Anda di halaman 1dari 19

PARADIGMA DAN TEORI KEPERAWATAN

“ ANALISIS PERBANDINGAN ANTAR TINGKATAN


TEORI (JEAN WATSON, AFAF MELEIS DAN
PAMELA REED) ”

Disusun Oleh Kelompok III

1. Nurul Mawaddah 2106763184


2. Sri Purwati 2106763272
3. Helen Yuliantri 2106762963
4. Athika Yulinda Nofianti 2106762805
5. Fitri Handayani 2106267912
6. Dewi Suryani 2106762843

PROGRAM S1 EKSTENSI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2021

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang
telah melimpatkan anugrah, nikmat dan ridho-Nya. Shalawat beriring salam tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Makalah yang berjudul “ Analisis Perbandingan ” ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Paradigma dan Teori Keperawatan. Melalui kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang telah memberi dukungan moril dan
spiritual kepada :
1. Bapak Prof. Ari Kuncoro, SE., M.A., Ph.D selaku Rektor Universitas Indonesia;
2. Bapak Agus Setiawan, S.Kp., MN., DN selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
3. Ibu Dr. Tuti Nuraini, S.Kep., M. Biomed, selaku selaku Ketua Program Studi Sarjana
Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
4. Ibu Dr. Nani Nurhaeni., S.Kp., MN, selaku Fasilitator Kelas B mata kuliah Paradigma
dan Teori Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
5. Teman-teman kelompk III Paradigma dan Teori Keperawatan FIK UI;
6. Keluarga besar S1 Ekstensi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah
memberi semangat kepada kita semua;
7. Semua pihak yang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan karya tulis ini
karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Namun, penulis berharap semoga
makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga segala keikhlasan,
kebaikan dan dukungan selama ini mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Jakarta, November 2021

Kelompok III
ii
DAFTAR ISI

MAKALAH..........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................2
D. Metode Penulisan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. Biografi singkat Pamela G. Reed .............................................................................................3
B. Latar Belakang terbentuknya Self Transcendence Theory .......................................................3
C. Konsep Kunci Self Transcendence Theory...............................................................................4
D. Analisis Self Transcendence Theory ........................................................................................6
E. Asumsi Mayor Self Transcendence Theory...............................................................................9
F. Kelebihan dan Kekurangan Self Transcendence Theory.........................................................10
G. Contoh Aplikasi Self Transcendence Theory dalam Kasus Keperawatan..............................10
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi bersifat unik karena ilmu keperawatan selalu dan
senantiasa berkembang dan sasaran pelayanannya ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Ilmu Keperawatan didasari oleh teori–teori keperawatan
yang masih bisa dikembangkan dan dianalisa. Model konseptual keperawatan
dikembangkan oleh para ahli keperawatan tentang keperawatan. Model konseptual
keperawatan diharapkan dapat menjadi kerangka berfikir perawat, sehingga perawat
perlu memahami beberapa konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan
asuhan keperawatan dalam praktik keperawatan profesional.
Salah satu ahli keperawatan, Pamela G. Reed, mengusung teori Self-
transcendence yang tergolong dalam kategori middle range theory. Reed mengatakan
dalam teorinya bahwa ada tiga konsep mayor yaitu vulnerrability, self- transcendence
dan well-being, yang mana pengembangan konsep diri dibatasi secara mulitidimensi
yaitu inwardly (batiniah), outwardly (lahiriah) dan temporally (duniawi). Berdasarkan
teori tersebut, terdapat dua poin intervensi yaitu: tindakan keperawatan yang secara
langsung berfokus pada sumber-sumber yang berasal dari dalam diri seseorang
terhadap transendensi atau berfokus pada beberapa faktor personal dan kontekstual
yang mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan vulnerability, hubungan
antar transendensi diri dan keadaan baik/sehat.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini
yaitu:
1. Siapa itu Pamela Reed dan bagaimana sejarah terbentuknya Theory Self
Transcendence ?
2. Apa konsep utama Theory Self Transcendence ?
3. Bagaimana hasil analisis Theory Self Transcendence ?
4. Apa saja kekurangan dan kelebihan Theory Self Transcendence ?
5. Bagaimana asumsi mayor Theory Self Transcendence terhadap paradigma
keperawatan ?
6. Bagaimana contoh pengaplikasian Theory Self Transcendence dalam Keperawatan ?

