Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MODEL KONSEP TEORI KEPERAWATAN MENURUT

SISTER CALISTA ROY APLIKASI KASUS

Oleh :

1. Luh Gede Vera Yuniari 223221344


2. Ni Wayan Novi Yandeni 223221351
3. Ni Putu Desi Sukmayanti 223221326
4. Ni Made Emi Wahyuni 223221298
5. I Gede Agus Surya Saputra 223221350

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2022
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
anugerah kepada penyusun untuk dapat menyusun makalah yang berjudul “model konsep
teori keperawatan menurut Sister Callista Roy” Penyusun berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua dalam menambah pengetahuan atau wawasan mengenai
keperawatan. Penyusun sadar makalah ini belum sempurna maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi sempurna.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan laporan pendahuluan ini.

Denpasar, 4 Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………..…………………………1

Daftar isi …………………………………………………………………………………...2

BAB I Pendahuluan ………………………………………………………………………..3

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………3

1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………….4

1.3 Manfaat ………………………………………………………………………………...4

BAB II Pembahasan ………………………………………………………………………5

2.1 Sejarah Sister Calista Roy …...………………………………………………………….5

2.2 Bagan Model Konsep Teori Sister Calista Roy ….………………………..……………6

2.3 Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy …………….. ……………...….10

2.4 Contoh Aplikasi Model Konsep Teori Keperawatan Sister Calista Roy … ………...11

BAB III Penutup …………………………………………………………………….……15

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………15

3.2 Saran …………………………………………………………………………………...15

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………..16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Model konseptual mengacu pada ide – ide global mengenai individu, kelompok situasi
atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori yang
terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada suatu
kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan
dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak
dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan
perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang
perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan
asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia
pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan.
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi yang
kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal finansial. Oleh
karena itu keperawatan harus berusaha keras untukmenunjukkan pada dunia luar, di luar
dunia keperawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi – profesi lain. Tugas
ini akan terasa berat bila perawat-perawat Indonesia tidak menyadari bahwa eksistensi
keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk
menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Salah satu cara
untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan mengembangkan salah satu
model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.
Model keperawatan Roy, dikenal dengan model “adaptasi” dimana Roy memandang
setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik
stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai
tingkatan usia. Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy diRumah Sakit telah
banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan memahami bahwa
tindakan keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan perawat melaksanakan asuhan
keperawatan tanpa menyadari sebagian tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah
penerapan konsep teori Roy. Oleh karena itu, kami memandang perlu untuk mengetahui dan
mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Sister

3
Callista Roy di lapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakahteori Roy dapat
diaplikasikan dengan baik dalam pelayanankeperawatan/ asuhan keperawatan.

1.2 TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mampu memahami konsep model keperawatan menurut Roy dalam manajemen


asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan riwayat hidup Sister Calista Roy

b. Mampu menyelaraskan dan mendefinisikan model konseptual sister Calista Roy

c. Mampu memahami konsep dasar atau asumsi dasar dalam model konseptual stress
dan adaptasi Roy
d. Mampu menjelaskan komponen – komponen model konsep keperawatan sister
Calista Roy

e. Mampu menjelaskan karakteristik model konsep keperawatan sister Calista Roy

f. Mampu menerapkan konsep keperawatan sister Calista Roy pada asuhan


keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan.
1.3 MANFAAT

Sebagai panduan bagi perawat dalam manajemen asuhan keperawatan yang berdasarkan
model keperawatan Sister Calista Roy, sehingga mudah dalam mengaplikasikanya.

4
BAB II

TINJAUAN MATERI

2.1 SEJARAH SISTER CALISTA ROY


Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet.Roy
dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor
of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in
Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika
dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy
E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan.
Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi
dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun
pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya
stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi
dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan
residual stimuli. Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut,
Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep
A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme
dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat
meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di
area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye
(1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadisebagai suatu kerangka kerja
pendidikan keperawatan,praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi
keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di
Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-
mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan
model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan
penyaringan model.

5
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model
adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara
filosofi Roy mempercayaikemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan,pengalaman
klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh
manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada
model adaptasikeperawatan.

2.2 BAGAN MODEL KONSEP TEORI SISTER CALISTA ROY


Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus,merupakan kesatuan informasi,
bahan bahan atau energi darilingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana
dibagidalam tiga tingkatan yaitu input, proses dan output.
1. Input
Input atau masukan terdiri dari stimulus dan leveladaptasi. Stimulus terdiri dari :
a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsungberhadapan dengan seseorang, efeknya
segera,misalnya infeksi .
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yangdialami seseorang baik internal
maupun eksternal yangmempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukurdan
secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini munculsecara bersamaan dimana dapat
menimbulkan responnegatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasisosial.
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang
ada tetapi sukar untukdiobservasi meliputi kepercayan, sikap sifat
individuberkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal inimemberi proses belajar
untuk toleransi. Misalnyapengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransitetapi
ada yang tidak.Level adaptasi dapat menjadi data masukan yang
akanmempengaruhi respon adaptasi seseorang. Menurut Roylevel adaptasi
seseorang dibagi menjadi 3,yaitu integrated , compensatory, compromised.
2. Proses
Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di
gunakan. Mekanismekontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yangmerupakan
subsistem.
a. Subsistem regulator
Input stimulus berupa internal atau eksternal.Transmiter regulator sistem adalah
kimia, neural atauendokrin. Refleks otonom adalah respon neural danbrain sistem dan

6
spinal cord yang diteruskan sebagaiperilaku output dari regulator sistem. Banyak
prosesfisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulatorsubsistem.
b. Subsistem kognator.
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternalmaupun internal. Perilaku output
dari regulatorsubsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untukkognator subsistem.
Kognator kontrol prosesberhubungan dengan fungsi otak dalam memprosesinformasi,
penilaian dan emosi. Persepsi atau prosesinformasi berhubungan dengan proses
internal dalammemilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajarberkorelasi dengan
proses imitasi, reinforcement(penguatan) dan insight (pengertian yangmendalam).
Penyelesaian masalah dan pengambilankeputusan adalah proses internal yang
berhubungandengan penilaian atau analisa. Emosi adalah prosespertahanan untuk
mencari keringanan,mempergunakan penilaian dan kasih sayang.Dalam memelihara
integritas, kognator danregulator saling bekerjasama dan menguatkan.

Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai sistem adaptasi


denganmenetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasimeliputi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran daninterdependensi.
1) Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan denganstruktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasisembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harusdipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yangdibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologistingkat
dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan danfungsi fisiologis dengan proses yang kompleksterdiri
dari 4 bagian yaitu :
a) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigendan prosesnya, yaitu ventilasi,
pertukaran gasdan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
b) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasimakanan untuk mempertahankan
fungsi,meningkatkan pertumbuhan dan menggantijaringan yang injuri. (Servonsky,
1984 dalamRoy 1991).
c) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolismedari instestinal dan ginjal. (
Servonsky, 1984dalam Roy 1991)
d) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhankeseimbangan aktivitas fisik dan istirahat
yangdigunakan untuk mengoptimalkan fungsifisiologis dalam memperbaiki dan
memulihkansemua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984dalam Roy, 1991).

7
e) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defenstubuh termasuk proses imunitas dan
strukturintegumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana halini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi,trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalamRoy 1991).
f) The sense / perasaan : Penglihatan,pendengaran, perkataan, rasa dan
baumemungkinkan seseorang berinteraksi denganlingkungan Sensasi nyeri
pentingdipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy,
1991).
g) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairandan elektrolit di dalamnya termasuk
air,elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstraseldan fungsi sistemik. Sebaliknya
h) inefektif fungsisistem fisiologis dapat menyebabkanketidakseimbangan elektrolit.
(Parly, 1984,dalam Roy 1991).
i) Fungsi syaraf / neurologis : Hubunganhubunganneurologis merupakan bagianintegral
dari regulator koping mekanismeseseorang. Mereka mempunyai fungsi
untukmengendalikan dan mengkoordinasipergerakan tubuh, kesadaran dan proses
emosikognitif yang baik untuk mengatur aktivitasorgan-organ tubuh (Robertson, 1984
dalamRoy, 1991).
j) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalahpengeluaran horman sesuai dengan
fungsineurologis, untuk menyatukan danmengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas
endokrin mempunyai peran yang signifikandalam respon stress dan merupakan
dariregulator koping mekanisme ( Howard&Valentine dalam Roy,1991).
2) Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososialdengan penekanan spesifik pada
aspek psikososial danspiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri iniberhubungan dengan
integritas psikis antara lainpersepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan.Konsep diri
menurut Roy terdiri dari dua komponenyaitu the physical self dan the personal self.
a) The physical self, yaitu bagaimana seseorangmemandang dirinya berhubungan dengan
sensasitubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada
saat merasakehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atauhilang kemampuan
seksualitas.
b) The personal self, yaitu berkaitan dengankonsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan
spiritualdiri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnyakekuatan atau takut merupakan
hal yang beratdalam area ini.

3) Mode Fungsi Peran

8
Mode fungsi peran mengenal pola–pola interaksi sosialseseorang dalam hubungannya
dengan orang lain, yangdicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier.Fokusnya
pada bagaimana seseorang dapatmemerankan dirinya dimasyarakat sesuaikedudukannya
4) Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari modeyang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksiuntuk saling memberi dan menerima cinta/ kasihsayang,
perhatian dan saling menghargai.Interdependensi yaitu keseimbangan antaraketergantungan
dan kemandirian dalam menerimasesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkandengan
kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan
berinisiatifuntuk melakukan tindakan bagi dirinya.Interdependensidapat dilihat dari
keseimbangan antara dua nilaiekstrim, yaitu memberi dan menerima.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yangdapat di amati, diukur atau secara
subyektif dapatdilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar.Perilaku ini merupakan
umpan balik untuk sistem. Roymengkategorikan output sistem sebagai respon yangadaptif
atau respon yang tidak efektif / mal-adaptif.Respon yang adaptif dapat meningkatkan
integritasseseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bilaseseorang tersebut mampu
melaksanakan tujuan yangberkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan,reproduksi
dan keunggulan. Sedangkan respon yang maladaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan
ini.Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistemadaptasi dipengaruhi oleh perkembangan
individu itusendiri, dan penggunaan mekanisme koping.Penggunaan mekanisme koping yang
maksimalmengembangkan tingkat adaptasi seseorang danmeningkatkan rentang stimulus
agar dapat beresponsecara positif.
INPUT PROSES EFFECTOR OUTPUT
Stimulus (Fokal, Mekanisme koping Fungsional fisik Respon adaptife
contextual dan
residual)
Level Adaptasi Regulator Konsep diri Respon ineffectife
(Integrated,
compensatory,
compromise)
kognator Fungsi peran
interdependency

