Anda di halaman 1dari 25

Pandangan model konsep dan teori ini merupakan gambaran dari bentuk pelayanan

keperawatan yang akan diberikan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia berdasarkan tindakan
dan lingkup pekerjaan dengan arah. yang jelas dalam pelayanan keperawatan. dalam keperawatan
terdapat beberapa model konsep keperawaratan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang
keperawatan, yang memiliki keyakinan dan nilai yang mendasarinya, tujuan yang hendak dicapai serta
pengetahuan dan keterampilan yang ada. Salah satunya adalah “ Model konsep dan teori keperawatan
Florence Nigthingale”. Florence Nightingale adalah perawat yang pertama kali ada di dunia dan beliau di
kenal sebagai wanita yang pantang menyerah dalam merawat pasien dan memiliki jiwa penolong serta
sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu keperawatan. Teori Florence Nightingale lebih
mengemukakan tentang lingkungan.

teori dari leininger memiliki model matahari terbit atau yang lebih sering kita kenal adalah
sunrise model, teori ini untuk menggambarkan teori keberagaman asuhan budaya dan universal iyaa.
Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut menurut leiniger dipengaruhi oleh tujuh faktor yaitu
teknologi,agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan,nilai budaya dan gaya hidup,politik
dan hukum, ekonomi dan pendidikan. Faktor faktor ini merupakan totalitas dari suatu
keadaan,situasi,atau pemgalaman yang memberi arti bagi perilaku manusia, interprestasi,dan interaksi
sosial dalam tatanan fisik,ekologi,sosial atau politik dan struktur kebudayaan yang mengacu pada
keseluruhan fakta pada masa lampau,kejadian,dan pengalaman individu yang menjelaskan dan
menginterpretasikan cara hidup manusia dalam suatu bentuk kebudayaan tertentu dalam jangka waktu
yang panjang maupun pendek.

1. teori Levine(1966) berfokus pada individual sebagai makhluk holistic dan area utama yang menjadi
konsern perawat dalam memelihara keutuhan seseorang (person's wholeness). Model konsep
Myra Levine memandang klien sebagai makhluk hidup terintegrasi yang saling berinteraksi dan
beradaptasi terhadap lingkungannya

2. Teori Rogers(1970) merupakan teori yang dikemukakan oleh Martha Elizabeth Rigers yang


merupakan seorang profesor dibidang keperawatan. teori ini menyatakan bahwa proses kehidupan
manusia terdiri dari lahan energi, sistem terbuka, pola dan pandimensional.

3. Teori Rogers sebenarnya didasarkan pada “daya hidup” yang mana disebut sebagai kecenderungan
aktualisasi. Kecenderungan akstualisasi inilah yang diartikan sebagai motivasi yang mana menyatu di
dalams etiap individu masing-masing dan bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang
ada semaksimal mungkin. Jadi makhluk hidup tak hanya memiliki tujuan untuk bertahan hidup saja
namun juga mendapatkan apa yang terbaik di dalam keberadaannya. Karena dorongan tunggal ini
lah yang akhirnya memunculkan keinginan atau dorongan lain yang dijelaskan oleh psikolog lainnya,
semisal kebutuhan akan air, udara, makanan, kebutuhan akan rasa cinta, aman, dan lainnya. Selain
itu di kalangan psikologi, Rogers dikenal dengan teori psikoterapinya.

1. Struktur Kepribadian Dalam teorinya, Rogers lebih mementingkan dinamika dibandingkan


dengan struktur kepribadian. Dari awal, Rogers lebih memfokuskan diri pada cara bagaimana
kepribadian dapat berubah dan berkembang.

2. Dinamika Kepribadian Menurut Rogers, organisme memiliki sebuah kekuatan yang menjadi
pendorong tunggal yang mendorong aktualisi diri serta menjadi satu tujuan tunggal dalam hidup
untuk menjadi individu yang teraktualisasikan. Pengalaman menjadi sebuah penilaian apakah
dapat memberikan kepuasan atau tidak, pada awalnya secara fisik namun berkembang menjadi
sebuah kepuasan emosional dan sosial. Sehingga konsep self tersebut akan mencakup gambaran
mengenai siapa dirinya sebenarnya, siapa seharusnya dirinya tersebut, serta siapa dirinya
kemungkinan. 

Perkembangan Kepribadian Carl Rogers tidak membahas mengenai teori pertumbuhan dan
perkembangan, serta tidak pula melakukan riset dalam jangka panjang mengenai hubungan anak
dan orang tua. Namun dirinya meyakini jika ada kekuatan yang tumbuh dalam diri setiap orang
yang mana secara alami akan mendorong proses organisme menjadi lebih kompleks, otonom,
ekspansi, sosial, serta secara keseluruhan semakin mengaktualisasi diri.

3. Teori Betty Neuman(1972) mandefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari


konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Neuman meyakini bahwa keperawatan
memperhatikan manusia secara utuh.

4. Teori Dorothy Johnson(1968) sistem perilaku Johnson tumbuh dari keyakinan Nightingale yakni
tujuan perawatan adalah membantu individu-individu untuk mencegah atau mengobati dari
penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada pasien sebagai individu dan
bukan pada entitas yang spesifik. Teori Dorothy Johnson 1968 Mengemukakan bagaimana klien
beradaptasi terhadap kondisi sakitnya. Maksud nya Teori sistem perilaku Johnson tumbuh dari
keyakinan Nightingale contohnya" membantu individu-individu untuk mencegah atau mengobati
dari penyakit atau cidera" Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada pasien sebagi individu.
Maksud teori Dorothy Johnson adalah menurunkan stres sehingga klien dapat bergerak lebih
mudah melewati masa penyembuhannya. Kerangka dari kebutuhan dasar ini berfokus pada
tujuan kategori perilaku. Tujuan individu adalah untuk mencapai keseimbangan perilaku dan
kondisi yang stabiel melalui penyelarasan dan adaptasi terhadap tekanan tertentu. bahwa yang
paling dominan itu teori dari Dorothy Johnson karna sebagai dasar untuk model system
keperawatan (1980). Dengan mengenali pentingnya peran yang dimainkan teori dalam
mengembangkan disiplin ilmiah, dan kesadaran bahwa teori dari disiplin lain tidak memadai
untuk menggambarkan keperawatan, para perawat mulai mengembangkan teori mereka sendiri.
Jhonson sendiri mencetuskan teorinya yang juga berkaitan dengan teori lain yang telah ada
sebelumnya.Teori jhonson ini berkaitan erat dengan konsep perilaku yang telah diuraikan oleh
banyak ahli psikologi pada tahun-tahun perkembangan ilmu pengetahuan dunia, yang kemudian
berkesinambungan pada ahli-ahli teori setelah Drothy yang mengembangkan kembali teori- teori
ini serta menggunakannya pada teori disiplin lain.

5. Teori dorothea Orem(1971) memiliki Kesimpulan Model Konseptual Orem adalah suatu model


keperawatan yang menekankan pada kemampuan keluarga untuk merawat dirinya sendiri
secara mandiri sehingga tercapai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan dan
kesejahteraannya. teori dari dorothea orem yg paling efektif istilah nya yah karna kan teori ini
cukup terkenal juga dan teorinya banyak digunakan dalam tatanan pelayanan keperawatan
adalah yaitu dalam teori self care-nya ia menganggap bahwa perawatan diri merupakan suatu
kegiatan membentuk kemandirian individu yang akan meningkatkan taraf kesehatannya.
Sehingga bila pasien atau individu mengalami defisit, ia membutuhkan bantuan dari perawat
untuk memperoleh kemandiriannya kembali. Dan teori ini pun mencakup suatu pendekatan yang
dinamis, dimana perawat bekerja untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam merawat
dirinya sendiri dan bukan menempatkan pasien pada posisi bergantung karena self care
merupakan sebuah perilaku yang dapat dipelajari
4. Teori adaptasi Roy itu kan teori model keperawatan nya menguraikan bagaimana individu mampu
meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku adaptif serta mampu merubah
perilaku yang inadaptif. Kemudian calista roy juga menyatakan jika manusia merupakan system yang
adaptif. Sehingga mahkluk biopsikososial, dalam memenuhi kebutuhannya, selalu dihadapkan
berbagai persoalan yang kompleks, sehingga dituntut untuk mampu beradaptasi. Nah mampu
beradaptasi ini kan pernah dicontoh kan oleh bu ellya seperti termoregulasi yg ada di dlm tubuh kita
untuk menyesuaikan suhu tubuh dengan keadaan lingkungan disekitar. Saya pernah dengar istilah
homeodinamika yg mana itu juga merupakan kemampuan untuk dalam keadaan
seimbang/menyeimbangkan keadaan. Homeodinamik juga merupakan pertukaran energi antara
manusia dan lingkungan sekitarnya secara terus – menerus. Pada proses ini manusia tidak hanya
melakukan penyesuaian diri, tetapi terus berinteraksi dengan lingkungan agar mampu
mempertahankan kehidupannya,dari sini bisa dilihat bahwa homeodinamik sendiri adalah suatu
bentuk untuk mempertahankan hidup, jadi bisa dikatakan bahwa homeodinamik masuk dalam teori
Calista Roy.
Homeodinamik merupakan pertukaran energi antara manusia dan lingkungan sekitarnya secara
terus – menerus dimana manusia berupaya untuk melakukan penyesuaian diri sehingga mampu
mempertahankan kehidupannya. pada prosesnya manusia secara alamiah menjalankan mekanisme
untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi berbagai kondisi apabila diri atau
tubuhnya mengalami kondisi-kondisi stress yang disebut juga dengan proses homeostatis Proses
homeostatis ada homeostatis fisiologi dan homeostatis psikologis Proses homeostatis fisiologi dapat
dilakukan dengan 4 cara :
1. pengaturan diri/self regulation
2. kompensasi
3. umpan balik positif
4. umpan balik negatif
Proses homeostatis psikologis berfokus pada ketidak seimbangan emosional dan kesejahteraan
mental, yang akan didapat dari pengalaman hidup, interaksi dengnan orang lain dan lingkungannya
yang akan dipengaruhi juga oleh norma, nilai danbudaya dalam manyarakat tersebut sehingga
manusia mampu bertahan hidup dengan menyimbangkan diri baik dalam tubuhnya maupun dengan
lingkungan yang ada disekitarnya. konsep ini juga diuraikan oleh model konsep Calista Roy. yang
menyampaikan tentang konsep adapatasi baik dalam diri seseorang dari tingkat sel sampai adapatasi
terhadap lingkungan sekitarnya baik fisik maupun psikologis.
Calista Roy menyampaikan bahwa konsep utama setiap manusia mempunyai system yang
terdiri dari input, proses output dan umpan balik. dan dalam setiap proses kehidupannya manusia
selalu berupaya untuk melakukan adapatasi dengan berbagai tingkatan adaptasi dari tingkatan
integrasi; kompensasi sampai adapatasi dalam kondisi kompromi. semua proses adaptasi manusia
akan memonculkan proses koping dalam bentuk mekanisme koping atau mekanisme pertahanan diri
sesuai dengan proses pengalaman individu dalam menghadapi masalah, baik dalam bentuk adaptasi
fisiologis, konsep diri maupun interdependen. dibawah merupakan gambaran dari Model konsep
adapatasi menurut Roy.

