PSIKOLOGI ABNORMAL
Dosen Pembina:
KELOMPOK 8
28 Agustus 2021
KATA PENGANTAR
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada bapak Rezki
Hariko, M.Pd., Kons Selaku dosen pengampu yang membimbing kami
dalam pengerjaan tugas ini. Dan tak lupa juga kami ucapkan terima kasih
sebesar–besarnya kepada teman–teman kami yang telah memberi
semangat dan doanya untuk kami.
Padang,25Agustus2021
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………..9
B. Saran……………………………………………………………….…9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….….…10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinamakan gangguan psikosomatik pertama kali oleh Johann Christian
Heinroth pada tahun 1818 yang kemudian dipopulerkan oleh Maximilian
Jacobi, seorang dokter psikiatrik Jerman. “Psikosomatik” adalah gabungan
dan kata “psyce” (interaksi jiwa) dan soma” (tubuh) yang menekankan
kesahuin kau5atif atau pendekatan holistik terhadap kedokteran, karen ser’ia
penyakit dipengaruhi olph aktor psikoIogis, suatu hubungan yang telah digali
oleh berbagai bidalig kedokteran alfernatif.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Gangguan Psikosomatik?
2. Bagaimana Bentuk/Gejala Gangguan?
3. Bagaimana Cara Penanganan Gangguan Psikoneurosis?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apakah Pengertian Gangguan Psikosomatik
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Bentuk/Gejala Gangguan
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara-Cara Penanganan Gangguan
Psikoneurosis
2
BAB II
PEMABAHASAN
3
bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan soma atau badan
(Atkinson,1999).
Menurut Supratiknya (2000) bahwa, psikosomatis adalah gangguan
fisik yang disebabkan oleh tekanan-tekanan emosional dan psikologis atau
gangguan fisik yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan psikologis yang
berlebihan dalam mereaksi gejala emosi. Secara singkat, Kellner (1994)
mengungkapkan bahwa istilah psikosomatik menunjukkan hubungan
antara jiwa dan badan. Gangguan psikosomatik didefinisikan sebagai
suatu gangguan atau penyakit fisik dimana proses psikologis memainkan
peranan penting, sedikitnya pada beberapa pasien dengan sindroma ini.
B. Bentuk/Gejala Gangguan
Gejala yang timbul dari gangguan psikosomatis dapat bervariasi dari satu
orang ke orang yang lain. Gejala yang timbul juga dapat berubah-ubah
tergantung dari kondisi psikologis seseorang. Akan tetapi dari pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh dokter, akan
menunjukan hasil yang normal, tidak ada kelainan sama sekali. Hakim
(2004) menjelaskan bahwa, keluhan-keluhan psikosomatis dapat berupa,
jantung berdebar-debar, sakit maag, sakit kepala (pusing, migren), sesak
nafas dan lesu.
Menurut Ardani (2008) gejala gannguan psikomatik yaitu pegal –
pegal, nyeri di bagian tubuh tertentu, mual, muntah, kembung dan perut
tidak enak, sendawa, kulit gatal, kesemutan mati rasa, sakit kepala, nyeri
bagian dada, punggung dan tulang belakang. Keluhan itu biasanya sering
terjadi dan terus berulang serta berganti-ganti atau berpindah-pindah
tempat, dirasa sangat menganggu dan tidak wajar sehingga harus sering
periksa ke dokter .
seseorang dengan psikosomatik bisa mengalami gejala yang bervasiasi,
umumnya adalah:
4
c. Telapak tangan berkeringat.
d. Otot-otot tubuh menegang yang menyebabkan nyeri otot.
5
minggu. Pendekatan pembelajaran lainnya termasuk memodelkan perilaku
yang lebih efektif, di mana pasien belajar dengan memberi contoh.
... Pendekatan kognitif dan interpersonal termasuk mendiskusikan
pemikiran dan persepsi yang berkontribusi pada gejala neurotik pasien.
Akhirnya menggantinya dengan interpretasi yang lebih realistis dari
kejadian eksternal dan respon internal pasien terhadapnya.
1. Farmakoterapi
..... Susunan saraf vegetatif yang sangat kacau dapat diatur dan
ditenangkan dengan obat-obat sehingga dengan demikian penderita
menjadi Iebih tenang dan dapat menerima psikoterapi dengan lebih
baik. Obat-obat yang dapat dipergunakan adalah, obat yang dapat
menstabilkan fungsi susunan saraf vegetatif secara umum ataupun pada
organ tertentu, neroleptika ataupun tranquilaizer.
Adapun tujuan dan pengobatan ialah untuk menghilangkan gejala-
gejala, agar gejala-gejala tetap menghilang maka tujuan yang lebih
dalam tentu ialah mengembalikan kestabilan emosi dan menuju pada
kematangan kepribadian. Akhirnya bila ternyata bahwa kita tidak dapat
menyembuhkan semua pasien maka janganlah lekas kecewa atau putus
asa sekurang-kurangnya kita dapat meringankan penderitaan dan selalu
dapat menyenangkan penderita.
6
2. Psikoterapi
Psikoterapi dapat dilakukan untuk membantu seseorang dalam
mengekspresikan emosi yang menthi.sari dan untuk mengembangkan
strategi alternatif untuk mengekspresikan perasaan mereka, tiap
dilakukan secara individu atau kelompok. Secara tradisional,
psikoanalisis dan psikoterapi telah digunakan untuk mengobati
gangguan psikosomatik. Dalarn dua dekade terakhir, telah
dikembangkan teknik modifikasi prilaku (teori belajar) untuk terapetik
yang menekankan modifikasi perilaku adalah terapi relaksasi otot,
biofeedback, hipnosis, pernafasan terkendali, yoga, dan pijat. Adapun
tujuan pri1ku tersebut dan modalitas psikoterapetik yang biasa adalah
untuk memperbaiki keseimbangan psikosomatik.
1. Psikoterapi
Jenis pengobatan psikoterapi yang umumnya dilakukan berupa
terapi perilaku kognitif. Pengobatan ini bertujuan untuk melatih respons
mental seseorang terhadap situasi yang berat. Hal ini akan sangat
bermanfaat untuk mengurangi keluhan fisik yang dialami orang dengan
gangguan psikosomatik.
2. Hipnoterapi
Hipnoterapi bisa berdampingan dengan psikoterapi, dan efektif
untuk mengatasi stres serta kecemasan. Hipnosis pada terapi ini dapat
membuat seseorang mampu mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan
ingatan menyakitkan yang tersembunyi di pikiran bawah sadarnya.
Dengan ditemukannya luka terpendam ini, dokter jadi bisa membantu
pasien mengolah dan menanggapi luka tersebut sehingga tidak
berkembang menjadi stres yang bisa memicu gangguan psikosomatik.
7
3. Obat-obatan
Obat-obatan biasanya digunakan untuk gangguan mental yang
menyebabkan gejala psikosomatik. Psikiater umumnya meresepkan
obat antidepresan yang dapat mengurangi gejala fisik atau nyeri yang
berhubungan dengan depresi dan gangguan psikosomatik. Pengobatan
gangguan psikosomatik pada dasarnya harus dilakukan dengan
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Psikosomatik adalah penyakit fisik yang timbul karena adanya
gangguan-gangguan psikologis, atau penyakit yang timbul karana
ketengangan atau stres akibat penyakit yang sudah ada sebelumnya.
Hubungan antara emosi (kejiwaan) manusia dengan badan (faal)
manusia terbukti ketika seseorang menangis karena sedih, detak jantung
yang semakin cepat ketika marah, muka yang memerah ketika merasa
malu.
Gangguan psikosomatik dapat timbul karena faktor biologis,
psikologis dan sosial. Jenis gangguan psikosomatis secara garis besar
antara lain: hypertension, effort syndrome dan peptic ulcer. Selain itu
dapat timbul penyakit pada kulit, otot dan tulang, pernapasan, jantung,
pencernaan dll. Gangguan psikosomatik dapat diobati dengan
farmakologi dan psikoterapi.
B. SARAN
Pada akhir makalah ini, penulis meminta maaf atas segala
kekurangan dalam penulisan makalah ini.Penulis menyadari banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini disebabkan karena
kemampuan penulis yang masih terbatas.Penulis mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca. Dengan kritik dan saran itu mudah-
mudahan menjadi motivasi bagi penulis sehingga dihari yang akan
datang bisa menjadi lebih baik lagi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, Tristiadi Ardi. 2008. Psikiatri Islam. Yogyakarta: UIN Malang Press.
(PU. Qory).
10
Halaman Kontribusi
11