Anda di halaman 1dari 3

Terapi Realitas

Reality therapy (terapi realitas) adalah sebuah pendekatannya yang awalnya dikembangkan pada 1950-
an dan 1960-an oleh William Glasser, seorang psikiater berbasis-California. Pada awal 1980-an, Glasser
menambahkan control theory ( teori control ) sebagai dasar teoretik bagi praktik realitas. Pada 1996,
Glasser mengubah nama teori yang mendasari terapi realitas dari control ke choice theory (teori pilihan),
yang konsep paling mendasarnya adalah “We can control only our own behavior” (kita hanya dapat
mengontrol perilaku kita sendiri) (Glasser & Glasser, 2000: 40). Glasser sangat menekankan perbedaan
antara teori pilihan, yang memberikan kebebasan kepada orang untuk mempertahankan hubungan yang
sehat dan menjalankan hidup yang produktif, dan relationship-destroying external-control psychology
(psikologi control-eksternal perusak-hubungan), yang didasarkan pada tradisi kuno “I know what is right
for you” (aku tahu apa yang tepat untukmu).

TEORI
Konsep dasar
Pilihan Teori Lawan Kolntrol Eksternal Psikologi

Glasser mendorong orang untuk mengganti psikologi kontrol eksternal dengan teori pilihan (Glasser,
1999, 2003; Glasser & Glasser, 2000). Di abad kedua puluh, berbagai kemajuan pesat di bidang teknis
belum disertai oleh kemajuan manusia, seperti yang direpresentasikan oleh hubungan yang lebih baik.
Alasan utama untuk itu adalah banyak orang masih mencoba mengontrol orang lain dan membiarkan
dirinya dikontrol oleh orang lain.

Kebutuhan Dasar dan Perasaan

Teori pilihan melihat bahwa manusia digerakkan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang asalnya bersifat
genetic. Semua perilaku manusia merepresentasikan upaya untuk mengontrol dunia agar memenuhi
kebutuhan-kebutuhan itu dengan sebaiik-baiknya. Kehidupan manusia adalah perjuangan konstan untuk
memenuhi berbagai macam kebutuhan ini dan mengatasi konflik yang selalu muncul di antara mereka.
Kelima kebutuhan dasar itu adalah:

1. Kelangsungan hidup: kebutuhan fisik ini bertempat di otak tua yang berlokasi di sebuah
kelompok kecil struktur yang terklaster di puncak tulang belakang.
2. Cinta, seks yang penuh kasih, dan rasa memiliki (belonging): kebutuhan cinta dan belonging
menuntut agar mereka menjaga cinta terus berlanjut selama hidupnya.
3. Kekuasaan: kebutuhan kekuasaan, atau kebutuhan kontrol batin, dapat dipuaskan oleh status,
pengakuan, dan membuat orang lain mematuhi kita.
4. Kebebasan: orang membutuhkan kebebasan untuk memilih bagaimana mereka menjalani
kehidupannya atau paling tidak sebagian aspek kehidupannya.
5. Kesenangan: kebutuhan akan kesenangan dan kegembiraan sama fundamentalnya dengan
kebutuhan-kebutuhan lainnya.
TERAPI
Tujuan Terapi

Tujuan utama terapi adalah untuk membantu klien mengganti psikololgi kontrol eksternalndengan teori
pilihan sehingga mereka bisa memiliki hubungan-hubungan yang sehat dan meningkatkan kualitas
kehidupan. Terapi realitas memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut :

1. Terapi realitas berusaha menyampaikan kerangka kerja teori pilihan kepada klien untuk
memahami perilakunya.
2. Pendekatan itu dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran klien tentang perilaku memilihnya
dan bagaimana klien mencoba mengontrol dunianya melalui perilaku itu.
3. Terapi realitas meningkatkan pemahaman klien tentang tanggung jawabnya untuk membuat
pilihan-pilihan yang bekerja bagi mereka.
4. Klien dibantu untuk mengidentifikasi dan memahami kebutuhan dasar akan kelangsungan
hidup, rasa ingin memiliki(belonging), kekuasaan, kebebasan, dan kesenangan.
5. Terapi realitas membantu klien untuk mempunyai gambar-gambar yang baik dalam dunia
kualitasnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.
6. Terapi realitas mengajari klien untuk mengevaluasi efektivitas perilaku totalnya mengingat apa
yang diinginkannya dan memilih perilaku-perilaku yang berbeda yang dibutuhkan.
7. Terapis realitas membantu klien untuk mengembangkan dan mengimplementasikan perilaku-
perilaku tertentu yang akan membantunya memenuhi kebutuhannya sekarang dan di masa
mendatang tanpa menggagalkan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
8. Terapi realitas mengajari klien tentang cara mengindari dirinya dikontrol oleh perilaku orang lain
bersifat mengontrol secara negatif.

PROSES TERAPI

Kebanyakan klien yang memasuki terapi realitas dengan sukarela terlihat dalam terapi individual
(Glasser, 1999; Glasser & Wubbolding, 1995). Terapi realitas mendiskusikan detail-detail professional
yang mungkin mencakup mandate terapis, informed consent*, dan kerahasiaan serta batas-
batasnya.terapis juga menjelaskan secara singkat pendekatan terapi realitas, termasuk hak dan
tanggung jawab terapis dan klien. Setelah itu terapis mengundang klien untuk menceritakan kisahnya.

Glasser (1999) menghemat waktu dalam terapi dengan tiga cara utama. Pertama, ia tidak
berkepanjangan menggali permasalahannya, karena masalahnya selalu berhubungan saat ini yang
kurang memuaskan. Kedua, karena masalahnya ada di masa kini, tidak perlu melakukan penyelidikan
panjang tentang masa lalu klien. Ketiga, ia memfokuskan pada apa yang dipilih untuk dilakukan klien
sekarang karena satu-satunya orang yang dapat dikontrol klien adalah dirinya.

Wubbolding (2000; lihat juga Glasser & Wubbolding, 1995) telah memformulasikan proses terapi
realiyas menjadi sistem WDEP di mana setiap hurufnya merepresentasikan sebuah klister keterampilan
dan teknik untuk membantu klien mebuat pilihan-pilihan yang lebih baik dalam hidupnya.

W : Tanyakan kepada klien what the Want (apa yang diinginkannya)


D : Tanyakan kepada klien what they are Doing and their overall direction (apa yang sedang
dilakukannya dan arah globalmya)

E : Perintahkan klien untuk conduct a searching self-Evaluation (melaksanakan evaluasi-diri yang cermat)

P : Perintahkan klien untuk make Plus (membuat rencana) untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dengan lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai