Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

‘’ TERAPI GESTALT”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Teori konseling dan psikoterapi

Dosen pengampu: Imalatul Khairat, M.Pd

Disusun oleh :
Nadiroh (211340082)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2023
PEMBAHASAN

A. Pengantar
Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls adalah terapi
eksistensial yang didasarkan pada premis bahwa individu harus menemukan jalan
hidupnya sendiri dan memikul tanggung jawab pribadi untuk mencapai kedewasaan.
Terapi Gestalt sebagian besar didasarkan pada prinsip kesadaran, berfokus pada apa
dan bagaimana kita bertindak dan mengalami di sini dan saat ini dengan
mengintegrasikan bagian kepribadian kita yang terfragmentasi dan tidak diketahui.
Terapi Gestalt pada dasarnya adalah terapi individu, tetapi juga dapat
digunakan dalam kelompok dan lokakarya. Konselor adalah mereka yang mengalami
gangguan saraf seperti kecemasan, fobia, dan depresi. Antara lain, juga dianggap
efektif untuk menangani konselor psikosomatis, konflik psikologis, dan konselor yang
menderita penyakit yang lebih dalam seperti psikosis. Terapi Gestalt juga bisa
diterapkan untuk menghadapi anak-anak yang mengalami gangguan-gangguan
perilaku, bah- kan juga untuk latihan, seperti latihan kreativitas dan intervensi-
intervensi jangka pendek.
Asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa individu mampu menghadapi
masalah hidupnya sendiri secara efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien
mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan saat ini dengan membuatnya sadar
bahwa tindakannya mencegahnya merasakan dan mengalami saat ini untuk dirinya
sendiri. Dengan demikian, terapi Gestalt bersifat non-interpretif, dan bila
memungkinkan, klien melakukan terapi sendiri. Mereka membuat interpretasinya
sendiri, membuat pernyataannya sendiri, dan menemukan maknanya sendiri. Terakhir,
klien didorong untuk mengalami secara langsung perjuangan di sini dan saat ini untuk
urusan yang belum selesai dari masa lalu. Dengan mengalami konflik, bahkan hanya
membicarakannya, klien secara bertahap dapat memperluas kesadarannya.1

B. Konsep-konsep Utama
1. Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan Gestalt tentang manusia berakar pada filsafat eksistensial dan
fenomenologi. Perspektif ini menekankan konsep-konsep seperti kesadaran yang
diperluas, penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan pribadi, dan cara
mengalami yang menekan kesadaran. Dalam terapi, pendekatan Gestalt berfokus
pada mendapatkan kembali kesadaran dan mengintegrasikan kutub dan dikotomi
sendiri. Terapi bukan untuk analisis tetapi untuk integrasi yang berlangsung
selangkah demi selangkah dalam terapi sampai klien menjadi cukup kuat untuk
mendukung pertumbuhan pribadinya sendiri.2
Pandangan Gestalt berpendapat bahwa individu mampu memikul tanggung
jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang utuh. Karena beberapa
masalah dalam perkembangannya sendiri, individu membentuk berbagai cara
untuk menghindari masalah, sehingga menemui jalan buntu dalam pertumbuhan

1
Corey Gerald, TEORI DAN PRAKTEK KONSELING DAN PSIKOTERAPI, ed. Refika Aditama, redaksi re. (bandung,
2022).
2
Ibid.
pribadi. Terapi memberikan intervensi dan tantangan yang diperlukan yang dapat
membantu individu memperoleh pengetahuan dan kesadaran sambil bergerak
menuju bimbingan dan pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami hambatan
perkembangan, kesadaran individu terhadap hambatan tersebut akan meningkat
sehingga dapat menghimpun kekuatan untuk menjadi makhluk yang lebih otentik
dan dinamis.
Menurut Perls dalam Hansen, terdapat 8 asumsi mengenai manusia (Hansen,
1977), antara lain:
1) Manusia merupakan satu kesatuan, keterpaduan dari berbagai elemen seperti
pikiran, sensasi, persepsi. Dari berbagai yang ada pada dirinya tersebut tidak
satupun yang dapat dimengerti tanpa mengaitkan dengan keseluruhan orang itu.
2) Manusia merupakan bagian dari lingkungannya dan ia tidak akan bisa
dimengerti apabila kita melepaskan dari lingkungannya itu.
3) Manusia memilih bagaimana caranya merespon terhadap perangsang internal
maupun perangsang eksternal. Manusia itu merupakan aktor (pelaku) bagi
dunianya bukan hanya reaktor (pasif).
4) Manusia mempunyai potensi untuk sepenuh-penuhnya menyadari sensasinya
(rasa badannya), pikirannya, emosinya dan persepsinya.
5) Manusia dapat membuat pilihan-pilihan karena manusia menyadari sensasinya,
pikiran dan emosinya, dan manusia yang berbahagia adalah yang menyadari
ketiga hal tersebut.
6) Manusia mempunyai kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri secara
efektif.
7) Manusia tidak dapat mengalami masa lalunya atau masa depannya, manusia
hanya dapat melalui masa sekarang, dan masa sekarang selalu tidak akan
pernah terulang.
8) Manusia pada dasarnya dikatakan bagus, ya tidak bagus, dikatakan jelek ya
tidak jelek, dengan demikian jangan menghebat-hebatkan manusia dan jangan
pula menjelekjelekkan manusia itu. 3
2. Fungsi dan peran terapis
Terapi ini difokuskan kepada perasaan klien, kesadaran atas saat sekarang,
pesan-pesan tubuh, dan penghambat kesadaran. Perls mengajarkan untuk klien
“ kosongkan pikiran anda dan capailah kesadaran”.
Penekanan penting dari terapi Gestalt adalah konselor tidak bertujuan
untuk mengubah klien mereka. Peran konselor adalah membantu klien dalam
mengembangkan kesadaran diri mereka sendiri tentang bagaimana mereka
saat ini. Oleh karena itu, ini akan memungkinkan mereka untuk memperbaiki
masalah yang mempengaruhi hidupnya. Pekerjaan Konselor adalah mengajak
klien ke dalam kemitraan aktif di mana mereka dapat belajar tentang diri
mereka sendiri dengan mengadopsi sikap pengalaman terhadap kehidupan di
mana mereka mencoba perilaku baru dan memperhatikan apa yang terjadi.4

3
Bukhari Ahmad, “Pendekatan Gestalt : Konsep Dan Aplikasi Dalam Proses Konseling,” IJoCE: Indonesian
Journal of Counseling and Education 1, no. 2 (2021): 44–56,
https://www.lp2msasbabel.ac.id/jurnal/index.php/IJoCE/article/view/1976.
4
Corey Gerald, Teori Dan Praktik (Jakarta: Reflika Aditama, 2009).
3. Tujuan Terapi Gestalt
1) Menjadikan klien tidak bergantung pada orang lain, menjadikan klien
menemukan sejak awal bahwa dia bisa melakukan banyak hal, lebih anyak
dari yang dikiranya.
2) Membantu klien agar menemukan pusat dirinya, Perls mengatakan, "Jika
Anda berpusat pada diri Anda sendiri, maka Anda tidak harus disesuaikan
lagi, maka apapun yang lewat dan diasimilasi oleh Anda, Anda bisa
memahaminya dan Anda berhubungan dengan apa pun yang terjadi.
3) pencapaian kesadaran. Kesadaran dengan dan pada dirinya sendiri; dipandang
kuratif. Tanpa kesadaran, klien tidak memiliki alat untuk mengubah
kepribadiannya. Dengan kesadaran, klien memiliki kesanggupan untuk
menghadapi dan menerima bagian-bagian keberadaan yang diingkarinya serta
untuk berhubungan dengan pengalaman-pengalaman subjektif dan dengan
kenyataan. Klien bisa menjadi suatu kesatuan dan menyeluruh. Apabila klien
menjadi sadar, maka urusannya yang tidak selesai akan selalu muncul
sehingga bisa ditangani dalam terapi.5
Tujuan terapi Gestalt selanjutnya adalah agar klien dapat berkolaborasi
dengan terapis untuk meningkatkan kesadaran pribadi dan secara aktif
menantang hambatan yang telah menghalangi penyembuhan hingga saat ini
(Clarke, 2021). Terapi/konseling Gestalt juga bertujuan membantu klien untuk
sepenuhnya menerima dirinya yang sekarang membentuk kemampuan klien
untuk mengatasi masalahnya. Tujuan-tujuan ini dapat dicapai melalui
pencapaian satu atau lebih beberapa tujuan khusus yaitu membangun
kesadaran, integrasi, pematangan, tanggung jawab, otentisitas, pengaturan
diri, dan perubahan perilaku (Harman, 1974).6

