.
Rasul Paulus menjelaskan kepada jemaat di Roma bahwa konsekuensi kita sebagai Tubuh
Kristus adalah harus memerhatikan orang lain yang membutuhkan. Tugas gereja untuk
bersekutu adalah perintah Tuhan Yesus kepada para murid-Nya. Persekutuan dalam jemaat
memungkinkan terjadinya komunikasi sehingga mereka akan saling memahami kebutuhan
sesamanya. Koinonia atau persekutuan harus dijalin dalam kasih Tuhan artinya meskipun
orang Kristen berkumpul dan hidup rukun, tetapi tanpa kehadiran Tuhan di dalamnya, sia-
sialah koinonia itu. Apabila orang Kristen hidup dalam persekutuan sejati, Allah dimuliakan.
Tuhan Yesus mempersatukan semua orang ke dalam tubuh-Nya. Dia juga meminta umat-Nya
untuk memperkuat persekutuan ini dengan saling melayani sesuai dengan berbagai karunia
yang mereka miliki. Sehingga gereja dapat bertumbuh dan berkembang di dalam Dia.
Persekekutuan sangat berhubungan dengan gereja yang memuliakan Allah. Terimalah satu
akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita untuk kemuliaan Allah (Rm
15:7). Pada dasarnya koinonia berarti saling menerima semua hal yang merupakan bagian dari
sesuatu, manusia selalu memiliki kelebihan dan kekurangan. Hendaklah kelebihan seseorang
dapat menutupi kekurangan orang lain. Karena itu kita perlu menyadari pentingnya
persekutuan. Rasul Paulus menasihati jemaat di Roma supaya tidak meninggalkan persekutuan
mereka dengan Tuhan dan sesama.17

II.6. System Persekutuan


Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses
pendidikan adalah pendekatan sistem. Melalui pendekatan sistem kita dapat melihat
berbagai aspek yang dapat memengaruhi keberhasilan suatu proses.
Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan
saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.

17
Timotius Sukarman, Gereja yang Bertumbuh dan Berkembang, (Yogyakarta: Andi, 2012), 23-25.
7
Berdasarkan pengertian di atas, maka ada tiga hal penting yang menjadi
karakteristik suatu sistem. Pertama, setiap sistem pasti memiliki tujuan. Tujuan
merupakan ciri utama suatu sistem. Tidak ada sistem tanpa tujuan. Tujuan merupakan arah
yang harus dicapai oleh suatu pergerakan sistem. Semakin jelas tujuan maka semakin
mudah menentukan pergerakan sistem. Kedua, sistem selalu mengandung suatu proses.
Proses adalah rangkaian kegiatan. Kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan. Semakin
kompleks tujuan, maka semakin rumit juga proses kegiatan. Ketiga, proses kegiatan dalam
suatu sistem selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen atau unsur-unsur
tertentu. Sistem memerlukan dukungan berbagai komponen yang satu sama lain saling
berkaitan.
Sistem bukan hanya sebagai suatu cara, sistem selalu bertujuan, dan seluruh
kegiatan dengan melibatkan dan memanfaatkan setiap komponen diarahkan untuk
mencapai tujuan tersebut.18

