Anda di halaman 1dari 7

Nama : Bella Putri Typani Tampubolon

Bethzda Florentina Purba

Derisma Manalu

Ting/Jur : II-B/Teologia

Mata Kuliah : Pastoral II

Dosen : Dr. Jaharianson Saragih Sumbayak Kelompok 2

Client Centered-Carl Rogers

I. Pendahuluan
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai Client-Centered atau
yang sering disebut dengan psikoterapi. Dimana kita harus memahami dengan
baik bagaimana seseorang atau yang disebut klien itu dalam pergumalannya.
Maka perlu dilakukan pendekatan terhadap kliendengan cara membuat
komunikasi yang baik dan berdialog, hal ini dilakukan konselor dengan tulus hati
dan menunjukkan sikap kehangatan pada klien, sehingga klien dapat
mengemukakan masalahnya atas kesadarannya sendiri. Disamping itu masih
banyak yang akan dibahas dalam materi ini, yakni latar belakang munculnya
Client-Centered, ciri-cirinya, tujuan Client-Centered dan lain sebagainya. Kiranya
melalui paper kali ini, dapat menambah wawasan kita bersama.
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Client Centered
Client Centered Therapy sering juga disebut dengan psikoterapi.
Psikoterapi non directive yaitu suatu metode perawatan psikis yang dilakukan
dengan cara berdialog antara konselor dengan klien. Secara etimologis
psikoterapi mempunyai arti sederhana yakni “psyche” yang artinya jelas yaitu
“mind” atau sederhadaya yaitu jiwa dan terapi dari bahasa yunani berarti
merawat atau mengasuh shingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah
perawatan terhadap aspek kejiwaan seseorang.
Dalam Oxford English Dictionary, perkataan psychotherapy tidak
tercantum, tetapi ada pekataan psychotherapeutic yang diartikan sebagai
perawatan terhadap suatu penyakit dengan mempergunakan teknik psikologis
untuk interpensi psikis. Dengan demikian perawatan melalui teknik
psikoterapi adalah perawatan yang secara umum mempergunakan interpensi
psikis dengan pendekatan psikologi terhadap pasien yang mengalami
gangguan psikis atau hambatan kepribadian.1
II.2. Latar Belakang-Perkembangan Client-Centered
Client Centered atau psikoterapi lahir pada tahun 1950. Dimana
menyembuhkan orang sakit melalui pengaruh hubungan antara seoarang
dengan orang lain sudah lama dilakukan, setua umur manusia di bumi ini. jauh
sebelum ditemukan cara pengobatan untk menyembuhkan orang sakit, sudah
disadari adanya pengaruh yang bisa diberikan untuk mempengaruhi suatu
penyakit, dengan menanamkan atau meingkatkan perasaan sehat, dalam hal ini
jelas sekali bahwa bentuk penyembuhan tersebut kemudian dikenal menjadi
suatu psikoterapi, yang pada hakekatnya sudah lama sekali dilakukan.
Dulu, kekuatan-kekuatan yang dianggap bisa menyembuhkan orang
sakit disebut ilmu gaib, takhayul dan kepercayaan terhadap kekuatan-
kekuataan yang ada di luar akal manusia dan yang bisa dimiliki oleh para
sesepuh, para orang pintar, antara lain tokoh agama, mewarnai cara
penyembuhan, jauh sebelum masehi. Dimana Hippocrates menangani
penderita-penderita sakit jiwa dengan mempergunakan teknik psikoterapi
seperti halnya rekreasi, istirahat, berpantangan makan, pemijatan dan latihan
fisik. Misalnya seorang prajurit yang gelisah di bawa ke kuil, dibaringkan
dibalai dari batu, disuruh menenangkan diri dan mendengarkan nasihat-nasihat
yang diberikan secara bijaksana oleh rohaniawan. Kemudian perkembangan
terjadi ketika pada abad ke-18, perhatian terhadap cara merawat penderita
sakit jiwa meningkat. Salah satu contohnya pada tahun 1780, Pinel
memperkenalkan pendekatan melalui sikap ramah di rumah sakit dan ini
dianggap sebagai permulaan pendekatan baru. kemudian pada awal abad ke-19
muncul latihan penguasaan diri sebagai teknik perubahan perilaku, jadi
sebagai teknik psikoterapi. Kemudian juga Pierre Janet yang Ellenberger
disebut sebagai orang pertama yang menemukan psikiatri untuk mengganti
apa yang ada pada abad 19. Kemudian dunia mengenal Sigmund Freud yang
pengaruhnya besar dalam dunia pengetahuan, kedokteran, psikiatri dan
psikologi, khusus psikoanalisis sebagai teknik psikoterapi. Kemudian
1
Singgih D. Gunarsa, Konsili dan Psikoterapi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 154.
terjadilah perkembangan psikoterapi ketika memasuki periode awal tahun
60an dan psikologi-konseling sebagai salah satu reaksi dari perubahan-
perubahan yang terjadi di masyarakat. Sehingga muncullah tokoh lain yang
dianggap sebagai pembaharu dalam dunia psikoterai yakni Carl Rogers
dengan konseling tidak langsungnya dan pendekatan terpusat pada klien
(Client-Centered).2
II.3. Ciri-ciri Client Centered
1. Perhatian diarahkan kepada pribadi klien dan bukan pada masalahnya.
Tujuannya bukan memecahkan sesuatu masalah tertentu, tetapi membantu
seseorang untuk tumbuh, sehingga ia bisa mengatasi masalah, baik
masalah sekarang maupun masalah yang akan datang dengan cara yang
lebih baik dan tepat.
2. Hal yang kedua ialah penekanan lebih banyak terhadap faktor emosi, dari
pada terhadap faktor intelek.
3. Memberi tekanan yang lebih besar terhadap keadaan yang ada sekarang
daripada terhadap apa yang sudah lewat.
4. Penekanan pada hubungan terterapeutik itu sendiri sebagai tumbuhnya
pengalaman. Di sini seseorang belajar memahami diri sendiri, membuat
keputusan yang penting dengan bebas dan bisa sukses berhubungan
dengan orang lain secara lebih dewasa.3
II.4. Peran dan Fungsi Konselor
Pada hakikatnya konselor dalam Client Centered lebih menekankan
aspek sikap dari pada tekni konseling sehingga yang lebih diutamakan dalam
konseling adalah sikap konselor, sikap konselor inilah yang memfasilitasi
perubahan pada diri klien. Konselor bertindak sebagai fasilitator dan
mengutamakan kesabaran dalam proses konselingnya.
Konselor berfungsi membangun iklim konseling yang menunjang
pertumbuhan klien. Iklim konseling yang menunjang akan menciptakan
kebebasan dan keterbukaan pada diri klien untuk mengeksplorasi masalahnya.
Hal terpenting yang harus ada adalah seorang konselor bersedia untuk
memasuki dunia klien dengan memberikan perhatian yang tulus, kepedulian,
penerimaan dan pengertian. Apa bila ini dilakukan, klien diharapkan dapat

2
Singgih D. Gunarsa, Konsili dan Psikoterapi, 145-149.
3
Singgih D. Gunarsa, Konsili dan Psikoterapi, 127-128.
menghilangkan pertahanan dan persepsinya yang kaku serta bergerak menuju
taraf fungsi pribadi yang lebih tinggi.4
II.5. Tujuan Client Centered
Tujuan dasar Client Centered adalah menciptakan suasana konseling
yang kondusif untuk membantu klien untuk menjadi pribadi yang dapat
berfungsi secara utuh dan positif. Titik berat dari tujuan Client Centered
adalah menjadikan tingkah laku klien kongruen atau autentik (klien tidak lagi
berpura-pura dalam kehidupannya). Karena hal kepura-puraan ini
menghambatnya tampil secara utuh dihadapan orang lain sehingga ia menjadi
asing terhadap dirinya sendiri. hal penting lainnya yang ingin dicapai dari
Client Centered adalah menjadikan klien sebagai pribadi yang berfungsi
sepenuhnya (fully fungctioning person) yang memiliki arti yang sama dengan
aktualisasi diri.5
Selain dari itu Client Centered ini juga memiliki tujuan terapi yaitu
menyediakan suatu iklim yang aman dan kondusif bagi eksplorasi diri klien
sehingga ia mampu menyadari penghambat-penghambat pertumbuhan dan
aspek-aspek pengalaman diri yang sebelumya diingkari atau didisiorsinya.
Membantu klien agar mampu bergerak kearah keterbukaan terhadap
pengalaman serta meningkatkan spontanitas dan perasaan hidup.6
II.6. Teknik dan langkah penerapan Client Centered
Client Centered sama sekali tidak memiliki teknik-teknik yang khusus
dirancang untuk menangani klien. Teknik yang digunakan lebih kepada sikap
konselor yang menunjukkan kehangatan dan penerimaan yang tulus sehingga
klien dapat mengemukakan masalahnya atas kesadarannya sendiri. Seorang
konselor juga harus mengkomunikasikan penerimaan, kepedulian, dan
pengertiannya kepada klien hal ini akan memperjelas kedudukan klien sebagai
orang yang dapat dimengerti.
Rogers mengemukakan beberapa sifat konselor yang dijadikan sebagai
teknik dalam Client Centered sebagai berikut:
1. Emphaty,adalah kemampuan untuk sama-sama merasakan kondisi klien
dan menyampaikan kembali perasaan tersebut.

4
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling, (Jakarta: KENCANA, 2011), 156-157.
5
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling, 157-158.
6
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung :Refika Aditama, 2005), 327.
2. Positive regard (acceptance), adalah menerima keadaan klien apaadanya
secaa natural.
3. Congruence, konselor menjadi pribadi yang terintegrasi antara apa yang
dikatakan dan yang dilakukannya.7
4. Minimum state ofanxiety, maksudnya klien perlu memiliki kecemasan
terhadap masalah yang dihadapi klien secara minimum.
5. Unconditione positive regard and respect, penghargaan konselor yang
tulus pada klien.
6. Empaic thunder standing, konselor benar-benar memahami kondisi
internal klien.
7. Concreatness, immediation and confrontation, teknik khusus dalam proses
konseling.8
II.7. Tokoh Client Centered
Carl Rogers
Carl Rogers di lahirkan pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park,
Illionis, anak ke-4 dari enam bersaudara dari satu keluarga yang ikatan
kekeluargaannya erat dan religius. Namun Carl Rogers merasakan bahwa
ikatan kekeluargaan yang seperti itu sangat berbeda dengan keluarga lain,
karena tidak bergaul, tidak melakukan hubungan sosial dengan mereka.9
Kedua orang tua Rogers mengadopsi pandangan-padangan
fundamentalis yang kuat, yang seperti dikatakan Rogers, menjaganya dengan
sangat ketat sepanjang masa kecil dan remajanya. Dia adalah seorang anak
yang soliter yang banyak menghabiskan waktu untuk membaca. Dia tumbuh
dengan kenangan pahit menjadi sasaran lelucon kakaknya. Kesendiriannya
menuntun Rogers untuk mengandalkan pengalaman-pengalamannya sendiri,
dan dia berpaling pada buku sebagai pelarian. Kesendirian memaksanya untuk
mengandalkan sumber daya dan pandangan-pandangannya sendiri terhadap
dunia. Kesehatan Rogers sebagai seorang anak buruk, dan keluarganya
menganggapnya sangat sensitive dan gugup. Hal ini kadang mengarah ke
senda gurau yang hampir kejam dan memperburuk kecenderungan Carl untuk
mengasingkan diri ke dunia fantasinya sendiri. ketika Rogers berumur 12

