Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

Pengembangan Empiris Tentang Model Konseptual Keperawatan

Di Susun Oleh:
Kelompok 2 Komunitas

Endang Martini 2221312023


Rifahatul Mahmudah 2221312030
Rachmad Aprilio 2221312034
Yolanda Sukarma 2221312035

PROGRAM STUDI MEGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................3
B. Tujuan...................................................................................................................4
C. Manfaat.................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN TEORITIS.....................................................................................................5
A. Riwayat Sister Callista Roy...................................................................................5
B. Fungsi Model Callista Roy....................................................................................7
C. Paradigma Keperawatan Menurut Sister Callista Roy...........................................9
D. Teori Adaptasi Sister Callista Roy.......................................................................11
E. Aplikasi Teori Adaptasi Callista Roy..................................................................15
F. Proses Keperawatan.............................................................................................16
G. Diagnosa keperawatan.........................................................................................17
H. Artikel Terkait Penerapan Model Sister Callista Roy..........................................20
BAB III............................................................................................................................30
PENUTUP........................................................................................................................30
A. Kesimpulan..........................................................................................................30
B. Saran....................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan merupakan disiplin profesional yang dikenal melalui

bidang keilmuan spesifik dan nilai tentang komitmen sosial dan sifat

layanannya. Keperawatan muncul dengan perspektif unik yang didasarkan

pada perkembangan filosofi, riwayat masa lampau dan cakupan praktik

keperawatan yang terus meluas. Selain itu, pandangan global yang dianut

oleh mayoritas kelompok ilmu keperawatan membentuk suatu susunan yang

mengatur hubungan di antara beberapa teori guna mengembangkan model

konseptual dan teori – teori keperawatan sebagai kerangka kerja pemberian

layanan keperawatan secara komprehensif. Dalam disiplin ilmu keperawatan,

pengetahuan ilmiah terdiri atas prinsip, teori, dan model konseptual, serta

temuan penelitian dari keperawatan dan disiplin terkait (Parker, 2015).

Model konseptual keperawatan diharapkan dapat menjadi kerangka

berfikir perawat, sehingga perawat perlu memahami beberapa konsep ini

sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam

praktek keperawatan. Pengembangan empiris tentang model konseptual

keperawatan adalah bagian yang perlu dikerjakan untuk memajukan disiplin

ilmu pengetahuan keperawatan. Teori keperawatan menunjukkan fenomena

yang menarik yang di kemukakan, mengikuti banyak pertimbangan, sehingga

logis, konsisten dan disesuaikan dengan penemuan empiris dan didefinisikan

secara operasional.

Pengembangan empiris mengenai model konseptual keperawatan bukan

1
kegiatan yang misterius, tetapi merupakan usaha ilmiah yang dilakukan

secara sistematis. Ketepatan pengembangan teori keperawatan merupakan

prioritas untuk masa yang akan datang dari disiplin dan praktik profesi

keperawatan, mengingat begitu pentingnya mengetahui pengembangan

empiris tentang teori dan model konseptual keperawatan

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui model konseptual keperawatan

2. Untuk mengetahui perkembangan model dan teori keperawatan menurut

Callista Roy

3. Untuk mengetahui perkembangan teori Callista Roy dari berbagai

literatur

C. Manfaat

1. Bagi Praktis

Pembelajaran ini dapat digunakan dalam mengembangkan keperawatan

secara klinis melalui pengembangan empiris dan model konseptual

keperawatan yang ada dan memiliki dasar evidence based praktis (EBP)

sehingga tindakan keperawatan dilakukan perawat memiliki dasar yang

jelas dan akan semakin mempercepat kesembuhan pasien.

2. Bagi Akademis

Akademis sebagai dasar institusi pendidikan dalam memberikan materi

kepada peserta didiknya, sehingga dalam tatanan praktik, mereka lebih

percaya diri dalam melakukan tindakan, bahkan dibandingkan dengan

disiplin lain, profesi keperawatan akan mampu berpijak kepada aturan

2
dan kelimuan sendiri

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Riwayat Sister Callista Roy


Sister Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy
dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima
Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister
Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California LosAngeles.
Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika
dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan
Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep
keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang
sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan
kerja adaptasi dari Helsen tahun 1964, seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk
memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai
fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan
individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli,
konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan
terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep- konsep tersebut, Roy juga
mengadaptasi nilai “Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H.
Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme
dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat
meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di
area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic (1970) dan Selye
(1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka
kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model
adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda
keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar
dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas
model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi
lebih lanjut dan penyaringan model.

4
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-
1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan
model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan
profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan, dan
nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan
kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi
Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan. Roy
mengembangkan ilmu dan filosofinya berdasarkan 3 asumsi dasar, yaitu :
1. Asumsi dari Teori Sistem
a. System adalah seperangkat bagian yang saling berhubungan dari satu bagian ke
bagian lain.
b. Sistem adalah bagian dari berfungsinya bagian yang satu dan saling
ketergantungan dengan yang lain
c. Sistem mempunyai input, out put, proses control,dan umpan balik
d. Input merupakan umpan balik yang juga disebut informasi
e. Sistem kehidupan lebih kompleks dari system mekanik, mempunyai standard
dan umpan balik langsung terhadap fungsinya.
2. Asumsi dari Teori Heson
a. Perilaku manusia adalah hasil adaptasi dari lingkungan dan kekuatan organism
b. Perilaku adaptif adalah berfungsinya stimulus dan tingkatan adaptasi, yang
dapat berpengaruh terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus
residual.
c. Adaptasi adalah proses adanya respon positif terhadap perubahan lingkungan
d. Respon merupakan refleksi keadaan organisme terhadap stimulus
3. Asumsi dari Humanism
a. Individu mempunyai kekuatan kreatif
b. Perilaku individu mempunyai tujuan dan tidak selalu dalam lingkaran sebab
akibat
c. Manusia merupakan makhluk holistic
d. Opini manusia dan nilai yang akan datang
e. Mobilisasi antar manusia bermakna

5
B. Fungsi Model Callista Roy
Empat fungsi model yang dikembangkan oleh roy terdiri dari :
1. Fisiologis
Menurut Nursalam (2016) secara fisiologis dapat dilihat dari beberapa hal berikut :
f. Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan dengan
respirasi dan sirkulasi.
g. Nutrisi: menggambarkan pola penggunaan nutrient untuk memperbaiki
kondisi tubuh dan perkembangan.
h. Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi.
i. Aktivitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan
tidur.
j. Integritas kulit: menggambarkan pola fisiologis kulit.
k. Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensori perceptual berhubungan dengan
panca indra.
l. Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fsiologis penggunaan cairan dan
elektrolit.
m. Fungsi neurologis: menggambarkan pola control neurologis, pengaturan dan
intelektual.
n. Fungsi endokrin: menggambarkan pola control dan pengaturan
termasuk respons stress dan system reproduksi.

2. Konsep Diri (Psikis)


Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri. Konsep diri adalah citra
subjektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi
bawah sadar maupun sadar Komponen konsep diri antara lain identitas, citra tubuh,
harga diri, dan peran diri (Potter dan Perry, 2005). Konsep diri didefinisikan sebagai
semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui
tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri
seseorang tidak terbentuk waktu lahir melainkan harus dipelajari (Murwani, 2009).
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
(Stuart & Sundeen, 1991, dalam Murwani, 2009). Konsep diri seseorang tidak
terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang
dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat. Berdasarkan pendapat di atas maka

6
peneliti menyimpulkan bahwa konsep diri adalah pengetahuan individu tentang
dirinya.
Model konsep ini mengidentifikasi pola nilai, kepercayaaan dan emosi yang
berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan keadaan
diri sendiri tentang fisik, individual, dan moral-etik (Sudarta, 2015).
Menurut Potter dan Perry (2005) komponen konsep diri antara lain:
o. Identitas
Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan dan konsistensi
dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Identitas
menunjukkan menjadi lain dan terpisah dari orang lain, namun menjadi diri yang
utuh dan unik. Ciri-ciri identitas diri:
1) Memahami diri sendiri sebagai organisme yang utuh, berbeda, dan terpisah
dari orang lain.
2) Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
3) Mengakui jenis kelamin sendiri.
4) Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
5) Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keserasian dan
keselarasan.
6) Mempunyai tujuan hidup yang bernilai dan dapat direalisasikan.
p. Citra Tubuh
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara
internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh.
q. Harga Diri
Harga diri adalah rasa tentang nilai nilai diri. Rasa ini adalah suatu evaluasi
dimana seseorang membuat atau memper tahankan diri. Orang perlu merasa
berharga dalam hidupnya dan hal ini merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia. Harga diri dapat diperoleh melalui orang lain dan diri sendiri. Aspek
utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi, orang lain dan mendapat
penghargaan dari orang lain.
r. Peran Diri
Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh
keluarga, komunitas dan kultur. Peran adalah perilaku yang didasarkan pada pola
yang ditetapkan melalui sosialisasi.

7
3. Fungsi Peran (Sosial)
Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh
keluarga, komunitas dan kultur. Peran adalah perilaku yang didasarkan pada pola
yang ditetapkan melalui sosialisasi (Potter dan Perry, 2005). Fungsi peran
mengidentifikasi tentang pola interaksi social seseorang berhubungan dengan orang
lain akibat dari peran ganda yang dijalankannya (Nursalam, 2016).

4. Interdependent
Interdependent mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta
dan memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap
individu maupun kelompok (Sudarta, 2015). Hubungan interdependent meliputi
kemauan dan kemampuan untuk memberi kepada yang lain dan menerima dari
aspek-aspek mereka yang memberikan, seperti cinta, respek, nilai, pengasuhan,
pengetahuan, kemampuan- kemampuan, komitmen-komitmen yang memiliki materi,
waktu dan bakat (Alligot & Tommy, 2010).

C. Paradigma Keperawatan Menurut Sister Callista Roy


Empat elemen utama dari teori Roy adalah : Manusia sebagai penerima asuhan
keperawatan, Konsep lingkungan, Konsep sehat dan Keperawatan. Dimana antara
keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu
sistem.
1. Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah
yang menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok
maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana
“Holistic Adaptif System “ ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan
konsep adaptasi.
s. Konsep Sistem
Roy memandang manusia sebagai mahluk holistik yang dalam sistem
kehidupannya akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, dimana diantara
keduanya akan terjadi pertukaran informasi, “matter” dan energi. Adapun
karakteristik sistem menurut Roy adalah input, output, control dan feed back.
t. Konsep Adaptasi
Output dalam sistem adaptasi ini berupa respon perilaku individu yang
dapat dikaji oleh perawat baik secara objektif maupun subjektif. Respon
perilaku ini
8
dapat menjadi umpan balik bagi individu maupun lingkungannya. Roy
mengkategorikan output dari sistem adaptasi ini berupa respon adaptif dan respon
inefektif. Respon adaptif dapat meningkatkan integritas individu sedangkan
respon inefektif tidak dapat mendukung untuk pencapaian tujuan perawatan
individu.
Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menggambarkan proses
kontrol individu dalam sistem adaptasi ini. Beberapa koping ada yang bersifat
genetik seperti : WBC (sel darah putih) sebagai benteng pertahanan tubuh
terhadap adanya kuman, sedangkan beberapa koping lainnya ada yang merupakan
hasil belajar seperti : menggunakan antiseptik untuk membersihkan luka. Dalam
mekanisme kontrol ini, Roy menyebutnya dengan istilah “Regulator” dan
“Cognator”. Transmitter dari sistem regulator berupa kimia, neural atau sistem
saraf dan endokrin, yang dapat berespon secara otomatis terhadap adanya
perubahan pada diri individu. Respon dari sistem regulator ini dapat memberikan
umpan balik terhadap sistem cognator. Proses kontrol cognator ini sangat
berhubungan dengan fungsi otak dalam hal fungsi persepsi atau memproses
informasi, pengambilan keputusan dan emosi.

2. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen
dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah “Semua
kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok “(Roy and
Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 260) . Dalam hal ini Roy menekankan agar
lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau
meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya perubahan.

3. Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and becoming
an integrated and whole person”. Integritas individu dapat ditunjukkan dengan
kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan “mastery”.
Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.

9
4. Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy
adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon inefektif
individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di
semua proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu
meninggal dengan damai. Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat
mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada pada individu, dengan
lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan stimulus tertinggi.

D. Teori Adaptasi Sister Callista Roy


Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi,
bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi
dalam tiga tingkatan yaitu input, proses dan output.
1. Input
Input atau masukan terdiri dari stimulus dan level adaptasi. Stimulus terdiri dari :
u. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi .
v. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara
bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal
seperti anemia, isolasi sosial.
w. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat
individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses
belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang
toleransi tetapi ada yang tidak. Level adaptasi dapat menjadi data masukan yang
akan mempengaruhi respon adaptasi seseorang. Menurut Roy level adaptasi
seseorang dibagi menjadi 3, yaitu : integrated , compensatory, compromised.
2. Proses
Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping
yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
merupakan subsistem.

10
x. Subsistem regulator. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter
regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah
respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai
perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat
dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
y. Subsistem kognator. Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal
maupun internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi
stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses
berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan
emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal
dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan
proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang
mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses
internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah
proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan
kasih sayang.

Dalam memelihara integritas, kognator dan regulator saling bekerjasama dan


menguatkan. Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai
sistem adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasi
meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi
untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode
fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi
fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas.
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri.

11
3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan
ginjal.

4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan


istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen (kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
6) The sense/perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan Sensasi nyeri
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.
7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh
9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai
dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi
fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan
dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme.

b. Mode Konsep Diri


Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan
spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep
diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas
mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua
komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan

12
pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah
operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.

2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri,
moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya
kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
c. Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal pola–pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,
sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan
dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya.
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan
oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima
cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima
sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk
afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan
berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat
dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan
menerima.

3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau
secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar.
Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output
sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak efektif/maladaptif.
Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara
keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan
yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung
tujuan ini.
Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi dipengaruhi oleh
perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme koping.
Penggunaan mekanisme koping yang maksimal mengembangkan tingkat adaptasi

13
seseorang dan meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara positif.

E. Aplikasi Teori Adaptasi Callista Roy


Selama lebih dari 30 tahun Model Adaptasi Roy telah digunakan untuk
memahami dan menuntun praktik keperawatan dalam perawatan pasien. Para perawat
menggunakan model ini sebagai framework untuk mengkonseptualisasi dan
merencanakan intervensi keperawatan pada pasien atau menggunakan model ini
untuk menciptakan intervensi untuk pemisahan populasi klinik.
Roy Adaptation Model telah diimplementasikan di NICU sebagai sebuah
ideology untuk keperawatan (Nyqvist dan sjoden, 1993 dalam Senesac 2007), pada
perawatan bedah akut, sebagai alat dokumentasi dalam proses keperawatan , pada
fasilitas rehabilitasi untuk mengintegrasi basis professional perawatan pasien (Mastal,
Hammond, dan Roberts, 1982 dalam Senesac, 2007); pada dua unit rumah sakit
umum sebagai konseptual framework untuk menuntun praktik; memfasilitasi sistem
integral keperawatan pada bagian orthopedic, unit neurosurgical untuk
mempertahankan lingkungan praktik professional bagi pelatihan mahasiswa,
meningkatkan otonomi professional, membantu proses rekrutmen dan penguranan
staf, dan untuk meningkatkan kejelasan peran pemberi layanan, dan menguatkan dan
mengefektifkan kolaborasi interdisiplin.
Peran perawat yang diharapkan berdasarkan teori Roy. Perawat harus mampu
meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit. Perawat dapat
mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual
stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi.
Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi
perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain.
Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap mampu
mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya
melalui tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan
respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat
adanya perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang
yang mengalami kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu
mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu
berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam dirinya. Kehilangan

14
salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang mudah untuk diterima. Jika perawat
dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan melaksanakan
fungsi perannya secara optimal.

F. Proses Keperawatan
Sebagai dasar dalam melaksanakan proses keperawatan, Roy berpendapat
bahwa pasien harus di pandang sebagai manusia yang utuh (pandangan menyeluruh)
baik dari aspek biologis, psikologis dan spiritual. Di samping itu pasien pun harus di
pandang sebagai suatu system yang dapat hidup melalui interaksi yang konstan
dengan lingkungannya. Model adaptasi Roy menawarkan standar untuk
mengembangkan atau melaksanakan proses keperawatan melalui elemen –elemen
Roy meliputi :
Tahap I : Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian perilaku
Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan
data dan memutuskan klien adaptif atau maladaptif. Termasuk dalam model
ini adalah kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh
kekurangan atau kelebihan, misalnya terlalu sedikit oksigen , terlalu tinggi
gula darah atau terlalu banyak ketergantungan. Perawat menggunakan
wawancara, observasi dan pengukuran untuk mengkaji perilaku klien
sekarang pada setiap mode. Berdasarkan pengkajian ini perawat
menganalisis apakah perilaku ini adaptif, maladaptif atau potensial
maladaptif.

2. Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh


Pada tahap ini termasuk pengkajian stimuli yang signifikan terhadap
perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal, kontekstual dan residual.
a) Identifikasi stimuli focal
Stimuli focal merupakan perubahan perilaku yang dapat
diobservasi. Perawat dapat melakukan pengkajian dengan menggunakan
pengkajian perilaku yaitu: keterampilan melakukan observasi,
melakukan pengukuran dan interview.
b) Identifikasi stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya
perilaku atau presipitasi oleh stimulus focal. Sebagai contoh anak yang

15
di rawat dirumah sakit mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu
tidak belajar. Focal stimulus yang dapat diidentifikasi adalah adanya
fakta bahwa anak kehilangan skedul sekolah. Stimulus kontekstual yang
dapat diidentifikasi adalah secara internal faktor anak menderita sakit
dan faktor eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi kontekstual
dapat

diidentifikasi oleh perawat melalui observasi, pengukuran, interview


dan validasi.
Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang
mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex, tahap perkembangan,
obat, alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi,
pola interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi,
dan lingkungan fisik.
c) Identifikasi stimuli residual
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu.
Helson dalam Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari
pengalaman lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat
ini. Sikap, budaya, karakter adalah faktor residual yang sulit diukur
dan memberikan efek pada situasi sekarang.

G. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai
suatu hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang
mampunya adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi
tingkah laku klien terhadap pengaruh lingkungan. Menurut Roy (1991) ada 3
metode dalam membuat diagnosa keperawatan : Menggunakan 4 (empat) model
adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen
a) Physiological model
1) Oksigenasi: Hipoksia/shock, Kerusakan ventilasi, Ketidakadequatan
pertukaran gas, Perubahan perfusi jaringan, Ketidakmampuan dlm
proses kompensasi pada perubahan dan kebutuhan oksigen
2) Nutrisi: Nutrisi kurang / lebih dari kebutuhan tubuh, Anoreksia,

16
Nausea/Vomiting, Ketidak efektifan strategi koping terhadap penurunan
dan ingestik
3) Eliminasi: Diare, Inkontinensia, Konstipasi, Retensi urine dan Ketidak
efektifan strategi koping terhadap penurunan fungsi eliminasi.
Aktifitas dan istirahat: Ketidak adekuatan aktifitas & istirahat,
Keterbatasan mobilitas & Koordinasi, Intoleransi aktifitas,
Immobilisasi, Sleep deprivation, Resiko gangguan pola tidur dan
Kelelahan (Fatigue).
a. Proteksi
b. Sense
c. Cairan dan elektrolit
d. Fungsi neurologi
e. Fungsi endokrin
b) Self consep Mode
1) Physical Self : Gangguan body image, Disfungsi seksual, Kehilangan
dan Rape Trauma syndrome
2) Personal self: Ansietas, Ketidakberdayaan, Perasaan bersalah, Harga
diri rendah
c) Role Function Mode
1) Transisi Peran
2) Konflik Peran
3) Gangguan / Kehilangan Peran
d) Contoh membuat diagnosa keperawatan menurut Roy :
1) Mengobservasi respon klien yang paling menonjol pada satu mode
adaptif, misalnya ; mode fisisiologis sub kebutuhan cairan. Contoh
kasus untuk diare intake : 1200 ml, out put : 3500 ml, keluhan haus (+),
turgor tidak elastis, kelopak mata tampak cekung. Dari respon pasien
tersebut dapat disimpulkan bahwa diagosa keperawatan pasien menurut
Roy adalah defisit volume cairan.
2) Menyimpulkan respon klien dari satu atau lebih dari mode adaptif yang
terkait dengan stimulus yang sama. Misalnya mode yang terganggu
adalah mode fisiologis, konsep diri dan interdependensi. Contoh kasus ;
klien mengeluh tidak mau makan, makan hanya habis ¼ porsi, BB turun

17
2 Kg dari normal. Dari data tersebut klien mengalami gangguan
kebutuhan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan (mode fisiologis).
Karena klien kekurangan nutrisi mengakibatkan posturnya tampak
kurus, hal ini membuat klien mengalami gangguan Body Image (Mode
Konsep diri), kondisi ini juga mengakibatkan klien tidak dapat
memenuhi kebutuhannya sehari-hari (Mode Interdependensi).

a. Penentuan Tujuan
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi
keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif
dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang
akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekuasaan. Tujuan
jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah
dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.

b. Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan, mengubah atau
memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada
koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan
kemampuan individu untuk beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha
membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan kembali
pentingnya mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.

c. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan
sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku
pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah
laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

18
H. Artikel Terkait Penerapan Model Sister Callista Roy

Judul Author Tahun Problem Intervention Comparation Outcome


Intervensi Relaksasi Maftuchul Huda, 2022 Lansia rentan Penelitian ini - Hasil intervensi relaksasi
Nafas Dalam Dan 2022 mengalami mendeskripsikan nafas dalam dan dzikir
Dzikir Pada Ansietas kecemasan, intervensi relaksasi pada lansia hipertensi
Lansia Hipertensi kelompok rentan nafas dalam dan dengan masalah
Dengan Pendekatan mengalami gangguan dzikir pada lansia keperawatan ansietas
Teori Model Adaptasi kecemasan yaitu usia hipertensi dengan dengan pendekatan teori
Roy diatas 55 tahun. masalah keperawatan model adaptasi Roy
Kecemasan yang ansietas terjadi penurunan skor
dialami oleh lansia menggunakan pada ansietas ringan dari
dengan hipertensi pendekatan Teori 14 menjadi 8 (ansietas
dihubungkan dengan Sister Calista Roy. ringan). Terbukti
adanya komplikasi relaksasi nafas dalam dan
dari hipertensi dzikir dapat membantu
sehingga dianggap mengontrol
sebagai ancaman kecemasannya dan
yang membahayakan mengubah perilaku klien
kehidupannya dan menjadi adaptif dari
memicu rasa cemas stimulus yang
diterimanya
kelebihan menggunakan
pengaplikasian teori
model Roy pada kedua
kasus ini ialah dapat
dilakukan pengkajian
secara detailterdapat
stimulus yang diterima
klien pada masing-masing
mode. Sehinggga ditarik
kesimpulan pada
pembahasan diatas ialah
intervensi relaksasi nafas
dalam dan dzikir yang
dilakukan dengan

19
bersungguh-sungguh
dapat memberikan
dampak ketenangan batin
dan menurunkan tingkat
ansietas pada seseorang.
Adaptasi Mahasiswa Saputra et al., 2022 2022 Pandemi memberikan Penelitian ini - Hasil Penelitian ini
Baru Terhadap dampak besar dalam menggunakan metode menunjukan Mayoritas
Pembelajaran Daring setiap lini kehidupan, survei deskriptif mahasiswa mengalami
Selama Pandemi salah satunya adalah dengan pendekatan adaptasi adaptif
dengan Pendekatan bidang pendidikan potong lintang. yang 37(84,1%) dan
Teori Adaptasi yaitu dengan bertujuan untuk mahasiswa yang
Calista Roy berubahnya metode mengetahui adaptasi mengalami adaptasi
pembelajaran tatap mahasiswa baru maladaptif sebanyak
muka menjadi daring. terhadap 7(15,9%). Kematangan
Mahasiswa baru pembelajaran daring emosi seseorang individu
dihadapkan pada selama pandemi dapat mempengaruhi
proses belajar dan melalui pendekatan proses adaptasi terhadap
lingkungan baru. teori lingkungan sekitar.
Kondisi tersebut Mayoritas mahasiswa
menuntut mereka mengalami adaptasi
untuk mampu adaptif 37(84,1%) dan
beradaptasi dengan mahasiswa yang
lingkungan barunya mengalami adaptasi
maladaptif sebanyak
7(15,9%). Kematangan
emosi seseorang individu
dapat mempengaruhi
proses adaptasi terhadap
lingkungan sekitar.
Hubungan Stres (Ulfa, Muzliyati, 2018 Stres merupakan Penelitian ini adalah - Berdasarkan hasil
Terhadap Proses 2018) suatu reaksi alami penelitian penelitian secara
Adaptasi Teori tubuh untuk Kuantitatif yang umum dapat disimpulkan
Callista Roy mempertahankan diri menggunakan desain bahwa ada hubungan
Puskesmas Perumnas dari stressor. Stressor Analitik Korelasi antara tingkat stres
II Pontianak dapat menghasilkan untuk melihat terhadap tingkat proses
respon koping adaptif hubungan antara adaptasi koping pada
maupun maladaptif variabel stres dengan responden di Wilayah
tubuh yang dapat variabel proses Kerja Puskesmas

20
menyebabkan adaptasi dengan Perumnas II Pontianak
hipertensi. Proses menggunakan dan secara khusus dapat
adaptasi merupakan pendekatan Cross disimpulkan sebagai
suatu cara yang dapat Sectional berikut : berdasarkan
berpengaruh terhadap karakteristik responden di
perilaku penderita Wilayah Kerja Puskesmas
dalam memanajemen Perumnas II Pontianak
stres sehingga didapatkan jenis kelamin
terhindar dari sebagian besar adalah
hipertensi. perempuan, usia hampir
seluruhnya adalah pada
rentang usia 60-74 tahun,
tingkat pendidikan
terbanyak adalah
SMA/Sederajat, dan
kategori hipertensi
responden sebagian besar
berada pada kategori
sedang. Tingkat stres
responden pada lansia
yang menderita
Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas
Perumnas II Pontianak
hampir seluruhnya
memilik tingkat stres
sedang
Asuhan Keperawatan (Liniyarti & Tuti, 2022 Congestive Heart Penelitian ini dengan - Hasil didapatkan perilaku
Dengan Pendekatan 2022) Failure (CHF) adalah penulisan studi kasus maladaptif menunjukkan
Teori Model Adaptasi sindrom kompleks ini dengan masalah prioritas
Roy Pada Pasien kronis yang ditandai menerapkan teori penurunan curah jantung
Congestive Heart dengan model adaptasi Roy dengan stimulus fokal :
Failure: Case Study ketidakmampuan pada pasien dengan peningkatan afterload,
jantung memenuhi CHF. Metode yang preload, kontraktilitas,
kebutuhan organ digunakan adalah dan perubahan frekuensi
perifer, menyebabkan case study jantung. Stimulus
efek negatif pada kontekstual: riwayat
semua sistem tubuh. hipertensi, riwayat

21
Mengakibatkan diabetes mellitus dan
adaptasi yang buruk ketidakpatuhan. Stimulus
dan menurunkan residual: riwayat
kualitas hidup pasien merokok. Intervensi
serta menjadi keperawatan dengan
penyebab kematian. mengacu pada dua
Intervensi dengan mekanisme kontrol
menerapkan teori regulator dan kognator.
model adaptasi Roy Setelah dilakukan
untuk membantu perawatan, hasil proses
dalam meningkatkan adaptasi fisiologis-fisik
adaptasi pasien pada pada pasien, tidak
perubahan menggunakan injeksi
pemenuhan diuretik, mampu dalam
kebutuhan fisiologis, pembatasan cairan,
konsep diri, fungsi balance cairan seimbang.
peran dan Pasien mampu
interdepedensi beradaptasi terhadap
perubahan gaya hidup
didukung oleh keluarga.
Penulis
merekomendasikan dalam
pemberian asuhan
keperawatan pada pasien
dengan penyakit kronis di
tatanan klinik dengan
penerapan teori Model
Adaptasi Roy.
Dukungan Keluarga (R. Khairiyatul 2017 Banyak pasien kanker Tujuan penelitian ini - Berdasarkan penelitian
Mempengaruhi Afiyah, 2017) yang tidak dapat mengetahui hubungan pada
Kemampuan beradaptasi dengan dukungan keluarga pasien kanker di Yayasan
Adaptasi ( Penerapan penyakitnya, karena dengan kemampuan Kanker Indonesia
Model Adaptasi Roy) berasumsi kanker adaptasi pada pasien Surabaya, tabel 5.10
Pada Pasien Kanker adalah suatu penyakit kanker di Yayasan menunjukkan dari 27
Di Yayasan Kanker mematikan Kanker Indonesia responden, sebagian besar
Indonesia Cabang Cabang Jawa Timur. (63%) adaptif. Hal ini
Jawa Timur Desain penelitian menunjukkan bahwa
adalah analitik pasien kanker sudah

22
dengan rancangan melewati respon
cross sectional. psikologis yang
Populasi ditunjukkan dalam
penelitian ini baik terkait
diagnosis kanker maupun
efek dari pengobatannya.
Adanya diagnosis kanker
dirasakan sebagai proses
berduka yang sangat sulit
untuk mereka hadapi.
Umumnya saat pertama
kali mengetahui dirinya
didiagnosis penyakit
kanker direspon dengan
perasaan kaget dan tidak
percaya (denial). Bahkan
pada pasien yang harus
menghadapi proses
amputasi, dirasakan
cukup berat dan membuat
pasien tersebut
mengalami proses
penolakan dalam waktu
yang cukup lama.
Selanjutnya, pada
beberapa pasien
menunjukkan adanya rasa
marah (anger) yang sering
muncul selama proses
menjalani pengobatan
kanker Keputusasaan dan
sedih yang mendalam
karena adanya penyakit
kanker, juga dirasakan
oleh pasien sebagai
tahapan depresi
(depression) dalam proses
berduka, sehingga pada

23
tahap ini pasien tersebut
sempat untuk tidak ingin
menjalani pengobatan.
Akan tetapi, setelah
pasien menjalani
pengobatan atau terapi
kanker beberapa waktu,
pasien mulai merasakan
ada perubahan kondisi
mereka ke arah membaik,
dan pada tahap ini
merupakan tahap dimana
pasien mulai menerima
(acceptance) semua
keadaan dan merasa harus
tetap menjalani terapi
kanker dengan harapan
dapat melawan penyakit
kanker tersebut. sesuai
dengan teori adaptasi
Callista Roy yang
memandang klien sebagai
suatu system yang
adaptif. Roy menguraikan
bahwa bagaimana
individu mampu
meningkatkan
kesehatannya dengan cara
mempertahankan perilaku
secara adaptif karena
menurut Roy, manusia
adalah mahluk holistic
yang memiliki sistem
adaptif yang selalu
beradaptasi

No Judul, penulis dan tahun Tujuan Metode Hasil

24
6 Judul : Untuk menunjukan Desain penelitian ini menggunakan Berdasarkan penelitian yang telah
HUBUNGAN ANTARA hubungan antara konsep diri metode cross section. Variabel dilakukan sebagai berikut: 1. Sebagian
KONSEP DIRI DENGAN dengan respon adaptif independen konsep diri, variabel besar mahasiswa mengalami konsep diri
RESPON ADAPTIF dependen respon adaptif. Populasi pada tingkat rendah di STIKes Ngudia
mahasiswa pada
MAHASISWA PADA penelitian adalah 109 responden, Husada Madura. 2. Sebagian besar
pembelajaran daring
PEMBELAJARAN DARING sampel 44 responden menggunakan mahasiswa mengalami respon adaptif
pandemic covid-19
PANDEMI COVID-19 metode proportionate stratified pada tingkat kurang di STIKes Ngudia
pendekatan teori callista roy
PENDEKATAN TEORI random sampling dan teknik simple Husada Madura 3. Ada hubungan antara
CALLISTA ROY random sampling. Instrumen riset konsep diri dengan respon adaptif
memakai kuesioner dengan uji mahasiswa pada pembelajaran daring
Penulis : statistik Spearman Rank. Pandemi COVID-19 pendekatan teori

R. Haqqul Yaqin, Dr. M. Suhron., Callista Roy

S.Kep., Ns., M.Kes


Tahun :
2021

7 Judul : Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini adalah penelitian Penelitian ini dapat digunakan sebagai
Gambaran Penyesuaian diri mengetahui gambaran deskriptif kualitatif. Partisipan bahan penelitian lanjutan yang
Lansia dalam Konteks Model penyesuaian diri lansia dalam dalam penelitian ini adalah delapan mendukung pengembangan ilmu
Adaptasi Roy di Loka Rehabilitasi konteks Model Adaptasi Roy lansia yang tinggal di LRSLU keperawatan gerontik khususnya
Sosial Lanjut Usia Kendari di Loka Rehabilitasi Sosial Kendari. Pengambilan sampel penyesuaian diri lansia dilihat dari
Lanjut Usia (LRSLU) Kendari. menggunakan teknik purposive konteks Model Adaptasi Roy. Perawat

25
Penulis : sampling. Metode pengambilan di ruang perawatan lansia dapat
Anggi Nurza’da Pebrianti , Diah data menggunakan wawancara membantu penyesuaian diri lansia
Indriastuti , Mien1 mendalam, observasi dan studi dengan berfokus para konsep adaptasi
Roy, memahami faktor internal dan
Tahun : eksternal yang dapat mempengaruhi

2020 kondisi kesehatan lansia.

8 Judul : Untuk mengetahui Penelitian dilakukan di Berdasarkan uji statistic Wilcoxon


Pengaruh Caringperawat persentasi penderita ca komunitas paliatif wlayah Kerja pada table 2 dan 3mengenai adaptasi
terhadapadaptasi penderita ca colon di daerah Surabaya Dinas Kesehatan kota surabaya pada penderita ca colon sebelum dan
colon menurut model konsep dengan perhitungan statistik sesudah intervensi caring perawat
adaptasiCalysta roy yang diberikan menunjukan hasil
dikomunitas paliatif wilayah yang bermakna secara
kerja dinas Kesehatan kota statistic(p,0,05).
surabaya

Penulis :
Etik lusiani, widayani
Yuliana,Emilia Indah Eko
Setiawati

Tahun :
2019

26
9 Judul : Untuk melihat hubungan Desain penelitian ini menggunakan Berdasarkan penelitian yang telah
Hubungan Mode Adaptif mode adaptif konsep diri metode crossectional study dilakukan didapatkan hasil adanya

Konsep Diri berbasis Teori berbasis teory callista roy hubungan yang signifikan antara mode

Callista Roy dengan dan kemampuan interaksi adaptif berbasis teory callista roy dan

kemampuan interaksi sosial sosial kemampuan interaksi sosial

anak tunagrahita di SLB-C kemampuan anak tunagrahita.

TPA Kabupaten Jember

Penulis :
Rofiqoh, 2018
10 Judul : Untuk mengetahui ada Jenis penelitian merupakan Hasil dari uji statistik Korelasi
Hubungan tugas keluarga hubungan antara tugas penelitian kuantitatif. Desain Spearman’s rho didapatkan nilai

dengan proses adaptasi pasien keluarga dengan proses penelitian yaitu cross sectional. signifikansinya adalah 0,000 dan lebih
adaptasi pasien stroke yang Populasi pada penelitian ini adalah kecil dari alpha 0,05 sehingga hipotesis
stroke yang mengalami
mengalami gangguan pasien stroke yang mengalami alternatifnya diterima artinya ada
gangguan mobilitas fisik
mobilitas fisik menurut teori gangguan mobilitas fisik di IRNA hubungan tugas keluarga dengan proses
menurut teori callista roy
Callista Roy di IRNA IV IV RSUD dr. Sayidiman Magetan. adaptasi pasien stroke yang mengalami
RSUD dr. Sayidiman Magetan. Jumlah sampel sebanyak 30 gangguan mobilitas fisik menurut Teori
Penulis :
responden. Tehnik sampling Callista Roy
Ika apriliasanty,endang menggunakan Consecutive
Yuswatiningsih,Agustina Sampling. Variabel independent
Maunaturrohmah yaitu tugas keluarga dan variable
dependent yaitu proses adaptasi

27
Tahun : pasien stroke yang mengalami
2020 gangguan mobilitas fisik.
Pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner kemudian
diolah secara editing, coding,
scoring dan tabulating , diuji
dengan Spearman Rank.

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Model keperawatan adaptasi Roy memandang manusia sebagai suatu

system adaptasi mulai dari tingkatan individu itu sendiri sampai ke adaptasi

dengan lingkungan. Teori ini menjelaskan proses keperawatan yang bertujuan

membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan

fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama

sehat sakit. Adapun objek utama dalam keperawatan Callista Roy yaitu

manusia, keperawatan, sehat sehat sakit dan lingkungan. Teori Calista Roy

mengaplikasikan konsep-konsepnya tentang person, Roy menjelaskan bahwa

person berarti individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-

masing sebagai sistem adaptasi holistik.

Roy memandang person secara menyeluruh yang merupakan suatu

kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran inormasi bahan dan energi.

Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan menyebabkan

perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini

individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi) dan

proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat. Teori

keperawatan akan selalu berkembang melalui pengalaman empiris yang

menunjang masing-masing bidang dan tujuan utama teori keperawatan.

Proses pengembangan teori keperawatan dapat meliputi pengujian teori,

memperbaiki teori maupun memodifikasi serta menggunakan penelitian

29
dalam penerapan teori tersebut.

B. Saran
Pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari

pengembangan empiris tentang teori keperawatan Callista Roy yang sudah

berkembang dan sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak

bertentangan dengan etika, norma dan budaya. Selain itu perawat juga harus

mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit.

Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimulasi fokal,

kontekstual maupun residual stimulasi dengan melakukan analisa sehingga

stimulasi berada pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk

mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan melalui penguatan

regulator, cognator dan mekanisme koping lainnya sehingga diharapkan

kepada pembaca untuk terus mengembangkan riset dan menelaah teori

keperawatan guna meningkatkan kualitas layanan kesehatan / asuhan

keperawatan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Fawcett, Jacqueline. (2013). Contemporary Nursing Knowledge; Analisys and Evaluation of

Nursing Models and Theories. Philadelphia : Davis Company, USA.

Meleis, Afaf Ibrahim. (2014). Theoritical Nursing; Development and Progress. Philadelphia :

Lippincott Williams& Wilkins, USA

Parker, Marilyn E.(2015). Nursing Theories and Nursing Practice. Philadelphia ; Davis

Company,USA.

Liniyarti, & Tuti, H. (2022). Asuhan Keperawatan Dengan Pendekatan Teori Model Adaptasi Roy
Pada Pasien Congestive Heart Failure: Case Study. 10(2), 177–189.
Maftuchul Huda, M. (2022). INTERVENSI RELAKSASI NAFAS DALAM DAN DZIKIR PADA
ANSIETAS LANSIA HIPERTENSI DENGAN PENDEKATAN TEORI MODEL ADAPTASI
ROY. 14, 207–218.
R. Khairiyatul Afiyah. (2017). DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
ADAPTASI (PENERAPAN MODEL ADAPTASI ROY) PADA PASIEN KANKER DI
YAYASAN KANKER INDONESIA CABANG JAWA TIMUR. 96–105.
Saputra, J. R., Rini, M. T., & Fari, A. I. (2022). Adaptasi Mahasiswa Baru Terhadap
Pembelajaran Daring Selama Pandemi dengan Pendekatan Teori Adaptasi Calista Roy.
5(1), 14–19. https://doi.org/10.52774/jkfn.v5i1.91
Ulfa, Muzliyati. (2018). HUBUNGAN STRES TERHADAP PROSES ADAPTASI ( TEORI
CALLISTA ROY ) PUSKESMAS PERUMNAS II PONTIANAK THE RELATIONSHIP
BETWEEN STRESS ADAPTATION PROCESS ( THEORY OF CALLISTA ROY ) IN THE
ELDERLY WITH HYPERTENSION IN THE WORKING AREA CLINICS PERUMNAS II OF
PONTIA. 68.

31

Anda mungkin juga menyukai