Anda di halaman 1dari 11

Refreshment Pendekatan Konseling

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Konseling 1)

Dosen Pengampu:

M. Amirullah S.Pd, M.Pd

Di Susun Oleh :

1. Fauzia Vania 210404501043

2. Nur Fitriani 210404502049

3. Yunita Sri Herawati 210404502053

4. Novita Anggreani 210404502042

5. Miftahul Jannah 210404502048

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
1. Jelaskan dan dekripsikan berbagai konsep yang terkait dengan pendekatan
konseling, 1) person center, 2) Gestalt, 3) Reality therapy.
Jawab :
a. Person center
Pendekatan konseling Person-Centered, juga dikenal sebagai Terapi
Kepribadian, dikembangkan oleh psikolog Amerika Carl Rogers. Pendekatan
ini berfokus pada kepercayaan bahwa individu memiliki potensi untuk tumbuh
dan mengatasi masalah mereka sendiri jika mereka mendapatkan lingkungan
yang mendukung. Berikut adalah penjelasan singkat tentang pendekatan
konseling Person-Centered:
➢ Ketidaksyaratkan: Pendekatan ini menekankan terapis harus menerima
klien tanpa syarat atau penilaian negatif. Ini menciptakan lingkungan
yang aman di mana klien merasa bebas untuk berbicara tentang perasaan
dan pengalaman mereka.
➢ Empati: Terapis harus memahami dan merasakan dunia klien dengan
empati. Ini membantu klien merasa didengar dan dipahami.
➢ Kongruensi: Terapis harus menjadi diri mereka sendiri, jujur dan
terbuka. Ketika terapis dan klien berinteraksi dengan cara ini, hubungan
yang lebih otentik dan berarti dapat terbentuk.
➢ Self-Actualization: Pendekatan ini menganggap bahwa setiap individu
memiliki dorongan untuk mencapai potensi mereka yang terbaik.
Terapis membantu klien mengeksplorasi dan mengembangkan diri
mereka sendiri.
➢ Non-Direktif: Terapis tidak memberikan solusi atau arahan langsung
kepada klien. Sebaliknya, mereka bertujuan untuk membantu klien
menemukan jawaban mereka sendiri dengan mengajukan pertanyaan
terbuka.