II.7. Hambatan dan Tantangan dalam Melaksanakan Persekutuan di Masa


Pandemi
Sebuah tantangan bagi Gereja adalah bagaimana mewartakan Injil Kritus melalui
sebuah cara yang memunculkan sebuah tanggapan di dalam konteks, bahasa-bahasa, dan
budaya-budaya yang berbeda dari orang-orang yang mendengar pewartaan tersebut.
Pada masa kini, pewartaan mengenai kerajaan Allah terus berlanjut di seluruh dunia
yang berada di dalam keadaan-keadaan yang berubah secara cepat. Beberapa
perkembangan secara khusus menantang misi dan pemahaman diri Gereja. Kesadaran yang
tersebar secara meluas mengenai kemajemukan agama menantang orang-orang Kristen
untuk memperdalam refleksi mereka mengenai hubungan antara pewartaan bahwa Yesus
adalah satu-satunya Penyelamat dunia, di satu sisi, dan klaim-klaim dari agama lain, di sisi
lain. Perkembangan cara-cara komunikasi menantang gereja-gereja untuk menemukan
jalan-jalan baru untuk mewartakan Injil dan membentuk serta mempertahankan komunitas-
komunits Kristen. “Gereja-gereja yang tengah muncul” (emerging churches), yang
mengusulkan sebuah jalan baru menjadi Gereja, menantang gereja-gereja lain untuk
menemukan cara-cara menanggapi kebutuhan-kebutuhan dan minat-minat pada masa kini
melalui cara-cara yang setia pada apa yang telah diterima sejak awal. Kemajuan sebuah
budaya sekular global menantang Gereja dengan sebuah situasi dengan banyak orang yang
mempertanyakan kemungkinan untuk tetap beriman, dengan mempercayai bahwa
kehidupan manusia memadai pada dirinya sendiri, tanpa rujukan apa pun pada Allah.
Di beberapa tempat, Gereja mengahadapi tantangan dari penurunan keanggotaan
yang drastis, dan hal ini dipahami oleh banyak orang sebagai sesuatu yang tak relevan bagi
kehidupan meraka, yang menuntun mereka yang masih percaya untuk berbicara mengenai
perlunya penginjilan-ulang. Seluruh Gereja berbagi tugas penginjilan di hadapan

18
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia,
2013), 49-50.
8
tantangan-tantangan ini dan lain-lainnya yang mungkin muncul di dalam konteks-konteks
tertentu.19

II.8. Solusi untuk Membangun Sistem Persekutuan di masa Pandemi


Sejarah dan perkembangan segala sesuatu tidak mendadak. Selalu lewat proses
kejadian dan penjadian yang berjalan dialektis antara evolusi (perubahan dalam waktu
panjang) dan mutasi (baca: revolusi, perubahan mendadak, amat cepat). Demikian pun di
Indonesia, dalam Gereja, di desa maupun kota sudah menjalani adaptasi. Terutama pada
masa pandemi saat ini, orang-orang sudah mulai berdaptasi. Bahkan dalam melakukan
persekutuan, Gereja sudah mulai mencari sistem yang tepat untuk melaksanakan
persekutuan walaupun melalui jarak jauh. Kebaktian kepada Tuhan bukanlah sesuatu yang
asing jatuh dari langit, tetapi menjelma di dalam budaya dan bahasa manusia.20

II.9. Jenis Persekutuan dalam Gereja GKPI


Gereja GKPI sebagai salah satu organisasi atau tempat “persekutuan orang
percaya”, telah memiliki relasi di dalam dan diluar negeri. Selain GKPI sendiri sudah
masuk dalam keanggotaan PGI , GKPI sendiri juga memiliki lembaga-lembaga mitra di
dalam dan diluar negeri, yaitu sebagai berikut:
a. Dalam Negeri
1. Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), jl. Salemba Raya 10 Jakarta
Pusat
2. PGI-Wilayah Sumatera Utara, Jl. Selamet Ketaren 100 Medan Estate, Sumut
3. Sekber UEM, kantor sinode GKPI, Jl. Kapt. M.H Sitorus No.13 Pematang
Siantar, Anggota:
- GKPS - HKBP - GBKP - GKJW
- GKPI - HKI - GKPM - GKI-Irja
- GKPA - BNKP - GPKB - GKJTU
- GKPPD
4. PTE (Pendidikan Theologia Extension): Pematangsiantar
5. IRAP ATS: Pematangsiantar
6. KN-LWF: Pematangsiantar
7. DP-PGI; Jakarta
8. YASUMA; Jakarta
9. STT Abdi Sabda; Medan
10. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI); Jakarta
11. Badan Penerbit Kristen (BPK); Jakarta
12. YAKOMA: Jakarta
13. Evangelism Explosion (EE Indonesia): Malang

