Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Konseling merupakan proses belajar yang menekankan dialog Rasional
dengan klien. Konselor secara verbal aktif mengajukan banyak pertanyaan
tentang situasi kehdupan klien sekarang. Konselor menggunakan pertanyaan
pada seluruh proses konseling untuk membantu klien menyadari tingkah
lakunya, membuat pertimbangan nilai atas tingkah lakunya, dan membangun
rencana pengubahan tingkah laku. Konseling Realita pada hakikatnya
menentang pendekatan konseling lain yang memperlakukan klien sebagai
individu yang sakit. Disamping itu konseling realita memerankan konselor
sebagai guru yang menciptakan kondisi yang kondusif mengajar, dan
memberikan contoh serta mengajak klien untuk menghadapi realita. Dan
untuk lebih jelas akan kami paparkan di makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa Pendekatan dan siapa tokoh ?
2. Apa konsep dasar Pendekatan Realitas ?
3. Apa saja Asumsi perilaku bermasalah Pendekatan Konseling Realitas?
4. Apa tujuan Pendekatan Konseling Realitas?
5. Apa peran konseling Dalam Pendekatan Konseling Realitas ?
6. Apa Deskripsi Konsep dasar Pendekatan Konseling Realitas?
7. Apa saja teknik Pendekatan Konseling Realitas? 
8. Apa Kelebihan dan keterbatasan dari Pendekatan Konseling Realitas
9. Contoh Penerapan Pendekatan Konseling Realitas?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu memahami Nama Pendekatan dan tokoh Pendekatan
Konseling Realitas

1
2. Mahasiswa mampu memahami Konsep dasar Pendekatan Konseling
Realitas
3. Mahasiswa mampu memahami asumsi perilaku bermasalah Pendekatan
Konseling Realitas
4. Mahasiswa mampu memahami tujuan Pendekatan Konseling Realitas
5. Mahasiswa mampu memahami Peran konseling dalam Pendekatan
Konseling Realitas
6. Mahasiswa mampu memahami deskripsi konseling dalam Pendekatan
Konseling Realitas
7. Mahasiswa mampu memahami teknik konseling
8. Mahasiswa mampu memahami kelebihan dan keterbatasan Pendekatan
Konseling Realitas
9. Mahasiswa mampu mengetahui contoh penerapan Pendekatan Konseling
Realitas

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan kajian
pustaka, yakni dengan mengkaji buku-buku yang sesuai dengan topik yakni
Pendekatan Konseling Realitas dan mencari referensi yang lain di internet.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Nama dan Tokoh Pendekatan Realitas


1. Pengertian Pendekatan Realitas
Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan kepada tingkah
laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta
mengkonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu
menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa
merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti terapi realitas adalah
penerimaan tanggung jawab pribadi, yang dipersamakan dengan
kesehatan mental.
Terapi realitas yang menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-
prosedur yang dirancang untuk membantu orang-orang dalam mencapai
suatu “identitas keberhasilan” dapat diterapkan pada psikoterapi,
konseling, pengajaran, kerja kelompok, konseling perkawinan,
pengelolaan lembaga dan perkembangan masyarakat. Terapi realitas
meraih popularitas di kalangan konselor sekolah, para guru dan pimpinan
sekolah dasar dan menengah, dan para pekerja rehabilitasi.
Sedangkan menurut Paul D. Meier, dkk., terapi realitas yang
diperkenalkan oleh William Glasser memusatkan perhatiannya terhadap
kelakuan yang bertanggung jawab, dengan memperhatikan tiga hal (3-R):
realitas (reality), melakukan hal yang baik (do right), dan tanggungjawab
(responsiblility).
Individu harus berani menghadapi realitas dan bersedia untuk tidak
mengulangi masa lalu. Hal penting yang harus dihadapi seseorang adalah
mencoba menggantikan dan melakukan intensi untuk masa depan.
Seorang terapis bertugas menolong individu membuat rencana yang
spesifik bagi perilaku mereka dan membuat sebuah komitmen untuk
menjalankan rencana-rencana yang telah dibuatnya. Dalam hal ini
identitas diri merupakan satu hal penting kebutuhan sosial manusia yang

