Nim : 18.01.1684
Kelas/Prodi : III/Teologi
II. Pembahasan
II.1. Roh Allah
II.1.1. Pengertian Roh
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
roh diartikan sebagai sesuatu unsur yang ada dalam
jasad manusia yang menyebabkan manusia hidup,
dan juga disebut dengan spirit atau semangat. Kata
roh juga diartikan sebagai sesuatu yang hidup yang
tidak berbadan jasmani yang berakal budi dan
berperasaan (seperti malaikat atau setan). Dapat
juga berarti jiwa, badan halus.1 Berbicara tentang
roh sepertinya berbicara tentang sesuatu yang
abstrak, karena roh tidak dapat dilihat dan hanya
1
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1995), 752.
bisa dirasakan. Seperti yang telah kita ketahui
bahwa dalam bahasa Ibrani Roh berasal dari kata
( רּו ַחRuakh) yang artinya adalah roh dan dapat juga
diartikan sebagai dalam Perjanjian Lama identik
dengan angin, nafas, watak, titik pedoman, tempat
kesadaran dan kemuan serta roh.2
II.1.2. Roh Allah dalam Perjanjian Lama
2
M.V. Van Pelt, New International Dictionary Of Old Testament
Theology and Exegese Vol 3 (Amerika: Paternoster Publishing, 1996),
8119-8120.
3
…, KBBI Edisi Ke-4 ( Jakarta: PT Gramdia Pustaka Utama, 2008), 1179.
4
Jerry Mac Gregor & Maric Prys, 1001 Fakta Mengejutkan Tentang Allah
(Yogyakarta: Andi, 2003), 255.
Ruakh sering berarti angin, dan sering pula
dianggap berkuasa bahkan bisa merusak (Kel
10:13; 14:21; Ayub 21:18; Maz 1:4; 35:5; 107:25;
Yeh 1:4; 1 Raj 19:11). Tapi selalu dikendalikan
Allah menurut kehendak-Nya (Am 4:13; Ayb
28:25; Amsal 30:4; Maz 104:3; 135:7; 148:8).5
Berbicara tentang “Roh Allah (ruakh
Elohim)” berarti berbicara tentang kuasa-Nya.
Secara harafiah ruakh Elohim berarti kehadiran
Allah yang aktif dan tidak terlihat.6 Ungkapan
Ruakh Elohim juga merupakan ungkapan esensi
Allah yang aktif atau berkarya sebagai pribadiNya.7
Roh Allah adalah nafas Allah atau asas hidup Ilahi
yang dinyatakan dan diungkapkan dalam Roh,
inilah daya penciptaan Allah yang menampakkan
diri sebagai daya hidup dari Firman Allah.8 Roh
Allah adalah nafas Allah atau asas hidup Ilahi yang
dinyatakan dalam karya-Nya yang dinamis. Roh
inilah daya penciptaan Tuhan Allah yang
menampakkan diri sebagai daya hidup dari firman
5
…, Ensiklopedi AlkitabMasa Kini Jilid II M-Z ( Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000), 316-317.
6
Jerry MacGregor & Marie Prys, 1001 Fakta Mengejutkan Tentang Allah
(Yogyakarta: Andi, 2003), 255.
7
Lioyd Neve, The Spirit Of God in The Old Testament, (Tokyo; Saibunsha,
1972), 2.
8
Harun Hadiwijono, iman Kristen (Jakarta: BPK-GM, 2012), 121-122.
Tuhan yang menciptakan (Mzm. 33:6).9 Tetapi juga
dalam waktu yang sama dan dengan cara yang ajaib
menjadi benih hujan (1 Raj. 18:45). Dalam
pengertian lain bahwa angin tidaklah luar biasa dan
juga tidak dapat menekan apa pun tergantung
kepada Allah, namun disisi lain angin tersebut tidak
terbatas walaupun tidak punya sayap namun dia
bisa pergi jauh dari dunia. Dia hadir dalam bentuk
angin tetapi kehadiranNya dikarenakan oleh
kesatuannya dengan Allah.10 Roh Allah adalah
kuasa Allah dan kekuasaan impersonal, di dalam
Roh ada kekuatan Allah.11 Roh Allah adalah
kehadiran Allah di dalam manifestasinya Ia lahir
menciptakan dunia. Roh Allah adalah kuasa yang
menciptakan manusia sebagai makhluk yang
hidup.12 Roh Allah adalah Roh yang keluar dari
dalam diri Allah yang berarti Allah juga. Kuasa
Roh mencerminkan Allah sendiri. Roh Allah
adalah pelaksana dari semua kehendak Allah, Roh-
Nya bekerja di seluruh bumi, Roh di utus oleh
9
Christoper J. H. Wright, Knowing The Holy Spirit Through The Old
Testament (Oxport: Monarch Books, 1988), 110.
10
Edmond Jacob, Theology Of Old Testament (London: Hodder and
Stoughton, 1958), 121-125.
11
David Coffey, Did You Receive The Holy Spirit When You Belleved?
Same Basic Questions For Pneumatology (Amerika: Marquette University
Press, 2005), 75.
12
Eduart Schweizer, The Holy Spirit (Philadelphia: Fortress Press, 1978),
13.
Allah (Mzm. 104:30) dan diberikan oleh Allah (Bil.
11:29, Yes. 42:1,5).
II.2.2. Iblis
Alkitab kita berbicara tentang malaikat-
malaikat yang baik dan kudus (Mar 8:38) serta
malaikat yang tidak taat (Yud 1:6). Malaikat yang
baik digambarkan sebagai tentara Allah yang
senantiasa siap untuk menaati FirmanNya. Mereka
melaksanakan Firmannya dengan mendengarkan
suaraNya (Mzm 103:20). Para Malaikat yang
memberontak dan tidak melakukan firmanNya
serta tidak mendengarkan perintahNya akan jatuh
kedalam Dosa, kemudian mereka berwujud sebagai
lawan, musuh dan pemberontak yang disebut
dengan Iblis, yang mewujudkan suatu kuasa yang
berusaha merusak karya-karya Allah. Sehingga dari
hal tersebut dapat kita ketahui bahwa iblis itu
berasal dari malaikat Allah yang memberontak dari
14
https://ojs.sttaa.ac.id/index.php/JAA/article/view/195/178 , diakses pada
Selasa, 02 Maret 2021, pukul 16:00
pada perintah dan kebenaran Allah. Dalam arti
malaikat-malaikat Tuhan yang merasa sombong,
melalaikan dan mengabaikan tugas mereka sebagai
pesuruh Allah (Yeh 28:1-19), sehingga mereka
menjadi jahat dimata Allah, malaikat jahat ini
sering disebut dengan istilah pada masa kini
Lusifer.15
Kata Ibrani untuk Iblis adalah śaṭan dan
dalam Perjanjian Lama hanya disebut dalam tiga
kitab (Ayub, Zakharia, dan 1 Tawarikh). Untuk
alasan yang belum dimengerti, Alkitab Terjemahan
Baru konsisten menerjemahkan kata Ibrani śaṭan
sebagai Iblis.16 Kata Iblis berasal dari kata Ibrani
“Satan” yang berarti “to attack”, (figuratively)
accuse: (be an) adversary, resist. Bila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti
“untuk menyerang, (arti khiasan) menuduh:
(menjadi) musuh, lawan.17 Iblis dalam pekerjannya
dan kuasanya memiliki banyak sebutan atau
julukan terkhusus dalam perjanjian Lama, antara
lain: Iblis (Pemfitnah), Belial (yang tidak berguna/
yang jahat) (Yeh 9:3). Syaitan (ayub 1:6-7). Dewa
15
William W. Orr, The Misteri Of Satan, (Scriptural Press Publications,
1999), 15
16
https://ojs.sttaa.ac.id/index.php/JAA/article/view/195/178 , diakses pada
Selasa, 02 Maret 2021, pukul 15:43
17
e-Sword, Strong’s Hebrew and Greek Dictionaries.
lalat di Ekron (2 Raj 1:2), Pendakwa (Za 3:1). 18
Berdasarkan arti kata Satan, maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa pekerjaan iblis
adalah menyerang, menuduh, dan melawan baik
Allah dan manusia. Sejak jatuh kedalam dosa, Iblis
mengadakan permusuhan dengan Allah dan juga
manusia. Secara garis besar, Alkitab Perjanjian
Lama tidak memberikan keterangan yang terlalu
jelas tentang keberadaan Iblis dan apa pekerjaannya
di dalam dunia ini. kemunculannya hanya dijumpai
beberapa kali seperti dalam Kejadian 3:1 (bnd.