19
Joas Adiprasetya, Gereja Menuju Visi Bersama, (Jakarta: BPK-GM, 2019), 5-7.
20
Y. B. Mangunwijaya, Pr, Gereja Diaspora, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 37-39.
9
b. Luar Negeri
1. WCC: Genewa, Switzweland
2. LWF: Genewa, Switzweland
3. CCA: Hongkong
4. UEM: Wuppertal, Jerman
5. ELCA: Amerika
6. LCA: Australia
7. Jemaat Bonn-Beuel: Jerman
8. Gereja Wilayah Kleve: Jerman
9. LNM: Norwegia
10. Asia Focus: Australia
11. EED: Jerman
12. Presbiteryan Church of Korea (PCK) Klasis Seoul Seobuk
Adapun GKPI sebagai gereja yang bersekutu juga memiliki berbagai bentuk persekutuan
dalam jemaat, yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Ibadah Sekolah Minggu

Sekolah Minggu adalah sebuah organisasi pelengkap imamat. Semua


anggota gereja usia dari usia balita sampai 17 tahun ke bawah adalah
anggota sekolah Minggu.adapun tujuan dari persekutuan ini adalah untuk
memperkuat iman individu-individu dan keluarga-keluarga kepada Bapa
Surgawi dan Yesus Kristus melalui pengajaran, pembelajaran dan
penemanan. Menolong para anggota gereja “saling mengajarkan ajaran
kerajaan” di gereja sehingga anak-anak dapat bertumbuh dan mengenal
Yesus di dalam imannya.21

2. Ibadah Remaja dan Pemuda (PP)


Ibadah remaja dan PP biasa dilakukan sekali seminggu, hal ini
bertujuan untuk menggali Firman Tuhan dan mempererat hubungan antar
remaja atau pemuda sehingga pemuda melakukan kegiatan yang positif. Dan
biasanya ibadah ini sering dilakukan pada malam minggu. Dengan begitu
21
Churchofjesuschrist.org, Diakses pada Sabtu 16 Oktober 2021 Pukul 22:21 WIB.
10
remaja dan pemuda diharapkan dapat bertumbuh dalam iman dan
melakukan kegiatan yang membangun bersama dengan teman-teman
sebayanya sehingga remaja yang cenderung labil memiliki lingkungan yang
lebih positif yang bagus untuk pembentukan karakter atau iman mereka.

3. Ibadah Umum
Ibadah umum adalah ibadah yang dilakukan sekali seminggu. Untuk
gereja yang memiliki lebih banyak jemaat, biasanya frekuensi beribadah
bisa dibuka sampai 2 atau tiga kali peribadahan. Dan bahasa juga
disesuaikan. Biasanya pagi memakai bahasa Indonesia dan Siang memakai
bahasa Daerah. Dalam ibadah umum, terdapat anak-anak balita
(biasanya dibawa serta oleh orang tua), pemuda yang sudah tidak
merupakan Sekolah Minggu lagi, orang dewasa bahkan para lansia.

4. Ibadah Keluarga
Dalam masa pandemic Covid-19 seperti sekarang ini, ibadah
keluarga adalah salah satu solusi paling efektif untuk keluarga dapat
bersekutu dalam Tuhan dan tetap bertumbuh dalam imannya. Keluarga
biasanya berkumpul bersama-sama lalu mendengarkan firman Tuhan,
bernyanyi bersama dan berdoa bersama untuk memuji Tuhan.

