Anda di halaman 1dari 9

Ujian Akhir Semester (UAS)

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Mata Kuliah Pendekatan Dalam Konseling

Dosen Pembina Mata Kuliah:


Dr. Netrawati, M.Pd.,Kons
Dr.Yeni Karneli, M.Pd., Kons

Oleh :

Wirdatun Nisya (22151041)

PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
PENDEKATAN GESTALT
A. Hakekat dari teori Gestalt
Terapi Gestalt dikembangkan oleh Fritz Perls dan istrinya, Laura, pada tahun
1940-an. Tujuan dasar dari kelompok Gestalt adalah untuk menyediakan konteks
yang memungkinkan anggota untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang apa
yang mereka alami dan kualitas kontak yang mereka buat dengan orang lain.
Kesadaran saat-ke-saat dari pengalaman seseorang, bersama dengan kesadaran yang
hampir seketika dari hambatan seseorang untuk mengalami seperti itu, dipandang
sebagai terapi dalam dan dari dirinya sendiri (Corey, 2010)
Terapi Gestalt bersifat eksistensial karena didasarkan pada saat ini dan di sini
dan mengutamakan dialog eksistensial. Kesadaran, pilihan, dan tanggung jawab
adalah landasan praktik. Terapi Gestalt memberikan perhatian khusus pada
keberadaan saat orang mengalaminya dan menegaskan kapasitas manusia untuk
pertumbuhan dan penyembuhan melalui kontak interpersonal dan wawasan.
Pendekatan ini fenomenologis karena menekankan bagaimana kita melihat dunia,
bagaimana kita berkontribusi untuk menciptakan pengalaman kita, dan bagaimana
kita mengatur dunia kita dan diri kita sendiri. Terapi Gestalt juga merupakan
pendekatan pengalaman , dan anggota kelompok dapat memahami apa dan bagaimana
mereka berpikir, merasakan, dan melakukan saat mereka berinteraksi dengan orang
lain dalam kelompok. Anggota didorong dan dibimbing dalam bereksperimen dengan
perilaku baru sebagai cara untuk meningkatkan pemahaman diri.

Menurut Hasanah (2016) Pendekatan Gestalt adalah terapi humanistik


eksistensial yang berlandaskan premis, bahwa individu harus menemukan caranya
sendiri dalam hidup dan menerima tanggungjawab pribadi jika individu ingin
mencapai kedewasaan. Asumsi ini didasarkan pada bahwa manusia dalam
kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.Setiap individu bukan semata-
mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung,
otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian
tersebut. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran,
perasaan, dan tingkah lakunya.
B. Hakekat manusia menurut Gestalt
Pendekatan Gestalt juga memandang pertumubuhan dan perkembangan
manusia sebagai suatu fenomena yang unik (Hartono, 2013, hlm. 161). Menurut
pendekatan Gestalt, individu dapat berhubungan dengan permasalahannya secara
efektif jika mereka menggunakan kesadarannya atas apa yang terjadi di sekitarnya.
Disebabkan oleh masalah-masalah tertentu dalam perkembangannya, individu
membentuk cara menghindari masalah, dan karenanya menemui jalan buntu dalam
pertumbuhan pribadinya.
Konselor menyajikan intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang bisa
membantu individu memperoleh pengetahuan dan kesadaran sambil melangkah
menuju pemanduan dan pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami
penghambat-penghambat itu akan meningkat sehingga dia kemudian bisa
mengumpulkan kekuatan guna mencapai keberadaan yang lebih otentik dan vital.