1
2

Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum pada penulisan makalah ini adalah untuk memahami teori Self-
trranscendence oleh Pamela G. Reed
2. Tujuan Khusus pada penulisan makalah ini adalah menjelaskan mengenai :
- Biografi Pamela Reed dan sejarah terbentuknya Theory Self Transcendence
- Konsep Utama Theory Self Transcendence
- Analisis Theory Self Transcendence
- Kekurangan dan kelebihan Theory Self Transcendence
- Asumsi mayor Theory Self Transcendence terhadap paradigma keperawatan
- Contoh aplikasi Theory Self Transcendence dalam kasus keperawatan.

Metode Penulisan
Metode penulisan menggunakan metode studi literatur yang diambil dari buku
refrensi dan internet. Selanjutnya diuraikan dalam bentuk makalah ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Singkat Pamela G. Reed
Pamela G. Reed, dilahirkan di Detroit, Michigan pada tahun 1973. Beliau
menikah dengan Gary, suaminya, dan telah memiliki 2 putri. Reed memulai karir
keperawatannya dengan bersekolah di Wayne State University, Detroit, Michigan dan
tamat pada tahun 1974, lalu Reed melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 di bidang
kesehatan mental anak dan remaja dan pendidikan keperawatan dan berhasil
menamatkan dan memperoleh gelar M.S.N pada tahun 1976. Pendidikan tinggi terakhir
berikutnya, jenjang S3 (Ph.D) berhasil diselesaikannya pada tahun 1982 dengan
konsentrasi mayor teori dan riset keperawatan, dengan studi minor pada perkembangan
usia dewasa dan usia lanjut (lansia).
Saat ini, Reed mengisi kegiatan sehari-harinya dengan mengajar pada Fakultas
keperawatan University of Arizona College, Tucson. Selain mengajar, Reed juga
melakukan penelitian dan memberikan pelayanan administrasi di institusi yang sama
sejak tahun 1983. Pengajaran dan penelitiannya berfokus pada topik utama Well-being
and Aging. Reed yang telah menerima beberapa macam penghargaan juga merupakan
pioneer dalam riset-riset keperawatan dalam bidang kajian spiritualitas. (Tomey and
Alligood, 2010)

B. Latar belakang terbentuknya Self Transcendence Theory


Pamella G. Reed (2003) yang teorinya merupakan sintesa dari tiga sumber.
Ketiga sumber yang dimaksud antara lain (1) bahwa perkembangan manusia sebagai
proses sepanjang hayat dalam mencapai kedewasaan termasuk didalamnya proses
menua dan proses menjelang ajal, (2) adanya factor kontekstual terhadap terjadinya
ketidakseimbangan antara manusia dan lingkungan sebagai sesuatu yang penting dalam
pengembangan, dan (3) berdasarkan pengalaman klinik dan riset yang mengindikasikan
secara klinik dilaporkan bahwa depresi pada lansia lebih sedikit disebabkan oleh
penurunan sumber pengembangan dan perasaan sejahtera akibat penurunan
kemampuan fisik dan kognitif daripada kelompok kesehatan lansia.
Reed (1991) mengembangkan teori tentang self-transcendence dengan
menggunakan strategi “deductive reformulation“. Strategi ini digunakan untuk
membangun middle range theory menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari teori
non keperawatan yang kemudian di reformulasi secara deductive dari model konsep
3
4

keperawatan. Teori non keperawatan yang dipergunakan adalah life-span theory pada
social kognitif dan pengembangan transpersonal orang dewasa. Prinsip dari teori life-
span adalah merupakan reformulasi dari prespektif keperawatan dari Martha E. Rogers
tentang konsep kesatuan system manusia.