3
harus dikembangkan melalui interaksi dengan sesamanya, maupun
dengan dirinya sendiri. Perubahan identitas biasanya diikuti dengan
perubahan perilaku di mana individu harus bersedia merubah apa yang
dilakukannya dan mengenakan perilaku yang baru. Dalam hal ini terapi
realitas dipusatkan pada upaya menolong individu agar dapat memahami
dan menerima keterbatasan dan kemampuan dalam dirinya.
William Glasser adalah seorang psikiater yang mengembangkan
konseling realitas pada tahun 1950-an. Gllassser mengembangkan teori ini
karena merasa tidak puas dengan praktek psikiatri yang telah ada dan dia
mempertanyakan dasar-dasar keyakinan terapi yang berorientasi kepada
Freudian.
Glasser dilahirkan pada tahun 1925 dan dibesarkan di Cleveland,
Ohio. Pada mulanya Glasser belajar dibidang teknik kimia di Universitas
Case Institute Of Technology. Pada usia 19 tahun ia dilaporkan sebagai
penderita shyness atau rasa malu yang akut
Pada perkembangan selanjutnya Glasser tertarik studi psikologi,
kemudian dia mengambil program psikologi klinis pada Western Reserve
University dan membutuhkan waktu tiga tahun untuk meraih gelar Ph.D
ahirnya Glasser menekuni profesinya dengan menetapkan diri sebagai
psikiater.
Setelah beberapa waktu melakukan praktek pribadi dibidang klinis
Glasser mendapatkan kepercayaan dari California Youth Authority
sebagai kepala psikiater di Ventura School For Girl. Mulai saat itulah
Glasser melakukan eksperimen tentang prinsip dan teknik reality terapi.
Pada awalnya, William Glasser menolak model Freud dan pada
tahun 1961 dia menggabungkan model Freud dengan model yang
dikembangkannya sendiri, kemudian dikenal dengan nama terapi realitas.
Inti terapi realitas, yang saat ini diajarkan di seluruh dunia adalah bahwa
kita semua bertanggung jawab atas apa yang kita pilih untuk dilakukan.
Asumsi dasarnya adalah kita semua mampu mengendalikan hidup kita
saat ini. Di akhir tahun 1970-an, Glasser mencari sebuah teori yang dapat

4
menjelaskan semua karyanya. Glasser belajar tentang Control Theory dari
William Powers, dan dia percaya bahwa teori ini memiliki potensi yang
besar.
Pada tahun 1969 Glasser berhenti bekerja pada Ventura dan mulai
saat itu mendirikan Institute For Reality Theraphy Di Brent Wood.
Selanjutnya menyelenggarakan educator treaning centre yang bertujuan
meneliti dan mengembangkan program-program untuk mencegah
kegagalan sekolah. Banyak pihak yang dilatih dalam lembaganya ini
antara lain: perawat, pengacara, dokter, polisi, psikolog, pekerja social
dan guru.
Pada 20 tahun berikutnya, dia memperluas, merevisi,
mengklarifikasi apa yang telah dia ajarkan. Pada tahun 1996, Glasser
telah merasa yakin bahwa revisi-revisi ini telah merubah control theory
dan kemudian dia merubah nama teori tersebut menjadi choice theory
untuk merefleksikan semua yang telah dia kembangkan. Dalam beberapa
buku terbarunya, Glasser (1998, 2000, 2003) menguraikan dasar-dasar
teori terbarunya yang dikenal dengan nama “terapi realitas baru”.

2.2 Konsep Dasar Konseling Realitas


a. Hakekat Manusia dalam Konseling Realitas
1. Manusia terlahir dengan lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan
bertahan (survival), kebutuhan mencintai dan memiliki (love and
belonging), kebutuhan kekuasaan (power), kebutuhan kebebasan
(freedom/independence), dan kebutuhan kesenangan (fun).
2. Perbedaan antara apa yang diinginkan dengan persepsi tentang apa
yang diperoleh merupakan sumber utama dalam bertindak pada
suatu peristiwa
3. Semua perilaku manusia dibentuk oleh tindakan (acting), pikiran
(thinking), perasaan (feeling) dan kondisi fisiologis (physiology
4. Perilaku manusia berasal dari dalam diri; karenanya manusia harus
bertanggungjawab atas segala perilakunya