Latner (dalam Rusmana, 2009, hlm. 48) mengemukakan empat asumsi dasar
terapi Gestalt, yaitu:
1. Prinsip keseluruhan (integrasi) : individu akan melaksanakan pekerjaan yang tidak
selesai tentang emosi dan masalahnya. Individu dilatih menghadapi ketidaklengkapan,
perpisahan agar merasa utuh kembali.
2. Prinsip kesadaran : orang bebas memilih hanya jika sadar diri. Konsep kesadaran
termasuk semua sensasi, pikiran, tingkah laku yang dialami.
3. Prinsip figur / latar belakang, berupa pengalaman sangat penting, misalnya keputusan
mendekati orang yang sangat membencinya; sedangkan latar belakang terdiri atas
pengalaman yang kurang menekan seperti apa yang seseorang akan lakukan setelah
makan malam.
4. Prinsip polaritas, jika sesorang mengalami tuntutan kebutuhannya, maka pertama kali
harus membedakan lapangan perseptualnya dalam bentuk yang berlawanan, misalnya
aktif atau pasif, baik atau buruk.

C. Teknik konseling yang ada dalam terori Gestal.

1. Peran Eksperimen
Dalam percobaan kelompok Gestalt, anggota diundang untuk mencoba beberapa
perilaku baru dan memperhatikan apa yang mereka alami. Eksperimen tumbuh dari
hubungan terapeutik dan memberikan konteks yang aman bagi anggota untuk
meningkatkan kesadaran mereka dan mencoba cara berpikir dan berperilaku baru.
Tujuan percobaan adalah untuk membantu anggota dalam eksplorasi diri yang aktif.
Seorang pemimpin kelompok yang berorientasi pada Gestalt didorong untuk kreatif
dalam merancang dan mengimplementasikan berbagai intervensi, selalu
menggunakan sebagai panduan kebutuhan atau minat peserta yang paling mendesak.
Beberapa bentuk eksperimen Gestalt yang mungkin dilakukan antara lain
mendramatisasi ingatan yang menyakitkan, membayangkan pertemuan yang
menakutkan, memerankan orang tua, menciptakan dialog antara dua bagian dalam diri
sendiri, memperhatikan gerakan yang diabaikan, atau melebih-lebihkan postur
tertentu.
2. Perhatikan Bahasa
Terapi Gestalt menekankan hubungan antara pola bahasa dan kepribadian. Pola
bicara kita sering kali merupakan ekspresi dari perasaan, pikiran, dan sikap kita;
dengan berfokus pada kebiasaan berbicara kita yang terbuka, kita dapat meningkatkan
kesadaran diri kita.
3. Bahasa Nonverbal
Konselor kelompok yang terampil mendengarkan tidak hanya tingkat komunikasi
verbal tetapi juga, dan bahkan lebih tajam, pesan di balik kata-kata, yang sering
disampaikan dalam nada suara, nada, dan volume, dalam kecepatan penyampaian, dan
sebagainya.
Pengaturan kelompok menawarkan banyak kesempatan untuk mengeksplorasi
makna pesan non-verbal. Eksplorasi semacam itu sangat berguna ketika peserta
menunjukkan isyarat nonverbal yang tidak sesuai dengan apa yang mereka katakan
secara verbal. Misalnya, Dwight memberi tahu pemimpin kelompok bahwa dia marah
padanya karena lewat dia mendekat, tetapi saat dia mengucapkan kata-kata marahnya,
dia tersenyum.
4. Eksperimen Dengan Dialog Internal
Karena tujuan terapi Gestalt adalah untuk mencapai fungsi terintegrasi dan
penerimaan aspek kepribadian seseorang yang telah tidak diakui dan ditolak, terapis
sangat memperhatikan perpecahan dan polaritas dalam fungsi kepribadian. Dialog
fantasi dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran akan perpecahan internal dan
akhirnya integrasi kepribadian. Dialog-dialog ini bisa bermacam-macam bentuknya,
misalnya dialog antara pihak yang berseberangan atau polaritas dalam diri (seperti
lembut/keras, berani/takut, maskulin/feminin, penuh kasih/benci, aktif/pasif) atau
