Anda di halaman 1dari 4

Lembar Tugas Mandiri (LTM)

Praktikum Komunikasi Keperawatan

Nama : Nurul Mawaddah


NPM : 2106763184
Kelas : B (Kelompok IV)
Prodi : S1-Ekstensi FIK UI
Topik : Konsep Umum Komunikasi ( Bentuk Komunikasi )

Bentuk Komunikasi
Setiap individu menyampaikan pesan sebagai bentuk komunikasi dengan caranya masing-
masing. Bentuk komunikasi yang digunakan terbagi dalam 2 bentuk, yaitu komunikasi verbal
dan komunikasi non-verbal. Perawat memilki kemampuan dalam komunikasi menguasai teknik
dari setiap bentuk komunikasi.
A. Komuikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah kata-kata yang diucapakan maupun ditulis. Kata – kata
tersebut merupakan media atau simbol untuk mengekspresikan pemikiran atau perasaan,
menimbulkan respon timbal balik, menggambarkan keadaan, observasi, kesimpulan bahkan
makna tersembunyi.
Seorang perawat akan menghadapi klien dari berbagai latar belakang budaya dan
karakteristik yang berbeda-beda. Untuk membuat pesan tersebut tersampaikan dengan jelas,
perawat harus mampu menggunakan teknik komunikasi verbal secara efektif, serta mampu
menyamakan tingkat pemahaman klien. Ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh
perawat dalam menerapkan komunikasi verbal, yaitu :
1. Kejelasan dan Keringkasan
Komunikasi efektif merupakan komunikasi yang sederhana, singkat dan langsung.
Penggunaan kata-kata yang lebih sedikit, dapat meningkatkan pemahaman klien.
Kejelasan dapat dicapi dengan bicara secara perlahan dan dengan pengucapan yang
jelas. Selain itu, pengulangan bagian pesan yang penting juga akan membuat
komunikasi menjadi lebih jelas. Keringkasan dapat dicapai sempurna dengan
menggunakan kata-kata yang mengekspresikan kesederhanaan ide. Misalnya
“Beritahu Saya di mana yang sakit” adalah lebih baik daripada “Saya ingin Anda
mendeskripsikan kepada pada Saya, pada bagian mana Anda merasa tidak nyaman”.
Ungkupan yang jelas dan ringkas, akan membuat komunikasi menjadi lebih efektif.
2. Kosakata
Keberhasilan komunikasi akan tercapai jika dapat memahami ungkapan dan kata-
kata pengirim. Perawat harus memahami dan memiliki kosa kata yang tepat untuk
mengkmunikasikan kepada klien. Misalnya, “Duduklah pada saat Saya
mengauskultasi paru-parumu”, lebih baik mengatakan “Duduklah pada saat saya
memeriksa paru-parumu”. Pesan tersebut akan membuat komunikasi lebih efektif.
3. Makna denotatif dan konotatif
Sebuah kata dapat memiliki beberapa makna, perawat harus mempu menguasai
makna denotatif untuk dapat di sampaikan secara umum kepada klien. Selain itu,
perawat juga harus hati-hati terhadap penggunaan makna konotatif agar tidak
menimbulkan kesalah pahaman kepada klien. Misalnya, penggunaan kata serius
untuk mendeskripsikan kondisi klien, keluarga klien menginterpretasikannya sebagai
kedaan yang hampir mati, tetapi perawat tidak akan menganggap klien hampir mati
kecuali jika menggunakan kata kritis atau guarded.
4. Kecepatan berbicara
Komunikasi verbal akan dapat dinilai berhasil jika penggunaan kecepatan
komunikasi tepat. Kecepatan dimana pesan diverbalisasikan dan penggunaan jeda
pada pesan yang di sampaikan dapat meningkatkan keberhasilan komunikasi yaitu
kepuasaan pendengar. Jeda harus digunakann untuk menekankan atau menonjolkan
hal tertentu, memberikan waktu kepada pendengar untuk mendengar dan memahami
makna kata-kata tersebut. Perawat terlebih dahulu memikirkan apa yang akan
disampaikannya, dan jangan lupa untuk bertanya apakah ada pesan yang perlu
diulangi.
5. Waktu dan relevansi
Waktu sangat penting untuk penerimaan pesan. Perawat harus sensitif terhadap
waktu yang tepat untuk diskusi, agar komunikasi terjalin dengan baik dan akurat.
Selain itu pesan yang penting akan lebih di dengar dan berpengaruh sesuai minat dan
kebutuhan individu.
6. Humor
Humor dapat menjadi sarana yang kuat untuk meningkatkan kesehatan. Tawa
adalah obat yang paling baik, terpakai untuk meredakan stress klien terhadap
penyakitnya. Humor dapat membuka proses interaksi, terjalin trust kepada klien,
penerimaan pesan menjadi lebih menyenangkan, dan membantu meningkatkan
kenyamanan bagi klien. Namun humor perlu disesuaikan dengan keadaan, misalnya
setelah kematian orang yang dicintai. Oleh karena itu, sebagai perawat kita harus
lebih pandai dalam menilai situasi dan kondisi lingkungan sekitar.

