Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 1

Hubungan Etika dan Moral Terhadap Relasi Perawat dan Pasien


Nisrina Ulfah (1906428455) FIK UI Ekstensi 2019

Email: nisrina_sanis21@yahoo.com

Profesi perawat adalah profesi yang sangat mulia. Profesi ini memandang
manusia secara utuh dan tidak memisahkan setiap komponennya. Dalam merawat
klien pun perawat sangat menjungjung tinggi etika dan moral. Hal tersebut
merupakan bagian terpenting sebagi perawat.

Etika merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pertimbangan


keputusan yang berkaitan dengan benar dan salah. Etika adalah ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
(KKBI, 2001). Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai penolong klien,
memecahkan dilemma etis dengan cara menghadirkan hubungan dan memberikan
proritas kepada klien dengan kepribadian khusus. (Patricia, A., Potter., Perry, A.,
2009).

Moral adalah pengetahuan yang menyangkut baik buruk yang diterima


secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya . Moral adalah
kode atau system yang benar terhadap perilaku nyata yang dinilai. (Matsumoto,
2009). Moral menunjukkan perubahan cara berpikir individu, emosi dan tingkah
laku yang mempengaruhi kepercayaan tentang mana yang benar atau salah.
(Patricia, A., Potter., Perry, A., 2009)

Etika dan moral merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya
saling melengkapi satu dengan lainnya. Hal ini merupakan petunjuk bagaimana cara
berhubungan dengan individu. Perilaku, tidakan dan juga pengambilan keputusan
haruslah berlandaskan nilai etika dan moral. Tanpa didsari hal ini apa yang kita
lakukan tidaklah bernilai baik dan benar.
Prinsip moral dalam menyelesaiakan dilema etik keperawatan:

Prinsip yang pertama adalah autonomi, dimana autonomi ini merujuk pada hak
seseorang atau pasien untuk menentukan pilihannya sendiri. Contoh implementasi
dari prinsip autonomi adalah perawat tidak ikut campur dalam keputusan yang akan
pasien ambil dan perawat melakukan informed concent sebelum melakukan
prosedur tertentu.
Prinsip selanjutnya adalah nonmaleficence, kewajiban untuk tidak menyakiti
atau membahayakan, termasuk didalamnya membuat pasien berada dalam kondisi
membahayakan, menambah risiko yang membahayakan, dan melakukan sesuatu
yang menyakiti atau merugikan pasien.
Prinsip yang ketiga adalah beneficence, yang memiliki arti melakukan kebaikan
atau sesuatu yang beranfaat. Perawat harus melakukan semua tindakan atau
intervensi dengan manfaat yang lebih besar daripada kerugiannya.
Selanjutnya adalah justice atau dapat juga disebut fairness. Perawat terkadang
berada pada situasi dan kondisi dimana prinsip keadilannya harus berjalan. Perawat
harus dapat adil kepada setiap pasiennya dalam segala hal.

Fidelity, berarti perjanjian dan persetujuan yang dapat dipercaya. Perawat harus
berpegang teguh pada janji yang ia buat, dan jangan pernah menjanjikan sesuatu
hal yang belum tentu dapat terjadi. Dengan adanya kepercayaan, hubungan antara
perawat dengan pasien atau kliennya dapat terjalin dengan baik dan membantu
mempermudah proses penyembuhan pasien atau klien tersebut.

Keenam ada veracity, merujuk pada mengatakan yang sejujurnya. Perawat


harus mengatakan informasi yang jujur kepada klien mengenai penyakitnya. Salah
satu penyebab hilangnya kepercayaan antara perawat dengan pasiennya adalah
ketidakjujuran.

Prinsip yang ketujuh adalah akuntabilitas, perawat harus memiliki


akuntabilitas. Menurut kode etik keperawatan dalam Fowler (2010), akuntabilitas
berarti tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan kepada diri sendiri dan orang
lain. Dan yang terakhir tanggung jawab, mengarah pada kewajiban yang terkait
dengan kinerja tugas dalam suatu peran tertentu. Dengan adanya prinsip-prinsip
moral tersebut, diharapkan dapat menjelaskan rasional dari setiap keputusan dan
perlakuan yang dilakukan oleh seorang perawat.

Pengertian Relasi menurut KBBI adalah hubungan, perhubungan dan


pertalian. Relasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk
menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu.

Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Relasi


1. Kehangatan dan ketulusan.
Bersikap hangat dan tulus bukanlah suatu keterampilan praktis tetapi suatu
kerangka pikiran yang di dalamnya terdapat penerimaan dan penghargaan pada
keunikan setiap pribadi.Untuk mencapainya, diperlukan penciptaan suatu
kondisi dimana pasien merasa aman, terjadi saling pemahaman dalam pendapat
serta pikiran.Penerimaan pada pasien dapat dilakukan dengan mendengarkan
keluh kesahnya secara penuh.Ini adalah karakteristik dari situasi pasien yang
dating untuk meminta tolong, menjadi sadar bahwa perawat memahami
perasaannya dan siap untuk membantunya.

2. Pemahaman yang empatik.


Empati adalah merasakan perasaan orang lain, tetapi tidak sama dengan
mengalami pengalaman itu sendiri. Dalam keperawatan, empati dapat berarti
mempersepsikan dunia sebagaimana pasien mempersepsikannya.Empati
bukanlah simpati untuk situasi atau dilemma seseorang tetapi sebuah
kemampuan untuk merefleksikan sebuah objektif perasaan dari pasien, yang
tidak diungkapkan secara lisan.

3. Perhatian positif yang tak bersyarat.


Perawat harus berfokus pada pemahaman mereka tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi perawatan pasien, bukan hanya pada persepsi dari dirinya
sendiri atau dari orang lain. Memiliki perhatian positif yang tidak bersyarat
terhadap pasien, termasuk di dalamnya mengakui suatu kebaikan pada diri
pasien tersebut

4. Sifat konkrit.
Konsep tentang sifat konkrit berhubungan dengan pengertian yang saling
menguntungkan dan akurat tentang perbendaharaan kata yang digunakan oleh
pasien, terutama dalam menggambarkan emosinya.Misal : Kata ‘sedih’ dan
‘senang’ bersifat subjektif. Perawat perlu memperjelas arti kata itu secara
perseorangan dengan si pasien untuk dapat menangkap isi pembicaraan.

5. Kesegeraan.
Sifat segera mengacu pada situasi yang sedang terjadi, bukan pada masa
lalu atau masa datang.Misal : ketika pasien mengungkapkan perasaan tentang
pemeriksaan terakhir, kita perlu menanggapinya tentang hasil pemeriksaan saat
itu, bukan pada perasaannya sebelum pemeriksaan dilakukan.

6. Konfrontasi.
Konfrontasi berarti perlawanan/pertentangan terhadap suatu
hal.Terkadang orang membuat generalisasi tentang kejadian, orang, dan
perasaan.Untuk membantu pasien, mungkin kita perlu meng-konfrontasi
mereka, mengajak mereka untuk menemukan kebenaran.Misal : Kasus dimana
lansia yang sakit dibawa ke RS, beliau berpendapat bahwa RS adalah tempat
dimana orang meninggal dan bukan untuk membaik. Untuk meningkatkan
motivasi pasien, perawat memberikan ke-optimisan pada pasien bahwa mereka
akan sembuh.

Tipe-Tipe Relasi dalam Pelayanan Kesehatan


1. Relasi Dokter dan Perawat
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang
telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien.Perspektif
yang berbeda dalam memendang pasien,dalam prakteknya menyebabkan
munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi.
Kendalap sikologi keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya
menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborsi
yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan
pasien.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat
timbul jika hubungan kolaborasi dokter-perawat berlangsung baik. American
Nurses Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit
melaporkan bahwa hubungan dokter-perawat bukan hanya mungkin dilakukan,
tetapi juga berlangsung pada hasil yang dialami pasien ( Kramer dan
Schamalenberg, 2003). Terdapat hubungan kolerasi positif antara kualitas
huungan dokter perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.

2. Relasi Dokter dan Pasien


 Pandangan pasien tentang sakit berbeda dengan pandangan dokter
 Pandangan yang sama adalah semua berupaya untuk kesembuhan
 Tindakan dokter diatur oleh UU, etika profesi, dll menurut standar medis

Menurut Mechanic, dokter punya 2 peranan:

 Sebagai orang berpengetahuan (ahli)


 Sebagai orang berfigur baik dan akrab Pasien hanya mampu mengevaluasi
dokter dari peranan yang kedua.

Menurut Szazs & Molander hubungan Dokter-Pasien ada 3 tipe:


 Hubungan Aktif-Pasif
 Hubungan Pemberi petunjuk-kooperatif
 Hubungan Partisipatif

3. Relasi Perawat dan Pasien
Menurut Husted dan Husted, 1990 :
 Seorang pasien dalam situasi menjadi pasien mempunyai tujuan tertentu.
 Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan juga mempunyai
tujuan tertentu.
 Kondisi yang dihadapi pasien merupakan penentu peran perawat terhadap
pasien.
 Konteks hubungan perawat dan pasien.
 Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, perawat dapat berperan
Sebagai konselor pada saat pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan
tentang penyakitnya.
 Perawat juga dapat berperan sebagai pengganti orang tua (terutama pada
pasien anak), saudara kandung, atau teman bagi pasien dalam ungkapan
perasaan-perasaannya.
 Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, maka setiap hubungan harus
didahului dengan kontrak dan kesepakatan bersama, pasien mempunyai
peran sebagai pasien dan perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
 Kesepakatan ini menjadi parameter bagi perawat dalam menentukan setiap
tindakan etis.

4. Relasi Petugas Kesehatan dan Masyarakat


Proses penyembuhan penyakit tidak hanya ditangani oleh dokter. Dengan meningkatnya
variasi penyakit dan kerumitan teknologi kedokteran, diperlukan bantuan
tenaga lain, seperti perawat, bidan, penata roentgen, ahli gizi,dsb. Yang
kesemuanya bergabung menjadi tim petugas kesehatan. Seperti halnya dokter,
petugas kesehatan juga mempunyai karakteristik yang bisa menghambatkomunikasinya
dengan masyarakat antara lain: perbedaan status sosial, budaya dan bahasa,
harapanmasyarakat terhadap kemampuan petugas, serta kecenderungan sikap otoriter
terutama dalam penyebaran penyakit akut. Untuk itu diperlukan kemauan untuk
mempelajari bahasa dan budayasetempat agar petugas tidak dianggap orang asing
oleh penduduk asli dan supaya komunikasi denganmasyarakat dapat lebih lancar.

Penerapan etika dan moral dalam relasi perawat dan pasien sangatlah
penting. Kedua prinsip ini sangat fundamental sekali bagi sebuah profesi. Dengan
penerapan etika dan moral yang tepat dalam relasi perawat pasien, hal tersebut akan
berdampak sangat baik bagi komunikasi perawat dengan pasien. Caring
merupakan suatu sikap moral. Melalui caring terhadap sesame manusia, harga diri
manusia dilindungi, didukung dan dijaga. (Patricia, A., Potter., Perry, A., 2009).
Etika keperawatan bersifat unik sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan
hanya berdasarkan prinsip intelektual atau analisis. Etika keperawatan
menenmpatkan caring sebagi fokus dalam membuat keputusan.

TUGAS 2
1. Apa pemikiran saudara terhadap kasus ini. Gunakan rujukan sebagai salah
suatu profesi terkait teknologi informasi. Cari informasi penggunaan
handphone di berbagai Negara dan sertakan sumbernyadari rumah sakit apa
dan dari Negara mana?

Dilansir dari https://online.alvernia.edu artikel dari Alvernia


University ini menyebutkan bahwa sebuah survey yang dilakukan pada
rumah sakit besar yang tersebar di London menemukan bahwa 53,2%
perawat menggunakan handphone mereka untuk membantu dalam
kebutuhan klinik dan mereka merasa hal tersebut "sangat berguna" dan
"berguna", dan sebagian dari mereka menggunakan medical apps.

Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan


smartphone oleh perawat memiliki dampak buruk dan juga baiknya. Jika
perawat ingin menggunakan smartphone-nya sebaiknya ia
menggunakannya tidak dihadapan pasiennya. Dan jika perawat harus sekali
atau dalam keadaan darurat dan perlu untuk menggunakan smartphone-nya
dihadapan pasien, perawat harus memberi tahu terlebih dahulu kepada
pasiennya tujuan ia menggunakan handphone tersebut agat tidak
menimbulkan kesalah pahaman. Penggunaan smartphone dalam pemberian
perawatan memang memiliki sisi positif dan negatifnya. Perawat harus bisa
memanfaatkan smartphone sebaik mungkin, dan pada waktu yang tepat
Hindari menggunakan handphone saat dihadapan pasien kecuali sangat
mendesak. Lebih baik hanya gunakan smartphone saat jam istirahat saja.
Perawat harus bijak dan bertanggung jawab dalam memberikan asuhan
keperawatan yang optimal. Dengan perawat terus menunjukkan sisi yang
baik dan professional, citra perawat didunia kesehatan akan semakin baik
nantinya. Dari kasus tersebut semoga pembaca mampu memahami apa yang
harus dan tidak dilakukan demi tercapainya asuhan keperawatan yang
optimal.