dialog dengan orang tua atau tokoh penting lainnya. orang, berfantasi orang lain, atau
benda mati.
5. Membuat Lingkaran
Membuat putaran bisa menjadi teknik yang berguna untuk membantu anggota
kelompok mengenali ketakutan yang tersembunyi. Anggota didorong untuk
berkeliling ke setiap anggota kelompok dan mengatakan sesuatu yang biasanya tidak
dia komunikasikan secara verbal.
6. Latihan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berlatih untuk peran yang kita pikir
diharapkan untuk kita mainkan, dan kita khawatir bahwa kita mungkin tidak
mengatakan hal yang "benar" dan melakukan "dengan benar". Latihan internal
menghabiskan banyak energi dan seringkali menghambat spontanitas. Dengan
berpartisipasi dalam latihan, anggota mengatakan dengan lantang apa yang mereka
pikirkan dalam hati. Teknik ini dapat sangat berguna ketika jelas bahwa anggota
melakukan banyak pemblokiran dan penyensoran dan ketika apa yang mereka katakan
tampaknya diukur dengan hati-hati untuk efek tertentu.
7. Teknik Berlebihan
Teknik ini melibatkan menjadi lebih sadar akan sinyal dan isyarat halus yang
kita kirimkan melalui bahasa tubuh. Anggota kelompok diminta untuk mengulangi
dan mengintensifkan perilaku tertentu dengan tujuan membawa proses emosional di
luar kesadaran ke kesadaran. Gerakan, postur, dan gestur dilebih-lebihkan sehingga
makna yang dikomunikasikan menjadi lebih jelas. Dengan melebih-lebihkan gerakan
atau isyarat berulang kali, orang tersebut mengalami perasaan yang terkait dengan
perilaku tersebut secara lebih intens dan menjadi lebih sadar akan makna batin dari
perilaku tersebut.
8. Kerja Impian Dalam Grup
Konsisten dengan semangat noninterpretatifnya, pendekatan Gestalt tidak
menafsirkan dan menganalisis mimpi. Sebaliknya, tujuannya adalah untuk
menghidupkan kembali mimpi itu, menciptakannya kembali, dan menghidupkannya
kembali seolah-olah itu sedang terjadi sekarang.Karena pendekatan yang berpusat
pada orang sangat merupakan pendekatan fenomenologis, berdasarkan pandangan
dunia subjektif klien.
D. Prosedur pelaksanaan konseling berdasarkan teori Gestalt
1.Tahap Pertama
Pada tahap pertama (tahap awal) suatu kelompok, ciri-ciri utamanya adalah
identitas dan ketergantungan. Setiap anggota kelompok bergantung pada cara dia
dipersepsikan dan ditanggapi oleh anggota lain dan pemimpinnya. Pemimpin,
berfungsi sebagai terapis, membantu individu mengeksplorasi pertanyaan anggota
tentang identitas mereka dalam kelompok. Kegiatan pemimpin diarahkan untuk
menyediakan iklim kepercayaan yang akan mendukung pengambilan risiko dan
membuat hubungan antar individu. Setelah anggota menemukan kesamaan mereka
satu sama lain, kelompok siap untuk bekerja pada diferensiasi.
2. Tahap Kedua
Pada tahap kedua (yang mirip dengan tahap transisi) karakteristik kuncinya
adalah pengaruh dan kontra-ketergantungan. Selama masa transisi ini, kelompok
bergulat dengan masalah pengaruh, otoritas, dan kontrol. Tugas pemimpin adalah
bekerja untuk meningkatkan diferensiasi, divergensi, dan fleksibilitas peran di antara
anggota. Pemimpin berperan sebagai fasilitator untuk membantu anggota bekerja
melalui reaksi yang mereka alami terhadap apa yang terjadi dalam kelompok.
Beberapa kegiatan fasilitatif ini termasuk mempertinggi kesadaran akan norma yang
berlaku dalam kelompok, mendorong anggota untuk menentang norma dan secara
terbuka mengungkapkan perbedaan dan ketidakpuasan, dan membedakan peran dari
orang-orang.