C. Teknik-teknik dan Prosedur Terapeutik

Terapi Gestalt bisa dilakukan dengan beberapa teknik yaitu sebagai berikut:
1) Pengalaman sekarang.
Klien dibantu agar merasakan atau melakukannya sekarang. Kejadian
yang sudah lewat agar dirasakan sekarang, demikian juga dengan kejadian
yang akan datang.
2) Pengarahan langsung
Terhadap klien secara terus-menerus diarahkan apa yang harus
dilakukan. Apa yang dikemukakan pasien dipakai sebagai bahan agar terapis
secara aktif meng- arahkan proses berpikir klien, misalnya, mengenai kejadian
dulu dan ucapan dulu yang harus diucapkan sekarang.
3) Perubahan bahasa
Terhadap klien didorong agar mengubah pertanyaan-pertanyaan
menjadi pernyataan, dengan keyakinan bahwa kebanyakan pertanyaan-
pertanyaan adalah pernyataan tentang diri sendiri yang tersembunyi. Misalnya

5
Gerald, TEORI DAN PRAKTEK KONSELING DAN PSIKOTERAPI.
6
Ahmad, “Pendekatan Gestalt : Konsep Dan Aplikasi Dalam Proses Konseling.”
contoh pertanyaan: Apakah Anda suka saya? Pada dasarnya pertanyaan ini
adalah pernyataan bahwa: Saya tidak yakin anda suka saya!
4) Teknik kursi kosong
Teknik ini sangat terkenal dan dianggap banyak manfaatnya pada
terapi Gestalt. Sering disebut sebagai teknik latihan atau permainan peran
[role-playing]. Kalau seorang klien mengekspresikan ketegangannya terhadap
orang lain, ia diarahkan untuk berbicara dengan orang lain yang dibayangkan
sedang duduk di kursi kosong di samping atau di depannya.
Setelah itu, terapis meminta klien untuk bertukar tempat duduk dan
menjawabnya seolah-olah ia adalah orang lain tersebut. Terapis mengarahkan
pembicaraan antara klien dengan tokoh imajiner dengan menukar kursi pada
saat-saat kritis. Dengan demikian klien akan belajar untuk menyadari dan
mengerti perasaannya secara lebih baik.
5) Berbicara dengan bagian dari dirinya
Ini merupakan variasi dari teknik kursi kosong. Percakapan terjadi
antara bagian-bagian yang ada dalam diri seseorang, misalnya, yang
menimbulkan konflik atau antara yang harus [top dog] dengan yang
sebaliknya [underdog] yang pasif dan yang penurut.7
6) Tetap dengan perasaan
Teknik ini dapat digunakan ketika klien mengidentifikasi perasaan atau
emosi yang tidak menyenangkan yang dia coba hindari dengan putus asa.
Terapis mendesak klien untuk mempertahankan atau menekan perasaan yang
ingin dia hindari. Sebagian besar klien ingin melepaskan diri dari stimulus
yang menakutkan dan menghindari sensasi yang tidak menyenangkan. Terapis
dapat meminta klien untuk hidup dengan ketakutan atau rasa sakit apa pun
yang mereka alami saat ini dan mendorong klien untuk mengembangkan
pemahaman yang lebih dalam tentang perasaan dan perilaku yang ingin
mereka hindari. Menghadapi, menghadapi, dan mengalami perasaan tidak
hanya membutuhkan keberanian, tetapi kemauan untuk menahan rasa sakit
yang diperlukan untuk membuka jalan bagi fase pertumbuhan baru.8

7
Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, Konseling Dan Psikoterapi, ed. staf Redaksi Gunung Kencana (Jakarta: PT BPK
Gunung Kencana, 2007).
8
Gerald, TEORI DAN PRAKTEK KONSELING DAN PSIKOTERAPI.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Bukhari. “Pendekatan Gestalt : Konsep Dan Aplikasi Dalam Proses Konseling.”
IJoCE: Indonesian Journal of Counseling and Education 1, no. 2 (2021): 44–56.
https://www.lp2msasbabel.ac.id/jurnal/index.php/IJoCE/article/view/1976.
Gerald, Corey. TEORI DAN PRAKTEK KONSELING DAN PSIKOTERAPI. Edited by Refika
Aditama. Redaksi re. bandung, 2022.
———. Teori Dan Praktik. Jakarta: Reflika Aditama, 2009.
Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa. Konseling Dan Psikoterapi. Edited by staf Redaksi Gunung
Kencana. Jakarta: PT BPK Gunung Kencana, 2007.

Anda mungkin juga menyukai