B. Komunikasi Non – Verbal


Komunikasi non – verbal adalah penyampaian pesan tanpa menggunakan kata-kata, dan
merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pesan kepada
orang lain. Secara tidak sadar, kita lebih banyak menggunkan komunikasi non – verbal dalam
kehidupan sehari-hari, bahkan gerakan tubuh memberikan makna yang lebih jelas
dibandingkan kata-kata. Sebagai perawat, harus selalu peka terhadap komunikasi non-verbal
yang di sampaikan oleh klien. Perawat juga harus menyeimbangkan dan menyetarakan antara
komunikasi verbal dan komunikasi non-vebal. Selama melakukan tindakan keperawatan,
perawat wajib mengamati pesan verbal dan non-vebal klien, karena seringkali klien tidak
sesuai antara pesan verbal dan non-verbal. Misalnya pada saat pengkajian klien mengatakan
baik-baik saja, namun menyeringai pada saat bergerak, itu berarti perawat harus peka terhadap
pesan non verbal yang di sampaikan klien. Perawat yang merasakan pesan non-verbal
memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memahami klien, mendeteksi perubahan kondisi
dan menentukan asuhan keperawatan yang tepat. Ada beberapa hal yang harus di perhatikan
oleh perawat dalam menerapkan komunikasi non-verbal, yaitu :
1. Metakomunikasi
Metakomunikasi adalah pesan non-verbal di dalam pesan verbal yang di
sampaikan pengirimnya untuk dirinya sendiri maupun pendengar. Metakomunikasi
dapat berupa pernyataan eksplisit (verbal) atau penunjukan perasaan yang bersifat
implisit. Misalnya, “Saya tahu semuanya membaik”, namun perawat melihat bahwa
mata klien berkaca-kaca dan wajahnya merengut.
2. Penampilan personal
Penampilan seseorang adalah hal yang diperhatikan dalam pertemuan
interpersonal. Penampilan fisik sering kali dikaitkan terhadap kepribadian dan konsep
diri. Hal ini menjadi suatu perhatian yang penting dalam menjalankan komuikasi
non-verbal, penampilan fisik dapat meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat.
Selain penampilan diri, sebagai perawat kita juga harus memperhatikan penampilan
klien, apakah klien ingin mempercantik penampilannya agar merasa lebh dihargai
oleh lingkungan sekitarnya.
3. Intonasi
Intonasi seorang pembicara dapat memberikan efek langsung pada makna pesan
yang diberikannya. Sebuah pesan dapat menunjukkan antusiasme, perhatian,
permusuhan atau pengabaian tergantung pada intonasi yang disampaikan. Perawat
harus waspada dan memperhatikan bagaimana mereka menyampaikan pesan tersebut.
Nada suara juga dapat menjadi petunjuk pada tingkat emosi dan tingkat energi klien.
4. Ekspresi wajah
Wajah menjadi pusat komunikasi yang kaya akan petunjuk pesan. Pesan non-
verbal yang terkandung di dalamnya dapat membuat pendengar lebih memahami isi
pesan. Komunikasi menggunakan kontak mata adalah salah satu ekspresi wajah yang
sangat penting. Orang yang mempertahankan kontak mata saat percakapan akan lebih
dipercaya. Perawat akan tampak tidak terlalu dominan dan mangancam jika duduk
disamping klien, pada setingkat mata yang sama.
5. Postur dan gaya berjalan
Postur dan gaya berjalan mereflesikan gerakan tubuh, emosi, konsep diri dan
kesehatan fisik. Perawat dapat menumpulkan informsi yang berguna dengan
mengobsevasi postur tubuh dan cara berjalan klien.
6. Gerakan tubuh
Gerakan tubuh digunakan untuk menunjukkan suatu ide yang sulit atau tidak
nyaman jika digambarkan dalam kata-kata. Lambaian tangan, pemberian hormat atau
menggeser kai adalah gerakan tubuh. Gerakan tubuh dapat menunjukkan makna
khusus atau dengan isyarat komunikasi lainnya dapat mengirimkan pesan.
7. Sentuhan
Sentuhan adalah bentuk personal dari komunikasi non-verbal dalam rangka
mendekatkan satu sama lain. Sentuhan menjadi sangat penting dalam meningkatkan
hubungan perawat dengan klien, menumbuhkan rasa cinta, dukugan emosional,
dorongan, kelembutan dan perhatian. Selain itu, perawat juga harus selalu waspada
dalam terhadap penggunaan sentuhan secara tepat sesuai situasi dan tempat. Sentuhan
dapat menjadi alat terapeutik yang berguna dan membantu klien untuk menerima
informasi ketulusan kita membantunya. Misalnya, pada saat mendikan, mambantu
buang air keil maupun besar, membantu menggosokkan gigi dan memakaikan
pakaian kepada klien. Meskipun sentuhan dapat berguna bagi klien, sentuhan tersebut
harus dapat dipahami dan diterima dengan jelas.
Dari pembahasan mengenai bentuk komunikasi diatas, dapat disimpulkan bahwa bentuk
komunikasi terbagi dalam dua kelompok, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi Non-verbal.
Dimana kedua bentuk komunikasi tersebut sangat penting dalam rangka meningkatkan
komunikasi yang efektif dan terapeutik bagi klien.
Referensi :
 Potter, A & Perry, A 2012, Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses, dan
praktik, vol.1, edisi keempat, EGC, Jakarta.
 Arnold, E. C & Boggs, K. U. (2016). Interpersonal Relationship : Professional
Communication Skills for Nurses (7th Edition). Elsevier : Missouri.
 Boyd, C & Dare, J. (2014). Communication Skills for Nurses. Wiley Blackwell : West
Sussex.

Anda mungkin juga menyukai