1
Tim GTK DIKDAS, Modul Belajar Mandiri PPPK : Bidang Studi Bimbingan
Konseling, Modul Belajar Mandiri PPPK, 2019, h.239.
menjadi konsultan psikiater di lembaga rehabilitasi kenakalan remaja
dengan mempraktikan teori konseling realita terhadap remaja yang ada di
lembaga rehabilitasi, sehingga pengalaman Glasser ini pun dituangkan ke
dalam bukunya yang berjudul Reality Therapi pada tahun 1965. Berkat
pengalaman dan karyanya sehingga pada akhirnya teori ini dapat
berkembang dan diterima oleh teman-temanya yang bahkan dulu sempat
tidak menyetujuinya. Hal ini berdasarkan pada konsep terapi realitas di
mana seorang klien ditolong agar ia mampu menghadapi kenyataan atau
realita di masa depan dengan penuh optimis.
Konsep konseling realitas ini pun akhirnya dipublikasikan oleh
Glasser pada tahun 1961 dalam bukunya yang berjudul “Mental Healt or
Mental Ilness.” Kemudian diperluas, diperbaiki dan disusun serta
diterbitkan pada tahun 1965 dengan judul Realita Therapy: A New
Approach to Psichiatry. Tidak lama setelah penerbitan yang kedua,
Glasser pun membuka Institute of Reality Therapy yang digunakan untuk
melatih profesi-profesi layanan kemanusiaan. Konsep konseling realitas
dari Glasser ini pun menuai kesuksesan yang pada akhirnya sekolah-
sekolah membutuhkan konsultasi Glasser, dan ia pun dapat menyesuaikan
dengan prosedur-prosedurnya dengan setting sekolah yang mana ide ini
dipublikasikan dalam School Without Failure pada tahun 1969 dan
mendirikan Educational Training Centre yang mana guru-gurunya
mendapatkan latihan konseling realitas.2 Adapun perkembangan konseling
realita pada saat ini sudah diterapkan dalam berbagai setting: lembaga
pendidikan, rehabilitasi anak nakal, ataupun pada lembaga bisnis.
Pada intinya terapi realitas ini ialah suatu bentuk penerimaan
tanggung jawab individu yang dipersamakan dengan kesehatan mental.
Glasser berkeyakinan bahwa manusia memiliki kemampuan dalam
menentukan dan mengarahkan dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya dengan mendasarkan diri pada keputusan-keputusan yang telah
dibuatnya, sehingga dapat hidup bertanggung jawab daripada bergantung
2
Ali Daud, ‘Penanganan Masalah Konseli Melalui Konseling Realitas’, h.80-81.
pada situasi dan lingkungannya. Dengan kata lain, teori konseling realitas
merupakan “teori pilihan” yang menjelaskan bahwa segala sesuatu yang
kita lakukakan ialah pilihan kita sendiri.
4
Ibid, Tim GTK DIKDAS,244.
5
Ani Wardah, ‘Ancangan Konseling Individual Realita’, 2012, p. 5.
Konselor berperan sebagai seorang guru atau pembimbing dengan
menjadi aktif dalam setiap pertemuan sesi konseling, membantu konseli
dalam merumuskan rencana-rencana tindakan yang ingin dilakukan
konseli, memberikan tawaran pilihan-pilihan tingkah laku kepada konseli,
dan membimbing konseli kepada cara-cara yang lebih efektif untuk
memenuhi kebutuhan mereka.
Fungsi dan peranan konselor di sini terbagi menjadi dua setting,
yaitu dalam setting konseling individu dan dalam setting konseling
kelompok. Adapun fungsi dan peranan konselor dalam setting konseling
individu yaitu:
Mengembangkan kondisi fasilitatif dalam konseling dan
mengembangkan hubungan baik dengan klien. Konselor dituntut
untuk mampu menciptakan kondisi sesi konseling yang kondusif.
Hal ini bertujuan untuk melandasi penerapan prosedur konseling.
Sehingga dapat terciptanya hubungan yang fasilitatif antara
konselor dan konseli dalam sesi konseling.
Mengarahkan dan mengajarkan konseli untuk mengevaluasi
perilakunya, seperti konselor menanyakan kepada konseli “Apakah
perilaku Anda saat ini membantu Anda untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan Anda?”. Evaluasi perilaku ini sangat penting untuk
mendorong konseli dalam membuat pilihan-pilihan baru yang lebih
efektif untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Menyampaikan dan meyakinkan kepada klien bahwa seburuk
apapun kondisinya masih ada harapan. Ini masuk ke dalam teori
pilihan (choice theory) adalah adanya suatu harapan dalam setiap
tindakan dan kejadian.
Referensi
Tim GTK DIKDAS, Modul Belajar Mandiri PPPK : Bidang Studi Bimbingan
Konseling, Modul Belajar Mandiri PPPK, 2019