Anda di halaman 1dari 15

PENDEKATAN KONSELING REALITA

BAB I PENDAHULUAN I. Latar belakang Konseling Realita pada hakekatnya menentang pendekatan konseling lain yang memperlakukan konseli sebagai individu yang sakit. Diketahui bahwa konseling ini sangat popular di kalangan petugas bimbingan sekolah dan tempattempat rehabilitasi. Di samping itu konseling realita memerankan konselor sebagai guru yang menciptakan kondisi yang kondusif mengajar, dan memberi contoh, serta mengajak konseli untuk menghadapi relita. Oleh karena setiap orang, termasuk siswa, selalu dihadapkan pada kenyataan (realita) hidup, maka pendekatan ini tepat untuk dipelajari dan dikuasai untuk diterapkan oleh konselor. konselor mengajarkan tingkah laku yang bertanggung jawab. Dengan demikian konselor yang berkesempatan mempelajarinya akan memiliki kemampuan untuk melaksanakan konseling individual berdasarkan pada pendekatan realita. Dalam makalah ini, penyusun berusaha menjelaskan tentang konseling realita yang di dalamnya meliputi tentang falsafah pendekatan konseling realita dan proses konseling. II. Rumusan Masalah a. Bagaimana falsafah pendekatan konseling realita? b. Bagaimana karakteristik konseling realita? c. Bagaimana hakikat manusia dalam konseling realita? d. Bagaimana pandangan tentang pribadi individu? e. Bagaimana proses terapeutik dalam konseling realita?

III. Tujuan a. Untuk mengetahui lebih jauh tentang falsafah konseling realita b. Untuk mengetahui apa saja karakteristik dalam konseling realita c. Untuk mengetahui lebih jauh tentang hakikat manusia

d. Untuk mengetahui pandangan pribadi individu e. Untuk mengetahui lebih jauh tentang proses terapeutik dalam konseling realita Falsafah Pendekatan Konseling Realita Konseling realita dicetuskan oleh William Glasser yang lahir pada tahun 1925 dan menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di Cliveland, Obio, serta dikembangkan oleh Robert Wubbolding. Pertumbuhan Glasser relatif tanpa hambatan, sehingga ia memahami dirinya sebagai lelaki yang baik. Glasser meninggalkan kota kelahirannya setelah ia masuk ke perguruan tinggi. Pada mulanya Glasser belajar di bidang teknik kimia di Universitas Case Institute Of Technology. Pada usia 19 tahun ia dilaporkan sebagai penderita shyness atau rasa malu yang akut. Ia kemudian mengikuti latihan psikiatri pada Veterans Administration Center (Pusat Administrasi Veteran) di Los Angeles Barat, melewatkan tahun terakhirnya di University of California di Los Angeles pada tahun 1957, dan menggondol sertifikat pada tahun 1961. Pada tahun 1956 glasser menjabat sebagai psikiatris pembimbing pada Sekolah Putri di Ventura, sebuah sekolah untuk perawatan anak nakal milik negara bagian California. Pengalaman ini lebih menebalkan lagi keyakinannya betapa teknik dan konsep psikoanalitik itu tidak banyak manfaatnya, oleh karenannya ia mulai mengembangkan dan bereksperimen dengan pendekatan terapeutik yang berbeda, yang pada banyak seginya sangat berlawanan dengan psikoanalisis gaya Freud. Pada tahun 1961 Glasser menerbitkan bukunya yang pertama, Mental Health or Mental Illness? ( Kesehatan Mental atau Sakitnya Mental?)yang memberi landasan pada terapi realitas. Pada dasarnya, model ini telah dikembangkan pada1950-an dan 1960-an. Mula-mula model ini tidak mempunyai teori sistematik tetapi menekankan individu bertanggung jawab untuk apa yang mereka lakukan. Pada mulanya Glasser mulai mengajar teori kendali (control theory), yang mengkondisikan bahwa semua orang mempunyai aneka pilihan tentang apa yang mereka lakukan. Menjelang tahun 1965 pada waktu ia menerbitkan bukunya Terapi Realitas, dia mampu menyatakan keyakinan dasarnya, yaitu bahwa kita semua

bertanggungjawab atas pilihan yang kita ambil untuk kemudian kita lakukan dalam hidup ini dan bahwa dalam lingkungan terapeutik yang hangat dan tidak bernada hukuman kita bersedia untuk belajar lebih banyak lagi untuk menentukan pilihan yang lebih efektif, atau cara yang lebih bertanggungjawab terhadap kehidupan kita ini. Terapi realitas bertumpu pada ide sentral bahwa kita memilih sendiri perilaku kita dan oleh karenanya bertanggungg jawab tidak hanya atas apa yang kita lakukan tetapi juga atas bagaiman kita berpikir dan juga merasakan. Pada 1996 Glasser meninjau kembali teori ini dan menamakannya teori pilihan (choice theory), yang menyediakan suatu kerangka kerja tentang mengapa dan bagaimana orang-orang berbuat. Teori Pilihan mempunyai kaitan dengan dunia fenomena konseli dan menekankan cara pandang subjektif di mana konseli merasa dan bereaksi kepada dunia mereka dari lokus evaluasi internal. Perilaku dipandang sebagai usaha terbaik untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Perilaku adalah penuh arti, dirancang untuk menutup senjang antara apa yang kita inginkan dan apa yang kita rasa sedang menjadi pada kita. Perilaku spesifik selalu diturunkan dari kesenjangan ini. Perilaku kita datang dari dalam, dan dengan begitu kita memilih tujuan kita sendiri. Karakteristik Konseling Realita 1. Antideterministik, menolak adanya determinan yang membatasi perkembangan perilaku, sebaliknya, perkembangan perilaku yang bermacammacam adalah sangat dimungkinkan. 2. Menekankan pada problem solving, konseling pada akhirnya harus dapat menemukan cara-cara mengatasi masalah. 3. Berorientasi pada tindakan (action), putusan yang diambil konseling harus terwujud dalam perilaku nyata, tidak dianggap selesai pada tahap pemahaman saja. 4. Bersifat aktif - direktif, dan didaktif, sehingga jelas bahwa kadar pembelajaran dan pengarahan dalam konseling tinggi.

5. Reality therapy tidak menerima sakit mental; diasumsikan konselor tidak terlibat dengan orang sakit mental yang tidak memiliki tanggung jawab atas perilakunya. 6. Berorientasi pada masa kini dan akan datang 7. Tidak menekankan transferensi 8. Konselor mengajarkan realitas kepada klien mengenai cara-cara yang lebih baik dalam meemnuhi kebutuhannya secara bertanggung jawab. 9. Konselor realitas menekankan pada aspek moral dari tingkah laku individu.

A. Hakikat Manusia 1. Karakter Manusia a. Manusia adalah makhluk rasional (Rational Being) b. Manusia memiliki potensi dan dorongan untuk belajar dan tumbuh (growth force) c. Manusia memiliki kebutuhan dasar (basic needs) Dalam pandangannya Glasser mempunyai pandangan bahwa semua manusia memiliki kebutuhan dasar, kebutuhan dasar manusia meliputi: kebutuhan bertahan hidup (survival), mencintai dan dicintai (love and belonging), kekuasaan atau prestasi (power or achievement), kebebasan atau kemerdekaan (freedom or independence), dan kesenangan (fun) (Corey, 2005). d. Manusia memerlukan hubungan dengan orang lain e. Manusia selalu menilai tingkah lakunya f. Manusia terikat pada 3R Responsibility (Tanggung Jawab) Glasser mendefinisikan tanggung jawab sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dirinya dengan cara yang tidak merugikan, merampas atau mengorbankan orang lain dalam memenuhi kebutuhan mereka. Sejauh individu bertanggung jawab dalam perbuatannya, sesungguhnya dia telah mencapai identitas sukses atau berhasil dan bermental sehat. Dan demikian pula sebaliknya,

jika manusia itu sakitdia akan membuat alasan-alasan atas perbuatannya yang tidak bertanggung jawab. Menurut Glasser, bukannya mental sehat yang menjadikan seseorang bertanggung jawab, tetapi tanggung jawablah yang menjadikan orang sehat. Reality (Realitas) Realitas merupakan fenomena yang dapat diamati, fakta-fakta yang tersusun dalam kenyataan. Realitas harus dipandang apa adanya, bukan menurut persepsi tiap individu. Bahkan individu tidak dapat memenuhi kebutuhannya merupakan realitas yang harus diterima. Right (Kebenaran, Keputusan Baik Buruk) Individu menilai perilakunya dengan melihat standar moral yang berlaku. Dalam realitas masyarakat yang ada, telah terdapat standar moral yang merupakan pembanding atas tingkah laku mereka dari segi benar-salah atau baik-buruk. Oleh karena itulah keputusan atau pertimbangan moral dipandang sebagai pembimbing perilaku manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, Glasser menyatakan bahwa dia tidak mengusulkan kode-kode moral tertentu dalam kehidupan, akan tetapi ada prinsip-prinsip moral yang umumnya berlaku atau diterima kelompok masyarakat mana pun. 2. Pandangan tentang Pribadi Individu a. Pribadi Sukses Adanya kemampuan mengevaluasi hidup Bertindak dan berbuat secara efektif Adanya kemampuan mengontrol perilakunya. Adanya sikap 3R (right, responsibility, reality). Selain itu, untuk mencapai success identity seorang individu memiliki dua kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, yaitu: kebutuhan dicintai dan mencintai. Kebutuhan akan pebergunaan dan keberhargaan b. Pribadi Gagal

Penyimpangan perilaku seseorang berkaitan langsung dengan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Semakin menyimpang perilaku seseorang menunjukan semakin besarnya kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Perilaku malasuai dapat muncul dalam berbagai tingkat usia, tetapi biasanya penyebabnya ditemukan pada awal masa kanak-kanak: 2- 5 tahun dan 5 10 tahun, masa anak dalam asuhan orang tua dan awal masuk sekolah. Lingkungan seolah merupakan sumber lain bagi kegagalan anak. Sekolah menjadi salah satu yang mungkin mengarahkan anak dalam kegagalan. Sebab sekolah biasanya lebih banyak menunjukannya seperti ; menghukum anak bodoh, itu wujud kurang perhatian secara pribadi kepada mereka. Glasser mengamati bahwa banyak anak-anak yang membutuhkan cinta dan harga diri, yang semula memang kurang sejak dari rumah, dan juga tidak ditemukan di sekolah, sehingga semakin meningkatlah identitas kegagalannya. Individu yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya akan mengalami penderitaan psikologis ( psychological pain ) yang merupakan tanda ia bermasalah. Secara ingstingtif individu yang demikian akan berusaha mengatasi / mereduksi penderitaannya melalui keterlibatan dengan invidu yang lain. Jika berhasil maka penderitaannya dapat berkurang dan dapat dikatakan ia telah menemukan cara yang baik dalam belajar memenuhi kebutuhannya secara efektif. Begitu pula sebaliknya jika gagal mungkin dia akan mengalami penderitaan yang lebih parah. Gambaran perilaku malasuai dan penyebabnya
Kegagalan orang tua dan sekolah untuk terlibat secara emosional

c.
Kebutuhan d. tak e. terpenuhi Lingkaran kegagalan Self involvement

f.

Tidak mau belajar menerapkan 3R dan kurang memiliki

B. Konseling Realita ketrampilan verbal, sosial, dan intelektual 1. Konsep Utama Penekanan konseling realitas adalah pada asumsi akan tanggung jawab pribadi dan pada urusan terhadap kekinian. Konselor membantu konseli memperoleh kekuatan psikologis untuk menerima tanggung jawab pribadi atas hidup mereka dan membantu mereka belajar berbagai cara untuk memperoleh kembali kendali hidup mereka dan untuk hidup lebih efektif. Konseli ditantang untuk menguji apa yang mereka lakukan, pikirkan, dan rasakan untuk mendapatkan gambaran jika ada suatu cara lebih baik bagi keberfungsian mereka. Konseli melakukan evaluasi diri yang eksplisit atas tiap komponen perilaku untuk menentukan dan memutuskan jika mereka ingin berubah. 2. Kondisi Pengubahan a. Tujuan Konseling Konseling realita membantu individu mencapai otonomi. Otonomi merupakan keadaan kematangan yang menyebabkan orang mampu melepaskan dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan pribadi atau diri sendiri (internal). Tujuan konseling keseluruhan model ini adalah untuk membantu orang menemukan jalan lebih baik dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk: survival, cinta dan kepemilikan, kekuasaan/prestasi, kebebasan, dan kesenangan. Pengubahan perilaku perlu menghasilkan kepuasan atas kebutuhan dasar ini. Tujuan lain di samping perubahan tingkah laku meliputi pertumbuhan pribadi, peningkatan, perbaikan lifestyle, dan pengambilan keputusan yang lebih baik. b. Peran Konselor Motivator, yang mendorong klien untuk : menerima dan memperoleh keadaan nyata,baik dalam perbuatan maupun harapan yang ingin dicapainya;dan

merangsang klien untuk mampu mengambil keputusan sendiri,sehingga klien tidak menjadi individu yang hidup selalu ketergantungan yang dapat menyulitkan dirinya sendiri.

Penyalur tanggung jawab, sehingga : keputusan terakhir berada di tangan klien; klien sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai perilakunya sendiri. Moralis; Orang yang memegang peranan untuk menentukan kedudukan nilai dari tingkah laku yang dinyatakan kliennya. Terapis akan memberi pujian apabila klien bertanggung jawab atas perilakunya, sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab terhadap perilakunya. Guru; Orang yang berusaha mendidik klien agar memperoleh berbagai pengalaman dalam mencapai harapannya. Pengikat janji (kontraktor); Artinya peranan terapis punya batas-batas kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang, lingkup, kehidupan klen yang dapat dijajagi maupun akibat yang ditimbulkannya. c. Peran Konseli Praktek terapi realitas mulai dengan usaha konselor untuk menciptakan lingkungan yang mendukung di mana klien dapat memulai membuat perubahan dalam hidupnya. Konselor harus bisa terlibat dalam hidup kliennya dengan menciptakan iklim saling mempercayai, dengan cara melalui kombinasi proses mendengarkan dan mengajukan pertanyaan trampil serta mengeksplorasi gambaran yang ada dalam benak klien berupa keinginannya, kebutuhannya, dan persepsinya. Dengan demikian klien diharapkan dapat : Mengevaluasi hidup Bergerak ke arah yang lebih efektif

Bergerak maju melalui eksplorasi keinginan-keinginan kebutuhan, dan persepsinya. Mengeksplorasi perilaku total. Menentukan perilaku baru. Membuat rencana yang membawa ke arah perubahan. Komitmen terhadap rencana yang telah dibuatnya.

3. Situasi Hubungan Konseling realita didasarkan pada hubungan pribadi dan keterlibatan antara klien dan konselor. Konselor dengan kehangatan, pengertian, penerimaan, dan kepercayaan pada kapasitas orang untuk mengembangkan identitas berhasil, harus mengomunikasikan dirinya kepada klien bahwa dirinya membantu. Melalui keterlibatan prbadi dengan konselor, klien banyak belajar mengenai hidup ketimbang memusatkan pada mengungkap kegagalan dan tingkahlaku yang tidak bertanggungjawab. Konselor juga menunjukkan bantuannya melalui menolak untuk memberikan celaan atau mengampuni klien. Konselor cukup membantu melalui memandangnya atas dasar apa yang mereka dapat lakukan ketika menghadapi realita hidup. Bersamaan dengan hubungan yang hangat ini rintangan-rintangan akan terhindarkan.

4. Mekanisme Pengubahan a. Prosedur atau Tahap-Tahap Konseling Prosedur yang spesifik dari praktik konseling realitas ini oleh Wubbolding diringkas dalam model "WDEP". Secara garis besar langkah atau prosedur WDEP: Langkah 1 : Keterlibatan (involvement: focus on personal) Pengembangan Keterlibatan dalam tahap ini konselor mengembangkan kondisi fasilitatif konseling, sehingga konseli terlibat dan mengungkapkan apa yang dirasakannya dalam proses konseling Langkah 2 : Eksplorasi Keinginan, Kebutuhan dan Persepsi (wants and needs) Dalam tahap eksplorasi keinginan, kebutuhan dan persepsi konselor
9

berusaha mengungkapkan semua kebutuhan konseli dan beserta persepsi konseli terhadap kebutuhannya. Eksplorasi kebutuhan dan keinginan dilakukan terhadap kebutuhan dan keinginan dalam segala bidang. Berikut ini beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk panduan mengeksplorasi kebutuhan dan keinginan konseli. Kepribadian seperti apa yang kamu inginkan? Jika kebutuhanmu dan keluargamu sesuai, maka kamu ingin keluargamu seperti apa? Apa yang kamu lakukan seandainya kamu dapat hidup sebagaimana yang kamu inginkan? Apakah kamu benar-benar ingin mengubah hidupmu? Apa keinginan yang belum kamu penuhi dalam kehidupan ini?

Langkah 3 : Eksplorasi Arah dan Tindakan (direction and doing). Eksplorasi tahap ini dilakukan untuk mengetahui apa saja yang telah dilakukan konseli guna mencapai kebutuhannya. Tindakan yang dilakukan oleh konseli yang dieksplorasi berkaitan dengan masa sekarang. Tindakan atau perilaku masa lalu juga boleh dieksplorasi asalkan berkaitan dengan tindakan masa sekarang dan membantu individu membuat perencanaan yang lebih baik di masa mendatang. Dalam melakukan eksplorasi arah dan tindakan, konselor berperan sebagai cermin bagi konseli. Tahap ini difokuskan untuk mendapatkan esadaran akan total perilaku konseli. Membicarakan perasaan konseli bisa dilakukan asalkan dikaitkan dengan tindakan yang dilakukan oleh klien. Beberapa bentuk pertanyaan yang dapat digunakan dalam tahap ini: Apa yang kamu lakukan?, Apa yang membuatmu berhenti untuk melakukan yang kamu inginkan? Fase 4 : Evaluasi Diri (self evaluation) Tahap ini dilakukan oleh konselor untuk mengevaluasi tindakan yang dilakukan konseli dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginannya: keefektifan dalam memenuhi kebutuhan. Beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk memandu tahapan ini: a. Apakah yang kamu lakukan menyakiti atau membantumu memenuhi kebutuhan?
10

b. Apakah yang kamu lakukan sekarang seperti yang ingin kamu lakukan? c. Apa perilakumu sekarang bermanfaat bagi kamu? d. Apakah ada kesesuaian antara yang kamu lakukan dengan yang kamu inginkan? Setelah proses evaluasi diri ini diharapkan konseli dapat malakukan evaluasi diri bagi dirinya secara mandiri. Langkah 5 : Rencana dan Tindakan (planning) Ini adalah tahap terakhir dalam konseling realitas. Di tahap ini konselor bersama klien membuat rencana tindakan guna membantu konseli memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Perencanaan yang baik harus memenuhi prinsip SAMIC3, yaitu: a. Sederhana (simple) b. Dapat dicapai (attainable) c. Dapat diukur (measureable) d. Segera dilakukan (immediate) e. Keterlibatan konseli (involeved) f. Dikontrol oleh pembuat perencanaan atau konseli (controlled by planner) g. Komitmen (commited) h. Secara terus-menerus dilakukan (continuously done) Ciri-ciri rencana yang bisa dilaksanakan klien:

a. Rencana itu didasari motivasi dan kemampuan klien b. Rencana yang baik sederhana dan mudah dipahami c. Rencana berisi runtutan tindakan yang positif d. Konselor mendorong klien untuk melaksanakan rencana secara independen e. Rencana yang efektif dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari dan berulangulang f. Rencana merupakan tindakan yang berpusat pada proses, bukan hasil Sebelum rencana dilaksanakan, dievaluasi terlebih dahulu apakah realistis dan dapat dilaksanakan Agar klien berkomitmen terhadap rencana, rencana dibuat tertulis dan klien bertanda tangan di dalamnya. Langkah 6 : Evaluasi Pelaksanaan Rencana

11

Sebenarnya, pada langkah perencanaan, konseling dapat dikatakan berakhir. Namun demikian dalam kenyataannya beberapa konseli tidak akan melaksanakan rencananya . dalam hal ini konselor dapat menekankan kepada konseli bahwa seharusnya mereka harus dapat bertanggung jawab atas rencana yang telah dibuatnya sendiri. b. Teknik-teknik dan Prosedur-prosedur utama Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal. Prosedur-prosedurnya difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi klien yang dihubungkan dengan tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam hidup. Dalam membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut: Terlibat dalam permainan peran dengan klien Menggunakan humor Mengkonfrontasi klien dan menolak dalih apapun Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan Bertindak sebagai model dan guru Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi Menggunakan terapi kejutan verbal atau sarkasme yang layak untuk mengkonfrontasi klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif. C. Kelemahan dan Kelebihan 1. Kekurangan Tidak memberi penekanan cukup pada perasaan, ketaksadaran, nilai terapis bermimpi, penempatan pemindahan/transferensi dalam konseling, pengaruh trauma awal masa kanak-kanak, dan kekuatan masa lalu untuk mempengaruhi kepribadian seseorang. Ada suatu kecenderungan model ini untuk mengurangi peran yang rumit dari lingkungan sosial dan budaya seseorang dalam membentuk perilaku. Mungkin ini lebih merupakan tritmen yang berorientasi gejala dan mengabaikan suatu explorasi isu emosional yang lebih dalam.

12

2. Kelebihan Jantung konseling Realitas terdiri atas menerima tanggung jawab pribadi dan pemerolehan kendali yang lebih efektif. Setiap orang mempunyai tanggung jawab pada hidup mereka bukannya menjadi korban keadaan di luar kendali mereka. Model Konseling ini mengajar konseli untuk memusatkan pada apa yang mereka mampu dan ingin lakukan saat ini untuk mengubah perilaku mereka. Teori ini terdiri dari konsep sederhana dan jelas serta prinsip-prinsipnya dapat digunakan oleh orang tua, para guru, pelayan/pejasabantuan, pendidik, para manajer, konsultan, para penyelia, karyawan kemasyarakatan, dan konselor.

13

PENUTUP A. Kesimpulan Konseling merupakan proses belajar yang menekankan dialog rasional dengan konseli. Konselor secara verbal aktif mengajukan banyak prtanyaan tentang situasi kehidupan konseli sekarang. konselor menggunakan petanyaan pada seluruh proses konseling untuk membantu konseli menyadari tingkahlakunya, membuat pertimbangan nilai atas tingkahlakunya, dan membangun rencana pengubahan tingkahlaku. Disamping mengajukan pertanyaan-pertanyaan konselor secara verbal aktif dalam berbagai cara. Konselor mengikat konseli dengan percakapan yang menarik dan menyenagkan, yang kadang-kadang tidak berhubungan dengan masalah konseli saat itu; konselor menggunakan humor, diskusi, sebagai bagian penting dari konseli. Konfrontasi verbal kadang-kadang juga digunakan, khususnya bila konselor menerima tiada ampunan. Sebaliknya, diam yang berkepanjangan antara konselor dan konseli merupakan kejadian yang jarang terjadi dalam konseling ini. Glasser memandang cara ini (diam) sebagai teknik konseling yang kurang berpengaruh. Glasser mengharapkan konselor secara verbal aktif sebagai hal yang diperlukan untuk tetap terlibat dengan konseli. B. Saran Konselor dalam menggunakan konseling realita ini sebaiknya juga menggunakan konseling yang lainnya, agar konseling yang dijalankan dapat berjalan dengan baik dan tidak bergantung pada konseling realita saja.

14

SUMBER RUJUKAN Corey, Gerald. 1999. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama Fauzan, Lutfi dan Sudjiono. 1991. Modul Reality Therapy Sebagai Pendekatan Rasional dalam Konseling Kelompok. IKIP Malang Fauzan, Lutfi. 1994. Pedekatan-Pendekatan Konseling Individual. Malang: Elang Emas http://inunkchubb.blogspot.com/2010/05/realitykonselling.html?zx=a5a1a3f5e72d0df, diakses dan diunduh pada Senin, 28 Maret 2011, pukul 13.58 http://smphasyimasyari.blogspot.com/2009/05/model-model-konseling.html, diakses dan diunduh pada, Senin 28 Maret 2011, pukul 13.57 http://www.lailil.co.cc/2010/12/terapi-realita.html, diakses dan di unduh pada Senin, 28 Maret 2011, pukul 13.59 WIB

15

Anda mungkin juga menyukai