Pendekatan konseling Person-Centered memandang klien sebagai ahli


dalam hidup mereka sendiri dan berfokus pada pertumbuhan pribadi dan
pemahaman diri. Ini telah digunakan secara luas dalam berbagai setting
konseling dan terapi, termasuk konseling individu, konseling kelompok, dan
bahkan dalam pendidikan.Carl R. Rogers(1951)
b. Gestalt
Pendekatan konseling Gestalt adalah sebuah pendekatan psikoterapi
yang fokus pada kesadaran, pengalaman saat ini, dan integrasi diri. Ini
dikembangkan oleh Fritz Perls dan istri-istri berdasarkan sejumlah konsep
kunci:
➢ Kesadaran (Awareness): Gestalt berfokus pada pengembangan
kesadaran diri klien tentang pengalaman dan perasaan mereka saat ini.
Ini membantu klien untuk lebih memahami diri mereka sendiri dan
hubungan mereka dengan lingkungan.
➢ Pengalaman saat ini (Here and Now): Terapis Gestalt berupaya
membawa klien untuk berfokus pada pengalaman dan perasaan saat ini,
bukan hanya berbicara tentang masalah masa lalu atau masa depan. Ini
memungkinkan klien untuk lebih mendalam memahami bagaimana
mereka merespons situasi dan peristiwa saat ini.
➢ Integrasi diri (Self-Integration): Gestalt menganggap individu sebagai
satu kesatuan yang terdiri dari berbagai aspek. Terapis membantu klien
untuk mengintegrasikan berbagai aspek ini, seperti pikiran, perasaan,
dan tubuh, sehingga mencapai keseimbangan dan keutuhan.
➢ Percakapan (Dialogue): Terapis Gestalt sering menggunakan teknik
percakapan atau dramatisasi untuk membantu klien menghadapi konflik
internal mereka atau berinteraksi dengan bagian-bagian diri mereka
yang mungkin bertentangan.
➢ Tanggung jawab diri (Self-Responsibility): Klien didorong untuk
mengambil tanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka sendiri.
Ini mendorong pertumbuhan pribadi dan pengambilan keputusan yang
lebih sadar.
➢ Metode Eksperimen (Experimentation): Terapis Gestalt sering
mengajak klien untuk melakukan eksperimen atau mencoba hal-hal baru
dalam sesi untuk memahami reaksi dan pemahaman mereka sendiri.
Pendekatan konseling Gestalt sangat berorientasi pada proses, interaksi
antara terapis dan klien, dan pengalaman langsung. Ini digunakan dalam
berbagai konteks terapi, termasuk terapi individu dan kelompok, dan dapat
membantu klien mengatasi masalah pribadi, konflik emosional, dan
perkembangan pribadi.(Joseph Zinker 2022)
c. Reality therapy
Pendekatan konseling Reality Therapy adalah sebuah pendekatan yang
dikembangkan oleh psikolog William Glasser. Pendekatan ini berfokus pada
tanggung jawab pribadi, pemahaman diri, dan perubahan perilaku. Berikut
adalah penjelasan singkat tentang pendekatan konseling Reality Therapy:
➢ Tanggung Jawab Pribadi: Reality Therapy menekankan pentingnya
individu untuk bertanggung jawab atas pilihan dan tindakan mereka.
Terapis membantu klien menyadari bahwa mereka memiliki kendali atas
hidup mereka dan dapat membuat keputusan yang lebih baik.
➢ Pemahaman Diri: Klien diajak untuk menggali pemahaman yang lebih
dalam tentang diri mereka sendiri, termasuk nilai-nilai, kebutuhan, dan
tujuan hidup mereka. Ini membantu klien lebih jelas tentang apa yang
mereka inginkan dalam hidup.
➢ Perubahan Perilaku: Pendekatan ini menekankan perubahan perilaku
yang konstruktif. Terapis bekerja dengan klien untuk mengidentifikasi
perilaku yang tidak sehat atau tidak produktif dan membantu mereka
mengembangkan strategi untuk mengubahnya.
➢ Kualitas Hubungan: Reality Therapy mengakui pentingnya hubungan
antara klien dan terapis. Terapis menciptakan lingkungan yang aman
dan mendukung di mana klien merasa didengar dan dihargai.
➢ Fokus pada Kebutuhan Dasar: Pendekatan ini menganggap bahwa
individu memiliki kebutuhan dasar seperti cinta, keterlibatan,
kekuasaan, dan kebebasan. Terapis bekerja dengan klien untuk
memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan ini terpenuhi secara sehat.
➢ Waktu Sekarang (The Now): Reality Therapy menekankan pentingnya
fokus pada waktu sekarang dan masa depan, bukan masa lalu. Terapis
membantu klien mengatasi masalah saat ini dan merencanakan langkah-
langkah untuk mencapai tujuan di masa depan.

Pendekatan konseling Reality Therapy digunakan dalam berbagai


konteks, termasuk konseling individu, konseling kelompok, dan terapi keluarga.
Tujuannya adalah membantu klien mencapai kebahagiaan, pemenuhan
kebutuhan, dan perubahan positif dalam hidup mereka dengan memahami dan
mengelola tanggung jawab pribadi.Robert E.Wubbolding (2019)

2. Penjelasan dan deskripsi memuat terkait, latar belakang kemunculan teori,


tokoh utama pendekatan teori, pandangan tentang manusia, tujuan konseling,
proses konseling, kelebihan dan kekurangan serta berbagai konsep-konsep
kunci yang menjadi khas/keunikan dari pendekatan tersebut
Jawab :
a. Latar Belakang Kemunculan Teori
Reality Therapy adalah sebuah pendekatan konseling yang didirikan
oleh William Glasser pada tahun 1961. Berikut adalah latar belakang
kemunculan teori Reality Therapy:
➢ William Glasser mempublikasikan konsep Reality Therapy dalam bukunya
pertama Mental Health or Mental Illness pada tahun 1961.
➢ Konsep tersebut diperluas dan diperbaiki pada tahun 1965: Reality therapy:
A New Approach to Psychiatry.
➢ Glasser membuka Institute of Reality Therapy yang dipakai untuk melatih
profesi-profesi layanan kemanusiaan.
➢ Di beberapa buku terbarunya, Glasser menguraikan secara singkat dasar
teori terbarunya yang disebut terapi realita baru (new reality therapy).
➢ Terapi Realitas menekankan bahwa semua perilaku yang muncul pada
manusia adalah hasil dari pilihan yang dibuat oleh individu tersebut.
➢ Tujuan dari Reality Therapy adalah untuk membantu konseli keluar dari
masalah yang dihadapinya dan memperoleh identitas didalam hidupnya[2].

Dengan demikian, latar belakang kemunculan teori Reality Therapy


adalah karena William Glasser ingin memberikan sebuah pendekatan konseling
yang dapat membantu konseli keluar dari masalah yang dihadapinya dan
memperoleh identitas didalam hidupnya.

b. Tokoh utama pendekatan teori Reality Therapy


Tokoh utama pendekatan teori Reality Therapy adalah William Glasser.
Ia adalah seorang psikiater dan penulis buku yang mempublikasikan konsep
Reality Therapy dalam bukunya pertama Mental Health or Mental Illness pada
tahun 1961. Glasser juga membuka Institute of Reality Therapy yang dipakai
untuk melatih profesi-profesi layanan kemanusiaan. Selain itu, di beberapa
buku terbarunya, Glasser menguraikan secara singkat dasar teori terbarunya
yang disebut terapi realita baru (new reality therapy). Glasser mengembangkan
Reality Therapy pada awal tahun 1960-an bersama dengan mentor dan gurunya,
psikiater G. L. Harrington, di Veterans Administration Hospital di Los Angeles
.
c. Pandangan teori Reality Therapy terhadap manusia
Pandangan tentang manusia dalam terapi Realitas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
➢ Setiap manusia memiliki kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi
➢ Terapi Realitas berlandaskan premis bahwa ada suatu kebutuhan
➢ Terapi Realitas menekankan bahwa semua perilaku yang muncul pada
manusia adalah hasil dari pilihan yang dibuat oleh individu tersebut.
➢ Terapi Realitas menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat
berguna bagi dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.
➢ Terapi Realitas menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri,
supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
➢ Terapi Realitas menekankan aspek-aspek kesadaran, bukan aspek-aspek
ketaksadaran.
➢ Terapi Realitas menempatkan pokok kepentingannya pada peran klien
dalam menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa yang
membantu kegagalan yang dialaminya.
➢ Terapi Realitas tidak menekankan transferensi.
➢ Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan
bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga
yang paling dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat memperoleh
kesuksesan pada masa yang akan datang.

Dengan demikian, terapi Realitas memandang manusia sebagai individu


yang memiliki kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi, dan semua perilaku
yang muncul pada manusia adalah hasil dari pilihan yang dibuat oleh individu
tersebut. Terapi Realitas menekankan konsep tanggung jawab, kesadaran, dan
perilaku nyata dalam membantu konseli keluar dari masalah yang dihadapinya
dan memperoleh identitas didalam hidupnya.

