Anda di halaman 1dari 27

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS TEORI KEPERAWATANHUMAN CARING JEAN WATSON


DAN TRANSTITION THEORY AFAF IBRAHIM MELEIS

TUGAS SAINS KEPERAWATAN


Disusunoleh:
Kelompok IV

DEKA HARDIYAN NPM : 1406522720

ENY ERLINDA WIDYAASTUTI NPM : 140

ILMA FARHANIA NPM : 1406597072

ISNI NADYANTI NPM : 140

NI LUH GEDE INTAN SARASWATI NPM : 1306431482

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2014

i
5

KATA PENGANTARii | P a g e

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya makalah kelompok yang berjudul “ANALISIS TEORI
KEPERAWATAN HUMAN CARING JEAN WATSON DAN TRANSTITION
THEORY AFAF IBRAHIM MELEIS” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kelompok mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan dalam proses pembuatan makalah ini, antara lain :
1. Ibu Enie Novieastari, SKp.,MSN selaku coordinator dan dosen pengampu
mata ajar Sains Keperawatan.
2. Semua anggota kelompok IV
Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran untuk menyempurnakan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan mampu
menjawab tujuan pembelajaran.

Depok, September 2014

Kelompok IV
6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.............................................................................................1


1.2. Tujuan..........................................................................................................2
1.2.1. Tujuan umum...................................................................................2
1.2.2. Tujuan Khusus.................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI

1.1. Filsafah dan Paradigma Keperawatan..........................................................3


1.2. Model Konseptual Keperawatan..................................................................5
1.3. Teori Keperawatan ......................................................................................8
1.4. Perbedaan Model Konseptual dan Teori Keperawatan..............................11
1.5. Perbedaan Tingkatan Teori Keperawatan...................................................11
BAB 3 PEMBAHASAN

Analisis Hubungan............................................................................................15

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan................................................................................................19
4.2. Saran..........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................iv
5

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu memiliki struktur
keilmuwan yang akan menuntun perawat dalam mengaplikasikan praktik
keperawatan. Struktur keilmuwan keperawatan memiliki beberapa tingkatan
dalam kaitan aplikasinya dalam praktik keperawatan. Filosofi sebagai
tingkatan yang lebih abstrak dan dikembangkan menjadi model
keperawatan, dan middle range teori merupakan bentuk paling aplikatif
6

dalam praktik keperawatan. Perawat perlu memahami tingkatan teori, dan


menganalisa berbagai tingkatannya untuk mengembangkan dan
menerapkannya dalam praktek keperawatan.
Filosofi keperawatan sebagai suatu pernyataan yang memberikan
arah penemuan pengetahuan dan kebenaran serta identifikasi apa yang
berharga dalam keperawatan. Menurut Alligood (2006), filosofi keperawatan
menggambarkan empat konsep metaparadigma secara umum. Sedangkan
teori adalah serangkaian konsep, definisi, dan asumsi, atau proposi untuk
menjelaskan suatu fenomena. Dengan demikian teori menjabarkan lebih
detail suatu fenomena dan bersifat aplikatif, dan ini memerlukan
pemahaman dan pengembangan. Untuk mendapatkan gambaran,
pemahaman dan cakupan suatu teori, perawat perlu mempelajarinya.
Pada makalah ini, penyusun akan menganalis filosofi Watson human
caring dan teori transisi oleh Meleis. Melalui penyusunan makalah ini,
diharapkan dapat memahami tingkatan teori dan cakupan setiap tingkatan.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
a. Mampu menganalisis filosofi Human Caring dari Jean Watson
b. Mampu menganalisis transtition Theory dari Afaf Ibrahim Meleis.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep utama filosofi human caring dari Jean Watson.
b. Mengetahui konsep utamaTeori Transisi dari Afaf IbrahimMeleis.
c. Mengetahui clarity, simplicity, generality, accessibility, empirical
precission, dan deriavable consequences dari Filosofi Human Caring.
d. Mengetahui clarity, simplicity, generality, accessibility, importance dari
Teori Transisi.
5

BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Filosofi Jean Watson
Margaret Jean Harman Watson dalam buku pertamanya tahun 1979, Nursing:
The Philosophy and Science of Caring menggambarkan pandangannya terkait konsep
keperawatan. Kemudian pada buku keduanya tahun 1985, Nursing:Human Science
and Human Care - A Theory of Nursing, Watson menampilkan pengembangan
pandangannya human caring pada teori transpersonal caring relationshipdan pada
buku ketiganya tahun 1999, Watson menyusun model yang digunakan sebagai
pendekatan dalam praktik keperawatan. Bahkan pada buku kelimanya pada tahun
2005; Caring Science as Sacred Science, Watson memaparkan perjalan personal
dalam pemahaman caring science, spiritual practice, the concept and practice of
care, and caring-healing work. Sepanjang perjalanannya sampai saat ini, Watson
terus mengembangkan pemikirannya tentang keperawatan, mulai dari pandangannya,
teori dan aplikasi keperawatan. Namun pada makalah ini, penyusun menspesifikkan
untuk menganalisis teori pada tingkat filosofi Watson: human caring.
6

Berawal dari penyusunan kurikulum program sarjana di universitas


Colorado, Watson menyusun ten carative factors(1979). Ten carative factors
digunakan sebagai kerangka kerja dalam keilmuwan dan praktik keperawatan. Pada
perjalanannya, Watson kemudian mengembangkan dan memasukkan “caritas” yang
menghubungkan caring dan love secara eksplisit dan disebut sebagai clinical caritas
processes. Setiap carative factors dan clinical caritas processes menggambarkan
proses caring dalam rangka mencapai dan mempertahankan kesehatan pasien atau
meninggal dengan damai. Dengan demikian, Ten carative factorsdan clinical caritas
processes menjadi penuntun dalam aplikasi praktik keperawatan.

carative factors caritas processes


Membentuk sistem nilai humanistik- Menerapkan perilaku yang penuh kasih
altruistik sayang, kebaikan dan ketenangan dalam
konteks kesadaran terhadap caring
Menanamkan keyakinan dan harapan Hadir dengan sepenuhnya dan mewujudkan
serta mempertahankan sistem kepercayaan
yang dalam dan duniakehidupan subjektif
dari dirinya dan orang dirawat
Mengembangkan sensitivitas untuk diri Memberikan perhatian terhadap praktik-
ssendiri dan orang lain praktik spiritual dan transpersonal diri
orang lain, melebihi ego dirinya
Membina hubungan saling percaya dan Mengembangkan dan mempertahankan
saling bantu suatu hubungan caring yang sebenarnya
yang saling bantu dan saling percaya
Meningkatkan dan menerima ekspresi Hadir untuk menampung dan mendukung
perasaan positif dan negatif ekspresi positif dan negatif sebagai suatu
hubungan dengan semangat yang dalam
dari diri sendiri dan orang yang dirawat
Menggunakan metoda pemecahan masalah Menggunakan diri sendiri dan semua cara
yang sistematis dalam pengambilan yang diketahui secara kreatif sebagai
keputusan bagian dari proses caring, untuk terlibat
dalam penerapan caring healing yang
artistik
Meningkatkan proses belajar mengajar Terlibat dalam pengalaman belajar
intrapersonal mengajar yang sebenarnya yang mengakui
keutuhan diri orang lain dan berusaha
memahami sudut pandang orang lain
Menyediakan lingkungan yang Menciptakan lingkungan healing pada
5

mendukung, melindungi dan memperbaiki seluruh tingkatan baik fisik maupun


mental, sosialkultural dan spiritual nonfisik, lingkungan yang kompleks dari
energi dan kesadaran yang memiliki, yang
memiliki keholistikan, keindahan,
kenyamanan, martabat dan kedamaian
Membantu dalam pemenuhan kebutuhan Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar
dasar manusia dengan kesadaran caring yang penuh,
memberikan human care essentials yang
memunculkan penyesuaian jiwa raga dan
pikiran, keholistikan dan kesatuan diri
dalam seluruh aspek care dengan
melibatkan jiwa dan keberadaan secara
spiritual
Mengembangkan faktor kekuatan Menelaah dan menghargai misteri spiritual
eksistensial-fenomenologis dan dimensional eksistensial dari
kehidupan dan kematian seseorang, soul
care, bagi diri sendiri dan orang yang
dirawat

Berikut konsep utama dan definisi Ten carative factors:


1. Terbentuknya sistem nilai yang humanistic dan altruistic pada hubungan
perawat-klien. Faktor ini menggambarkan adanya kepuasan perawat bila ia
dapat menggunakan dirinya untuk membantu klien.
2. Menumbuhkan harapan klien. Faktor ini menunjukkan peran perawat dalam
meningkatkan kesejahteraan klien dengan membantu klien mengadopsi perilaku
sehat, dengan menggunakan sugesti secara positif, dan dengan mengembangkan
hubungan perawat-klien yang efektif.
3. Sensitive terhadap diri sendiri dan orang lain. Bila perawat dapat
mengekspresikan perasaannya, dia akan mampu member kesempatan kepada
orang lain untuk mengekspresikan perasaan mereka.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya. Pada hubungan saling percaya,
perawat akan jujur, ikhlas, empati, berbicara dengan nada suara yang tidak
tinggi, dan berkomunikasi dengan jelas.
5. Menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Ekspresi perasaan positif dan
negative dapat membuat perasaan klien atau perawat tidak enak. Perawat perlu
mempersiapkan diri dan juga mempersiapkan klien untuk menerima, terutama
perasaan negative.
6

6. Menggunakan proses penyelesaian masalah dalam pengambilan keputusan.


Penggunaan proses keperawatan pada pemberian asuhan keperawatan
merupakan metode penyelesaian masalah klien. Hal ini menunjukkan perawat
memiliki otonomi untuk menetapkan tindakan keperawatan, tidak hanya melalui
tindakan medic.
7. Meningkatkan proses belajar mengajar melalui proses interpersonal.
8. Menyediakan lingkungan biopsikososial dan cultural yang suportif fan protektif.
9. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar. Perawat membantu klien dalam
memenuhi kebutuhan biopsikososial dan spiritual.
10. Memberi kesempatan pada klien untuk mempelajari fenomena yang terjadi. Hal
ini dapat dilakukan dengan meberikan klien suatu pengalaman/ pemikiran yang
dapat meningkatkan pemahamannya terhadap dirinya dan orang lain.
Dalam filosofinya, Watson melihat keperawatan sebagaihuman science yang
memiliki simbol, konsep dan bahasa berbeda dengan jenis keilmuwan yang lainnya.
Hal ini diungkapkannya “science is empphasized in a human science context”
(Watson:1985). Pandangan ini didasarkan pada nilai human care dan human caring
dan asumsi-asumsi yang terkait dengannya. Berikut beberapa asumsi Watson tentang
keperawatan:
 Human caring merupakan moral ideal dan peran utama perawat
 Caring merupakan essencekeperawatan dan paling sentral dan fokus utama
praktik keperawatan
 Pengetahuan dan tindakan caring merupakan ontologi serius, etika, epistemik dan
pragmatis dalam disiplin ilmu keperawatan
 Sebagai suatu disiplin, keerawatan memiliki tanggung jawab etik, sosial dan
lingkungan terhadap perkembangan teori baru dan pengatahuan caring,
penyembuhan dan praktik kesehatan untuk mengajarkannya dalam pendidikan
dan mengimplementasikannya dalam perawatan klinik.
 Karena fenomena keperawatan merupakan fenomena manusia dan kehidupan,
aspek multiple seseorang, intuisi, etika, empiris, estetika dan dimensi spiritual
disetujui sebagai dasar matrik epistomologis dan ontologis dari disiplin dan
profesi
 Human caring dapat didemonstrasikan dan dipraktikkan secara efektif melalui
hubungan interpesonal
 Praktik transpersonal caring-healing membutuhkan pengembangan epistomologi
dan pengetahuan transformatif
Nilai-nilai human care dan human caringmenurut Watson:
 Penghargaan dalam ditujukan pada keajaiban dan misteri hidup
5

 Pengakuan sebuah dimensi spiritual kehidupan dan kekuatan diri dari proses
human care
 Pengakuan kekuatan manusia tumbuh dan berubah
 Nilai nonpaternalistik berhubingan dengan otonomi manusia dan kebebasan
memilih ditujukan untuk mempertahankan diri, martabat manusia, dan
humanistik pada tingkat individu dan global
 Sebuah nilai tinggi ditempatkan pada subjektif-intersubjektif sebagai bukti, dalam
hubungan resiprokal antara perawat dan lainnya, melalui kesadaran, kesengajaan,
persepsi, pengalaman hidupberhubungan dengan caring, penyembuhan dan
kondisi sehat sakit dalan suatu caring moment dan pengalaman atau arti yang
melebihi momen dan pengalaman aktual
 Penekanan didasarkan pada membantu orang lain melalui modalitas keperawatan
caring healing lanjut, dan memperoleh pengetahuan diri lebih, kontrol diri dan
bahkan penyembuhan diri, tanpa menghiraukan kondisi sehat sakit
 Sebuah nilai tinggi ditempatkan pada hubungan antara perawat dan orang lain,
dengan semua bagian dipandang sebagai coparticipann dalam proses human care
 Caring diakui sebagai bentuk komitmen tertinggi terhadap diri dan orang lain,
sosial dan lingkungan bahkan pada semesta
 Jika human caring-healing tidak dipertahankan dalam bagian
nilai,pengetahuan,praktik dan tujuan global maka kebaikan sulit dipertahankan
Asumsi Watson yang berhubungan dengan human care dan human caring
 Care dan lovebersifat paling universal, paling dahsyat, dan paling misteri dalam
kekuatan cosmik
 Manusia membutuhkan care dan love seringkali terabaikan, atau kita tahu bahwa
seseorang membutuhkan orang lain namun seringkali kita tidak menunjukkan hal
tersebut satu dengan lainnya
 Karena keperawatan merupakan caring profession, tanggung jawab untuk
mempertahankan ideal caring dan ideologi dalam pendidikan dan praktik yang
akan mempengaruhi bagaimana manusia berkembang dan berkembang menjadi
sebuah moral, caring.
 Untuk memulai, kita harus membangkitkan kesadaran, moral ideal, kesengajaan,
akan merawat dan mencintai menjadi perilaku dan kesadaran diri.
 Human care pada tingkat individu, kelompok, komunitas dan sosial sedikit atau
tidak didapatkan dari sistem teknologi perawaatan medis pada akhir abad 20
Caring didefinisikan sebagai etika dan moral ideal keperawatan yang bersifat
humanistik dan interpersonal. Caring merupakan konsep kompleks melibatkan
perkembangan sebuah rentang ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian dan
kecakapan teknis dan keterampilan interpersonal. Watson menyebutkan caring
6

sebagai esensi dari keperawatan “caring is the most central and unifying focus for
nursing practice” (Watson: 2005). Bahkan Watson memandang caring sebagai fokus
dan sentral dari keperawatan. Berikut asumsi Caring dari Watson:
 Caring didasarkan pada sebuah otologi dan hubungan etika
 Kesadaran caring, dalam hubungannya menjadi primer
 Caring paling efektif didemonstrasikan dan dipraktikkan secara interpersonal dan
transpersonal
 Caring terdiri dari kesadaran caritas dan nilai. Caring diarahkan dengan
komponen caratives
 Sebuah hubungan caring dan lingkungan caring merawat “soul care”:
pertumbumbuhan spiritual pemberi dan penerima caring
 Sebuah hubungan caring dan lingkungan caring mempertahankan martabat
manusia, keutuhan dan integritas
 Caring mempromosikan pertumbuhan diri, pengetahuan diri, kontrol diri dan
proses penyembuhan diri
 Caring menerima dan mempertahankan ruang aman bagi seseorang yang
membutuhkan keutuhannya dan menjadi utuh bukan hanya saat ini namun juga
yang akan datang, mengembangkan keutuhan, kompleksitas lebih baik dan
keterkaitan lebih dalam diri, jiea dan diri yang k]lebih tinggi
 Setiap tindakan caring perlu dipertahankan dalam kesadaran caring yang
disengaja.
 Caring, sebagai ontologi dan kesadaran, memerlukan kesadaran ontologi dan
keterampilan dan kompetensiontologi lanjut. Ini bisa diterjemahkan sebagai
ontologis profesional berdasarkan modalitas caring-healing
Watson memandang orangsecara holistik meliputi raga, jiwa dan pikiran
yang saling berhubungan, setiap bagian merefleksikan keseluruhan, namun
keseluruhan lebih luas dan berbeda dari ketiga bagian.Sehat dipandang sebagai
kesatuan dan keselarasan dari jiwa, raga dan pikiran.Keperawatan ditujukan untuk
membantu seseorang mencapai harmonisasi dari jiwa, raga dan pikiran. Dalam ten
carative factors, Watson menyebutkan lingkungan secara implisit, yaituperan perawat
dalam memberikan dukungan, perlindungan dan perbaikan lingkungan mental, fisik,
sosial dan spiritual. Dengan demikian, perawat menjadi bagian dari lingkungan untuk
membantu pasien mencapai kesehatan.
Perawat-pasien melibatkan hubungan interpersonal dengan menekankan
hubungan transpersonal caring. Caring menjadi fokus utama keperawatan dan ten
carative factors sebagai penuntun praktik yang bertujuan mencapai kesehatan.

2.2 Teori Afaf Ibrahim Meleis


5

2.2.1 Latar Belakang Teori


Afaf Ibrahim Meleis lahir di Alexandria, Mesir. (Meleis,
Personal Communication, 29 Desember 2007)ia mengatakan bahwa
keperawatan sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak ia lahir. Ibunya
dainggap TheFlorence Nightingale dari Timur tengah. Ia adalah orang
pertama di Mesir yang mendapatkan gelar BSN dari Syracuse
University, dan merupakan perawat pertama di Mesir yang
mendapatkan delar MPH dan PhD dari Egyprin University. Meleis
mengagumi dedikasi dan komitmen sang ibu kepada profesi dan
menggap keperawatan sudah ada dalam darahnya. Di bawah pengaruh
ibunya, Meleis menjadi tertarik terhadap keperawatan dan memilih
untuk mendalami disiplin ilmu keperawatan. Namun ketika ia memilih
untuk mengikuti keperawatan, orang tuanya merasa keberatan dengan
keputusannya tersebut karena mereka tahu bagaimana perjuangan
perawat untuk dapat berjuang mendapatkan kualitas dari care. Namun
pada akhirnya mereka menyetujui apa pilihannya dan mereka
meyakinkan Afaf bahwa ia dapat melakukannya.
Meleis menyelesaikan pendidikan keperawatannya di The
University of Alexandria, Egypt. Ia datang ke Amerika untuk
melanjutkan pendidikannya menjadi seorang perawat akademisi
(Meleis, Personal Communication, 29 Desember 2007). Dari The
University of California, Los Angeles, ia menerima gelar MS dalam
bidang keperawatan pada tahun 1964, gelar MA dalam bidang
sosiologi pada tahun 1966, dan sebuah gelar PhD dalam bidang
Medical and Social Psychology pada tahun 1968.
Setelah menerima gelar Doktornya, meleis bekerja sebagai
administrator dan instruktur di The University of California, Los
Angeles dari tahun 1966 sampai 1968 dan sebagai asisten profesor dari
tahun 1968 sampai 1971. Pada tahun 1971, ia pindah ke The
University of California, San Fransisko (UCSF), dimana ia
menghabiskan 34 tahun berikutnya dan mengembangkan Transitions
Theory. Pada tahun2002, nama Meleis dinominasikan dan menjadi
nama sebuah sekolah keperawatan yaitu Meleis Bond Simon Dean of
6

The School of Nursing at the University of Pennsylvania.


(Alligood&Tomey 2010).

2.2.2 Konsep dan Definisi


Transition theory adalah salah satu nursing theory yang
dicetuskan oleh Afaf Ibrahim Meleis, teori ini mulai dikembangkan
pada tahun 1960. Transisi adalah konsep yang sering digunakan
didalam teori perkembangan dan teori stress-adaptasi. Transisi
mengakomodasi kelangsungan dan ketidakberlangsungan dalam proses
kehidupan manusia. Transisi berasal dari bahasa latin “transpire” yang
berarti “pergi menyebrang”, dalam kamus Webster, transisi berarti
pergerakan dari satu keadaan, kondisi, atau tempat ke kondisi lainnya.
Meleis awalnya mendefinisikan transition sebagai transisi
yang sehat atau transisi yang tidak efektif dalam kaitannya dengan
peran yang tidak efektif. Meleis mendefenisikan peran yang tidak
efektif sebagai kesulitan di dalam mengenal atau kinerja dari peran
atau perasaan dan tujuan yang terkait dengan peran perilaku seperti
yang dirasakan oleh diri sendiri atau oleh orang lain (Meleis, 2007
dalam Alligood, 2014).
Konsep umum dari Transition Theory terdiri dari:
1. Tipe dan Pola dari Transisi,
Tipe transisi terdiri developmental, health and illness,
situational, and organizational. Developmental (perkembangan)
terdiri dari kelahiran, kedewasaan (adolescence), menopause,
penuaan (aging), dan kematian. Health and illness (sehat dan sakit)
terdiri dari proses pemulihan, hospital discharge (keluar dari
rumah sakit), dan diagnosis dari penyakit kronis. Organizational
transition adalah perubahan kondisi lingkungan yang berefek pada
kehidupan klien, serta kinerja mereka (Schumacer &Meleis, 1994
dalam Alligood, 2014).
Pola transisi terdiri dari multiple dan kompleks.
Kebanyakan orang memiliki pengalaman yang multiple (banyak)
dan simultan (berkelanjutan) dibandingkan dengan hanya satu
pengalaman transisi, dimana tidak mudah untuk mengenalinya dari
5

konteks kehidupan sehari-hari. Dalam setiap studinya meleis


mencatat dimana dasar dari teori pengembangan meliputi
seseorang yang memiliki minimum dua tipe transisi, dimana tidak
adanya hubungan langsung antara dua tipe transisi, sehingga
mereka mempertimbangkan jika terjadi transisi yang berurutan dan
simultan serta adanya overlaping dari transisi, maka esensi dari
hubungan antara kejadian yang terpisah adalah permulaan dari
transisi seseorang.
2. Properties of Transition Experiences (Sifat dari pengalaman
transisi), sifat dari pengalaman transisi terdiri dari lima subkonsep
yaitu:
a. Kesadaran (Awarness) didefinisikan sebagai persepsi,
pengetahuan dan pengenalan terhadap pengalaman transisi.
Level dari kesadaraan sering tercermin dari tingkatan
kesesuaian antara apa yang diketahui tentang proses dan respon
serta harapan dasar apa yang ditetapkan tentang respon dan
persepsi individu yang mengalami transisi yang sama. Individu
yang tidak sadar akan perubahan berarti tidak memulai proses
transisinya.
b. Ikatan ( Engagement), merupakan sifat lainnya yang dicetuskan
oleh Meleis, engagement adalah tingkatan yang mana
melibatkan demonstrasi atau pertunjukkan seseorang yang
tidak dapat dipisahkan dari proses transisi. Level pertimbangan
awareness mempengaruhi level dari engagement, tidak akan
ada engagement tanpa adanya awarness.
c. Berubah dan Perbedaan (Changes and difference)
Changes adalah pengalaman seseorang tentang identitas, peran,
hubungan, kebiasaan, dan perilakunya yang kemungkinan
membawa keinginan untuk bergerak atau arahan langsung
proses internal dan proses eksternal. Meleis, dkk menyatakan
semua transisi berhubungan dengan perubahan, walaupun
perubahan belum tentu merupakan suatu transisi. Mereka juga
6

menyatakan untuk memahami transisi secara komplit sangat


penting untuk menyingkap dan menjelaskan arti dan pengaruh
dan cakupan dari perubahan seperti alam, kesementaraan,
kekejaman, personal, keluarga, norma sosial dan harapan.
Difference, Meleis, dkk mempercayai perbedaan kesempatan
atau tantangan bisa ditunjukkan oleh karena ketidakpuasan atau
harapan yang tidak lazim, perasaan yang tidak sama, atau
memandang sesuatu dengan cara yang berbeda, dan meleis
meyampaikan perawat harus mengenali tingkat kemyamanan
dan penguasaan klien dalam mengalami perubahan dan
perbedaan.
d. Rentang waktu (Time Span)
Semua transisi bersifat mengalir dan bergerak setiap saat.
Karakter transisi sebagai time span dengan indentifikasi titik
akhir. Berawal dari antisipasi, persepsi atau demonstrasi
perubahan, bergerak melalui periode yang tidak stabil,
kebingungan, stress berat sampai menuju fase akhir dengan
adanya permulaan baru atau periode yang stabil. Meleis, dkk
mencatat bahwa akanbermasalah atautidak layak, dan bahkan
mungkinmerugikan, untuk membatasirentang waktubeberapa
pengalamantransisi.
e. Titik kritis dan peristiwa (Critical Point and Event),
didefinisikan sebagai “penanda yang terdiri dari kelahiran, k
f. Kematian, menopause, atau diagnosis penyakit. Meleis juga
mengakui bahwa penanda peristiwa spesifik tidak semuanya
jelas bagi beberapa transisi, walaupun transisi biasanya
memiliki critical point dan events.Critical point and event
biasanya berhubungan dengan kesadaran tinggi pada perubahan
atau ketidaksamaan atau lebih exertive engagement pada proses
transisi
3. Transition Condition ( Facilitators and inhibitor ), adalah keadaan
yang mempengaruhi cara orang bergerak melalui transisi dan
5

menfasilitasi atau menghambat kemajuan untuk mencapai transisi


yang sehat. Kondisi transisi terdiri dari personal, komonitas, atau
faktor social yang bisa mempercepat atau menghalangi proses dan
outcome dari transisi yang sehat.
a. Kondisi personal, terdiri meaning (arti), didefinisikan sebagai
beberapa keadaan atau pencetus yang mempercepat atau
memperlambat suatu transisi. Dari beberapa penelitian, setiap
orang memiliki arti tersendiri terhadap setiap peristiwa yang
dialaminya bisa arti positif, negative, ataupun tidak memiliki
arti sama sekali.Kepercayaan Kultural (cultural believe),
merupakan suatu stigma yang berhubungan dengan
pengalaman transisi. Stigma akan mempengaruhi pengalaman
transisi.
b. Persiapan dan pengetahuan, antisipasi dari persiapan dalam
menfasilitasi pengalaman transisi, dimana apabila terjadi
gangguan pada persiapan maka akan menghambat transisi.
Pengetahuan berhubungan dengan proses persiapan, dimana
seseorang harus memiliki pengetahuan tentang harapan selama
transisi dan bagaimana strategi untuk mewujudkan dan me-
managenya.
c. Status Sosial dan Ekonomi
d. Kondisi Komunitas atau kondisi sosial
4. Pola Respon (Pattern of Response ( process indicator and
outcome)) adalah karakter dari respon kesehatan, karena transisi
terus berubah sepanjang waktu.
Mengidentifikasi indicator proses klien yang bergerak baik ke arah
kesehatan atau terhadap kerentanan dan resiko, memungkinkan
perawat untuk melakukan pengkajian awal dan intervensi untuk
menfasilitasi outcome yang sehat. Indicator proses ini terdiri dari:
a. Feeling Connected
Didefinisikan sebagai kebutuhan untuk terhubung satu sama
lain, hubungan dan kontak personal, adalah sumber informasi
6

utama tentang pelayanan kesehatan dan sumber dayanya.


Merasa terhubung dengan tenaga kesehatan yang professional
yang mampu menjawab pertanyaan dan klien merasa nyaman
untuk berhubungan merupakan indicator lain dari pengalaman
positif transisi
b. Interacting
Melalui proses interaksi, transisi dan perkembangan perilaku
dapat diketahui,dipahami, dan diklarifikasi.
c. Location and being situated
Waktu, ruang, dan hubungan biasanya menjadi hal penting
dalam transisi.
d. Developing confidence and coping
Outcome Indikator, digunakan untuk mengecek apakah proses
transisi sehat atau tidak. Ada dua indicator penting yang
digunakan yaitu penguasaan terhadap skill baru (Mastery of
new skills) dan pencairan identitas (fluid integrative identities),
penguasaan terhadap kemampuan dan pencairan identitas baru
dibutuhkan dalam transisi untuk mengatur situasi baru atau
lingkungan baru. Penguasaan dan memiliki rasa baru dalam
identitas merefleksikan outcome yang sehat dari sebuah proses
transisi
5. Nursing Therapeutics
Schumacher dan Meleis (1994), nursing therapeutics sebagai tiga
alat ukur yang dapat diaplikasikan secara luas untuk intervensi
terapeutik selama masa transisi. Pertama, mereka mengusulkan
kesiapan pengkajian sebagai nursing therapeutic. Pengkajian
memerlukan usaha secara interdisiplin dan berdasarkan pengertian
penuh tentang klien. Kedua, adalah persiapan untuk proses transisi,
pendidikan merupakan modal utama dalam persiapan proses
transisi.Ketiga, peran pelengkap (supplementation role), namun
dalam middle-range theory of transition, peran pelengkap tidak
dikembangkan dalam nursing therapeutic.
5

2.2.3 Scope atau Cakupan Teori


Transition Theory merupakan salah satu nursing theory yang
merupakan bagian dari middle-range theory, dikarenakan Transition
theory adalah middle range theory maka, teori ini dikembangkan
berdasarkan riset yang menggunakan Transition Framework.
Transition theory dapat diaplikasikan dalam praktek dengan berbagai
tipe grup, yang terdiri dari populasi geriatric, popoulasi psikiatri,
populasi maternal, wanita yang menopause, pasien Alzheimer, family
caregiver, wanita imigran, dan orang yang memiliki penyakit kronis.
Transition theory menyediakan arahan untuk praktik keperawatan
dengan berbagai tipe transisi oleh penyediaan perspektif yang
komprehensif pada konsep nature dan tipe transisi, kondisi transisi,
dan indikator proses serta outcome.
2.2.4 Hubungan Antar-Konsep
Hubungan antar kosep dalam Transition dapat digambarkan
sebagai berikut

BAB I
PENDAHULUAN
6

A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam
aplikasinya harus dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan
yang kokoh, dengan demikian perawat harus mampu berfikir
logis, dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi
fenomena respon manusia. Banyak bentuk-bentuk
pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis harus dilakukan
pada setiap situasi klien, antara lain dengan menggunakan
model-model keperawatan dalam proses keperawatan dan tiap
model dapat digunakan dalam praktek keperawatan sesuai
dengan kebutuhan.
Bentuk profesionalisme keperawatan salah satunya
ditunjukkan dalam pemberian asuhan keperawatan. Asuhan
keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan rasional
dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang ada,
dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi kelima
tahapan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Penerapan teori keperawatan yang diperkenalkan oleh
para ahli dibidang keperawatan perlu terus dikembangkan
penerapannya di lapangan atau pada praktik keperawatan.
Banyak teori yang telah diperkenalkan oleh para ahli
keperawatan. Salah satunya adalah model konsep
keperawatan yang dikembangkan oleh Afaf Ibrahim Meleis.
Teori yang diperkenalkannya adalah Teori Transisi. Model
konsep yang diperkenalkan oleh Meleis tersebut menekankan
bahwa seseorang akan mengalami masa transisi dalam
hidupnya. Peran perawat dalam hal ini membantu individu
tersebut dalam masa transisi agar mampu memenuhi
kebutuhan self-care pada saat kondisi sakit atau tidak mampu
memenuhi kebutuhannya.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Aplikasi Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis
dalam Asuhan Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis yang
didapat pada berbagai literature pustaka.
b. Melakukan kajian dari Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis
yang didapat pada berbagai literature pustaka tersebut
c. Menganalisis permasalahan yang ada di klinik atau
pendidikan yang dapat dipecahkan dengan menggunakan
Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis
d. Membuat rancangan penerapan Teori Keperawatan Afaf
Ibrahim Meleis dalam Asuhan Keperawatan
5

BAB II
TEORI TRANSITION AFAF IBRAHIM MELEIS

A. Sejarah Teori
Afaf Ibrahim Meleis lahir di Alexandria, Yunani. Dia orang
pertama dari Yunani yang mendapat gelar BSN dari
Universitas Syracus dan perawat pertama di Yunani yang
mendapatkan gelar MPH dan PhD dari Universitas Egyptian.
Meleis menyelesaikan program keperawatan di Universitas
Alexandria, Yunani. Dari universitas California Los Angles dia
mendapat gelar MS dari keperawatan pada tahun 1964, MA
dari pendidikan sosial pada tahun 1966 dan PhD dipendidikan
kedokteran dan sosial fisiologi pada tahun 1968.
Karirnya kombinasi antara akademisi dan administrasi,
setelah selesai Doktor dia bekerja sebagai instruktur praktek
di Universitas California dan asisten Profesor dari tahun 1968 –
1971, setelah itu dia mengabdikan diri di Universitas California
San Fransisco selama 34 tahun dan disana pula dia
menemukan Toeri Transition. Pada tahun 2002 dia menjadi
Dekan di Universitas Pennsylvania.
Perkembangan Teori Transition berkembang pada
pertengahan tahun 1960-an ketika dia bekerja sebagai PhD
dan dia menjalani penelitian bersama teman – temannya. Dia
mempelajari Teori Transition berdasarkan fenomena
perbedaan antara seorang ibu yang kehamilannya direncakan
dengan yang tidak direncanakan. Meleis mengawali
pekerjaannya dengan menjelaskan perubahan sehat menjadi
sakit atau perubahan yang tidak efektif dalam hubungannya
ketidakcukupan memenuhi fungsi (role insufficiency). Dia
menjelaskan role insufficiency sebagai ketidakmampuan
dalam pengetahuan dan daya guna yang berkaitan dengan
perasaan dan berhubungan dengan perilaku sendiri atau
lingkungan. Konsep ini membuar Meleis membagi Perubahan
Kesehatan berdasarkan perilaku, perasaan, dan isyarat dan
simbol yang berhubungan dengan fungsi, identitas dan proses
non problematik.

B. Definisi dan Konsep Utama


Konsep utama dari Teori Transition adalah:
1. Tipe dan pola perubahan
Bagian dari tipe perubahan adalah pertumbuhan, sehat
dan sakit, situasi dan organisasi. Perubahan pertumbuhan
diantaranya adalah kelahiran, penuaan, menepouse, dan
kematian, yang termasuk dalam perubahan sehat dan sakit
6

adalah proses penyembuhan, penanganan rumah sakit dan


diagnosis dari penyakit kronis, sedangkan perubahan
organisasi mengarah pada perubahan kondisi lingkungan yang
berefek pada kehidupan dari klien seperti pekerjaan klien.
Bagian dari perubahan pola perubahan adalah kompleksitas
dan keragaman.
2. Properties Of Transition Experience (Properti dari perubahan
karena pengalaman)
Properties Of Transition Experience adalah: kesadaran,
keterlibatan, perubahan dan perbedaan, rentang waktu,
peristiwa dan poin utama. Kesadaran didefinisikan sebagai
persepsi, pengetahuan, pengakuan dari perubahan karena
pengalaman sedangkan tingkat kesadaran direfleksikan pada
derajat kesesuaian antara apakah pemahaman tentang proses
dan respon dan apakah merupakan harapan dari respon dan
persepsi dari individu tentang perubahan.
Keterlibatan adalah properti lain dari perubahan.
Keterlibatan berarti tingkatan dimana seseorang turut campur
dalam proses perubahan. Tingkatan dari kesadaran dapat
berakibat pada keterlibatan seseorang dan keterlibatan
terkadang bisa terjadi tanpa ada kesadaran, sehingga
tingkatan keterlibatan dari seseorang adalah kesadaran secara
fisik, emosi, sosial atau perubahan lingkungan.
Perubahan dan perbedaan adalah properti perubahan.
Perubahan pada identitas, status, kemampuan dan pola dari
perilaku dapat mendukung terjadinya perubahan internal
maupun eksternal. Perbedaan dapat dicontohkan dengan tidak
terkabulnya harapan, merasa berbeda, atau melihat dunia dan
yang lainnya dengan jalan yang berbeda dan ini dapat
digunakan perawat kepada kliennya untuk mengetahui tingkat
kenyamanan dan penguasaan dengan perubahan dan
perbedaan.
Rentang waktu juga merupakan properti dari perubahan.
Semua model perubahan akan berkaitan dengan rentang
waktu dan perubahan bisa dinilai setelah adanya perubahan
dalam rentang waktu tertentu.
Poin utama dan peristiwa adaah properti perubahan yang
terakhir, yang dijelaskan sebagai penanda kelahiran,
kematian, menarche, atau diagnosis dari penyakit. Poin utama
dan peristiwa juga berhubungan dengan peningkatan
kesadaran dari perubahan atau perbedaan atau aktifitas yang
lebih terlibat dalam perubahan perubahan berdasarkan
pengalaman
3. Transition Conditions (Perubahan Kondisi)
Perubahan kondisi adalah keadaan dimana seseorang
tergerak untuk perubahan, dan fasilitas atau halangan yang
5

memaksa untuk perubahan terhadap kesehatan. Perubahan


kondisi diantaranya adalah personal, komunitas atau faktor
sosial yang membuat fasilitas atau memaksa untuk menjalani
dan menghasilkan perubahan kesehatan. Kondisi personal
diantaranya pemahaman, adat dan budaya yang dipercaya,
pendidikan dan status sosial ekonomi. Kondisi komunitas atau
kondisi sosial dapat menjadi pencetus dalam perubahan.
4. Proses indikator dan Keluaran dari indikator
Proses indikator menururt maleis diantaranya adalah
hubungan perasaan, interaksi, situasi dan kondisi,
peningkatan kepribadian serta analisis. Klien akan
membutuhkan perasaannya dan interaksi dalam
lingkungannya untuk beradaptasi dengan situasi dan
kondisinya sehingga terjadi perubahan pengalaman dan
kemampuan analisisnya. Indikator pengeluaran menurut
maleis adalah penguasaan dan keterpaduan identitas
personal/ klien.

5. Keperawatan Terapeutik
Konsep askep ada 3 ukuran yang dapat diaplikasikan
dalam perubahan intervensi teraupeutik. Pertama dapat
mengusulkan diagnosa untuk asuhan keperawatannya.
Diagnosa dapat berasal dari berbagai pemahaman yang
kompereherensif dari klien. Kedua, persiapan klien dalam
menghadapi perubahan dapat menjadi asuhan keperawatan.
Ketiga, pemberian saran atau kritik terhadap klien dapat
diajukan dalam asuhan keperawatan.

BAB 3
ANALISIS FILOSOFI HUMAN CARING JEAN WATSON
DAN TEORI TRANSISI AFAF IBRAHIM MELEIS

3.1 Analisis Teori


3.1.1 Analisis Filosofi Jean Watson : Human Caring
a. Clarity
Berdasarkan konsep utama dan beberapa asumsi, Watson memaparkan ten
carative factors dengan bahasa yang belum konkrit untuk diaplikasikan
dalam praktik.Konsep caring yang difokuskan dalam keperawatan menurut
Watson, memberikan suatu dasar hubungan perawat pasien dalam praktik
keperawatan. Dalam memahami konsep yang dipaparkan Watson, perlu
upaya membaca yang dilakukan berulang terkait dengan istilah-istilah yang
6

digunakannya, misalnya keterkaitan love dan care yang menjadi dasar


clinical caritas process.
b. Simplicity
Konsep yang dipaparkan terkait dengan hubungan antar konsep dijelaskan
secara sederhana. Pada konsep metaparadigma, Watson lebih banyak
menekankan pada konsep keperawatan dan manusia sedangkan lingkungan
dan sehat bersifat implisit.
c. Generality
Love dan care yang menjadi dasar dalam ten caratives factors bersifat
universal sehingga dapat diterapkan untuk semua bidang keperawatan.
Namun demikian, untuk aplikasi secara langsung masih perlu
pengembangan lanjut misalnya bentuk aplikasi love dan care dalam praktik
keperawatan.
d. Empirical Precision
Konsep yang diajukan Watson dalam human caring bersifat umum dan
bahkan masih terlalu abstrak. Konsep keperawatan yang dipaparkan dalam
filosofi human caring, menekankan caring dan diaplikasikan ke dalam ten
caratives factors belum mengarahkan perawat secara spesifik pada praktik
keperawatan secara nyata
e. Derivable Consequences
Filosofi human caring menjadi dasar bagi perawat untuk
memasukkancaring dalam hubungan perawat pasien. Melalui dalam ten
caratives factors dan clinical caritas factor, Watson mengembangkan
caring dalam praktik keperawatan meskipun masih bersifat abstrak dan
umum. Hubungan transpersonal caring yang kemudian dikembangkan
Watson menjadi suatu paradigma caring-healing. Melalui pandangannya
ini, perawat menyadari melalui hubungan interpersonal perawat-pasien
dapat didasarkan dengan caring untuk suatu proses penyembuhan pasien.

3.1.2 Analisa Teori Afaf Ibrahim Meleis


a. Clarity (Kejelasan):
Menurut Chinn & Kramer (2004, 2008) dalam Tommey & Alligood
(2010, hal. 748), clarity merujuk kepada bagaimana teori dapat
dimengerti dengan baik, dan bagaimana konsep disajikan dengan
jelas dan konsisten. Definisi konseptual dari Teori Transisi cukup
5

jelas dan mencakup pemahaman yang comprehensive tentang


kompleksitas dari transisi. Dalam hubungan antar konsep sudah jelas
di jabarkan mengenai gambaran relasi antar konsep dimana secara
umum Teori Transisi ini terdapat input (nature transition) yang akan
mempengaruhi transisi dari klien, nature transisi akan dihambat atau
difasilitasi tergantung dari kondisi dan situasi yang ada di dalam
dirinya, komunitas, dan sosial dari klien, dalam proses yang transisi
di harapkan nantinya akan mencapai outcome yang positif (transisi
yang sehat) sehingga klien akan berada kembali dalam situasi stabil
setelah transisi. Adanya proses transisi dari input-proses-outcome,
sama-sama dipengaruhi oleh nursing therapeutic.
b. Simplicity (Kesederhanaan):
Sebuah teori yang sederhana adalah sebuah teori yang memiliki
jumlah konsep yang minimal (Tommey & Alligood, 2010). Teori
Transisi, dalam hal ini, sangat sederhana dengan lima konsep utama
yaitu (1) tipe dan pola transisi; (2) kekayaan pengalaman transisi; (3)
kondisi transisi; (4) pola respon; (5) terapeutik keperawatan.
Konsep-konsep utama secara logika terhubung dan hubungan nya
nyata dalam pernyataan teoritis. Berdasar pada tingkat simplicity
ditemukan hubungan antara konsep yang cukup sederhana, dapat
memberikan panduan yang cukup jelas bagi perawat untuk
pengaplikasiannya dilapangan dikarenakan konsep yang ada sudah
cukup detail, namun disi lain konsep dalam theory ini cukup banyak.
c. General (Umum)
General mengartikan berdasarkan studi dengan partisipan dari
budaya dan gender yang berbeda, dalam setting yang bermacam-
macam. Teori Transisi telah menunjukkan jika teori ini relevant
untuk semua populasi dalam transisi, tergantung dari tipe transisi
yang dialami oleh populasi. Cakupan dari theory ini dapat
diaplikasikan pada kelompok geriatric, ibu hamil, wanita menopause,
pasien Alzheimer, pasien dengan penyakit kronik, kelompok pskiatri,
Family caregiver, wanita imigran, namun teori ini menurut saya
kurang cocok diterapkan pada pasien dengan penyakit akut, anak-
6

anak dikarenakan anak-anak akan sulit bagi perawat untuk mengkaji


tahap kondisi transisi. Teori ini bersifat lebih konkrit dari model
conceptual dan sudah memiliki kerangka yang jelas dalam
penerapannya.
d. Accessibility
Teori Transisi telah diuji dan didukung oleh Meleis dan yang lainnya
sebagai suatu kerangka kerja untuk menjelaskan pengalaman transisi
dari berbagai macam grup populasi dalam tipe-tipe transisi yang
berbeda. Hal ini dikarenakan teori ini bersumber dari konseptual
model dn riset-riset yang ada maka, teori ini telah memberikan
panduan yang cukup dapat diaplikasikan pada praktek keperawatan,
walaupun cakupannya masih cukup luas.
e. Derivable Consequences : how important?
Teori Transisi dengan focus kepada masyarakat dengan tipe transisi
yang berbeda membuktikan sebuah komprehensif dan petunjuk
pengembangan bagi semua yang berhubungan dengan disiplin
kesehatan. Perhatian yang tidak terpisahkan dari kenakeragaman
layanan kesehatan klien dan penelitian diantara grup-grup yang
berbeda berkontribusi terhadap kepentingan teori ini. Teori transisi
ini juga penting dikarenakan teori ini telah memiliki cakupan dan
panduan yang cukup jelas dalam aplikasinya dilapangan, teori ini
focus pada keberagaman dari individu atau kelompok dalam
menjalani proses transisi. Dimana proses transisi yang efektif akan
membuat individu berada pada fase yang baru dan mampu memulai
kehidupan yang baru dari awal. Dan dalam pelayanan, keberagaman
tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan
5

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.1.1 Filosofi Jean Watson
Watson menyusun ten carative factors sebagai kerangka kerja praktek
keperawatan yang didasari oleh caring. Watson memandang
keperawatan bagai human science dan caring sebagai focus dari
keperawatan. Filosofi Watson: Human Caring yang dituangkan dalam
ten carative factors dan clinical caritass process masih bersifat umum
dan abstrak untuk diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
4.1.2 Teori Transisi Afaf Ibrahim Meleis
Meleis menyusun Teori Transisi berdasarkan studi panjang tentang
berbagai macam kondisi transisi. Dia mengemukakan lima konsep
utama tentang Teori Transisi. Teori Transisi ini dapat diaplikasikan di
berbagai tipe transisi, dan praktek pada system pelayanan kesehatan.
6

DAFTAR PUSTAKA

Aligood, M. R. (2010). Nursing Theory: Utilization & Application (4th Ed).


Missouri: Elsevier.

Aligood, M. R. (2014). Nursing Theorists: and Their Work (8th Ed). Missouri:
Elsevier.

Fawcett, Jacqueline.(2005). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and


Evaluation of Nursing Models and Theories (2th Ed). Philadephia: Davis
Company
Meleis, Afaf I. (2010). Transition Theory: Middle Range and Situation-Spesific
Theories in Nursing Research And Practice. New York: Springer
Publishing Company

Anda mungkin juga menyukai