3. Tahap Ketiga

Pada tahap ketiga (yang mirip dengan tahap kerja) keintiman dan saling
ketergantungan adalah tema kunci. Pada tahap perkembangan kelompok ini, kontak
nyata terjadi di dalam dan di antara anggota kelompok. Sekarang para anggota telah
bekerja melalui masalah pengaruh, kekuasaan, dan otoritas, mereka siap untuk tingkat
pekerjaan yang lebih dalam, baik secara individu maupun dengan kelompok secara
keseluruhan. Selama tahap ini tingkat kekompakan yang tinggi mendorong anggota
untuk mengambil risiko dengan terlibat dalam eksperimen demi pembelajaran baru.
E. Temukan satu masalah klien, kemudian carikan solusinya berdasarkan kerangka kerja
teori Gestalt tersebut.
Contoh : ketika seorang perempuan memulai menjalani hubungan berpacaran pada
masa sekarang namun ia bukan menjalani,merasakan,dan berpokir tetang hubungan
dengan pacarnya pada masa sekarang. Tetapi selalu diliputi harapan katastropik yaitu
kecemasan bahwa pacarnya akan selingkuh dan akan meninggalkannya atau harapan
anastropik yaitu selalu memikirkan bila ia berpacaran maka ia akan menikah dengan
pesta yang megah, memiliki rumah idaman,dan memiliki anak dan memiliki keluarga
yang harmonis, perempuan yang terlalu berpikir tentang harapan – harapan tersebut
akan mengalami kecemasan karna ia berpijak pada masa sekarang dan terkurung oleh
masa lalu karna pernah trauma ditinggalkan pacarnya dan terjebak pada harapan masa
depan baik harapan anstropik maupun katastropik.
Dari permasalahan di atas pendekatan yang tepat yaitu dengan pendekatan
gestalt karna dari permasalahan yang di jelaskan di atas bahwasannya konseli ini
mengalami trauma pada masa lalunya dengan konseling gestalt diharapkan konseli
lebih dapat menekankan pada kegiatan masa sekarang, tujuan konseling gestalt adalah
untuk membantu konseli menjadi dewasa dan tumbuh dengan tanggung jawab serta
membantu konseli agar bergantung pada diri mereka sendiri bukan dengan orang lain.
Salah satu kontribusi dari pendekatan gestal ini adalah cara yang
menyenangkan di mana masa lalu ditangani dengan cara yang hidup dengan
membawa aspek aspek yang relevan ke masa sekarang.
Fokus utama konseling gestalt adalah terletak pada bagaimana keadaan
konseli sekarang serta hambatan- hambatan apa yang muncul dalam kesadaranya,
oleh karna itu tugas konselor mendorong konseli untuk dapat melihat kenyataan yang
ada pada dirinya serta mau mencoba menghadapinya. Dalam hal ini perlu diarahkan
agar konseli mau belajar menggunakan perasaan secara penuh. Inti dari Gestalt adalah
sebuah pendekatan yang berfokus pada pertumbuhan, kesadaran dan isi dari
kesadaran itu berarti fokus pada kesadaran hubungan dengan diri sendiri, orang lain
dan dunia Anggapan bahwa individu bisa mengatasi segala permasalahanya menjadi
fokus dari terapi ini. Dengan berbagai cara yang akan ditempuh anak berusaha untuk
bisa mempersepsikan dirinya sebagai manusia secara utuh.
Dalam ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012), prinsip kerja
teknik konseling Gestalt yaitu:
a. Penekanan tanggung jawab klien. Konselor bersedia membantu konseli tetapi tidak
akan bisa mengubah konseli, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung
jawab atas tingkah lakunya.
b. Orientasi sekarang dan saat ini. Konselor tidak membangun kembali (mengulang)
masalalu atau motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang. Masa lalu
hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang
c. Orientasi kesadaran. Konselor meningkatkan kesadaran konseli tentang diri sendiri
dan masalah-masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Corey, G. (2013). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika
Aditama.

Corey, M.S. & Corey, G. (2010). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy.
Belmont. Thompson Brooks/Cole.
Hartono & Soedarmadji, B. (2013). Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Hasanah, K. (2016). Teori Konseling (Suatu Pendekatan Konseling Gestalt). Al-Tazkiah:


Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam, 5(2), 108-123.

Anda mungkin juga menyukai