7
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling, 158-159.
8
Amirah Diniaty, Teori-teori Konseling, (Pekanbaru: Daulat Riau, 2009), 101-102.
9
Singgih D. Gunarsa, Konsili dan Psikoterapi, 119-120.
tahun, keluarganya pindah ke sebuah pertanian di mana dia membangun minat
besar kepada alam.
Pada usia 22 tahun, ketika sedang menghadiri sebuah konferensi
mahasiswa Kristen di China, akhirnya dia membebaskan diri dari aturan
fundamentalis orang tuanya dan mengadopsi filsafat kehidupan yang lebih
liberal. Dia meyakini bahwa kita harus berusaha secara aktif untuk
mengembangkan diri sendiri. konsep ini kemudian menjadi dasar teori
kepribadiannya. Rogers menerima gelar Ph.D-nya dalam bidang klinis dan
psikologi pendidikan pada tahun 1931 dari Teachers College Columbia
University. Tahun 1940 dia memulai karir akademisnya, mengajar di
universitas negeri Ohio, Universitas Chiciago dan Universitas Wisconsin, dia
mengembangkan teori dan metode psikoterapinya. Rogers menggunakan
pendekatan Person-Centered. Gagasan ini ditulis dalam karyanya yang
berjudul Coinseling and Psychotherapy pada tahun 1942 dan On Becoming a
Person pada tahun 1961.10
Carl Rogers menjadi seorang psikologi yang humanistis. Pemikirannya
tersebut menekankan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh individu hanya
dapat diselesaikan apabila individu itu sendiri yang paling banyak mengambil
peran dalam menyelesaikan masalahnya.11 Pada usianya yang sudah lanjut,
Rogers pada tahun 1977 mengatakan mengenai pendekatan yang terpusat pada
pribadi sebagai berikut, pendekatan ter[usat pada pribadi jika digunakan untuk
member semangat kepada penderita psikosi dalam pengembangannya, atau
mereka yang menghadapi kesulitan. Rogers meninggal dunia pada tanggal 4
Februari 1987.12
II.8. Kelemahan Client Centered
Kelemahan Client Centered terletak pada cara sejumlah praktisi
menyalah tafsirkan atau menyalahgunakan sikap-sikap sentral dari posisi
Client Centered. Tidak semua konselor bisa mempraktekkan terapi Client
Centere, sebab banyak konselor tang tidak mempercayai filsafat yang
melandasinya. Satu kekurangan dari pendekatan ini adalah jalan yang
menyebabkan sejumlah praktisi menjadi terlalu terpusat klien sehingga mereka
10
Duane P. Schultz & Sydney Ellen Schultz, Sejarah Psikologi Modern, (Bandung: Nusa Media, 2014),
567-568.
11
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling, 3-4.
12
Singgih D. Gunarsa, Konsili dan Psikoterapi, 123-125.
sendiri kehilangan rasa sebagai pribadi yang unik. Jadi orang bisa memiliki
kesan bahwa terapi Client Centered tidak lebih dari pada teknik mendengar
dan merefleksikan. Terapi Client Centered berlandaskan sekumpulan sikap
yang dibawa oleh terapi ke dalam pertemuan dengan kliennya dan lebih dari
kualitas lain yang mana pun, kesejatian terapis menentukan kekuatan
hubungan terapeutik.13
III. Kesimpulan
Melalui pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwasanya Client-
Centered yang sering disebut dengan Psikoterapi. Dimana, Psikoterapi ini yaitu
suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara
konselor dengan klien, yang dilakukan dengan kehangatan dan ketulusan supaya
si klien dapat mengemukakan masalahnya atas kesadaran dirinya. Disamping itu,
pada teori ini terlihat bahwasannya klien itu memiliki kesanggupan untuk
memahami faktor-faktor yang ada dalam hidupnya yang menjadi penyebab
ketidakbahagiaan. Klien juga diminta untuk kesanggupan untuk mengarahkan diri
dan melakukan perubahan pribadi yang bersifat memperbaiki dan membangun.
Terapi client centered ini menempatkan tanggung jawab utama terhadap arah
terapi pada klien. Dengan tujuan utamanya adalah menjadi lebih terbuka pada
pengalaman, mempercayai dirinya sendiri atau pribadinya sendiri.
IV. Daftar Pustaka

Corey, Gerald Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: Refika
Aditama, 2005.
Diniaty, Amirah. Teori-teori Konseling, Pekanbaru: Daulat Riau, 2009.
Gunarsa, Singgih D. Konsili dan Psikoterapi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Lubis, Namora Lumongga. Memahami Dasar-dasar Konseling, Jakarta:
KENCANA, 2011.
Schultz, Duane P. & Schultz, Sydney Ellen. Sejarah Psikologi Modern, Bandung:
Nusa Media, 2014.

13
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, 112-113.

Anda mungkin juga menyukai