C. Konsep Kunci Self Transcendence Theory


1. Self-Transcendence
Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai,
suatu gerak dari yang kurang baik menjadi baik dan dari baik menjadi lebih baik.
Menurut Pamela G Reed, Self Transcendence didefinisikan sebagai
pengembangan konsep diri dibatasi secara multidimensi yaitu :
a. Inwardly (batiniah) : Melakukan refleksi introspeksi diri terhadap pengalaman-
pengalaman yang telah dialami.
b. Outwardly (lahiriah) : Diartikan pentingnya berinteraksi dengan
lingkungannya.
c. Temporally (duniawi) : Menggunakan pengalaman masa lalu sebagai pelajaran
untuk mencapai tujuan masa depan.
Self-trancendence pada awalnya didefinisikan oleh Reed (1991) sebagai
pengembangan batasan konsep diri multidimensi: inward/kedalam (terhadap
wawasan yang lebih luas ke dalam kepercayaan, nilai dan mimpi seseorang)
contoh melalui pengalaman introspeksi, outward/keluar (terhadap kesadaran akan
hal lain dan lingkungan),dan temporal (masa lampau dan masa datang yang
terintegrasi saat ini). Reed mendefinisikan secara menyeluruh, sebagai berikut :
Self-transcendence mengarah pada fluktuasi batasan-batasan keluar dari seseorang
(atau diri sendiri) dengan segera dan pandangan-pandangan sempit dari diri sendiri
dan dunia. Fluktuasi ini adalah pandimensional, inward (terhadap kesadaran yang
lebih besar dari kepercayaan/keyakinan seseorang, nilai, dan cita-cita), outward
(terhadap orang lain dan lingkungan), dan temporal (terhadap pengintegrasian
masa lampau dan masa depan dengan cara meningkatkan masa kini yang relatif).
Tahun 2003, pola lain dari perluasan batas disatukan sehingga self-
transcendence adalah kapasitas itu memperluas batasan-batasan" transpersonally
(untuk berhubungan dengan dimensi di luar dirinya)"diri sendiri. Karena self-
transcendence adalah pandimensional, ini memungkinkan dimensi-dimensi lain
bisa ditambahkan untuk menguraikan kapasitas perluasan batas.
5

2. Well-Being
Well-Being adalah perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial,
budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadaan yang baik.
Well-being didefinisikan sebagai rasa “feeling whole and healthy” yang sesuai
dengan kriteria sendiri untuk wholeness and well-being (Reed,2003). Seseorang
dengan tingkat Well-being yang tinggi menunjukkan kepuasan terhadap hidup dan
memiliki tingkat depresi yang rendah.
Kesejahteraan (well-being) didefinisikan sebagai “ perasaan merasa utuh
dan sehat, sesuai dengan salah satu kriteria untuk perasaan utuh dan
kesejahteraannya” (Reed,2003). Reed mendefinisikan mekanisme yang mendasari
kesejahteraan pada artikel tahun 1997. Dalam artikel tersebut, dia mengusulkan
keperawatan semestinya “proses keperawatan menuju kesejahteraan”.
Kesejahteraan sebagai proses keperawatan, kemudian digambarkan dengan istilah
dari sintesa 2 macam perubahan : perubahan dalam kompleksitas kehidupan
(contoh : peningkatan kelemahan pada lanjut usia atau hilangnya pasangan/orang
yang dicintai), perubahan dalam integrasi (contoh. membentuk arti dari kejadian
dalam kehidupan).
3. Vulnerability
Vulnerability didefinisikan sebagai kesadaran akan kematian yang timbul
seiring dengan usia dan fase kehidupan atau selama kejadian sakit dan krisis
kehidupan (Reed,2003). Vulnerability merupakan kesadaran seseorang akan adanya
kematian, konsep vulnerable meningkatkan kesadaran akan situasi mendekati
kematian termasuk didalamnya adalah krisis kehidupan seperti
disabilitas/ketidakmampuan/cacat, penyakit kronik dan terminal, kelahiran dan
pengasuhan orangtua. Konsep tambahan dalam teori ini adalah faktor-faktor
moderating-mediating dan poin-poin intervensi.
4. Moderating-Mediating Factors
Faktor-faktor moderating-mediating adalah variabel-variabel yang bersifat
personal dan kontekstual Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transendensi diri
yang berkontribusi terhadap kondisi yang baik, misalnya : jenis kelamin, usia,
kemampuan kognitif, pengalaman hidup, persepsi spiritual, lingkungan sosial dan
riwayat masa lalu yang dapat mempengaruhi hubugan antara vulnerability dan self-
transcendence dan antara self-transcendence dan well-being. Luasnya berbagai
variabel dari individu dan interaksi mereka mungkin mempengaruhi proses self-
6

transcendence juga berkontribusi menuju kesejahteraan. Contoh variabel seperti


umur, jenis kelamin, kemampuan kognitif, pengalaman hidup, perspektif spiritual,
lingkungan sosial, dan kejadian histories. Variabel dari individu bisa menguatkan
atau melemahkan hubungan antara vulnerability dan self-transcendence dan antara
self-transcendence dengan well-being (Reed, 2003).
5. Point of Intervention
Poin-poin intervensi adalah tindakan keperawatan yang memfasilitasi self-
transcendence. Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua point intervensi :
1. Tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-sumber yang
berasal dari dalam diri seseorang terhadap transendensi diri.
2. Tindakan yang berfokus pada beberapa faktor personal dan kontekstual yang
mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan vulnerabel ; hubungan
antar transendensi diri dan keadaan baik/sehat.
Tiga hal dibangun dengan menggunakan tiga konsep dasar tersebut, yaitu :
1. Self-transcendence lebih besar pada seseorang yang menghadapi pokok
persoalan akhir dari kehidupannya sendiri daripada pada orang yang tidak
menghadapinya. Issue dari akhir kehidupan seseorang diinterpretasikan secara
luas yang timbul dengan peristiwa kehidupan, penyakit, lanjut usia dan
pengalaman lain yang meningkatkan kesadaran akan kematian.
2. Boundaries konseptual berhubungan dengan well-being. Tergantung pada sifat
alamiahnya, fluktuasi dalan boundaries konseptual mempengaruhi well-being
secara positif atau negatif melewati masa kehidupan. Sebagai contoh,
peningkatan dalam pandangan dan perilaku self-transcendence diharapkan
menjadi positif terkait dengan kesehatan jiwa sebagai suatu indikator well-being
pada orang-orang yang menghadapi akhir hidupnya.
3. Faktor-faktor manusia-lingkungan berfungsi sebagai korelasi, moderator atau
mediator dari hubungan antara vulnerability, self-transcendence dan well-being.

D. Analisis Self Transcendence Theory


 Sumber Teori
Pamela Reed mengembangkan Teori Transcendensi menggunakan strategi
reformulasi deduktif. Strategi ini berasal dari Prof. Ann Whall dan Joyce Fitzpatrick
yang merupakan dosen dari Reed. Reformulasi deduktif menggunakan pengetahuan
dari teori non-keperawatan yang dirumuskan kembali dengan model konseptual
keperawatan dalam membangun middle-Range Theory. Sumber teori non
7

keperawatan adalah teori rentang hidup tentang perkembangan sosial kognitif dan
transpersonal orang dewasa. Prinsip-prinsip dari teori rentang kehidupan dirumuskan
Kembali dengan model konseptual keperawatan dalam membangun middle-range
Theory. Latar belakang terbentuknya self transcendence theory Pamella G. Reed
(2003) yang teorinya merupakan sintesa dari tiga sumber. Ketiga sumber yang
dimaksud antara lain :
(1) Bahwa perkembangan manusia sebagai proses sepanjang hayat dalam mencapai
kedewasaan termasuk didalamnya proses menua dan proses menjelang ajal
(2) Adanya factor kontekstual terhadap terjadinya ketidakseimbangan antara manusia
dan lingkungan sebagai sesuatu yang penting dalam pengembangan.
(3) Berdasarkan pengalaman klinik dan riset yang mengindikasikan secara klinik
dilaporkan bahwa depresi pada lansia lebih sedikit disebabkan oleh penurunan
sumber pengembangan dan perasaan sejahtera akibat penurunan kemampuan
fisik dan kognitif daripada kelompok kesehatan lansia.
 Pernyataan Teoritis
Model teori self transcendence mengusulkan tiga macam hubungan :
1. Peningkatan vulnerability dihubungkan dengan peningkatan self transcendence.
2. Self transcendence berhubungan secara positif dengan kesejahteraan (well-
being).
3. Faktor-faktor personal dan eksternal bisa mempengaruhi hubungan antara
vulnerability dengan self transcendence dan antara self transcendence dan well-
being.
Selain konsep kunci teori self transcendence, terdapat 3 dalil yang berkembang
menggunakan tiga konsep dasar tersebut, antara lain :
8

Gambar Skema Teori Model Self-Trancendence


1. Dalil Pertama, self transcendence merupakan kehebatan seseorang saat menghadapi
akhir dari kehidupan dibanding ia tidak mengalaminya, atau dengan pengalaman-
pengalaman lain yang meningkatkan kesadaran akan kematian.
2. Dalil yang kedua yaitu batasan-batasan konseptual yang dihubungkan dengan
kesejahteraan (well-being), yang secara fluktuasi akan mempengaruhi secara positif
atau negatif well being sepanjang masa kehidupan.
Contoh : Peningkatan penampilan dan perilaku self transcendence diharapkan
berkaitan secara positif dengan kesehatan mental sebagai indicator well-being
seseorang, sedang pengaruh negative seperti ketidakmamapuan untuk mencapai atau
menerima orang lain (berteman) akan mengarah pada depresi sebagai indicator
kesehatan mental.
9

3. Dalil yang ketiga adalah proses person dengan lingkungan, yang berfungsi sebagai
korelasi, moderator, atau mediator yang menghubungkan antara vulnerable,
transendensi diri dan keadaan sejahtera (well being).
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, bahwa ada tiga konsep utama
dari teori self transcendence yaitu vulnerabel, transendens diri, dan kesejahteraan.
Ada 3 dalil yang berkembang menggunakan tiga konsep dasar di atas. Pertama, self
transcendence merupakan kehebatan seseorang saat menghadapi akhir dari
kehidupan dibanding ia tidak mengalaminya. Isu dari akhir kehidupan
diinterpretasikan secara luas, dimana timbul dengan adanya kejadian dalam
kehidupan, kondisi sakit, penuaan dan pengalaman-pengalaman lain yang
meningkatkan kesadaran akan kematian.
Dalil yang kedua yaitu batasan-batasan konseptual yang dihubungkan dengan
kesejahteraan (well-being). Batasan-batasan konseptual dan fluktuasi yang
mempengaruhi secara positif atau negatif kesejahteraan/well being sepanjang masa
kehidupan. Misalnya, peningkatan penampilan dan perilaku self transcendence
diharapkan berkaitan secara positif dengan kesehatan mental sebagai indicator
kesejateraan/well-being pada seseorang yang sedang menghadapi isu akhir dari
kehidupan. Contoh khusus tentang pengaruh negatif yaitu inabilitas/ketidakmampuan
untuk mencapai atau menerima orang lain (berteman) yang akan mengarah pada
depresi sebagai indicator kesehatan mental.
Dalil yang ketiga adalah proses person dengan lingkungan. Faktor personal
dan lingkungan berfungsi sebagai korelasi, moderator, atau mediator yang
menghubungkan antara vulnerable, transendensi diri dan keadaan sejahtera (well
being).

E. Asumsi Mayor Self Transcendence Theory


Di dalam teorinya Reed, mengusulkan suatu model untuk membangun
kerangka- kerangka konseptual bahwa pendidikan keperawatan merupakan
keahlian khusus klinis. di model tersebut, kesehatan diusulkan sebagai konsep
utama, di sekitar yang aktivitas ilmu perawatan pengambilalihan model adalah
bahwa fokus dari disiplin ilmu perawatan di bangunan dan melibatkan pengetahuan
untuk mempromosikan proses- proses kesehatan.
10

1. Kesehatan (Health)
Kesehatan, didefinisikan secara implicit sebagai proses kehidupan yang terdiri
dari pengalaman positif dan negative yang digunakan oleh manusia secara
kreatif dan unik untuk mencapai rasa sejahtera.
2. Keperawatan (Nursing)
Peran aktivitas perawat dalam merawat seseorang melalui proses interpersonal
dan manajemen teraupetik terhadap lingkungan, dengan keterampilan untuk
promosi kesehatan an kesejahteraan.
3. Manusia
Manusia adalah seseorang yang harus dipahami sebagai individu yang sedang
berkembang sepanjang hayat mereka dalam berinteraksi dengan orang lain dan
dengan lingkungan dalam perubahan yang kompleks dan vital dimana hal
tersebut bisa berkontribusi positif atau negative dalam mencapai kesehatan dan
rasa sejahtera.
4. Lingkungan
Keluarga, kontak social,lingkungan fisik, dan sumber komunitas adalah
lingkungan yang secara signifikan berkontribusi pada proses kesehatan yang
dapat dipengaruhi oleh keperawatan melalui manajemen interaksi terapeutik
antara manusia, objek, dan aktivitas keperawatan ( Reed, 1987, p.26 ).
F. Kelebihan dan Kekurangan Self Transcendence Theory
 Kelebihan :
1. Baik digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terkait dengan
masalah psikososial.
2. Faktor spiritual cukup dipertimbangkan dalam penyelesaian masalah klien.
 Kekurangan :
1. Beberapa bagan yang ditampilkan tidak menguraikan secara jelas yang
menghubungkan variabel-variabel dalam bagan tersebut.
2. Banyak variabel dalam teori, seperti vulnerability dan transendensi diri serta
kondisi sejahtera yang masih abstrak, sehingga masih dapat kesulitan
diterapkan dalam praktik.
3. Pembahasan teori tidak mudah untuk dipahami sehingga sulit dicerna oleh
para perawat yang akan mengaplikasikannya ke dalam praktik.
4. Terbatas digunakan hanya pada kasus-kasus yang berhubungan dengan
adanya masalah psikologis dengan kurang mempertimbangkan penanganan
fisiknya.
11

G. Contoh Aplikasi Teori Self Transcendence Dalam Kasus Keperawatan


a. Tinjauan Kasus
Ny. D, usia 63 tahun memiliki 3 orang anak yang saat ini sudah berusia di
atas 30 tahun. Suami Ny. D, baru saja meninggal 6 bulan yang lalu karena
menderita penyakit kronis. Pernikahan mereka telah berusia 43 tahun pada saat
suaminya meninggal. Dua orang anaknya bertempat tinggal sangat jauh dari
rumah Ny.D, Sedangkan seorang anak perempuan bersama dengan suaminya dan
dua orang anak, yang satu masih usia pra sekolah dan yang satunya lagi SMP,
tinggal tidak jauh dari rumah Ny.D. Selama suaminya sakit, Ny. D sendiri yang
merawatnya. Ia menghabiskan banyak waktu dan mengalami kelelahan dalam
merawat suaminya, namun setelah suaminya meninggal dia merasa sangat
kesepian karena ditinggal seorang diri di rumahnya. Selain itu, dia juga
kehilangan selera makan sehingga tidak memiliki kekuatan untuk beraktivitas di
luar rumah dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya serta berinteraksi
dengan anak dan keluarganya.

b. Analisis Kasus
Berdasarkan hasil analisa kasus, menunjukkan masalah yang sedang dihadapi
oleh Ny.D yaitu :
a. Ny. D telah berusia lanjut.
b. Respon berduka yang berkepanjangan akibat kematian Suaminya
c. Interaksi dengan lingkungan sosial terganggu
d. Interaksi dengan anggota keluarga terganggu
e. Penurunan selera makan
f. Kelemahan fisik
g. Penurunan aktivitas
h. Merasa kesepian tinggal seorang diri
i. Tinggal terpisah dari anak-anaknya

c. Penyelesaian Masalah
Dari contoh kasus tersebut diatas, kelompok mencoba melakukan penyelasaian
masalah dengan pendekatan konsep kunci yaitu :
1. Vurnerabel
12

Vurnerabel yaitu meningkatkan kesadaran Ny. D bahwa kematian adalah


merupakan hal yang akan dialami oleh setiap orang yang masih hidup dan akan
disertai kesedihan serta kedukaan berlanjut sampai berbulan-bulan setelah masa
kehilangan tersebut. Bagaimana jika seandainya keadaan menjadi terbalik,
pengalaman yang sama terjadi pada dirinya sedangkan Suaminya sendiri yang
mengalami hal yang saat ini dia alami, akan sangat berbeda dan bahkan lebih
sulit bagi Suaminya untuk menerima hal tersebut. Sehingga, perawat akan
membantu Ny. D untuk melakukan refleksi terhadap dirinya dan terhadap
pengalaman tersebut. Refleksi dan instrospeksi yang dilakukan oleh Ny. D
adalah merupakan inti dari self transcendence.
2. Inwardly
Dari segi inwardly (batiniah), perawat menekankan adanya proses introspeksi
terhadap pengalaman masa lalu yang dialami oleh Ny. D yang kemudian dapat
menjadi fasilitas memperoleh kepulihan dan kesehatannya kembali. Introspeksi
diri bisa meliputi menggali kembali kepercayaan dan keyakinan dalam diri,
nilai-nilai pribadi, dan mimpi-mimpi yang ingin dicapai yang nantinya akan
menjadi penyemangat atau motivator untuk mencapai kondisi yang sehat secara
utuh (well being).
3. Outwardly
Dari segi outwardly (lahiriah), perawat memberikan dorongan untuk memulai
kembali hubungannya dengan dunia luar termasuk berinteraksi dengan anak dan
keluarganya, lingkungan sosialnya dan kembali beraktivitas serta dapat
menikmati masa tuanya dengan penuh kebahagian. Dengan menghabiskan
waktu bersama cucu-cucunya, anak dan menantunya akan lebih membuatnya
menikmati kebahagiaan dan kesenangan. Selain itu, dengan cara tersebut, Ny. D
akan merasa puas telah membantu anak dan menantunya menjaga anak-
anaknya. Bila kebahagiaan dan kesenangan telah terbangun, masalah fisik, nafsu
makan, perasaan kesepian, dan perasaan berduka yang dialaminya selama ini
berangsur-angsur akan hilang, sehingga Ny. D akan memperoleh kesehatannya
kembali.

4. Temporally
Dari segi temporally (duniawi/saat ini), dari hasil refleksi dan introspeksi dari
pengalaman masa lalunya, Ny. D bisa menggunakan pengetahuan dan
13

keterampilannya di masa lalu itu untuk mencapai apa yang dia harapkan di masa
yang akan datang dengan melakukan/menerapkannya pada masa kini.
Dari beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam menyelesaikan
masalah Ny. D, ada dua poin yang secara umum menjadi inti intervensi
keperawatan yaitu, menggali sumber-sumber yang ada pada diri Ny.D dan
berfokus pada faktor-faktor yang berpengaruh pada hubungan vulnerabel dan
transendensi diri; hubungan antara transendensi diri dan kondisi sejahtera.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
i. Teori Self Transcendence merupakan teori yang dikemukakan oleh Pamela G.
Reed yang berada dalam klasifikasi middle range theory, disebabkan oleh
beberapa karakteristik middle range theory dimiliki oleh teori ini.
ii. Kelebihan teori ini adalah baik digunakan untuk menyelesaikan berbagai
masalah yang terkait dengan masalah psikososial dan untuk faktor spiritual
cukup dipertimbangkan dalam penyelesaian masalah klien.
iii. Terdapat beberapa kekurangan dari teori ini baik dilihat dari segi kejelasan,
banyaknya variabel, konsep utama teori, dan terdapat 2 variabel yang tidak jelas
apakah termasuk dari bagian utama teori atau tidak.
iv. Pembahasan teori tidak mudah untuk dipahami sehingga sulit dicerna oleh para
perawat yang akan mengaplikasikannya ke dalam praktik.
v. Dapat diaplikasikan dalam beberapa ranah edukasi, riset ataupun praktik, dan
dalam proses keperawatan dapat diaplikasikan pada setiap tahap proses
keperawatan terkecuali evaluasi.

B. Saran
i. Bagi penelitian-penelitian selanjutnya, bisa menjadi bahan peneliti untuk
perbaikan teori dari ketidakjelasan dan keabstrakan yang dimiliki oleh teori ini.
ii. Sebaiknya ada metoda proses keperawatan yang dijelaskan dalam teori secara
implisit sehingga penerapannya dalam praktik menjadi lebih mudah dipahami dan
dilaksanakan oleh perawat

14
DAFTAR PUSTAKA

 Widyawati. (2020). Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Medan : STIKES Binalita Sudama
Medan.
 Notoadmojo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.
 Edelmen, C. L., Kudzman, E. C., & Mandle, C. L. (2014). Health Promotion Throughout
the Life Spain. 8Th. . ST. Louis : Mosby.
 Gilbert, G.G., Sawyer, R.G., & McNeil, E. (2011). Health Education: Creating strategies for
School and Community Health. 3rdEd. Canada: Jones and Bartlett Publishers.
 Potter, P.A. & Perry, A.G. (2013). Fundamentals of nursing: Concepts, process, and
practice. 8th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.
 Marriner Tomey, A., & Alligood, M. R. (2010). Nursing Theory and Their Work (7rd
ed.). St. Louis: Mosby.
 Smith, M.J. & Liehr, P.R (ed.). 2008. Middle Range Theory for Nursing. 2nd edition. New
York: Springer Publishing Company, LLC.
 Madrid, M (ed.). 1997. Pattern of Rogerian Knowing. New York: National League for
Nursing.

15

Anda mungkin juga menyukai