d. Tujuan Konseling
Tujuan dilakukannya konseling adalah membantu seseorang dalam
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sosial, dan
perilaku. Konselor dalam hal ini psikolog, menggunakan berbagai strategi untuk
membantu seseorang dalam mengelola masalah perilaku, mengatasi stres,
mengurangi kecemasan dan kendala yang berkaitan dengan gangguan
psikologis. Selain itu, tujuan lain pergi ke konselor adalah
➢ Dapat meningkatkan relasi dengan orang lain.
➢ Mencari cara untuk memotivasi diri.
➢ Berupaya untuk memahami diri sendiri maupun orang lain.
Secara umum tujuan konseling reality therapy sama dengan tujuan
hidup, yaitu individu mencapai kehidupan dengan success identity. Untuk itu
dia harus bertanggung jawab, yaitu memiliki kemampuan mencapai kepuasan
terhadap kebutuhan personalnya. Reality therapy adalah pendekatan yang
didasarkan pada anggapan tentang adanya satu kebutuhan psikologis pada
seluruh kebutuhannya; kebutuhan akan identitas diri, yaitu kebutuhan untuk
merasa unik terpisah dan berbeda dengan orang lain. Kebutuhan akan identitas
diri merupakan pendorong dinamika perilaku yang berada di tengah-tengah
berbagai budaya universal. Kualitas pribadi sebagai tujuan konseling realitas
adalah individu yang memahami dunia riilnya dan harus memenuhi
kebutuhannya dalam kerangka kerja. Meskipun memandang dunia realitas
antara individu yang satu dengan individu yang lain dapat berbeda tapi realitas
itu dapat diperoleh dengan cara membandingkan dengan orang lain.

e. Proses Konseling Pendekatan Reality Therapy


Wubbolding (dalam Corey, 2009) sebagai seorang juru bicara
terkemuka konseling realita mengemukakan prosedur konseling realita dengan
system WDEP. Sistem tersebut terdiri dari empat tahap yaitu:
➢ What (keinginan)
W berarti keinginan, kebutuhan dan persepsi konseli. Pada tahap W,
konselor mengidentifikasi apa yang diinginkan konseli dalam kehidupan
dengan mengajukan pertanyaan seperti “Apa yang kamu inginkan?”
➢ Doing (melakukan)
D berarti apa yang di lakukan konseli dan arah yang dipilih dalam hidupnya.
Pada tahap tersebut, konselor membantu konseli mengidentifikasi apa yang
dilakukannya dalam mencapai tujuan yang diharapkan dengan mengajukan
pertanyaan antara lain “Apa yang kamu lakukan?” dan mengidentifikasi
arah hidupnya dengan mengajukan pertanyaan “Jika kamu terus-menerus
melakukan apa yang kamu lakukan sekarang, akan kemana kira-kira arah
hidupmu?”
➢ Evaluating (penilaian)
E berarti melakukan evaluasi terhadap apa yang dilakukan akhir-akhir ini.
Pada tahap ini, konselor membantu konseli melakukan penilaian diri untuk
mennetukan keefektifan apa yang dilakukan bagi pencapaian kebutuhannya.
Untuk itu, konselor dapat menggunakan pertanyaan antara lain “Apakah
yang kamu lakukan akhir-akhir ini dapat membantumu memenuhi
keinginanmu?”
➢ Planning (merencanakan)
P berarti membuat rencana perubahan perilaku. Pada tahapa ini, konselor
membantu konseli merencanakan pengubahan tingkah laku yang lebih
bertanggung jawab bagi pencapaian kebutuhannya. Perencanaan dibuat
berdasarkan hasil evaluasi perilaku pada tahap sebelumnya. Dalam tahap ini
konselor dapat mengajukan pertanyaan misalnya, “Apa yang akan kamu
lakukan agar dapat memnuhi keinginanmu?”

f. Kelebihan Pendekatan Reality Therapy


➢ Terapi realitas ini fleksibel dapat diterapkan dalam konseling individu dan
kelompok.
➢ Terapi realitas tepat diterapkan dalam perawatan penyimpangan
perilaku, penyalahgunaan obat, dan penyimpangan kepribadian.
➢ Terapi realitas meningkatkan tanggung jawab dan kebebasan dalam diri
individu,tanpa menyalahkan atau mengkritik seluruh kepribadiannya.
g. Kekurangan Pendekatan Reality Therapy
➢ Reality therapy menolak tentang konsep penyakit mental, yang bisa
membuat klien merasa tidak dihargai atau tidak dipahami.
➢ Reality therapy berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada
perasaan-perasaan dan sikap-sikap, yang bisa membuat klien merasa tidak
didengar atau tidak diakui.
➢ Reality therapy berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau,
yang bisa membuat klien merasa tidak mendapat penjelasan atau
pemahaman tentang akar masalah mereka.

h. Konsep-Konsep Kunci Yang Menjadi Khas/Keunikan


Reality therapy berbasis pada control theory, sebuah sistem dari fungsi otak.
Teori ini oleh Glasser (1981, 1985) disesuaikan untuk tujuan terapi dan
diformulasikan dengan cara membuat teori ini berguna untuk terapis, konselor
dan lainnya. Control theory menyatakan fungsi otak manusia seperti thermostat
yang berusaha sendiri untuk mengatur perilakunya (seperti tungku atau air
conditioning) dalam rangka untuk mengubah dunia sekitarnya. Menambahkan
terhadap teori karya William Power, Glasser memandang bahwa manusia
termotifasi oleh lima kekuatan internal. Kebutuhan manusia ini adalah bawaan,
tidak dipelajari, umum, tidak spesifik dan universal tidak terbatas pada ras serta
budaya tertentu. Semua perilaku bertujuan untuk memenuhi keempat kebutuhan
psikologis yaitu belonging, power, fun dan freedom serta kebutuhan fisik untuk
bertahan hidup. Pemenuhan yang efektif terhadap kebutuhan tersebut akan
menghasilkan a sense of control yang merujuk pada teori seperti self
actualization, self fulfillment, atau menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya.

3. Simulasikan salah satu pendekatan konseling (Person Center, Gestalt, dan


Reality Therapy) yang Anda dapatkan sesuai dengan pembagian kelompok
yang dilakukan di kelas Anda. Simulasi dikumpulkan dalam bentuk link
video.
Jawab :
Link Video YouTube: https://youtu.be/NAKAtHxFMe4?si=3EC063uY33ZkQ4V2
DAPUS

Carl R. Rogers – “Client-Centered Therapy: Its Current Practice, Implications, and


Theory” (1951)

Joseph Zinker – “In Search of Good Form: Gestalt Therapy with Couples and Families”
(2002)

Robert E. Wubbolding – “Reality Therapy in Action” (2019)

Kelebihan Reality Therapy. MAKALAH REALITY THERAPY | faza ana –


Academia.edu. diakses pada 9 September 2023

Kekurangan Reality Therapy https://dosenpsikologi.com/terapi-realitas. Diakses pada


9 September 2023

Glasser, W. (1981). Stations of the mind: new directions for reality therapy. Harper &
Row. New York

Tujuan Konseling_Hikmawati, F. (2016). Bimbingan dan konseling. Rajawali Press.

Corey, Gerald. 2009. Theory and Practice of Counseling and psychotherapy. USA:
Thomson Higher Education

https://www.studocu.com/id/document/universitas-syiah-kuala/counseling-theory-
and-techniques-i/latar-belakang-konseling-realitas/44244316. Diakses pada 9
September 2023

http://repository.iainkudus.ac.id/7393/5/5.%20BAB%20II.pdf. Diakses pada 9


September 2023

https://nilazaima.wordpress.com/2014/03/27/pendekatan-realita/. Diakses pada 9


September 2023

http://repository.uinbanten.ac.id/5828/3/BAB%20I.pdf. Diakses pada 9 September


2023

https://media.neliti.com/media/publications/324471-penanganan-masalah-konseli-
melalui-konse-fc0cdac6.pdf. Diakses pada 9 September 2023

http://digilib.uinsa.ac.id/31297/1/Amamiyatul%20Amali_B93215096.pdf. Diakses
pada 9 September 2023
https://nilazaima.wordpress.com/2014/03/27/pendekatan-realita/. Diakses pada 9
September 2023

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-psikiatrie3aa6b8e6f2full.pdf. Diakses
pada 9 September 2023

Anda mungkin juga menyukai