2. Apa usulan saudara menanggapi kasus ini dan deskripsikan dalam bentuk
narasi sekitar 1000 kata.

Dengan berkembangnya teknologi yang semakin pesat, handphone


menjadi sebuah kebutuhan tersendiri bagi setiap orang. Banyak kebutuhan
yang bisa terpenuhi hanya dengan mengaksesnya melalui sebuah
handphone. Dalam dunia kesehatan terutama keperawatan, handphone juga
menjadi suatu hal yang dapat membantu berjalannya komunikasi antar
perawat, atau perawat dengan tenaga kesehatan lain. Tentunya hal ini bisa
mengefisiensi pekerjaan-pekerjaan perawat dalam hal komunikasi,
dokumentasi, atau mencari sumber valid untuk ilmu pengetahuan. Tetapi
dibalik banyaknya hal positif yang didapat dari sebuah penggunaan
handphone oleh perawat saat bertugas, hal ini juga menimbulkan sebuah
problematika, dimana perawat menggunakan handphone untuk hal-hal
diluar kepentingan tugasnya sebagai perawat. Penggunaan handphone oleh
perawat untuk chatting dengan teman atau keluarga, untuk berbelanja
online, atau bahkan untuk selfie telah menjadi kasus yang diperbincangkan
oleh masyarakat dan para ahli di bidang keperawatan. Hal ini menjadikan
adanya dilema etik dan moral dalam penggunaan handphone tersebut,
karena di satu sisi memberikan banyak keuntungan, sedangkan di sisi lain,
banyak hal-hal negatif yang akan timbul bagi perawat maupun keadaan
pasien.