Wahyu 12:9) yang digambarkan hadir dalam rupa
ular. Gambaran tentang Iblis muncul pula dalam
nubuat nabi Yehezkiel tentang raja Tirus
(Yehezkiel 28:12-17). Iblis juga muncul di dalam
penglihatan Zakaria (Zakaria 3:1). Di dalam
seluruh Alkitab, istilah “Setan” hanya muncul
empat kali di seluruh Perjanjian Lama. jumlah
kemunculan kata ini yang sedemikian sedikit
tidaklah menunjukkan bahwa setan tidak bekerja
secara meluas di dunia ini.19 Acuan PL mengenai
Iblis jarang sekali, tapi Iblis terus-menerus terlibat
dalam kegiatan-kegiatan melawan kepentingan
18
W.N. Mcelrath, Billy Mathias, Ensklopedi Alkitab Praktis, (Bandung:
LLB, 1978), 154
19
Stephen Tong, Roh Kudus, Suara Hati Nurani dan Setan, (Surabaya:
Momentum, 2009), 86.
manusia.20 Iblis dan para pengikutnya sebagai
makhluk roh yang tidak mempunyai tubuh yang
tidak dapat dilihat, tetapi iblis sungguh-sungguh
ada. Iblis diciptakan sebagai pribadi dan
digambarkan sebagai makhluk yang cerdik.
Kepandaian dan kelicikan iblis sangat
membingungkan manusia. Alkitab menyatakan
Iblis beserta pengikut-pengikutnya seperti setan,
percaya akan Allah serta mereka gemetar
dihadapannya (Yak 2:19). Tatapi kepandaian
mereka dipergunakan untuk menggagalkan maksud
dan tujuan Allah, untuk memajukan maksud-
maksud iblis yang cemar dan yang dilarang oleh
Allah.21
20
…, Ensiklopedi AlkitabMasa Kini Jilid I A-L, (England: The Inter-
Varsity Fellowship, 1982), 409.
21
William W. Orr, The Misteri Of Satan, 19-21
Perjanjian Lama dengan sengaja tidak memakai
kata ruaḥ. Pertama, ’iṭṭim (Yesaya 19:3) hanya
sekali. Di Babilonia dikenal arwah jahat yang
ditakuti. Kedua, elohim (1 Samuel 28:13 “roh,”
Yesaya 8:19 “arwah-arwah,”). Ketiga, rěpa’im.
Arwah adalah penghuni dunia orang mati (Kejadian
37:35 šě’ol; bnd. Yehezkiel 32:23-27 ’ereṣ ḥayyim
“dunia orang-orang hidup”). Dunia orang mati
(Sheol) digambarkan dalam berbagai sebutan:
dunia arwah (Yesaya 26:19 ’ereṣ rěpa’im), bawah
air (Ayub 26:5 taḥat mayyim), dunia orang mati
yang paling bawah (Ulangan 32:22 šě’ol taḥtit;
Mazmur 86:13 šě’ol taḥtitiyya; Yesaya 7:11
ha‘meq šě’ol), bumi yang paling bawah (Yehezkiel
31:16 ’ereṣ taḥtit; 32:24 ’ereṣ taḥtiyyot), tempat
sunyi (Mazmur 94:17; 115:17 duma), kubur,
tempat kebinasaan (’abaddon), gelap, dan negeri
segala lupa (Mazmur 88:12-13). Ada kumpulan
arwah (Amsal 21:16 qĕhal rĕpa’im “tempat arwah-
arwah berkumpul”). Arwah tidak ingat apa-apa
(Yesaya 26:14), karena itu tidak memiliki alasan
untuk bersyukur kepada Allah (Mazmur 88:10).
Arwah lemah, tidak berdaya, tidak memiliki
vitalitas, tanpa kekuatan untuk melakukan yang
baik atau jahat (Yesaya 14:9-10). Keempat, ’obot.
Dalam Perjanjian Lama, ’obot (sg. ’ob) sebanyak
17 kali (tetapi Ayub 32:19 tidak jelas kaitannya
dengan arwah), tidak termasuk Obot sebagai nama
tempat (Bilangan 21:10, 11; 33:43-44). Kata
yiddě‘onim (sg. yiddě‘oni “yang mengetahui”;
seakar dengan yada‘ “tahu”), total 11 kali, selalu
berpasangan dengan ’obot (Imamat 19:31; 20:6, 27;
Ulangan 18:11; 2 Raja-raja 21:6//2 Tawarikh 33:6;
Yesaya 8:19; 19:3).21 Dalam Terjemahan Baru,
yiddě‘onim diterjemahkan sebagai “roh peramal.”
Namun, ’obot dan yiddě‘onim membentuk sebuah
pasangan kata (hendiadis) dengan arti kurang lebih
“arwah yang mengetahui” (arwah yang kepadanya
orang meminta suatu informasi). Sebagai obyek
fisik suatu tindakan, ’obot melalui metonimia
(pemakaian kata yang mewakili penggantian obyek
atau gagasan dengan kata lain yang ada kaitannya)
merujuk pemanggil arwah (1 Samuel 28:3
“menyingkirkan”; ayat 9 “melenyapkan”; 2 Raja-
raja 23:24 “menghapuskan”).22
22
https://ojs.sttaa.ac.id/index.php/JAA/article/view/195/178 , diakses pada
Selasa, 02 Maret 2021, pukul 18:09
Allah ingin agar dunia dan manusia hidup di dalam
Allah dengan harapan ada keteraturan dan
kehidupan. Namun sejarah mencatat bahwa
manusia cenderung hidup di dalam kehendaknya
sendiri, mereka sering tergoda dipimpin oleh roh
kejahatan. Kisah kekejaman Kain terhadap Habil
adalah contoh perkembangan roh kejahatan.
Penulis kitab Kejadian tidak tanggung-tanggung
menyaksikan kemarahan Allah terhadap dunia dan
manusia yang dikuasai roh jahat. Air bah harus
terjadi sebagai konsekwensi atas kejahatan
manusia. Air bah adalah pengajaran Allah yang
sangat keras terhadap dunia ciptaan-Nya dan
maksudnya adalah agar manusia sadar pentingnya
kehidupan. Allah membenci kegelapan dan
sebaliknya merindukan terang dalam kehidupan
umat-Nya. Roh jahat berkuasa dalam menciptakan
kegelapan, kekacauan dan kematian di tengah-
tengah dunia ini. Roh jahat bersumber dari iblis
mampu meruntuhkan kesetiaan, kebenaran dan
kehidupan manusia.23
Roh-roh jahat juga disebut sebagai roh-roh najis
menunjukkan bahwa apapun yang mereka lakukan
memutarbalikkan segala sesuatu yang bersih, mulia
dan benar. Pemutarbalikan ini dapat dilakukan
23
Agus Jetros Saragih, Teologi Perjanjian Lama dalam Isu-isu
Kontekstual, (Medan: Bina Media Perintis, 2015), 25-27.
dengan cara memperkembangkan kebaikan maupun
kejahatan. Pelanggaran susila orang-orang Kanaan
nampaknya bisa ditelusuri sebagai kegiatan dari roh
jahat (Im. 18:6-30;Ul. 18:9-14).24
Roh Jahat berbeda dengan makhluk ciptaan
yang terdiri dari daging dan darah, roh-roh jahat
adalah makhluk roh (bnd. Ef. 6:12). Kadang-
kadang roh-roh jahat dapat menampilkan kekuatan
yang melampaui kekuatan manusia biasa pada saat
mereka bekerja dengan memakai umat manusia.
Pada umumnya roh-roh jahat bertindak sebagai
utusan setan untuk menyebarluaskan rencananya
guna menggagalkan rencana Allah. meskipun setan
memiliki keterbatasan secara ciptaan, namun roh-
roh jahat menyebarluaskan kuasa dan kegiatannya
dengan sangat gencar. 25
II.3. Hubungan Roh Allah dan Roh-roh lainnya
menurut perjanjian Lama
II.3.1. Hubungan Roh Allah dengan Malaikat
Dalam konsep kuno, malaikat
merepresentasikan kehadiran Allah, yang kemudian
hari disebut Shekina. Dalam bentuk makhluk,
malaikat merepresentasikan kehadiran Allah
(Hakim-hakim 13 Malaikat TUHAN, Malaikat
Allah; tetapi lihat ayat 22). Allah yang
24
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2, (Yogyakarta: ANDI, 2014), 240.
25
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2, (Yogyakarta: ANDI, 2014),233- 237.
menyelamatkan umat-Nya disebut mal’ak panayw
(Yesaya 63:9 “the angel of His presence”; bukan
Terjemahan Baru “seorang duta atau utusan”).
Malaikat tampak kepada manusia juga dalam rupa
manusia (Daniel 9:21 ha’iš gabri’el “the man
Gabriel”; KJV, TNK, NASB; 10:18 kěmar’e ’adam
“rupanya seperti manusia”). Yakub bergulat dengan
seorang pria misterius di tepi sungai Yabok
(Kejadian 32:24-30). Yosua berjumpa dengan pria
yang menghunus pedang (Yosua 5:13- 15
“Panglima Balatentara TUHAN”). Abraham
menjamu tamunya dengan baik yang ternyata tiga
malaikat (Kejadian 18). Malaikat bisa
menampakkan diri hanya kepada orang yang
memerlukan penampakan itu (Daniel 10:7). Manna
adalah makanan malaikat (Mazmur 78:24-25).
Malaikat memiliki kebijaksanaan untuk
membedakan benar dan salah (2 Samuel 14:17, 20;
19:27).26 Perjanjian Lama selalu menyebutkan
malaikat-malaikat sebagai makhluk yang nyata,
yang berwujud, yang sungguh-sungguh ada. Dalam
tiga puluh empat peristiwa yang tercatat dalam
tulisan-tulisan Musa, malaikat-malaikat selalu
menampakkan diri sebagai makhluk yang sungguh
ada yang melakukan hal-hal tertentu sesuai dengan
26
https://ojs.sttaa.ac.id/index.php/JAA/article/view/195/178 , diakses pada
Selasa, 02 Maret 2021, pukul 18:09
sifat pelayanan mereka sebagai pesuruh/utusan.
Sebagai contoh, Abraham makan dan bercakap-
cakap dengan Malaikat (Kej.18). Dalam kitab-kitab
Kejadian, keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan
dan Hakim-hakim ada banyak acuan yang
menunjukkan kepada Malaikat Yahweh yang
rupanya bersifat ke-Allahan. Seorang malaikat
menjalankan hukuman atas Israel setelah Daud
salah mengadakan cacah jiwa (2 Sam. 24:16).
Yesaya menunjuk kepada Serafim (Yes. 6:2), dan
Yehezkiel menunjuk kepada Kerub (Yeh. 10:1-3),
Daniel menyebutkan Gabriel (Dan. 9:20-27) dan
Mikhael (Dan. 10:13; 12:1). Zakharia sering
menyebut malaikat-malaikat sebagai agen-agen
Allah (Za. Pasal 1). Dalam kitab Mazmur para
malaikat digambarkan sebagai abdi-abdi Allah
yang menyembah Dia dan yang melepaskan umat-
Nya dari kerugian/kerusakan/kejahatan (Mzm.
34:7-8; 91:11; 103:20).27
29
Clarence H. Benson, Pengantar Perjanjian Lama: Puisi dan Nubuat,
(Malang: Gandum Mas, 2004), 6.
30
W. S. Lasor, D. A. Hubbard, F. W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2,
(Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1994), 141
Dari ayat ini, kata “Allah yang mengaruniakannya”
dapat dipahami sebagai ‘anugerah Allah’, karena
roh yang ada pada manusia itu diberikan bukan
karena permintaan manusia, melainkan inisiatif dari
Allah sendiri. Selain itu, penting juga untuk
memahami kata “kembali”, karena apa yang telah
diberikan oleh Allah akan kembali kepada-Nya.
Sehingga, roh yang ada pada manusia akan kembali
kepada Allah yang telah mengaruniakannya. Hal
itu akan kembali pada Allah apabila sudah
waktunya, yaitu saat manusia mengalami kematian
atau meninggalkan dunia ini. Daud juga
mengungkapkan dalam Mazmur 104:30 bahwa, “...
apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka
mati binasa dan kembali menjadi debu.” Jadi, dari
kedua ungkapan ayat di atas, dapat dipahami bahwa
segala sesuatu yang diberikan oleh Allah kepada
manusia akan kembali kepadaNya, sehingga saat
manusia mengalami kematian, rohnya akan
kembali kepada Allah yang telah mem- berikan roh
itu kepada manusia seperti yang terjadi pada awal
penciptaannya (bnd. Kej. 2:7).31
31
Scheunemann, V. Dunia Orang Mati. Yayasan Persekutuan Pekabaran
Injil Indonesia (Malang: 1983), 7
Roh jahat adalah kontras roh Tuhan (ruaḥ
baik). Keduanya bukan entitas personal, namun
sumbernya sama yakni Tuhan. Kedua jenis roh itu
sejajar, tetapi efeknya bertolak belakang. Karena
itu, kedua roh tidak dapat hadir sekaligus pada saat
yang sama dalam diri seseorang. Pada 1 Samuel,
roh Tuhan berperan penting. Pada awal
kepemimpinannya sebagai raja Israel, Saul dikuasai
roh Tuhan (1 Samuel 10:6 roh Tuhan; seterusnya
roh Allah dalam 10:10; 11:6; 19:20, 23). Itu berarti
meski Saul merupakan raja hasil pemilihan rakyat
secara demokratis, kepemimpinannya direstui-Nya
dan Tuhan besertanya. Namun, keadaan itu berubah
ketika roh Tuhan berpaling dari Saul dan beralih
kepada Daud, serta Saul sebagai gantinya dikuasai
roh jahat (1 Samuel 16:13-14).32 Dalam Perjanjian
Lama, ruaḥ jahat belum sebagai roh jahat yang
yang bersifat pribadi, yang secara aktif menentang
Allah dan menghambat pelaksanaan rencana-Nya.
Penyebutan roh jahat yang dikaitkan dengan Allah
menyiratkan teologi narator Alkitab yang mengakui
otoritas absolut Allah dalam membuat Saul tidak
lagi sanggup memerintah dengan baik sebagai raja,
terutama dalam menghadapi Daud.33 Dengan
mengasalkan roh jahat kepada Allah, hendak
32
C. Dohmen dan D. Rick, Theological Dictionary of the Old Testament.
(Grand Rapids: Eerdmans, 1974-2006), 578.
dikatakan bahwa Allah juga berkuasa atas perilaku
Saul sehingga perasaan dan pikirannya berakibat
buruk (ra‘a) bagi dirinya sendiri, namun bukan
Allah penyebab langsung keburukan itu, melainkan
suatu roh jahat.34 Roh jahat yang dikaitkan dengan
’elohim menunjuk roh yang memberikan pengaruh
buruk kepada Saul yang dikuasai suatu perasaan
dan pikiran jahat, sebagai manifestasi hukuman
Allah dan berperan dalam melaksanakan rencana
Tuhan terkait kejatuhan Saul.
Pandangan umum bahwa kedua roh tersebut
tidak mempunyai hubungan, roh jahat tidak
berhubungan dengan Roh Allah, bahkan kedua roh
ini saling bertentangan dan bermusuhan. Mudah
menemukan kesaksian Alkitab dalam mendukung
pandangan dia atas. Roh jahat yang sering
dianalogikan sebagai musuh Allah adalah sumber
kegelapan, kekacauan (ibr. Tohuwabohu) dan
kematian (ibr. Mawet). Kisah penciptaan diawali
dengan berita tentang bumi yang gelap gulita
kosong dan tidak berbentuk (Kej. 1:2-3). Namun
dalam konteks seperti itu Allah dengan Roh-Nya
hadir dan berkarya menciptakan kebaikan,
33
Th. C. Vriezen, Agama Israel Kuna, terj I. J. Cairns (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1981), 74
34
https://ojs.sttaa.ac.id/index.php/JAA/article/view/195/178 , diakses pada
Selasa, 02 Maret 2021, pukul 15:43
keteraturan dan kehidupan ditengah-tengah dunia
yang gelap dan kacau balau tersebut. Duni
diciptakan Allah berupa tatanan yang sangat teratur
menurut hukum-hukum alam. Allah senantiasa
dipuji-puji, namun dipihak lain hal-hal yang
bersifat tohu wabohu atau kacau balau tetap ada.
Roh Allah sebagai sumber keteraturan sementara
roh jahat sebagai sumber kekacauan.35
III. Kesimpulan
Coffey, David. Did You Receive The Holy Spirit When You
Belleved? Same Basic Questions For Pneumatology, Amerika:
Marquette University Press, 2005
https://ojs.sttaa.ac.id/index.php/JAA/article/view/195/178 ,
diakses pada Selasa, 02 Maret 2021, pukul 15:43