5. Kelompok PA
6. Retreat
Retreat biasa dilakukan sekali setahun, biasanya dilakukan ketika acara
natal atau tahun baru. retreat dilakukan di lingkungan terbuka dan melalukan
ibadah disana secara bersama-sama. Adapun wisata retreat rohani yang biasa
dikunjungi ialah seperti Salib Kasih dan taman Wisata Iman serta tidak menutup
kemungkinan untuk tempat wisata lainnya. Dengan melakukan persekutuan di
alam terbuka rasanya lebih berbeda dibanding dengan biasanya. Biasanya akan
semakin mencintai lingkungan, bersyukur atas bumi dan kehidupan yang telah
Allah beri kepada manusia.
11
7. Paduan Suara PP
Paduan suara gereja biasanya berasal

8. Kelompok Pemusik Gereja

9. Koor ina (Maranata, pararikamis, Debora, dll).


III. Kesimpulan

12
Dari Pemahaman mengenai Gereja Bersekutu bisa disimpulkan bahwa gereja adalah
persekutuan orang-orang beriman yang mengaku satu tubuh, jiwa, satu roh dalam ikatan damai
sejahtera, satu pengaharapan, satu iman, satu Allah. Maka persekutuan orang percaya adalah
persekutuan yang dilandasi oleh Kasih Allah (Allah adalah Kasih), maka gereja adalah
keluarga dan kawan sekerja Allah. Tuhan mengkehendaki kita bukan untuk sekedar
mengikuti , tetapi kita dituntut hidup takut akan Dia dan Rajin beribadah, artinya menjadi saksi
Kristus bagi orang lain. Allah memerlukan seorang Kristen yang benar-benar memiliki
identitas, untuk menjadi saksi yang akan dipakai-Nya sebagai alat untuk
mengerjakan/memberitakan Injil nya melalui persekutuan dengan otoritas-Nya. Tuhan telah
memebrikan kita tanggung jawab untuk memerhatikan kebutuhna dan keselamatan sesama.
Tuhan telah memberkati gereja kita secara luar biasa.
IV. Daftar Pustaka
Sumber Buku:
Adiprasetya, Joas. Gereja Menuju Sebuah Visi Bersama. Jakarta: BPK-GM, 2019.
Bernstein Steven M. dan Anthony F. Smith. The Puzzle of Leadhership, dalam The Leader of
the Future, ed. Frances Hesselbein, Marshall Goldsmith, dan Richard Beckhard. San
Francisco: Jossey-Bass, 1996.
Borrong, Robert P. Berakar di Dalam Dia & di Bangun di Atas Dia. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2002.
Budidoyo, Sih. Kesalehan Sosial…
Elli D. W.. Metode Penginjilan. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2005.
GP, Harianto. Teologi Pastoral. Yogyakarta: Andi, 2020.
Hale, Leonard. Jujur Terhadap Pietisme. Jakarta: BPK-GM, 1996.
Jonge, Christian de. Apa itu Calvinisme?. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
Lumintan, Stevri I. Misiologia Kontemporer...
Mangunwijaya,Y. B. Pr, Gereja Diaspora. Yogyakarta: Kanisius, 1998.
Sanjaya,Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenadamedia, 2013.
Sukarman, Timotius. Gereja yang Bertumbuh dan Berkembang. Yogyakarta: Andi, 2018.
Sukarman, Timotius. Gereja yang Bertumbuh dan Berkembang. Yogyakarta: Andi, 2012.
S, Jonar. Kamus Alkitab & Theologi. Yogyakarta: Andi, 2016.
Tanya, Eli. Gereja dan Pendidikan Agama Kristen…

Sumber Internet:
Churchofjesuschrist.org, Diakses pada Sabtu 16 Oktober 2021 Pukul 22:21 WIB.
Stimson Hutagalung, “Apakah Orang Kaya di Dalam Gereja Membutuhkan Pendampingan
Pastoral?” yang diakses dari https://jurnal.unai.edu, pada Jumat 15 Oktober 2021 Pukul 22:23
WIB.

13
Surya Adhi Kusuma, “Kaya di Bumi, Memerintah Bersama Yesus di Sorga”, Gereja Bethany
Fresh Anointing di Yogyakarta, 13-16 yang diakses dari http://e-journal.uajy.ac.id pada Rabu,
29 September 2021 pukul 14.41 WIB.

Kompetensi: Bersekutu adalah hidup gereja untuk itu perlu dasar persekutuan dan bentuk
persekutuan serta system pelaksanaannya

14

Anda mungkin juga menyukai