Pengertian etik dan moral merupakan suatu hal yg berbeda. Etik


dapat diartikan sebagai standar perilaku moral yang diharapkan dari sebuah
kelompok tertentu, dimana standar tersebut dideskripsikan pada kode etik
profesional suatu kelompok (Berman, 2016). Etik yang menyangkut pada
kehidupan atau kesehatan manusia seperti mengenai keputusan melakukan
tindakan aborsi dan euthanasia disebut bioetika (Berman, 2016). Etika
keperawatan dikaitkan dengan hubungan antar masyarakat dengan karakter
serta sikap perawat terhadap orang lain (Potter dan Perry, 1997). Etika
keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun
perawat dalam praktek sehari-hari (Fry, 1994). Sedangkan moral, dapat
dikategorikan sebagai sebuah aturan, dimana tindakan yang dilakukan dapat
dinilai sebagai hal yang benar atau salah.
Dilansir dari https://online.alvernia.edu artikel dari Alvernia
University ini menyebutkan bahwa sebuah survey yang dilakukan pada
rumah sakit besar yang tersebar di London menemukan bahwa 53,2%
perawat menggunakan handphone mereka untuk membantu dalam
kebutuhan klinik dan mereka merasa hal tersebut "sangat berguna" dan
"berguna", dan sebagian dari mereka menggunakan medical apps. Menurut
saya, tentu hal ini sangat berguna dan membantu pekerjaan seorang perawat,
tetapi ada hal negatif yang dapat timbul dari penggunaan medical apps
tersebut dalam menyimpan data-data pasien.
Ternyata menurut artikel pada American Nurse Today, dibahas
bahwa hal tersebut bisa membuat perawat melanggar kode etik keperawatan
Amerika, hukum (HIPAA), dan peraturan keamanan rumah sakit. Hal ini
semakin mendukung bahwa penggunaan handphone oleh perawat saat
bekerja dan untuk menyimpan data keadaan pasien secara spesifik di
medical apps tidak dianjurkan, karena hal tersebut memicu bocornya data
dan cybercriminal.
Menurut jurnal yang ditulis oleh McBride, LeVasseur, dan Li pada
tahun 2015 menyebutkan bahwa banyak perawat di rumah sakit
menggunakan handphone untuk keperluan non-klinik seperti untuk
mengirim pesan kepada keluarga dan teman, pada saat sedang menjalankan
tugas sebagai tenaga medis. Hal-hal diluar kepentingan yang dilakukan
perawat dengan handphone mereka adalah mengirim pesan, membaca
berita, shopping, dan bermain games. Mengirim pesan menjadi alasan
terbesar mengapa mereka menggunakan handphone saat bekerja klinik.
"The use of personal mobile phones and other communication
devices is widespread in hospitals, with 78.1% (645/825) of registered
nurses reporting using their personal mobile phone or other communication
device while working. Only 6.4% (53/825) of respondents reported never
using their personal mobile phone at work." Hal ini menunjukan bahwa
penggunaan handphone pribadi oleh perawat di rumah sakit sudah menjadi
kebiasaan dan sudah awam dilakukan, hanya sebagian kecil saja yang benar-
tenar tidak melakukan itu. Menurut saya hal ini harus segera diatasi, karena
penggunaan handphone dan internet seperti media sosial dapat membuat
perawat kehilangan fokusnya terhadap pasien dan pekerjaannya, lebih
buruknya mereka dapat kecanduan dan sulit untuk mengendalikan hal
tersebut.
Penggunaan handphone juga dapat menyebabkan stress pada
perawat, sulit menyeimbangkan kehidupan pribadi dengan pekerjaan, dan
menurunkan peforma perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Sosialisasi terkait regulasi rumah sakit dan kode etik keperawatan tentang
penggunaan handphone kepada perawat perlu dilakukan untuk mencegah
atau menumbuhkan kesadaran perawat dalam hal penggunaan handphone
untuk keperluan pribadi saat bertugas. Pemberian fasilitas berbasis
teknologi terbaru juga perlu diberikan kepada perawat saat bertugas guna
mempermudah pekerjaan perawat, seperti pemberian fasilitas tablet yang
disertai dengan program khusus untuk keperluan pelayanan kesehatan
pasien. Action plan terhadap mahasiswa keperawatan yaitu mahasiswa
diharapkan sudah menumbuhkan kesadaran terkait sikap profesional
perawat saat bertugas, berhadapan dengan pasien, dan melakukan tindakan
keperawatan sejak dalam masa menempuh pendidikan. Kesadaran tersebut
dapat diimplementasikan dengan tidak sibuk memainkan personal
handphone pada saat di kelas, sedang melakukan praktikum, dan terlebih
pada saat praktik lapangan.
Meskipun telah ditetapkan kode etik keperawatan dan juga prinsip
moral dalam keperawatan, masih ada beberapa oknum perawat yang
melakukan kesalahan atau kelalaian. Saya mengambil contoh dua berita dari
dua sumber yang berbeda. Pertama dalam berita yang diunggah Liputan6
pada 5 Juni 2018, terdapat kejadian perawat bermain hp pada saat memberi
nafas bantuan. Dalam berita tersebut disajikan video, dimana terlihat
seorang perawat sedang duduk disamping ranjang pasiennya yang
menggunakan bantuan pernapasan berupa selang. Hal yang janggal dari
video tersebut adalah, meskipun tangan kanan perawat terlihat memegang
selang pasien agat tetap pada posisinya, tangan kiri perawat memegang
handphone dan mata perawat tersebut fokus tertuju pada layar handphone
yang ia pegang.
Berita yang lain, saya kutip dari website Republika yang diunggah
pada 5 April 2019, seorang perawat lalai karena main handphone, sehingga
menyebabkan pasien meninggal. Dikatakan pada berita tersebut bahwa
pasien datang dalam keadaan luka-luka karena kecelakaan motor. Saat
pasien datang perawat hanya memberikan infus dan menunggu dokter yang
jaga untuk mengobatinya sembari bermain handphone. Hingga keadaan
pasien memburuk sampai akhirnya meninggal dunia. Dari kedua berita
tersebut jelas bahwa perawat melakukan kelalaian dan melanggar etik serta
prinsip moral perawat.
Perawat melanggar kode etik hubungan perawat dengan klien dan
perawat dengan profesi. Seharusnya perawat memberikan pelayanan
terbaiknya demi menyelamatkan nyawa pasien. Perawat seharusnya
bertanggung jawab kepada pasiennya yang memiliki kebutuhan asuhan
keperawatan, namun perawat malah lalai bermain hp sehingga
menyebabkan kematian pasien seperti pada kasus kedua. Perilaku kedua
perawat pada berita tersebut melanggar kode etik hubungan perawat dengan
profesi, karena dengan kelalaian yang perawat lakukan tersebut dapat
berakibat buruk kepada citra perawat itu sendiri. Perawat yang diharapkan
masyarakat adalah perawat yang ramah, peduli, terbuka dan perhatian
kepada pasiennya, namun dengan adanya kelalaian yang dilakukan dapat
mencoreng pandangan baik yang selama ini telah klien miliki terhadap
perawat.
Sumber Pustaka

Berman, A., Snyder S., Frandsen, G. (2016). Kozier & Erbs Fundamental of
Nursing Concept, Process and Practice (10th ed). New Jersey: Pearson.

Patricia, A., Potter., Perry, A., G. (Ed.). (2009). Potter & Perry Fundamentals of
Nursing Vol. 1.pdf (7th ed.). Singapore: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai