Bentuk Komunikasi
Setiap individu menyampaikan pesan sebagai bentuk komunikasi dengan caranya masing-
masing. Bentuk komunikasi yang digunakan terbagi dalam 2 bentuk, yaitu komunikasi verbal
dan komunikasi non-verbal. Perawat memilki kemampuan dalam komunikasi menguasai teknik
dari setiap bentuk komunikasi.
A. Komuikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah kata-kata yang diucapakan maupun ditulis. Kata – kata
tersebut merupakan media atau simbol untuk mengekspresikan pemikiran atau perasaan,
menimbulkan respon timbal balik, menggambarkan keadaan, observasi, kesimpulan bahkan
makna tersembunyi.
Seorang perawat akan menghadapi klien dari berbagai latar belakang budaya dan
karakteristik yang berbeda-beda. Untuk membuat pesan tersebut tersampaikan dengan jelas,
perawat harus mampu menggunakan teknik komunikasi verbal secara efektif, serta mampu
menyamakan tingkat pemahaman klien. Ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh
perawat dalam menerapkan komunikasi verbal, yaitu :
1. Kejelasan dan Keringkasan
Komunikasi efektif merupakan komunikasi yang sederhana, singkat dan langsung.
Penggunaan kata-kata yang lebih sedikit, dapat meningkatkan pemahaman klien.
Kejelasan dapat dicapi dengan bicara secara perlahan dan dengan pengucapan yang
jelas. Selain itu, pengulangan bagian pesan yang penting juga akan membuat
komunikasi menjadi lebih jelas. Keringkasan dapat dicapai sempurna dengan
menggunakan kata-kata yang mengekspresikan kesederhanaan ide. Misalnya
“Beritahu Saya di mana yang sakit” adalah lebih baik daripada “Saya ingin Anda
mendeskripsikan kepada pada Saya, pada bagian mana Anda merasa tidak nyaman”.
Ungkupan yang jelas dan ringkas, akan membuat komunikasi menjadi lebih efektif.
2. Kosakata
Keberhasilan komunikasi akan tercapai jika dapat memahami ungkapan dan kata-
kata pengirim. Perawat harus memahami dan memiliki kosa kata yang tepat untuk
mengkmunikasikan kepada klien. Misalnya, “Duduklah pada saat Saya
mengauskultasi paru-parumu”, lebih baik mengatakan “Duduklah pada saat saya
memeriksa paru-parumu”. Pesan tersebut akan membuat komunikasi lebih efektif.
3. Makna denotatif dan konotatif
Sebuah kata dapat memiliki beberapa makna, perawat harus mempu menguasai
makna denotatif untuk dapat di sampaikan secara umum kepada klien. Selain itu,
perawat juga harus hati-hati terhadap penggunaan makna konotatif agar tidak
menimbulkan kesalah pahaman kepada klien. Misalnya, penggunaan kata serius
untuk mendeskripsikan kondisi klien, keluarga klien menginterpretasikannya sebagai
kedaan yang hampir mati, tetapi perawat tidak akan menganggap klien hampir mati
kecuali jika menggunakan kata kritis atau guarded.
4. Kecepatan berbicara
Komunikasi verbal akan dapat dinilai berhasil jika penggunaan kecepatan
komunikasi tepat. Kecepatan dimana pesan diverbalisasikan dan penggunaan jeda
pada pesan yang di sampaikan dapat meningkatkan keberhasilan komunikasi yaitu
kepuasaan pendengar. Jeda harus digunakann untuk menekankan atau menonjolkan
hal tertentu, memberikan waktu kepada pendengar untuk mendengar dan memahami
makna kata-kata tersebut. Perawat terlebih dahulu memikirkan apa yang akan
disampaikannya, dan jangan lupa untuk bertanya apakah ada pesan yang perlu
diulangi.
5. Waktu dan relevansi
Waktu sangat penting untuk penerimaan pesan. Perawat harus sensitif terhadap
waktu yang tepat untuk diskusi, agar komunikasi terjalin dengan baik dan akurat.
Selain itu pesan yang penting akan lebih di dengar dan berpengaruh sesuai minat dan
kebutuhan individu.
6. Humor
Humor dapat menjadi sarana yang kuat untuk meningkatkan kesehatan. Tawa
adalah obat yang paling baik, terpakai untuk meredakan stress klien terhadap
penyakitnya. Humor dapat membuka proses interaksi, terjalin trust kepada klien,
penerimaan pesan menjadi lebih menyenangkan, dan membantu meningkatkan
kenyamanan bagi klien. Namun humor perlu disesuaikan dengan keadaan, misalnya
setelah kematian orang yang dicintai. Oleh karena itu, sebagai perawat kita harus
lebih pandai dalam menilai situasi dan kondisi lingkungan sekitar.