5
5. Manusia melihat dunia melalui sistem perseptual

b. Pandangan tentang Pribadi tidak Sehat


1. Pendekatan konseling realita meyakini bahwa tindakan manusia
merupakan hasil dari pilihan yang dibuatnya
2. Individu membuat pilihan maka diharapkan dia mampu membuat
pilihan yang bertanggungjawab—kemampuan untuk memilih tindakan
yang akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya tanpa
menghalangi orang lain untuk memenuhi kebutuhannya
3. Pribadi salah suai terjadi ketika individu tidak mampu mengarahkan
perilakunya dalam memenuhi kebutuhannya berdasarkan prinsip
tanggung jawab (responsibility), kenyataan (reality), dan norma (right)
c. Pokok inti Konseling Realitas
Ada dua pokok inti dalam konseling realitas yang dijadikan sebagai titik tolak
kegiatan pada konseling Realitas dalam menganalisis masalah-masalah klein,
antara lain :
1. ”3 R” (Right, Reality Dan Responbility)
a) Right : adalah kebenaran dari tingkah laku seseorang dengan standar
norma yang berlaku baik itu norma agama, hukum, dan lain-lain.
b) Reality : adalah kenyataan, yaitu individu bertingkah laku sesuai
dengan kenyataan yang ada.
c) Responbility : adalah bertanggung jawab, yaitu tingkah laku dalam
memenuhi kebutuhan dengan menggunakan cara yang tidak merugikan
orang lain.

2. Identitas Keberhasilan (Success Identity) dan Identitas Kegagalan


(Failure Identity)
        Dalam proses perkembangan hidup seorang individu, terdapat
kecenderungan dalam dirinya untuk menganut suatu perasaan ”success
identity” dan ”failure identity”. Tujuan dari konseling realitas adalah agar
individu mencapai identitas keberhasilan.

6
  d. Karakteristik Konseling Realitas
Terapi Realitas Sekurang-kurangnya ada delapan ciri yang menentukan terapi
realitas sebagai berikut.
1. Terapi Realitas Menolak Konsep Tetang Penyakit Mental.
Ia berasumsi bahwa bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang
spesifik adalah akibat dari ketidak bertanggung jawaban. Pendekatan ini
tidak berurusan dengan diagnosis-diagnosis psikologis.
2. Terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada
perasaan-perasaan dan sikap-sikap. Meskipun tidak menganggap perasaan-
perasaan dan sikap-sikap itu tidak penting, terapi realitas menekankan
kesadaran atas tingkah- laku sekarang.
3. Terapi realitas berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau.
Karena masa lampau seseorang itu telah tetap dan tidak bisa diubah, maka
yang bisa diubah hanyalah saat sekarang dan masa yang akan datang.
4. Terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Terapi
realitas menempatkan pokok kepentingannya pada peran klien dalam
menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa yan g
membantu kegagalan yang dialaminya.
5. Terapi realitas tidak menekankan transferensi.
Ia tidak memandang konsep tradisional tentang transferensi
sebagai hal yang penting. Ia memandang trasferensi sebagai suatu cara
bagi terapis untuk tetap bersembunyi sebagai pribadi. Glasser (1965)
menyatakan bahwa para klien tidak mencari suatu pengulangan
keterlibatan dimasa lampau yang tidak berhasil, tetapi mencari suatu
keterlibatan manusiawi yang memuaskan dengan orang lain dalam
keberadaan mereka sekarang.
6. Terapi realitas menekankan asapek-aspek kesadaran, bukan aspek-aspek
ketaksadaran. Terapi realitas menandaskan bahwa menekankan
ketaksadaran berarti mengelak dari pokok masalah yang menyangkut

7
ketidak bertanggung jawabana klien dan memaafkan klien atas
tindakannya menghindari kenyataan.
7. Terapi realitas menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa
pemberian hukuman guna mengubah tingkah laku tidak efektif dan bahwa
hukuman untuk kegagalan melaksanakan rencana-rencana mengakibatkan
perkuatan identitas kegagalan pada klien dan perusakan hubungan
terapeutik.
8. Terapi realitas menekankan tanggung jawab, yang oleh Glasser (1965,
hlm. 13) mendefinisikan sebagai “kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara tidak
mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan mereka”.Glasser (1965) menyatakan bahwa mengajarkan
tanggung jawab adalah konsep inti dalam terapi realitas. 
C. Asumsi Bermasalah
Reality therapy pada dasarnya tidak mengatakan bahwa perilaku individu
itu sebagai perilaku yang abnormal. Konsep perilaku menurut konseling realitas
lebih dihubungkan dengan berperilaku yang tepat atau berperilaku yang tidak
tepat. Menurut Glasser, bentuk dari perilaku yang tidak tepat tersebut disebabkan
karena ketidak mampuannya dalam memuaskan kebutuhannya, akibatnya
kehilangan ”sentuhan” dengan realitas objektif, dia tidak dapat melihat sesuatu
sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya,
tidak dapat melakukan atas dasar kebenaran, tangguang jawab dan realitas.
Meskipun konseling realitas tidak menghubungkan perilaku manusia dengan
gejala abnormalitas, perilaku bermasalah dapat disepadankan dengan istilah
”identitas kegagalan”. Identitas kegagalan ditandai dengan keterasingan,
penolakan diri dan irrasionalitas, perilakunya kaku, tidak objektif, lemah, tidak
bertanggung jawab, kurang percaya diri dan menolak kenyataan.
Menurut Glasser (1965, hlm.9), basis dari terapi realitas adalah membantu para
klien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya, yang
mencangkup “kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kkebutuhan untuk

8
merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri kita sendiri maupun bagi oaring
lain”. 
Pandangan tentang sifat manusia mencakup pernyataan bahwa suatu
“kekuatan pertumbuhan” mendorong kita untuk berusaha mencapai suatu identitas
keberhasilan. Penderitaan pribadi bisa diubah hanya dengan perubahan identitas.
Pandangan terapi realitas menyatakan bahwa, karena individu-individu bisa
mengubaha cara hidup, perasaan, dan tingkah lakunya, maka merekapun bisa
mengubah identitasnya. Perubahan identitas tergantung pada perubahan tingkah
laku.
Maka jelaslah bahwa terapi realitas tidak berpijak pada filsafat
deterministik tentang manusia, tetapi dibangun diatas asumsi bahwa manusia
adalah agen yang menentukan dirinya sendiri. Perinsip ini menyiratkan bahwa
masing-masing orang memilkiki tanggung jawab untuk menerima konsekuensi-
konsekuensi dari tingkah lakunya sendiri. Tampaknya, orang menjadi apa yang
ditetapkannya.
D. Tujuan konseling
 Tujuan konseling realitas adalah sebagai berikut :
1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat
menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala
resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam
perkembangan dan pertumbuhannya.
3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian
yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya
keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.
5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran
sendiri.
E. Fungsi dan Peran Konselor

9
        Tugas dasar konselor adalah melibatkan diri dengan konseli dan kemudian
membuatnya untuk menghadapi kenyataan. Yang antara lain sebagai berikut :
1. Bertindak sebagai pembimbing yang membantu konseli agar bisa menilai
tingkah lakunya sendiri secara realistis.
2. Berperan sebagai moralis
3. Motivator
4. Sebagai guru
5. Memberikan kontrak
F. Proses dan Teknik-teknik Konseling
1. Prosedur
Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu terdapat prosedur yang
harus diperhatikan oleh konselor realitas. Prosedur tersebut terdapat
delapan diantaranya:
a. Berfokus pada personal
Prosedur utama adalah mengkomunikasikan perhatian
konselor kepada klien. Perhatian itu ditandain oleh hubungan
hangat dan pemahamnnya ini merupakan kunci keberhasilan
konseling.
b. Berfokus pada perilaku
Konseling realitas berfokus pada perilaku tidak pada peraaan dan
sikap. Konselor dapat meminta klien untuk ”melakukan sesuatu
menjadi lebih baik” dan bukan meminta klien ”merasa yang lebih
baik”.
c. Berfokus pada saat ini
Konseling realitas memandang tidak perlu melihat masa lalu klien.
Konselor tidak perlu melakukan explorasi terhadap pengalaman-
pengalaman yang irrasional di masa lalunya.
d. Pertimbangan nilai
Konseling realitas menganggap pentingnya melakukan
pertimbangan nilai, penilaian perilakunya oleh diri klien akan

10
membantu kesadarannya tentang dirinya untuk melakukan hal-hal
yang positif atau mencapai identitas keberhasilan. 
e. Pentingnya pernyataan
Kesadaran klien tentang perilakunya yang tidak bertannggung
jawab harus dilanjutkan dengan perencanaan untuk mengubahnya
menjadi perilaku yang bretanggung jawab. Untuk mencapai hal ini
konselor bertugas membantu klien untuk memperoleh pengalaman
berhasil pada tingkat-tingkat yang sulit secara progresif.
f. Komitmen
Perencanaan saja tidak cukup. Konselor terus meyakinkan klien
bahwa kepuasaan atau kebahagiaanya sangat ditentukan oleh
komitmen pelaksanaan rencana-rencananya.
g. Tidak menerima dalih
Adakalanya renacana yang telah disusun dan telah ada komitmen
klien untuk melaksanakan, tetapi tidak dapat dilaksanakan atau
mengalami kegagalan. Pada saat itu konselor perlu membantu
rencana dan mebuta komitmen baru Untuk melaksanakan upaya
lebih lanjut.
h. Menghilangkan hukuman harus ditiadakan.
Konseling realitas tidak memperlakuakn hukuman sebagai tekhnik
perubahan perilaku. 
 
2. TeknikKonseling Realitas
TeknikKonseling Realita menggunakan banyak teknik untuk mencapai tujuan-
tujuan konseling, khususnya teknik-teknik dari perspektif konseling perilaku
seperti yang telah dikemukakan. Teori konseling realita memiliki beberapa teknik
tersendiri yaitu:
a. Metapor
Konselor menggunakan taknik ini seperti senyuman, imej, analogi,
dan anekdot untuk memberi konseli suatu pesan penting dalam cara yang

11
efektif. Konselor juga mendengarkan dan menggunakan metapor yang
ditampilkan diri konseli
3. Hubungan
Menggunakan hubungan sebagai bagian yang asensial dalam
proses terapoutik. Hubungan ini harus memperlihatkan upaya menuju
perubahan, menyenagkan, positif, tidak menilai, dan mendorong kesadaran
konseli.
4. Pertanyaan
Konselor menekankan evaluasi dalam perilaku total, asesmen harus
berasal dari konseli sendiri. Konselor tidak mengatakan apa yang harus
dilakukan koseli, tetapi menggunakan pertanyaan yang terstruktur dengan
baik untuk membantu konseli menilai hidupnya dan kemudian
merumuskan perilaku-perilaku yang perlu dan tidak perlu di ubah.
5.  WDEP & SAMI2C3
Merupakan akronim dari wants (keinginan), direction (arahan),
evaluasi (penilaian), dan planing (rencana). Teknik ini digunakan untuk
membantu konseli menilai keinginan-keinginannya. Perilaku-perilakunya,
dan kemudian merumuskan rencana-rencana.
SAMI2C3 mempersentasikan elemen-elemen yang
memaksimalkan keberhasilanya keberhasilan rencana : mudah/ sederhana
(simple), dapat dicapai (attainable), dapat diukur (measurable), segera
(immedate), melibatkan tindakan (involving), dapat dikontrol (controled),
konsisten (consistent), dan menekankan pada komitmen (committed)
6. Renegosiasi
Konseli tidak selalu dapat menjalankan rencana perilaku pilihanya.
Jika ini terjadi, maka konselor mengajak konseli untuk membuat rencana
ulang dan menemukan pilihan perilaku lain yang lebih mudah.
7. Intervebsi paradoks
Terinspirasi oleh Frankl (pendiri konselng Gestalt), Glasser
menggunakan paradoks untuk mendorong konseli menerima tanggung

12
jawab bagi perilakunya sendiri. Intetrvensi paradoksikal ini memiliki dua
bentuk rerabel atau reframe dan paradoxical pressciption.
8. Pengembangan ketrampilan
Konselor perlu membantu konseli mengembangkan ketrampilan
untuk memnuhi kebutuhan dan keinginan-keinginannya dalam cara yang
bertanggung jawab. Koselor dapat mengajar konseli tentang berbagai
ketrampilan seperti perilaku asertif, berfikir rasional, dan membuat
rencana.

9. Adiksi positif
Menurut Glesser, merupakan teknik yang digunakan untuk
menurunkan barbagai bentuk perilaku negatif dengancara memberikan
kesiapan atau kekuatan mental, kreatifitas, energi dan keyakinan. Contoh :
mendorong olahraga yang teratur, menulis jurnal, bermain musik, yoga,
dan meditasi.
10. Penggunakan kata kerja
Dimaksudkan untuk membantu konseli agar mampu
mengendalikan hidup mereka sendiri dan membuat pilihan perilaku total
yang positif. Daripada mendeskripsikan koseli dengan kata-kata: marah,
depresi, fobia, atau cemas konselor perlu menggunakan kata memarahi,
mendepresikan, memfobiakan, atau mencemaskan. Ini mengimplikasikan
bahwa emosi-emosi tersebut bukan merupakan keadaan yang mati tetapi
bentuk tindakan yang dapat diubah.
11. Konsekuensi natural
Konselor harus memiliki keyakinan bvahwa konseli dapat
bertanggung jawab dan karena itu dapat menerima konsekuensi dari
perilakunya. Koselor tidak perlu menerima permintaan maaf ketika konseli
membuat kesalahan, tetapi juga tidak memberikan sangsi. Alih-alih
koselor lebih memusatkan pada perilaku salah atau perilaku lain yang bisa

13
membuat perbedaan sehingga konseli tidak perlu mengalami kosekuensi
negatif dari perilakunya yang tidak bertanggung jawab.
H. Kelemahan dan kelebihan Terapi Realitas
a) Kelemahan:
1. Terapi realitas terlalu menekankan pada tingkah laku masa kini
sehingga terkadang mengabaikan konsep lain, seperti alam bawah sadar
dan riwayat pribadi. 
2. Terapi realitas bergantung pada terciptanya suatu hubungan yang baik
antara konselor dan konseli. 
3. Terapi realitas bergantung pada interaksi verbal dan komunikasi dua
arah. Pendekatan ini mempunyai keterbatasan dalam membantu konseli
yang dengan alasan apapun, tidak dapat mgekspresikan kebutuhan,
pilihan, dan rencana mereka dengan cukup baik.
4. Teori ini mengabaikan tentang intelegensi manusia, perbedaan individu
dan faktor genetik lain. 
5. Dalam konseling kurang menekankan hubungan baik antara konselor
dan konseli, hanya sekedarnya. 
6. Pemberian reinforcement jika tidak tepat dapat mengakibatkan
kecanduan/ketergantungan.

b) Kelebihan:
1. Terapi realitas ini fleksibel dapat diterapkan dalam konseling individu
dan kelompok. 
2. Terapi realitas tepat diterapkan dalam perawatan penyimpangan
perilaku, penyalahgunaan obat, dan penyimpangan kepribadian. 
3. Terapi realitas meningkatkan tanggung jawab dan kebebasan dalam diri
individu, tanpa menyalahkan atau mengkritik seluruh kepribadiannya.
4. Asumsi mengenai tingkah laku merupakan hasil belajar. 
5. Asumsi mengenai kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan dan
kematangan. 

14
6. Konseling bertujuan untuk mempelajari tingkah laku baru sebagai
upaya untuk memperbaiki tingkah laku manusia.
I. Contoh Penerapan Konseling Realitas
Anton adalah siswa kelas VII MTs Salafiyah Slarang Kidul. Dia
adalah orang yang tidak rajin dan disiplin di sekolahnya, dia sering
bermain dengan temannya dan kalau dirumah dia pergi dan begadang
sampai pagi, sehingga waktu di sekolah ketika sedang belajar dia tidur di
kelas, karena keadaan tersebut sehingga didalam menjani tugas sekolahnya
menjadi terhambat. Hal ini tentu akan berakibat pada proses belajar
mengajar dan prestasi di sekolah.
Dari contoh kasus di atas maka anton itu perlu di berikan bimbingan
agar anton dapat menyelesai kan masalah yang di hadapinya. Dan dalam
hal ini konselor juga harus dapat menyelesaikan masalah anton dengan
tepat. Yaitu dengan cara mengingatkan kembali apa tujuan sebelumnya
dan memberikan arahan agar anton dapat merumuskan rencana baru dan
konselor harus mengawasi perilakunya. Dan perubahan ini dapat teratasi
jika anton dapat mengatasi apa yang menjadi permasalahannya.

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan

15
Terapis Realita berfungsi sebagai guru dan seorang model dalam
membantu para klien mengevaluasi apa yang sedang mereka lakukan dan
apakah tingkah laku mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka tanpa
membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain. Inti terapi realita adalah
mempelajari bagaimana membuat pilihan yang lebih baik dan lebih efektif
dan untuk mendapatkan pengendalian diri yang lebih efektif. Orang-orang
yang bertanggungjawab atas hidup mereka dan bukan korban keadaan diluar
kendali mereka. Sehingga, praktisi terapi realita berfokus apa yang mampu
dan ingin dilakukan saat ini oleh para klien cara untuk merubah tingkah laku
mereka. Para praktisi mengajarkan para klien cara untuk membuat
hubungan yang penting dengan orang lain. Terapis terus meminta klien
untuk mengevaluasi kefektifan apa yang sedang mereka pilih dilakukan
untuk menentukan apakah ada kemungkinan pilihan yang lebih baik.
Praktik terapi realita bekerja bersama dua komponen yaitu lingkungan
konseling dan prosedur-prosedur khusus yang mendorong perubahan
tingkah laku. Proses terapis ini membantu para klien merubah arah untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tujuan terapi realita meliputi
perubahan tingkah laku, pembuatan keputusan yang lebih baik,
meningkatkan hubungan yang penting, meningkatkan hidup, dan
pemenuhan semua kebutuhan psikologis yang lebih efektif.
Kontribusi-kontribusi Terapi Realita Kelebihan terapi realita adalah
fokus jangka pendeknya dan fokus tersebut berhubungan dengan masalah-
masalah tingkah laku yang sadar. Pengetahuan dan kesadaran tidaklah
cukup karena evaluasi diri klien, rencana tindakan, dan komitmen yang
mengikuti adalah inti dari proses terapi. Fokusnya lebih banyak pada
menolong para klien untuk melakukan evaluasi diri, untuk memutuskan
apakah yang mereka lakukan evaluasi diri, untuk memutuskan apakah yang
mereka lakukan berguna atau tidak, dan untuk berkomitmen untuk
melakukan apa yang disarankan dapat memberikan perubahan. Kelebihan
lain, para klien tidak diapandang sebagai orang tidak memiliki harapan dan
tidak bisa ditolong. Tetapi para klien dipandang mampu melakukan hal yang

16
terbaik bagi mereka atau membuat pilihan-pilihan yang mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka.
Banyak konseling yang gagal karena terapis memiliki agenda bagi
para klien mereka. Terapis realita membantu klien untuk mencari data
mengenai perasaan, kesadaran, dan tindakan mereka sendiri. Sekali klien
memutuskan bahwa tingkah laku mereka tidak berguna, maka mereka sadar
untuk melakukan tingkah laku yang lebih efektif.
b. Saran
Konseling realitas merupakan konseling yang dimana seorang individu agar
dapat menerima kenyataan . sehingga saran dari kelompok kami adalah :
Sebagai seorang klien harus berperilaku

DAFTAR PUSTAKA
Gunarso, singgih. 1992. Konseling dan psikoterapi.Jakarta : BKPBM
Fauza, Lutfi. Pendekatan – pendekatan Konseling Individual. Malang : Elang Mas
Noor, Fatimah.2013. Teori Konseling Realitas. http://:WWW.google.com

17
( dikutip tanggal 8 November 2015 )
Corey, Gerald. 1988. Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung:
Eresco.
http://counseling-realitas-dalam-kelompok.html

18

Anda mungkin juga menyukai