Teori keperawatan adalah seperangkat ide, definisi, hubungan, dan harapan atau saran yang
berasal dari model keperawatan atau dari disiplin (bidang ilmu) lain dan rancangan purposive,
pandangan metodis fenomena dengan merancang inter-relationship khusus. Teori keperawatan
sangat penting karena membantu memutuskan apa yang kita ketahui dan apa yang ingin kita
ketahui. Definisi falsafah menurut Fawcett (2000, dalam Basford dan Slevin, 2006) mendefinisikan
filosofi sebagai pernyataan keyakinan dan nilai tentang manusia dan dunianya.
Berikut ini 5 teori makna falsafah keperawatan menurut teori keperawatan :
1. FLORANCE NIGHTINGALE (Modern nursing)
Melihat penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan reparative proses. Manipulasi dari
lingkungan eskternal perbaikan dapat membantu proses perbaikan atau pergantian dan kesehatan
klien. teori dan konsep menurut florence nightingale Model konsep Florence Nightingale
memposisikan lingkungan adalah sebagai focus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu
memahami seluruh proses penyakit model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi
keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan keperawatan
lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan,
ketenangan dan nutrisi yang adekuate (jumlah vitamin atau mineral yang cukup), dengan dimulai
dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut
dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung
dengan profesi lain. memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik keperawatan, sehingga
akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya
memberikan kebersihan lingkungan adalah kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat
mempengarui proses perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan.
Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam konteks lingkungan secara
keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psiklologis dan lingkungan sosial.
a.) Lingkungan fisik (Physical environment) Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan
dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih
yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari
debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak
lembab, bebas dari bau-bauan.Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan
perawatan baik bagi oranglain maupun dirinya sendiri.  Luas, tinggi penempatan tempat tidur
harus memberikan keleluasaan pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus
mendapatkanpenerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat
tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
b) Lingkungan psikologi (Psychology environment) Florence Nightingale melihat bahwa kondisi
lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi
pasien. Oleh karena itu, ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan
sinar matahari, makanan yang cukup dan aktivitas manual dapat merangsang semua faktor untuk
dapat mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks
lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-
putus.
c) Lingkungan Sosial (Social environment) Observasi (pengamatan) dari lingkungan sosial
terutama hubungan spesifik (khusus), kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan
keadaan penyakit, sangat penting untuk  pencegahan penyakit.
manipulasi yg dimaksud dalam teori Florence Nightingale yaitu melibatkan kondisi
eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhu,
bau, suara dan cahaya. Jadi dengan membuat lingkungan klien bersih, wangi, cahaya yg cukup,
tenang atau tidak berisik, dan nyaman itu bisa membantu proses perbaikan atau pergantian dan
kesehatan klien
teori florance nightingale florance nightingale memberikan memberikan keleluasaan pasien
untuk beraktivitas. Tempat tidur harusmendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan
dan bau limbah. Posisi pasienditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat
ventilasi.. lingkungan psiklologi Nightingale melihat bahwa k!ndisi lingkungan yang negatif
dapatmenyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap em!si pasien. karena
ituditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari,makanan
yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktr untuk membantu pasien dalam
mempertahankan emosinya.Komunikasi dengan pEasien dipandang dalam suatu konteks
lingkungan secaramenyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-
putus.K!munikasi tentang pasien yang dilakukan d!kter dan keluarganya sebaiknya
dilakukandilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh
dari pendengaran pasien. Tidak b!leh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang
berlebihan tentang k!ndisi penyakitnya. Selain itu membiarkan kondisi-kondisi lingkungnadimana
dia berada atau berita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat
memberikan rasa nyaman. lingkungan sosial sosial environmentbseraasi dari lingkungan sosial
terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data)data yang spesfik dihubungkan dengan keadaan
penyakit, sangat penting untuk pensegahan penyakit. dengan demikian setiap perawat harus
menggunakan kemampuan !bservasi dalamhubungan dengan kasus-kasus secara spesivik lebih
dari sekedar data)data yang ditunjukkan pasien pada umumnya.Seperti juga hubungan k!muniti
dengan lingkungan s!sial dugaannya selaludibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu
lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan
rumah sakit tetapi juga keseluruhank!munitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara
khusus
2. VIRGINIA HANDERSON
Membantu individu yg sakit & sehat dalam melaksanakan aktvitas yang memiliki kontribusi
terhadap kesehatan & penyembuhan dimana individu dibantu secara cepat untuk mendapatkan
kembali kemandiriannya. teori dan konsep menurut Virginia Hederson. Virginia Henderson adalah
ahli teori keperawatan yang penting yang telah memberi pengaruh besar pada keperawatan
sebagai profesi yang mendunia. Virginia Henderson memperkenalkan definition of nursing (definisi
keperawatan). Ia menyatakan bahwa definisi keperawatan harus menyertakan prinsip
keseimbangan fisiologis. Menurutnya tugas unik perawat adalah membantu individu baik dalam
keadaan sehat maupun sakit, melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung
kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan
secara mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan atau pengetahuan.
Dan seperti yang kelompok 3 paparkan bahwa tugas perawat yaitu membantu individu
mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin yang dijelaskan pada model keperawatan
yang dikembangkan oleh henderson yaitu “The Activities of Living”. Henderson memberi tugas
keperawatan menjadi empatbelas tugas yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Pembagian asuhan keperawatan menjadi empatbelas kebutuhan manusia ini menjadi pilar dari
model keperawatannya. Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan
menjadi empat kategori, yaitu komponen komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis dan
spiritual.
Berikut ini 14 Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Handerson adalah sebagai
berikut (Sumber: Alligood, MR (2014) Nursing Theorists and Their Work) :
1. Breath normally (bernapas dengan normal)
2. Eat and drink adequately (kebutuhan makan dan minum yang adekuat)
3. Eliminate body wastes (kebutuhan eliminasi)
4. Move and maintain desirable postures (kebutuhan bergerak dan dapat mempertahankan postur
tubuh dengan baik)
5. Sleep and rest (kebutuhan tidur dan beristirahat)
6. Select suitable clothes; dress and undress (kebutuhan berpakaian)
7. Maintain body temperature within a normal range by adjusting clothing and modifying the
environment (mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal, dengan menyesuaikan pakaian
dan memodifikasi lingkungan)
8. Keep the body clean and well groomed and protect the integument (menjaga tubuh tetap bersih
dan melindungi kulit)
9. Avoid dangers in the environment and avoid injuring others (menghindari bahaya lingkungan
dan menghindari cedera orang lain)
10. Communicate with others in expressing emotions, needs, fears, or opinions (Berkomunikasi
dengan orang lain untuk mengungkapkan perasaan emosi, kebutuhan, ketakutan atau pendapat)
11. Worship according to ones’s faith (mempercayai keimanan/ketuhanan)
12. Work in such a way that there is a sense of accomplishment (Kebutuhan akan pekerjaan dan
penghargaan)
13. Play or participate in various forms of recreation (kebutuhan akan hiburan atau rekreasi)
14. Learn, discover, or satisfy the curiosity that leads to normal development and health and use the
available health facilities (Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu dan dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
Teori tentang Virginia haderson Berdasarkan teori-teori Thorndyke dan definisinya sendiri
tentang keperawatan, Henderson memberi tugas keperawatan menjadi empatbelas tugas yang
berusaha untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pembagian asuhan keperawatan menjadi
empatbelas kebutuhan manusia ini menjadi pilar dari model keperawatannya. Ia menyatakan
bahwa :
1. Perawat harus selalu mengakui bahwa terdapat pola kebutuhan pasien yang harus dipenuhi.
2. Perawat harus selalu mencoba menempatkan dirinya pada posisi pasien sebanyak mungkin.
Sayangnya, tidak selalu memungkinkan bagi seseorang untuk menempatkan diri pada posisi pasien,
dan kalaupun memungkinkan hal tersebut tidak selalu pas. Pada situasi ini kebutuhan pasien sulit
untuk dipenuhi. Ketika Henderson berbicara mengenai kebutuhan, ia merujuk pada semua
kebutuhan dasar dari setiap manusia. Agar perawat dapat membantu pasien memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tersebut, diperlukan asuhan keperawatan dasar. Oleh karena itu, Henderson
menyimpulkan bahwa asuhan keperawatan dasar ada pada setiap situasi keperawatan. Situasi
tersebut sebagai contoh adalah :
a) Rumahsakit Umum
b) Rumahsakit Jiwa
c) Institusi untuk penderita cacat mental
d) Rumah perawatan
e) Perawatan di rumah Jadi menurut Hendeson, lapangan kerja perawat tidak terbatas hanya di
rumahsakit umum. Henderson juga menekankan pada pentingnya merencanakan asuhan. Dalam
modelnya ia menggambarkan rencana keperawatan, metode eskematik untuk pengawasan asuhan.
Perencanaan yang cermat akan mengklarifikasi hal-hal berikut :
a. Urutan aktifitas yang harus dilakukan.
b. Aktifitas perawat yang harus dan tidak boleh dilakukan
c. Perubahan-perubahan yang harus dibuat
3. ROY
Bahwa keperawatan memandang manusia sebagai makhluk biopsikososial yang merupakan
dasar bagi kehidupan yang baik dan juga merupakan disiplin ilmu yang berorientasi kepada praktik
keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada
klien / pasien. Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi,
bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam
tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus residual.
A. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya segera,
misalnya infeksi .
B. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun
eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif
dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif
pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.
C. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi
sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman
yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada
pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.
4. JEAN WATSON
Caring adalah suatu ilmu pengetahuan yang mencakup suatu hal berperikemanusiaan,
orientasi ilmu pengetahuan manusia ke proses kepedulian pada manusia, peristiwa, dan
pengalaman. Ilmu pengetahuan caring meliputi seni dan umat manusia seperti halnya ilmu
pengetahuan. Jean Watson "Human care is the Best pf nusring" (watson : 1985). Keperawatan
sebagai sains tentang Human care didasarkan pada asumsi bahwa human science and human care
merupakan domain utama yg menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science
keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan sttika, human nities, dan
kiat/art (watson 1985). Dalam pandangan keperawatan manusia dilihat sebagai sosok yg utuh. Krn
keutuhan ini maka manusia itu unik, berbeda dari manusia lainnya. Manusia juga diyakini sbgi
sistem terbuka atau (opend sistem) yg berinteraksi dngn manusia lain dan lingkungannya scra
dinamis, dan berkesinambungan itu semua penting untuk perkembangan personalnya
5. IMOGENE KING
Interaksi sistem padaptasiersonal, interpesonal, dan sosial yg membentuk hubungan
perawat - klien untuk mempertahankan positif terhadap lingkungan.
6. BETTY NEUMAN
teori dan model konsep betty neuman. Model sistem Neuman menyoroti bahwa keadaan
sehat dan sakit dari  seseorang itu sebagai sistem yang holistik dan lingkungan mempengaruhi
kesehatan. Klien dengan perawat membuat tujuan dan mengidentifikasi intervensi preventif yang
sesuai. Individu, keluarga atau kelompok lain, komunitas atau jaringan sosial adalah sistem klien
yang dilihat sebagai gabungan dari interaksi fisiologis, psikologis, sosial budaya, perkembangan,
dan variabel spiritual  (Tomey dan Alligood, 2002). Konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman
adalah konsep “Health care System” yaitu model konsep yang menggambarkan aktifitas
keperawatan yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis
pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah
komunitas. Betty Neuman mendifinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep
holistik ( fisiologis, psikologis, social budaya, perkembangan dan variabel spiritual) dan pendekatan
sistem terbuka.  Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan
oleh lingkungan, yang digambarkan sebagai stressor (Chinn dan Jacobs, 1995 dalam Potter dan
Perry, 2005).
Bahwa Betty Neuman mandefinisikan manusia itu secara utuh merupakan gabungan dari
konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Bagi Neuman manusia merupakan makhluk
dengan kombinasi kompleks yang dinamis dan fisiologis, sosiokultural dan variabel perkembangan
yang berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka manusia berinteraksi, beradaptasi
dengan dan disesuaikan oleh lingkungan yang digambarkan sebagai stressor. Lingkungan internal
terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi (intrapersonal) yang berasal dari dalam diri klien.
Lingkungan eksternal terdiri dari segala sesuatu yang berasal dari luar diri klien (interpersonal).
Pembentukan lingkungan merupakan usaha klien untuk menciptakan lingkungan yang aman, yang
mungkin terbentuk oleh mekanisme yang didasari maupun yang tidak didasari. Tiap lingkungan
memiliki kemungkinan terganggu oleh stressor yang dapat merusak sistem. Model Neuman
mencakup stressor intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal. Neuman meyakini bahwa
keperawatan memperhatikan manusia secara utuh. Tujuan dari keperawatan adalah membantu
individu, keluarga dan kelompok dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang
optimal. Kemudia dikata juga bahwa Konsep yang dikemukakan oleh Betty Newman adalah konsep
“Healt care system” yaitu model konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan yang
ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara
fleksibel atau normal maupun resistan dnegan sasaran pelayana adalah komunitas. Serta Betty
Newman mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep holistic dan
pendekatan system terbuka.
7. MARTHA E. ROGERS
teori dan model konsep menurut Martha E. Rogers menurut apa yang saya baca. Teori
Rogers merupakan teori yang dikemukakan oleh Martha Elizabeth Rogers yang merupakan seorang
profesor dibidang keperawatan. Teori ini menyatakan bahwa proses kehidupan manusia terdiri
dari lahan energi, sistem terbuka, pola dan pandimensional. Tujuan dari teori ini yaitu untuk
memahami perubahan manusia serta potensi yang dimiliki untuk meningkatkan kehidupan
manusia yang lebih baik lagi. Teori Rogers menyatakan bahwa tujuan dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan untuk semua orang dimanapun mereka berada.
Kesejahteraan dengan kesadaran berdasarkan pemahaman atas prinsip-prinsip hemodinamik yaitu
helicy, resonasi dan integralitas. Dapat dirangkum bahwa helicy adalah sifat dari berubah,
resonansi adalah proses berubah dan integritas adalah konteksnya perubahan. Teori Rogers juga
menyatakan bahwa; "Manusia adalah medan energi yang bersifat terbuka". Salah satu penyebab
dari penyakit adalah terdapat ketidakseimbangan aliran energi dalam tubuh manusia. Jadi apabila
energi dalam tubuh manusia tidak seimbang dapat memberikan dampak negatif pada tubuh
manusia. Adapun salah satu terapi yang dapat menyeimbangkan energi adalah dengan healling
touch theraphy. Healling touch theraphy (HT) adalah terapi energi didasarkan pada pemikiran
bahwa kita memiliki kemampuan yang lebih di dalam tubuh. Terapi ini tentang penyembuhan
dengan sentuhan terapi terapeutik pada kejiwaan pasien yang dapat berdampak pada kemajuan
praktik keperawatan. Penggunaan terapi ini berasal dari Martha Rogers tentang science of unitary
human beings (SUHB), serta susan leddy's human energy model (HEM).
sistem interaksi yg dinamis maksudnya terjadi selama interaksi antara perawat dan
pasien/klien. Perawat membawa pengetahuan khusus dan ketrampilan sedangkan pasien/klien
membawa pengetahuan tentang diri dan persepsi masalah yang menjadi perhatian, untuk interaksi
ini. Pada dasarnya hubungan perawat dan pasien bersifat professional yang diarahkan pada
pencapaian tujuan, dengan hubungan interpersonal titik tolak saling memberi pengertian. Jadi
kalau terjadi masalah dalam interaksi perawat dan pasien maka tidak akan tercapai tujuan dari
asuhan keperawatan yg seharusnya. Dan terakhir sasaran dari teori King ini adalah pasien dan
tujuan kesehatannya.

Berpikir Kritis
Secara umum berpikir kritis merupakan Proses kognitif yang digunakan perawat dalam membuat
penilaian klinis terhadap kondisi kliennya dengan menggunakan metode ilmiah dalam menyelesaikan
maslah yang dihadapai klien dengan :
1. mengidentifikasi masalah,
2. melakukan pengumpulan data ,
3. menganalisa kemungkinan masalah yang akan aditemukan/merumuskan hipotesis.
4. menguji kebenaran pa yang kita rumuskan dan
5. mengevaluasi hasil uji yang dilakukan, sehingga kita mampu mengambil keputusan dalam
merumuskan masalah dan mrencanakan tindakan apa yang akan dilakukan. pada tahapan ini kita
melakukan pendekatan untuk mencari kebenaran atau mengkonfirmasi suatu fakta yang dihadapi.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah proses berpikir dalam keperawatan dengan terperinci
dengan benar benar mempertimbangkan baik buruknya dalam memberikan layanan kesehatan, yaitu
memberi layanan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan. Dimana dalam
pembuatan proses keperawatan pun diperlukan adanya critical thinking pada proses pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi. Nah untuk menjalankan tugasnya tersebut perawat harus
mampu untuk berpikir kritis dalam upaya mencegah masalah dan menemukan jalan keluar yang
terbaik untuk kebutuhan klien. Perawat harus mampu menggunakan pengetahuan keperawatan dan
disiplin ilmu lain, berpikir secara cepat dan kreatif, dan membuat keputusan yang masuk akal untuk
memastikan kesejahteraan/ kesehatan klien. Perawat tidak bisa memandang sepele masalah kesehatan
yang dihadapi oleh klien. Kemudian, berbicara tentang klien pasti kita sbg perawat menemukan
berbagai macam jenis karakteristik manusia yg berbeda2. Dengan adanya globalisasi, dimana
perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran
terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Jika perawat tidak berpikir kritis maka tidak dapat memecahkan masalah dengan tepat cepat dan
sigap, apa yang dapat mengasah perawat berpikir kritis? dengan memperbanyak latihan, kemampuan
yang harus dilatih adalah berpikir secara aktif dengan menggunakan inteligensia pe-ngetahuan dan
keterampilan diri untuk menjawab pertanyaan, dengan cermat menggali situasi dengan mengaju-kan
dan menjawab pertanyaan yang relevan, berpikir untuk diri sendiri dan secara cermat menelaah
berbagai ide dan mencapai kesimpulan yang berguna, meninjau situasi perspektif yang berbeda untuk
mengembangkan suatu pemahaman yang mendalam dan menyeluruh, serta dengan mendiskusikan ide
dalam suatu cara yang terorganisasi untuk pertukaran dan menggali ide dengan orang lain.
Hambatan yang menyebabkan seseorang susah berpikir kritis adalah yang pertama kurangnya
informasi,bacaan dan kejelasan terhadap suatu informasi, bersifat egosentrik yang menilai segala
sesuatunya dari sudut pandang sendiri, berfikir sempit dan anti perubahan orang seperti ini akan
tertutup dengan pembaruan, hanya menerima yang satu arah, dan menentang pemikiran yang kritis,
Stereotyping adalah pandangan yang menyesatkan kelompok tertentu tanpa dasar yang bisa
dipertanggungjawabkan, menyeleksi informasi tertentu menyeleksi informasi untuk memilah mana
yang benar mana yang salah memang perlu. Tetapi salah jika kita hanya menyeleksi dan menerima
sebagian informasi yang hanya ingin kita percayai saja menurut subjektivitas sendiri.
Menganalisa dalam berpikir kritis adalah mempraktekkan keterampilan kognitif meliputi analisa,
menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan sesuai dengan ilmu
pengetahuan.
Berpikir kritis merupakan proses berpikir yang terperinci dengan benar benar mempertimbangkan
baik buruknya dalam memberikan layanan kesehatan, yaitu memberi layanan asuhan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan. Yang bertujuan untuk menganalisis penggunaan bahasa,
perumusan masalah, penjelasan dalam ketegasan asumsi, kuatnya bukti bukti, menilai kesimpulan,
membedakan antara yang baik dan buruknya argument, serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari
hasil yang diyakini benar.
Salah satu cara untuk menjadi orang yg berpikir kritis adalah mulai mempertanyakan setiap hal
kecil, tidak perlu hal yg jauh, cukup dimulai dari hal-hal yg ada di sekeliling kita, misalnya,
bagaimana cara bekerjanya alat pengukur tekanan darah, atau bagaimana proses hujan, dan berbagai
hal lainnya yang ada di sekitar kita. Dengan mempertanyakan, kita secara tidak langsung akan mulai
mencari jawabannya dan mengasah kemampuan berpikir kritis kita.
Keperawatan transkultural didefinisikan oleh Leininger (2002) sebagai penelitian perbandingan
budaya untuk memahami persamaan (budaya universal) dan perbedaan (budaya tertentu) di antara
kelompok manusia. Tujuan keperawatan transkultural adalah bentuk pelayanan yang sama secara
budaya atau pelayanan yang sesuai pada nilai kehidupan individu dan arti yang sebenarnya.
Mengetahui nilai-nilai pelayanan budaya klien, arti, kepercayaan, dan praktiknya sebagai hubungan
antara perawat dan pelayanan kesehatan mewajibkan perawat untuk menerima aturan pelajar atau
teman sekerja dengan klien dan keluarganya dalam bentuk karakteristik arti dan keuntungan dalam
pelayanan (Leininger, 2002). Pelayanan kompeten secara budaya adalah kemampuan perawat
menghilangkan perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya yang berbeda, serta
membuat klien dan keluarganya mencapai pelayan yang penuh arti dan suportif. Contohnya, perawat
yang mengetahui tentang kebudayaan kliennya, maka perawat memerlukan dukungan dalam
menyesuaikan keadaan klien. Klien juga membutuhkan informasi, perundingan, dan permintaan. Jadi
menurut kelompok kami seorang perawat tidak boleh membedabedakan suatu budaya yang dimiliki
oleh klien dan harus menghargai setiap kebudayaan yang dimiliki nya atau tidak menyinggung
kepercayaannya.
Keterbukaan pikiran adalah karakteristik yang melibatkan penerimaan terhadap beragam ide,
argumen, dan informasi. Berpikiran terbuka umumnya dianggap sebagai kualitas positif. Berpikir Adil
contohnya: seorang pasien kelas 3 lebih membutuhkan pertolongan perawat lemurian ada pasien kelas
2 dan perawat lebih mendahulukan pasien yang Ada di kelas 3. Contoh terbuka: jika seorang pasien
menanyakan penyakitnya kepada perawat dan perawat menjelaskan penyakit pasien tetapi perawatpun
memberikan dukungan untuk kesembuha pasien tersebut.
Reflektif adalah berpikir secara terus-menerus dan mendalam, demi mencapai keterampilan
berpikir tertentu, untuk dapat mengambil suatu keputusan yang tepat.
 Berdebat Metode yang digunakan ketika ada bagian yang memiliki pendapat yang lebih saling
bertentangan. Kuncinya adalah bahwa masing-masing pihak menyampaikan diskusi yang mereka
anggap benar, disertai dengan bukti. Tujuan dari debat ini adalah untuk menentukan pikiran mana
yang paling benar. Dalam perdebatan, biasanya ada mediator yang bertindak sebagai fasilitator dan
memastikan bahwa masing-masing pihak tidak melampaui etika atau aturan yang ada dalam
diskusi.
 Grup Diskusi Berbeda dengan debat, diskusi tidak menang atau kalah melalui tim. Tujuannya
adalah untuk menemukan solusi untuk kebaikan bersama dan hasilnya disepakati dengan
kesepakatan bersama. Metode berpikir dilakukan dalam kelompok untuk menjadi lebih cepat dan
lebih baik untuk semua hasil. Biasanya ada sesi tanya jawab di mana Anda ingin menambahkan
lebih banyak informasi dan administrasi. Sebagai aturan, ada pemimpin kelompok yang
memastikan bahwa jalannya diskusi tidak menyimpang dari topik diskusi.
 Persuasi Metode ketiga yang sering digunakan adalah metode persuasi. Metode persuasi
menggunakan komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Mempengaruhi
tindakan, kepercayaan, nilai atau prinsip orang lain membutuhkan pola pikir kritis. Periklanan
adalah salah satu hasil dari metode persuasi.
 Propaganda Metode ini hampir mirip dengan persuasi, tetapi digunakan untuk kepentingan yang
lebih luas menggunakan berbagai media massa, sehingga pendengar ingin berubah dan bergerak
secara besar-besaran untuk mengikuti gagasan propaganda.

Falsafah keperawatan itu adalah pandangan dasar atau keyakinan dasar tentang hakikat
manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam pelaksanaan praktik
keperawatan menusia dalam falsafah keperawatan dipandang sebagai makluk yang holistic.
Paradigma keperawatan itu suatu cara pandang yang mendasar atau cara melihat,
memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap fenomena yang ada
dalam keperawatan. Paradigma keperawatan mencakup empat konsep utama yaitu manusia,
keperawatan, kondisi sehat/ kesehatan dan lingkungan.
Teori adalah sekumpulan konsep, definisi dan preposisi yang menunjukkan suatu gambaran
yang sistematis dari fenomena dengan mendesain hubungan, memprediksi yang spesifik
diantara konsep konsep dengan tujuan menggambarkan, menjelaskan, memprediksi dan atau
mengontrol fenomena (Chinn & Jacobs, 1987)
inti dari konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam konteks lingkungan secara
keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psiklologis dan lingkungan sosial. Dan
merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara.
Inti maksud external internal disini mempengaruhi stressor pada sistem manusia,
contohnya Stressor interpersonal : terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki
pengaruh pada system, (misalnya : ekspektasi peran) Stressor ekstrapersonal : terjadi diluar
lingkup sistem atau individu/keluarga dari pada stressor interpersonal
Teori menurut florence nightangale itu memiliki 4 konsep dimana beliau menekankan
kondisi yang dialami korban perang sangat memeperngaruhi falsafah keperawatan karena
disana memerngaruhi dalam lingkungan fisik lingkungan psikologis dan lingkungan sosial
karena titik berat konsep dari nightangle itu ada lingkungan nightangle meyakini baha aspek
yang penting untuk penanggan perawatan yang layak adalah lingkungan yg memerngaruhi
kesehatan si korban perang itu ,aspek lingkungan yg di utamakan oleh nightangle itu ada
ventilasi yg cukup bagi klien, dan ia berkeyakinan bahwa keteersediaan udara yg segar, karena
lingkungan yang baik dan bersih dan sehat maka akan cukup juga udara yg bersih dan sinar
matahari untuk kesehatan si korban perang itu jdi dapat mempengaruhinya
Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah model konsep Health Care
System yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditunjukan
kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel
atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan adalah komunitas
Bagi Neuman manusia merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dan
fisiologis, sosiokultural dan variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka.
Sebagai sistem terbuka manusia berinteraksi,beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh
lingkungan yang digambarkan sebagai stressor.
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial
untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang
mempengaruhi (intrapersonal) yang berasal dari dalam diri klien. Lingkungan eksternal terdiri
dari segala sesuatu yang berasal dari luar diri klien (interpersonal). Pembentukan lingkungan
merupakan usaha klien untuk menciptakan lingkungan yang aman,yang mungkin terbentuk oleh
mekanisme yang didasari maupun yang tidak didasari.
berati yang saya tangkap contohnya pada point pertama dari faktor karatif itu Artinya kan
asuhan keperawatan didasarkan pada nilai nilai kemanusiaan atau humanistic dan perilaku yang
mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi atau altruistic.
Perawat yang menggunakan teori Neuman dalam praktek pelayanan mereka berfokus
pada respons klien terhadap tekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan
diri secara fleksibel atau normal maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas.
disitu cenah teh pemberian pelayanan kep. berfokus pd pemenuhan kebutuhan manusia
scr komprehensif dimana pelayanan keperawatan secara langsung diberikan dengan
memperhatikan aspek kemanusiaan bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan
tanpa membedakan suku, kepercayaan, status social, agama dan ekonomi pelayanan
keperawatan merupakan bagian integral dari system pelayanan kesperawatan menjadikan
pasien sebagai mitra yang aktif.
kan disini perawat itu harus memiliki sikap komprehensif dimana perawat yang baik tidak
membeda bedakan pasiennya, terus dipertanyaan putri dampak yang terjadi jika perawat tidak
memiliki sikap itu menurut saya, pasien bisa jadi tidak puas dengan perawatan yang
diberikannya, pasien juga jadi tidak bahagia sehingga nantinya kesehatannya lebih menurun,
dan nantinya pasien pun jadi memperlambat proses penyembuhannya, yah sebagai perawat
sangat penting mempunyai sikap yang komprehensif teman-teman, kurang lebihnya seperti itu
putri
mengenai konponen eksternal yaitu ekologi dan demografi Dimana pengertian ekologi itu :
perkembangan penduduk dan sedangkan ekologi itu adalah ilmu yang mempelajari interaksi
manusia dengan lingkungannya Jadi prisnsip itu mencakup di dalam konsep keperawatan itu
sendiri dan keperawatan merupakan upaya bantuan yg diberikan oleh perawat kepada individu
lain ( pasien) Baik sehat maupun sakit dan yg dibutuhkan atau yg mebutuhkan sampai pulih
kembali atau menjelang ajal dalam merawat si pasien itu sendiri, tidak mengenal ras, suku
bangsa, jenis kelamin, ataupun warna kulit,ataupun keyakinan yg berbeda Jadi si perawat tidak
memilih2 dalam melakukan perawatan kepada pasien Fungsi utama sebagi perawat yaitu
membatu klien dari segi apapun di dalam masyarakat sehingga si klien dapat mencapai derjat
yg maksimal dan juga dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia klien (Kdm)
jean watson percaya bahwa fokus utama dalam keperawatan adalah pada faktor karatif
yang bermula dari perspektif humanistik yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan
ilmiah. Praktek keperawatan Watson mengemukakan 10 faktor karatif, yaitu 10 sifat dari
karakter perawat yang menjelaskan bagaimana caringdimanifestasikan sebagai esensi dan inti
keperawatan
1. membetuk sistem nilai humanistik dimana watson itu sendiri mengemukakan bahwa asuha
keperawatan di dasarkan pada nilai kemanusiaan ( humanistik) dan perilaku
memmentingkan kepentingan orang lain di atas kepentingab pribadi (altrulistrik) ,hal ini
dapat dikembangkan melalui pemahaman nilai kultur dan keyakinan pada diri seseorang
Contohnya seperti : sang perawat lebih mementikan si pasien yg gawat darurat dari pada
keluarganya sendiri
2. Menanamkan keyakinan dan harapan (faith hope) dan pemahaman ini diperlukan untuk
proses carative, perawat juga memberi tahu individu alternati pengobatan lain Contohnya :
teknik relaksasi, atay keyakinan secara spiritual
3. mengembangkan sensitifitas untjk diri sendiri dan irang lain, seseorang perawat dituntut
sensetiv terhadapa pribadi dan orang lain Contoh: misalnya ada pasien gawat darurat
sipasien langsung melakukan tindakan
4. Membina hubungan saling percaya dan saling membantu (hep trust) ciri hubungan yg
harmonis, empati dan hangat dengan si pasien Contoh : misalnya si perawat dalam tindakan
memberikan infus, siperawat memberikan rasa saling percaya bahwa tindakan infus itu
tidak menyakitkan dan meyakinkan si klien bahwa infus itu untuk kesehatan si klien juga.
5. menigkatkan dan menerima ekspresi perassaa postif dan ngeatif Misalnya
6. mengunakan pemercah masalah sistematis dalam pengambilan keputusan Contohnya:
misalnya meyakinkan tindakan hecting untuk luka si pasien sendiri dalam meyakinkan
keluarga pasien untuk mengisi infom consent
7. meningkatkna. proses belar dan megajar sistematis
8. menyediakan lingkungan yg mendukung dan melindungi mental
9. membantu dakam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
10. mengembangkan faktor kekuatan eksitensual dan fermonologis, yaitu membantu seseorang
untuk mengerti kehidupan dan kematian
Maksud dari teori Betty Neumam Itu jika berasa pada kondisi dinamika
keseimbangan maka individu dapat berada pada kondisi sehat mungkin dinamika
keseimbangan disini kaya individu selalu berinteraksi dengan lingkjungan secara konstan,
dan manusianya juga tidak stress, lingkungannya juga selalu ada interaksi disetiap
waktunya jadi kesehatannya juga seimbang dan normal kurang lebih ri

Keperawatan profesional yaitu suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan
bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk bio-psiko-
sosio-spiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik
sehat maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan
nasional, 1983).

1. Adapun pengertian keperawatan menurut para ahli

- Dorothea Orem (1971) Keperawatan adalah proses aksi dan interaksi untuk membantu individu dari
berbagai kelompok umur dalam memenuhi kebutuhannya dan menangani status kesehatan mereka
pada saat tertentu dalam suatu siklus kehidupan.

- Florence Nightingale Keperawatan adalah sebuah proses menempatkan pasien dalam kondisi yang
paling baik untuk beraktivitas karena sebuah perawatan yang telah dilakukan seseorang.

- Menurut Martha Roger keperawatan adalah pengetahuan yang ditunjukan untuk mengurangi
kecemasan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan dan
menjadi sebuah rehabilitasi untuk orang yang memiliki penderita penyakit.

- Menurut Callista Roy Keperawatan ialah sebuah ilmu kedisiplinan untuk berorientasi kepada praktik
keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan yang ditunjukan dalam pelayanan pada klien.

- Menurut Virginia Henderson Keperawatan adalah sebuah bentuk upaya untuk membantu individu
untuk lebih sehat dan mencegah akan segala penyakit yang bisa berdampak buruk untuk individu
tersebut.

Perkembangan Profesionalisme Keperawatan Melihat catatan sejarah tentang awal mula


keberadaan perawat di Indonesia, yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana
disebutkan adanya perawat saat itu adalah di karenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga
pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang
berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di
Indonesia pada tahun 1983 PPNI melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui
lokakarya tersebut perawat bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu
bidang keprofesian. Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan
perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan
pemula adalah bagi mereka yang berlatar belakang pendidikan Diploma III keperawatan.

Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat keprofesionalitasan tidak cukup
sampai di tingkat diploma saja, untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI
(1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).

Selanjutnya Sistem dan Jenis Pendidikan Keperawatan di Indonesia. Pendidikan keperawatan di


indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem  Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan
keperawatan di Indonesia mencakup:

1. Pendidikan Vokasional yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan dan
penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat.

2. Pendidikan Akademik yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan dan
pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang mengcakup program sarjana, magister, doctor.

3. Pendidikan Profesi yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi profesi perawat

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :

1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan,
pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.

2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi
mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.

3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan
kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan
kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan
hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.


Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Di Indonesia Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta
bekerjasama dengan Kemendiknas melalui project Health Profession Educational Quality (HPEQ),
menperbaharui dan menyusun kembali Standar Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah Akademik
Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar Pendidikan Ners, standar borang akreditasi pendidikan ners
Indonesia. dan semua standar tersebut mengacu pada Peraturan Presiden Nomor.8 tahun 2012 tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan saat ini sudah diselesaikan menjadi dokumen negara
yang berkaitan dengan arah dan kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia. Berikut Jenjang
Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia

1. Program Pendidikan Diploma III Keperawatan Program Pendidikan Diploma III (D-III)
Keperawatan ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional
pemula/vokasional (ahli madya keperawatan) yang dikembangkan dengan landasan keilmuan
yang cukup dan landasan keprofesian yang kokoh.
2. Program pendidikan ners Program pendidikan Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh dari
pada lulusan D-III Keperawatan serta memiliki landasan keprofesian yang mantap sesuai dengan
sifatnya sebagai pendidikan profesi. Tetapi, untuk lulusan S1 Keperawatan tanpa mengikuti
profesi Ners, adalah orang yang berkemampuan akademik sebagai serjana keperawatan tetapi
tidak memiliki kewenangan melakukan praktik keperawatan atau melakukan kegiatan pada
bidang non keperawatan. Sedangkan lulusan Sarjana keperawatan + Ners adalah seseorang
tenaga profesional berkemampuan dan berwenang melakukan pekerjaan dibidang pelayanan
dan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kesehatan.
3. Program Pasca Sarjana Keperawatan Program magister keperawatan ini menghasilkan perawat
ilmuwandengan sikap tingkah laku dan kemampuan sebagai ilmuwan keperawatan. Sebagai
perawat ilmuwan diharapkan mempunyai kemampuan berikut ini : Meningkatkat pelayanan
profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan. Berpartisipasi dalam pengembangan bidang
ilmunya. Mengembangkan penampilannya dalam spectrum yang lebih luas dengan mengkaitkan
ilmu/profesi serupa. Merumuskan pendekatan penyelesaian berbagai masalah masyarakat
dengan cara penalaran ilmiah (Keputusan Mendikbud No.056/U/1994-pasal 2 ayat 3).

Adapun sebutan gelar untuk jenjang pendidikan tinggi keperawatan adalah:

1. Pendidikan jenjang D3 keperawatan lulusannya mendapat sebutan Ahli Madya Keperawatan


(AMD.Kep);
2. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (level Sarjana plus Profesi), lulusannya mendapat
sebutan Ners (Nurse),sebutan gelarnya (Ns);

3. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, lulusannya mendapat gelar (M.Kep);

4. Pendidikan jenjang spesialis keperawatan, terdiri dari:

a. Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB);

b. Spesialis Keperawatan Maternitas, lulusannya (Sp.Kep.Mat);

c. Spesialis Keperawatan Komunitas, lulusannya (Sp.Kep.Kom);

d. Spesialis Keperawatan Anak, lulusannya (Sp.Kep.Anak);

e. Spesialis Keperawatan Jiwa, lulusannya (Sp. Kep.Jiwa);

5. Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, lulusannya (Dr. Kep).

Bahwa keperawatan sebuah profesi mempunyai ciri; melaui pendidikan khusus, Body of
knowledge, mempunyai otonomi terhadap pelayanan yang akan diberikan, dan mempunyai kode etik.
silahkan dijabarkan lebih lanjut.

pelatihan perawat untuk perawat itu sendiri, tentu perawat yang pelatihan seperti itu tetap
sama seperti perawat yang kuliah, tujuan pelatihan perawat itu untuk mengembangkan skill, dan
pengetahuan mereka sebagai perawat, agar dapat di aplikasikan di Rumah Sakit atau dimanapun itu,
mungkin seperti ituu.

Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan adalah profesi jadi
seseorang yang bekerja dengan keahliannya saja belum dapat dikatakan sebagai profesi karena profesi
itu pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus.
Pengetahuan khusus itu diperoleh melalui pendidikan formal seperti yang dijelaskan oleh kelompok 5.
Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang
khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran,
keuangan, militer, teknik dan desainer.

Jika seseorang hanya mendapatkan ijazah dan gelar S.Kep saja, tanpa Ns, dan sebelumnya tidak
pernah mengenyam pendidikan keperawatan baik sebagai lulusan D3 Keperawatan (Akper) maupun dari
SPK, maka gelar S.Kep saja kesulitan mendapatkan pekerjaan di layanan kesehatan, seperti rumah sakit,
klinik maupun Puskesmas yang pekerjaannya berhubungan dengan tindakan keperawatan. Sebab,
lulusan tersebut tidak bisa mendapatkan STR, karena belum menjalani pendidikan profesi Ners.

Mereka yang menempuh S2 Keperawatan bisa mencapai karir ke MANAGERIAL atau DOSEN,
CONSULTANT NURSE, Kepala Bidang Keperawatan Atau Memimpin sekelas PPNI (Persatuan Perawat
Nasional Indonesia), Atau membidangi urusan medis di jalur independent atau anggota dewan,etc.

Program pendidikan Magister Ilmu Keperawatan memiliki beberapa peminatan, yaitu: ·

- Keperawatan Komunitas (Sp.Kep.Kom) ·

- Keperawatan Maternitas (Sp.Kep.Mat) ·

- Keperawatan Medikal Bedah (Sp.KMB) ·

- Keperawatan Jiwa (Sp.Kep.Jiwa) ·

- Keperawatan Anak (Sp.Kep.Anak) S2

Ini dilaksanakan dalam 4 semester dan program pendidikan Spesialis 1 adalah pendidikan
profesi jenjang kedua yang diselenggarakan dalam waktu 2 semester. Program pendidikan Spesialis
Keperawatan dilaksanakan setelah mahasiswa menyelesaikan program pendidikan Magister
Keperawatan dimana mahasiswa melakukan registrasi administrasi dan akademik sesuai ketentuan
registrasi Universitas Indonesia. Lulusan Program Studi Magister akan memperoleh gelar akademik
Magister Keperawatan (M.Kep) dan gelar profesi Ners Spesialis (Sp.) sesuai peminatannya.

S1 Adalah sekolah lanjutan diatas D3, mungkin orang awam mengira S1 hanya materi dan D3
hanya praktek, namun semua berbeda setelah UU perawat di sahkan. dimana S1 sudah wajib magang 2
rumah sakit / semester. dan D3 sudah bisa bekerja setelah mendapatkan STR dimana S1 baru
mendapatkan STR setelah NERS/sertifikasian. D3 kuliah 3 th, dan bisa melanjutkan S1 hanya 1-2 tahun
tergantung kampus. mayoritas teman sejawat saya memilih D3 agar bisa kerja secepatnya dan
meneruskan jenjang S1 dengan biaya sendiri. Karena D3 lebih siap dalam artian praktik, sedangkan S1
lebih banyak Teori dan manajemennya, untuk kerja D3 Lebih Siap, sedangkan D3 lebih Dipertajam,
Tetapi Lulusan S1 mestinya Sudah Otomatis lebih tinggi Ketimbang D3, tetapi, tertanya Tidak bisa kerja
Di Rs, klinik, jika ada kaitannya Dengan Clinician yang nyentuh pasien . Lulusan S1, Harus mengikuti
Pendidikan Profesi Ners,
Lulusan smk dan s1 itu tidak mendapatkan STR akan susah untuk mencari kerja sebagai perawat
profesional, mungkin bisa bekerja tetapi bukan sebagai perawat profesional di lingkungan rumah sakit.

Jenjang S1 dan D4 sama-sama diselesaikan dengan waktu normal selama 4 tahun. Tetapi dalam praktik
perkuliahannya, D4 lebih fokus terhadap praktik. Memang tujuan dari program diploma adalah untuk
mengasah skill sesuai jurusannya masing-masing. Sedangkan jenjang S1 lebih fokus terhadap teori Gelar
D4 keperawatan itu S.Tr.Kep ( sarjana terapan keperawatan)

Program doktor keperawatan, tentu tidak bisa menjadi dokter, doktor dan dokter berbeda ya,
doktor itu gelar untuk seseorang yang telah menempuh pendidikan S3, bukan berarti gelar doktor
keperawatan itu bisa jadi dokter

Program D4 Keperawatan setara dengan S1, yang mana D4 disebut sebagai Sarjana Terapan. D4
pun tidak perlu menjalani Pendidikan Profesi untuk bisa bekerja dirumah sakit. Perawat D4 pun bisa
langsung melanjutkan pendidikan ke S2. Sedangkan lulusan S1 harus menjalani pendidikan profesi
sebelum bisa bekerja dirumah sakit dan melanjutkan pendidikan ke S2. Namun memang masih banyak
perdebatan mengenai mana yang lebih baik dalam memberikan pelayanan diantara lulusan S1 dan
pendidikan profesi atau lulusan D4. Sedangkan Gelarnya S1 adalah S.kep sedangkan D4 adalah bergelar
S.Tr.Kep (Sarjana Terapan Keperawatan).

Bahwa lulusan D3 Pendidikan tinggi Keperawatan pendidikan vokasi. Si menempuh peneikan


akademik dan profesi ners. yang kedua pendidikan tersebut lulusan harus mendapatkan STR untuk
dapat memberikan pelayanan keperawatan difasyankes baik ditatanan pelayanan primer primer
maupun sekunder. yang membedakan mereka adalah kompetensi dan kewenangan dalam memberikan
pelayanan.

Bila lulusan D3 menjadi Karu harus juga memenuhi kriteria sesuai kompetensi yang diharapkan.
untuk itu ada pelatihan2 yang harus diikuti seorang perawat dalam menambah wawasan dan
keterampilannya sesuai dengan kebutuhan kompetensi yangdiharapkan. sehingga ada penyesuaian
dalam penjenjangan kompetensi perawat nantinya

Hal tsb mengindikasikan tidak meratanya pembangunan, masih terdapat daerah2 terpencil yg
belum memiliki akses maupun sarana memadai. kita sebagai manusia cenderung memilih kenyamanan
dan kepuasan terhadap kebutuhan, sehingga saya kira wajar jika banyak sarjana guru memilih
pengangguran dikota yg memiliki sarana dan fasilitas lengkap drpd di daerah yg memiliki sarana dan
fasilitas kurang/minim.
untuk kebijakan sekarang D4 keperawatan juga harus melaksanakan pendidikan perofesi

1 , ingin menambahkan materi mengenai perkembangan pendidikan keperawatan pendidikan ini dimulai
dengan penataan system pendidikan keperawatan yang dimulai dari:

Program pendidikan D-III keperawatan program pendidikan ini akan menghasilkan perawat
Vokasional (ahli madya keperawatan) yang dikembangkan dengan landasan keilmuan dan keprofesian
serta diharapkan memiliki tingkah laku dan kemampuan professional serta akuntabel dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dasar secara mandiri dibawa sepervisi.

Mereka diharapkan mempunyai kemampuan mengelolah  peraktek keperawatan yang sesuai


dangan kebutuhan klien. Program pendidikan ners Program pendidikan ini menghasilkan sarjana
keperawatan dan professional (Ns = first professional degree) dengan sikap, tingkah laku, dan
kemampuan professional, serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan keperawatan dasar sampai
dengan tingkat kerumitan tertentu secara mandiri. Mereka dituntut untuk memiliki kemampuan dalam
meningkatkan mutu pelayanan dengan memanfaatkan IPTEK keperawatan yang maju secara tepat guna,
serta kemampuan melaksanakan riset keperawatan dasar dan penerapan yang sederhana.

Program magister keperawatan program ini menghasilkan perawat ilmuan (scintist) dengan
sikap tingkah laku dan kemampuan sebagai ilmuan keperawatan yang diharapkan mempunyai
kemampuan: meningkatkan pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan,
berpartisipasi dalam pengembangan bidang ilmunya, mengembangkan penampilanya dalam spectrum
yang lebih luas dengan mengaitkan ilmu/profesi yang serupa serta merumuskan pendekatan
penyelesaian berbagai masalah masyarakat dengan cara penalaran ilmiah (keputusan Mendikbud
Nomor.056/U/1994/pasal 2 ayat 3).

Program pendidikan ners spesialis Program pendidikan ini menghasilkan perawat ilmuan
(magister) dan professional (Ns spesialis = second professional degree) dengan sikap, tingkah laku, dan
keterampilan professional serta akuntabel untuk melaksanakan prektik keperawatan spesialistik ners
spesialis merupakan ilmuan dalam bidang ilmu keperawatan klinik dengan kemampuan dan tanggung
jawab sebagai ilmuan klinik (SK Mendikbud No.056/U/1994).

*Program pendidikan profesi* Setelah lulus program S1 Keperawatan, seorang Sarjana


Keperawatan harus menempuh program pendidikan profesi bila ingin bekerja di instasi kesehatan
seperti rumah sakit. Program pendidikan profesi ini biasanya dijalani selama sekitar satu tahun. Alumni
program pendidikan profesi bergelar Ns (Ners). Tujuan dari program pendidikan profesi adalah untuk
memberikan pengalaman praktikum klinik. Selama menjalani pendidikan, calon perawat dapat
menerapkan konsep dan teori yang telah dipelajari dibangku kuliah di klinik atau rumah sakit.
Pendidikan tinggi Keperawatan diatur dalam UU no.38 tahun 2014. Universitas, akademi atau politeknik,
maupun sekolah tinggi merupakan institusi-institusi penyelenggara pendidikan tinggi Keperawatan.
Program D3, D4, dan S1 Keperawatan serta pendidikan profesi perawat ditawarkan pada institusi yang
sesuai. Hingga hari ini, kebutuhan dalam negeri akan tenaga perawat masih tinggi. Ditambah pula,
permintaan pemerintah Jepang akan tenaga perawat dari Indonesia masih terus bergulir, minimal dari
program D3, D4, dan S1 Keperawatan. Jadi, prospek kerja perawat kedepannya memang masih bagus.

Wewenang dan tanggung jawab lulusan pendidikan ners :

1. Memberikan asuhan keperawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Melakukan asuhan dan layanan keperawatan di komunitas.

3. Mendidik orang lain.

4. Melakukan riset sederhana secara mandiri dan / atau berkelompok.

5. Mengelola layanan keperawatan.

6. Melakukan kerjasama kemitraan dan berpartisipasi aktif sebagai anggota tim kesehatan.

7. Mampu memberikan asuhan peka budaya dengan menghargai

8. Sumber-sumber etnik, agama atau faktor lain dari setiap pasien yang unik.

9. Mampu menjamin kualitas asuhan holistik secara kontinyu dan konsisten.

10. Mampu menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien.

11. Mampu menjalankan fungsi advokasi untuk mempertahankan hak klien agar dapat mengambil
keputusan untuk dirinya.

12. Mampu mendemonstrasikan keterampilan teknis keperawatan yang sesuai dengan SOP.

13. Mampu mengkolaborasikan berbagai aspek dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan klien.

14. Mampu melaksanakan terapi modalitas sesuai dengan kebutuhan.

15. Mampu melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan yang berlaku dalam bidang
kesehatan
16. Mampu mengkolaborasiakan pelayanan keperawatan.

17. Mampu memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan mempertahankan akuntabilitas asuhan
keperawatan yang diberikan.

18. Mampu menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja tim dan pemberian
asuhan keperawatan dengan mempertahankan hubungan kolaboratif.

Tanggung Jawab Lulusan Program Pendidikan Ners Bergesernya peran perawat bukan sebagai
pembantu dokter mengharuskan pendidikan keperawatan untuk melanjutkan ke Program Studi Profesi
Ners merupakan kelanjutan Pendidikan Sarjana Keperawatan. Dengan demikian, maka program ini
bertujuan mendidik Sarjana Keperawatan (S.Kep.) untuk menjadi Ners melalui proses belajar. Program
Profesi Ners melalui penyesuaian profesional dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan lapangan
secara komprehensif, sehingga memiliki sikap dan kemampuan profesional untuk : a. Menerapkan
konsep, teori dan prinsip-prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial, ilmu biomedik dan ilmu keperawatan dalam
melaksanakan pelayanan dan atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat. b.
Melaksanakan pelayanan dan atau asuhan keperawatan dari masalah yang sederhana sampai masalah
yang kompleks secara tuntas melalui pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan
tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi baik bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif, sesuai batas kewenangan, tanggungjawab dan kemampuannya serta berlandaskan etika
profesi keperawatan:

1. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan dasar individu, keluarga dan masyarakat dalam aspek bio-
psiko-sosiospiritual serta profesi dari berbagai sumber yang tersedia.

2. Merumuskan masalah keperawatan individu, keluargadan masyarakat

3. Merencanakan dan atau melaksanakan rangkaian tindakan keperawatan dalam upaya memenuhi
kebutuhan dasar yang belum terpenuhi, dengan memanfaatkan sumber dan potensi yang tersedia
secara optimal.

4. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan dan seluruh proses pada asuhan keperawatan, serta
merencanakan dan melaksanakan tindak lanjut yang diperlukan.

5. Mendokumentasikan seluruh proses keperawatan secara sistematis dan memanfaatkannya dalam


upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
6. Mengelola pelayanan keperawatan secara bertanggung jawab dengan menunjukan sikap
kepemimpinan. Kewenangan utama lulusan ners:

ž Care provider: Menerapkan keterampilan berfikir kritis dan pendekatan sistem untuk penyelesaian
masalah serta pembuatan keputusan keperawatan dalam konteks pemberian askep yang komprehensif
dan holistik berlandaskan aspek etik dan legal.

ž Community leader: Mampu menjalankan kepemimpinan di berbagai komunitas, baik komunitas


profesi maupun komunitas sosial.

ž Educator: Mampu mendidik pasien dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya

ž Manager: Mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam asuhan klien

ž Researcher: Mampu melakukan penelitian sederhana keperawatan dengan cara menumbuhkan


kuriositas, mencari jawaban terhadap fenomena klien, menerapkan hasil kajian dalam rangka
membantu mewujudkan Evidence Based Nursing Practice (EBNP). Setelah lulus para lulusan program
ners akan mempunyai kompetensi dan kewenangan dalam:

1. Memberikan asuhan keperawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Melakukan asuhan dan layanan keperawatan di komunitas.

3. Mendidik orang lain.

4. Melakukan riset sederhana secara mandiri dan / atau berkelompok.

5. Mengelola layanan keperawatan.

6. Melakukan kerjasama kemitraan dan berpartisipasi aktif sebagai anggota tim kesehatan.

7. Mampu memberikan asuhan peka budaya dengan menghargai

8. Sumber-sumber etnik, agama atau faktor lain dari setiap pasien yang unik.

9. Mampu menjamin kualitas asuhan holistik secara kontinyu dan konsisten.

10. Mampu menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien.

11. Mampu menjalankan fungsi advokasi untuk mempertahankan hak klien agar dapat mengambil
keputusan untuk dirinya.
12. Mampu mendemonstrasikan keterampilan teknis keperawatan yang sesuai dengan SOP.

13. Mampu mengkolaborasikan berbagai aspek dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan klien.

14. Mampu melaksanakan terapi modalitas sesuai dengan kebutuhan.

15. Mampu melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan yang berlaku dalam bidang
kesehatan

16. Mampu mengkolaborasiakan pelayanan keperawatan.

17. Mampu memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan mempertahankan akuntabilitas asuhan
keperawatan yang diberikan.

18. Mampu menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja tim dan pemberian
asuhan keperawatan dengan mempertahankan hubungan kolaboratif.

Peran Pendidikan Tinggi Keperawatan

1. Membina sikap pandangan dan kemampuan professional Pendidikan tinggi keperawatan sangat
berperan dalam membina sikap, pandangan dan kemampuan professional, lulusannya. Diharapkan
perawat mampu bersikap dan berpandangan professional, berwawasan keperawatan yang luas, serta
mempunyai pengetahuan ilmiah keperawatan yang memadai, dan menguasai keterampilan professional
secara baik dan benar

2. Meningkatkan mutu pelayanan/ askep dan kesehatan Pendidikan keperawatan menghasilkan perawat
yang bersikap professional mencakup keterampilan intelektual, interpersonal, dan tekhnikal, mampu
mempertanggungjawabkan secara legal, keputusan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan standar
dan kode etik profesi, serta dapat menjadi contoh peran bagi perawat lain.

3. Menyelesaikan masalah keperawatan dan mengembangkan iptek keperawatan melalui keperawatan


Kerja sama yang terjalin dengan baik antara institusi pendidikan dan pelayanan memungkinkan
terjadinya transformasi IPTEK, termasuk teridentifikasinya masalah kesehatan, khususnya yang terkait
dengan masalah keperawatan untuk penelitian keperawatan yang bertujuan menghasilkan jawaban
terhadap pertanyaan, menghasilkan solusi masalah, baik melalui produk berupa tekhnologi atau metode
baru maupun produk jasa serta menguji teori berdasarkan kondisi atau fakta baru.

4. Meningkatkan kehidupan keprofesian melalui organisasi profesi Pendididkan tinggi keperawatan akan
memfasilitasi perkembangan kehidupan organisasi keperawatan untuk lebih professional. Dengan
pendidikan profesioanal, perawat sebagai anggota dari suatu organisasi profesi akan lebih memahami
dan menghayati peran, tanggung jawab, dan haknya sebagai anggota organisasi profesi yang memiliki
sifat, pandangan, dan kemampuan professional sangat memungkinkan organisasi keperawatan berperan
sabagai pengendali mutu pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat.

5. Selain itu, organisasi profesi akan lebih berperan dalam proses pengembangan dan pembinaan
keterampilan professional dan menerapkan kode etik profesi bagi tiap anggotanya melalui pengaturan
dan pengadaan system pendidikan berkelanjutan serta mengendalikan pemanfaatan dan
pengembangan IPTEK keperawatan.

Karena akan ada banyak sekali SOP yang harus dibuat, disusun dan dikelola, maka seyogyanya
harus ada tim yang khusus mengelola SPO-SPO tersebut. Penyusunan Tim dapat dilakukan dengan cara :
Rumah Sakit menetapkan siapa yang mengelola SOP Pengelola SOP harus mempunyai arsip seluruh SOP
Rumah Sakit Pengelola SOP agar membuat tata cara penyusunan, penomoran, pendistribusian,
penarikan, penyimpanan, evaluasi dan revisi SOP.

pada prinsip prosedur tindakan-tindakan sama hanya yang berbeda seni dan teknik
pendokumentasiannya saja dari setiap RS.ada TIM yang bertugas meng update semua prosedur sesuai
perkembangan ke ilmuan. di RS ada Komite keperawtan

Anda mungkin juga menyukai