Anda di halaman 1dari 12

Terapi Realitas

A. Pengantar

Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku
sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengonfrontasikan klien
dengan cara-cara yang bisa membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain.

Terapi realitas adalah suatu bentuk modifikasi tingkah laku karena, dalam
penerapan-penerapan institusionalnya, merupakan tipe pengondisian operan yang
tidak ketat.

B. Konsep Utama

Pandangan tentang Sifat Manusia

Terapi realitas berlandaskan premis bahwa ada suatu, kebutuhan psikologis


tunggal yang hadir sepanjang hidup, yaitu kebutuhan akan identitas yang mencakup
suatu kebutuhan untuk merasakan keunikan, keterpisahan, dan kesendirian.

Menurut terapi realitas, akan sangat berguna apabila menganggap identitas


dalam pengertian “identitas keberhasilan” lawan “identitas kegagalan”.

Menurut Glasser (1965, hlm. 9), basis dari terapi realitas adalah membantu
para klien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya, yang
mencakup “kebutuhan mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan
bahwa kita berguna baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain”.

Glasser dan Zunin (1973, hlm. 297), “Pada dasarnya, orang-orang ingin
puas hati dan menikmati suatu identitas keberhasilan, menunjukkan tingkah laku
yang bertanggung jawab dan memiliki hubungan interpersponal yang penuh
makna”. Pandangan terapi realitas menyatakan bahwa, karena individu-individu
bisa mengubah cara hidup, perasaan, dan tingkah lakunya, maka mereka pun bisa
mengubah identitasnya.

Ciri-ciri Terapi Realitas


1. Terapi realitas menolak konsep tentang penyakit mental. Ia berasumsi bahwa
bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat dari
ketidakbertanggungjawaban.

2. Terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada perasaan-
perasaan dan sikap-sikap. Meskipun tidak menganggap perasaan-perasaan dan
sikap-sikap itu tidak penting, terapi realitas menekankan kesadaran atas tingkah
laku sekarang.

3. Terapi realitas berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau. Karena
masa lampau seseorang itu telah tetap dan tidak bisa diubah, maka yang bisa diubah
hanyalah saat sekarang dan masa yang akan datang.

4. Terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Terapi ini


beranggapan bahwa perubahan mustahil terjadi tanpa melihat pada tingkah laku dan
membuat beberapa ketentuan mengenai sifat-sifat konstruktif dan destruktifnya.

5. Terapi realitas tidak menekankan transferensi. Glasser (1965) menyatakan bahwa


para klien tidak mencari suatu pengulangan keterlibatan di masa lampau yang tidak
berhasil, tetapi mencari suatu keterlibatan manusiawi yang memuaskan dengan
orang lain dalam keberadaan mereka sekarang.

6. Terapi realitas menekankan aspek-aspek kesadaran, bukan aspek-aspek


ketaksadaran, terapi realitas menekankan kekeliruan yang dilakukan oleh klien,
bagaimana tingkah laku klien sekarang hingga dia tidak mendapatkan apa yang
diinginkannya, dan bagaimana dia bisa terlibat dalam suatu rencana bagi tingkah
laku yang berhasil yang berlandaskan tingkah laku yang bertanggung jawab dan
realistis.

7. Terapi realitas menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa pemberian


hukuman guna mengubah tingkah laku tidak efektif dan bahwa hukuman untuk
kegagalan melaksanakan rencana-rencana mengakibatkan perkuatan identitas
kegagalan pada klien dan perusakan hubungan terapeutik.

8. Terapi realitas menekankan tanggung jawab, yang oleh Glasser (1965, hlm. 13)
didefinisikan sebagai “kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sendiri
dan melakukannya dengan cara tidak mengurangi kemampuan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka”. Glasser (1965) menyatakan bahwa
mengajarkan tanggung jawab adalah konsep inti dalam terapi realitas.

C. Proses Terapeutik

Tujuan-tujuan terapeutik

Tujuan umum terapi realitas adalah membantu seseorang untuk mencapai


otonomi. Pada dasarnya, otonomi adalah kematangan yang diperlukan bagi
kemampuan seseorang untuk mengganti dukungan lingkungan dengan dukungan
internal. Terapi realitas membantu orang-orang dalam menentukan dan
memperjelas tujuan-tujuan mereka.

Glasser dan Zunin (1973) sepakat bahwa terapis harus memiliki tujuan-
tujuan tertentu bagi klien dalam pikirannya. Akan tetapi, tujuan-tujuan itu harus
diungkapkan dari segi tujuan-tujuan behavioral karena klien harus menentukan
tujuan-tujuan itu bagi dirinya sendiri.

Fungsi dan Peran Terapis

Tugas dasar terapis adalah melibatkan diri dengan klien dan kemudian
membuatnya menghadapi kenyataan. Menurut Glasser (1965, hlm. 28), terapis
harus bersedia untuk berfungsi sebagai seorang guru dalam hubungannya dengan
klien. Ia harus mengajari klien bahwa tujuan terapi tidak diarahkan kepada
kebahagiaan. Terapis realitas berasumsi bahwa klien bisa menciptakan
kebahagiaannya sendiri dan bahwa kunci untuk menemukan kebahagiaan adalah
penerimaan tanggung jawab. Fungsi penting lainnya dari terapis realitas adalah
memasang batas-batas, mencakup batas-batas dalam situasi terapeutik dan batas-
batas yang ditempatkan oleh kehidupan pada seseorang.

D. Teknik-teknik dan Prosedur-prosedur Utama


1. Terlibat dalam permainan peran dengan klien.

2. Menggunakan humor.

3. Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun.

4. Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi


tindakan.

5. Bertindak sebagai model dan guru.

6. Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi.

7. Menggunakan “terapi kejutan verbal” atau sarkasme yang layak untuk


mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis.

8. Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih
efektis.

Pendekatan Terapi Gestalt

A. Teori Gestalt

1. Tokoh Teori Gestalt

a. Max Wertheimer (1880-1943)


Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi
Gestalt.

Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul


“Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain :

1. Hukum Kedekatan (Law of Proximity)

2. Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)

3. Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)

b. Kurt Koffka (1886-1941)

Teori Koffka tentang belajar antara lain:

1. Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di otak.
Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-
prinsip Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan sesuatu
yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.

2. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidak
dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena
jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt
yang lebih baik dalam ingatan.

3. Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.

c. Wolfgang Kohler (1887-1967)

Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Menurut Kohler
apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan terjadi
ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah tersebut
terpecahkan.

2. Karakteristik Teori Gestalt

1. Mempunyai Hukum keterdekatan, hukum ketertutupan dan hukum kesamaan.


Hukum menurut Wertheimer tahun 1923, dalam bukunya “Investigation of Gestalt
Theory”:
a. Hukum keterdekatan (Law of Proximity)
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap
sebagai suatu totalitas.
b. Hukum ketertutupan (Law of Closure)
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
c. Hukum kesamaan (Law of Equivalence)
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu
kelompok atau suatu totalitas.
2. Proses pembelajaran secara terus–menerus dapat memperkuat jejak ingatan
peserta didik.
3. Adanya pemahaman belajar Insight. Insight adalah pemahaman terhadap
hubungan antar bagian di dalam situasi permasalahan.

B. Pengantar

Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk


terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu harus
menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika
mereka berharap mencapai kematangan.

Asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa individu-individu mampu


menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis
adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan
sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri
merasakan dan mengalami saat sekarang.

C. Konsep Utama

1. Pandangan tentang Sifat Manusia

Pandangan Gestalt tentang manusia berakar pada filsafat eksistensial dan


fenomenologi. Pandangan ini menekankan konsep seperti perluasan kesadaran,
penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan pribadi, dan mengalami cara-cara
yang menghambat kesadaran.

Pandangan Gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan memikul


tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu.

Bagi Perls, tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena masa lampau
telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat sekaranglah yang penting.

Terapi Gestalt adalah penekanannya pada di sini dan sekarang, belajar menghargai
dan mengalami sepenuhnya saat sekarang.

Pandangan mereka adalah, “kebenaran yang paling sulit diajarkan adalah bahwa
hanya sekaranglah yang ada dan bahwa menyimpang darinya berarti menyimpang
dari kualitas hidup yang ada pada kenyataan” (Polster dan Polster, 1973, hlm. 7).

Menurut Perls, jika individu-individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi
terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan, yakni
mereka dirasuki oleh “pengharapan-pengharapan katastrofik (hal buruk) atau
pengharapan-pengharapan anastrofil (hal menakjubkan)” (Perls, 1969, hlm. 30).
Sasaran Perls adalah membantu orang-orang membuat hubungan dengan
pengalaman-pengalaman mereka secara jelas dan segera ketimbang berbicara
tentang pengalaman itu. Para klien menipu dirinya sendiri mereka menghadapi dan
membicarakan masalah-masalah, mereka menyelesaikan masalah-masalah serta
tumbuh sebagai pribadi.

Apakah masa lampau diabaikan oleh terapi Gestalt? Tidak. Apabila masa
lampau memiliki kaitan tingkah laku individu sekarang, maka masa lampu itu
ditangani dengan membawanya ke saat sekarang sebanyak mungkin. Terapis
mengarahkan klien agar “berada di masa lampau” (dalam khayalan) dan
memghidupkan kembali perasaan-perasaan masa lampaunya.

2. Dinamika Kepribadian Manusia Menurut Gestalt

Passons (dikutip dari Gunarsa, 1996) mengatakan bahwa manusia memiliki


kemampuan untuk menyadari pikiran, perasaan, dan tindakannya, sehingga mampu
memilih dan menguasai kehidupannya secara efektif. Konsep yang hampir sama
juga dikemukakan oleh Ivey, et al. (dikutip dari Gunarsa, 1996) yang menyatakan
bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menentukan arah kehidupannya.

Timbulnya perilaku bermasalah menurut pandangan Gestalt adalah karena


ketidakmampuan individu untuk mengatasi masalah. Menurut Perls (dikutip dari
Gunarsa, 1996) munculnya perilaku bermasalah disebabkan oleh hal-hal berikut:

a. Kurang berinteraksi atau menutup diri dengan lingkungan.

b. Terlalu banyak memberi atau menyerap pengaruh dari orang lain.

c. Kebutuhan atau perasaan yang tidak terpenuhi.

d. Kebutuhan dasar yang ingin dipenuhi oleh individu mendapat penolakan dari
masyarakat.

e. Terjadi pertentangan antara top dog (apa yang harus) dan under dog (apa yang
ingin) dalam diri individu.

f. Pertentangan dalam diri manusia. Misalnya: cinta-agresi, dan pribadi-sosial.

3. Teknik Terapi Gestalt

Gunarsa (1996) mengemukakan teknik terapi Gestalt, antara lain:

a. Pengalaman Sekarang

Klien diarahkan untuk merasakan dan melakukan pengalaman masa lalu atau masa
yang akan datang sehingga dijadikan pengalaman sekarang.

b. Pengarahan Langsung

Konselor mengarahkan secara terus-menerus hal-hal yang harus dilakukan klien


berdasarkan pernyataan yang diberikan klien.

c. Perubahan Bahasa

Klien didorong untuk mengubah bentuk pertanyaan menjadi penyataan.


d. Teknik Kursi Kosong

Klien diarahkan untuk berbicara dengan orang lain yang dibayangkan sedang duduk
di kursi kosong yang ada di samping atau di depan klien. Setelah itu, klien diminta
untuk berganti tempat duduk dan menjawab pertanyaannya tadi seolah-olah
sebelumnya klien adalah orang lain tersebut.

e. Berbicara dengan Bagian dari Dirinya

Teknik ini adalah variasi dari teknik kursi kosong. Intinya adalah klien
melangsungkan percakapan antara bagian-bagian yang ada dalam dirinya yang
menimbulkan konflik.

Levitsky dan Perls (1970, hlm. 144-149) menyajikan suatu uraian ringkas
tentang sejumlah permainan yang bisa digunakan dalam terapi Gestalt, yang
mencakup:

a. Permainan Dialog

Berikut ini uraian salah satu contoh konflik umum antara top dog dan underdog
yang telah dibuktikan oleh penulis menjadi kekuatan yang membantu klien menjadi
lebih sadar atas pemisahan internalnya dan atas sisi yang mungkin menjadi
dominan.

b. Berkeliling

Untuk menghadapi, memberanikan, dan menyingkapkan diri, bereksperimen


dengan tingkah laku yang baru, serta tumbuh dan berubah.

c. Latihan “Saya bertanggung jawab atas...”


Dalam latihan ini, terapis meminta untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian
menambahkan pada pernyataan itu kalimat “dan saya bertanggung jawab untuk
itu”.

d. “Saya memiliki suatu rahasia”

Terapis meminta kepada para klien untuk berkhayal tentang suatu rahasia pribadi
yang terjaga dengan baik.

e. Bermain Proyeksi

Seseorang melihat pada orang lain hal-hal yang justru ia tidak mau melihatnya dan
menerimanya pada dirinya sendiri.

f. Teknik Pembalikan

Meminta klien yang mengaku menderita inhibisi-inhibisi yang kuat dan rasa malu
yang berlebihan agar memainkan peran sebagai seorang ekhsibisionis dalam
kelompok.

g. Permainan Ulangan

Dalam fantasi, kita mengulang-ulang peran yang kita anggap masyarakat kita
memainkannya.

h. Permainan Melebih-lebihkan

Permainan ini berhubungan dengan konsep peningkatan kesadaran atas tanda-tanda


dan isyarat-isyarat halus yang dikirimkan oleh seseorang melalui bahasa tubuh.

i. Tetap dengan Perasaan

Teknik ini bisa digunakan pada saat klien menunjuk pada perasaan atau suasana
hati yang tidak menyenangkan yang ia sangat ingin menghindarinya.

j. Pendekatan Gestalt terhadap Kerja Mimpi


Menurut Perls, mimpi-mimpi itu bertindak sebagai jalan yang baik sekali guna
mengetahui kehampaan kepribadian dengan membukakan bagian-bagian yang
hilang dan metode-metode klien untuk menghindar.

4. Tujuan Terapi Gestalt

Sasaran dasarnya adalah menantang klien agar berpindah dari “didukung


oleh lingkungan” kepada “didukung oleh diri sendiri”. Menurut Perls (1969a, hlm
29), sasaran terapi adalah menjadikan pasien tidak bergantung pada prang lain,
menjadikan pasien menemukan sejak awal bahwa dia bisa melakukan banyak hal,
lebih banyak daripada yang dikiranya”. Tujuan utama terapi adalah membantu klien
agar menjalani hidup lebih penuh.

Tujuan terapi selanjutnya adalah membantu klien agar menemukan pusat


dirinya. Perls mengatakan, “jika anda berpusat pada diri anda sendiri, maka anda
tidak harus disesuaikan lagi, maka apapun yang lewat dan diasimilasi oleh anda,
anda bisa memahaminya dan anda berhubungan dengan apapun yang tejadi”. (Perls,
1969a, hlm. 30).

Sasaran utama terapi Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Kesadaran


dengan dan pada dirinya sendiri; dipandang kuratif. Dengan kesadaran, klien
memiliki kesanggupan untuk menghadapi dan menerima bagian-bagian keberadaan
yang diingakrinya serta untuk berhubungan dengan pengalaman-pengalaman
subjektif dan kenyataan.

5. Fungsi dan Peran Terapis

Krasner (1967) mengajukan argumen bahwa peran seorang terapis, terlepas


dari aliansi teoretisnya, sesungguhnya adalah “mesin perkuatan”. Adapun yang
dilakukannya, terapis pada dasarnya terlibat dalam pemberian perkuatan-perkuatan
sosial, baik yang positif maupun yang negatif.
Goodstein (1972) juga menyebut peran terapis sebagai pemberi perkuatan.
Menurut Goodstein (hlm. 274), “peran konselor adalah menunjang perkembangan
tingkah laku yang secara sosial layak dengan secara sistematis memperkuat jenis
tingkah laku klien semacam itu”.

Satu fungsi penting lainnya adalah peran terapis sebagai model bagi klien.
Bandura (19(9) menunjukkan bahwa sebagian besar proses belajar yang muncul
melalui pengalaman langsung juga bisa diperoleh melalui pengamatan.

Sumber:

Corey, Gerald.2013.Teori dan Praktek KONSELING & PSIKOTERAPI.Bandung:


Refika Aditama.

Lumongga, Namora Lubis.2013.MEMAHAMI DASAR-DASAR KONSELING


DALAM TEORI DAN PRAKTIK.Jakarta: Prenada Media Group.

https://www.academia.edu/8935194/teori_Gestalt

Anda mungkin juga menyukai