9
2.3 PARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT SISTER CALISTA ROY
Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : Manusia sebagai penerima asuhan
keperawatan, Konsep lingkungan, Konsep sehat dan Keperawatan. Dimana antara keempat
elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu sistem.
1. Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah yang
menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana “Holistic Adaptif
System “ ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep adaptasi.
a. Konsep Sistem
Roy memandang manusia sebagai mahluk holistik yang dalam sistem kehidupannya
akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, dimana diantara keduanya akan
terjadi pertukaran informasi, “matter” dan energi. Adapun karakteristik sistem
menurut Roy adalah input, output, control dan feed back
b. Konsep Adaptasi
Output dalam sistem adaptasi ini berupa respon perilaku individu yang dapat dikaji
oleh perawat baik secara objektif maupun subjektif. Respon perilaku ini dapat
menjadi umpan balik bagi individu maupun lingkungannya. Roy mengkategorikan
output dari sistem adaptasi ini berupa respon adaptif dan respon inefektif. Respon
adaptif dapat meningkatkan integritas individu sedangkan respon inefektif tidak
dapat mendukung untuk pencapaian tujuan perawatan individu. Roy menggunakan
istilah mekanisme koping untuk menggambarkan proses kontrol individu dalam
sistem adaptasi ini. Beberapa koping ada yang bersifat genetik seperti : WBC (sel
darah putih) sebagai bentengpertahanan tubuh terhadap adanya kuman, sedangkan
beberapa koping lainnya ada yang merupakan hasil belajar seperti : menggunakan
antiseptik untuk membersihkan luka. Dalam mekanisme kontrol ini, Roy
menyebutnya dengan istilah “Regulator” dan “Cognator”. Transmitter dari sistem
regulator berupa kimia, neural atau sistem saraf dan endokrin, yang dapat berespon
secara otomatis terhadap adanya perubahan pada diri individu. Respon dari sistem
regulator ini dapat memberikan umpan balik terhadap sistem cognator. Proses
kontrol cognator ini sangat berhubungan dengan fungsi otak dalam hal fungsi
persepsi atau memproses informasi, pengambilan keputusan dan emosi.

10
2. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen dari
lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah “ Semua kondisi,
keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku individu dan kelompok “(Roy and Adrews, 1991 dalam Nursing
Theory : 260) . Dalam hal ini Roy menekankan agar lingkungan dapat didesign untuk
meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan resiko yang akan terjadi
pada individu terhadap adanya perubahan.
3. Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and becoming an
integrated and whole person” (Roy and Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 261).
Integritas individu dapat ditunjukkan dengan kemampuan untuk mempertahankan diri,
tumbuh, reproduksi dan “mastery”.Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.
4. Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy adalah
meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon inefektif individu, dalam
kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua proses kehidupan,
keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu meninggal dengan damai. Untuk
mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan
residual yangada pada individu, dengan lebih menitikberatkan padastimulus fokal, yang
merupakan stimulus tertinggi.
2.4 CONTOH APLIKASI MODEL KONSEP TEORI KEPERAWATAN SISTER
CALISTA ROY
Kasus :
Tn A, usia 50 tahun, dirawat dengan keluhan Lukadikaki kanan yang timbul sejak 7 hari
lalu.Tn.A mengeluhkaki kanan terasa nyeri mengeluarkan bau busuk danterdapat nanah,Tn A
malu dengan keadaannya . Saat ini iajuga mengeluh sering BAK bahkan pada malam
haripunsering mengalami BAK ( 5 kali ), Dan ia mengatakan sudah 1tahun ini mengalami
impoten.Tn.A mengatakan menderita penyakit DM 10 tahunyang lalu ( dari status terlihat
bahwa pasien sudah menderita10 th lalu )Tn.A. mengatakan saat ini mengkonsumsi OHO
tetapi kadang–kadang suka lupa dan dia menyalahkan kondisi inipada istrinya.Vital signs BP :
150/90 mmHg, RR : 20x/menit, P :76x/menit, S : 38,5C. Istri Tn.A mengatakan akhir-akhir

11
ini sering marah – marah dan Tn A tidak patuh terhadap diet nya.Hasil pemeriksaan terakhir
kadar gula darah puasa 350mg/dl,2jam pp : 400 mg/dl.
Pengkajian Dua Level (Two-Level Assessment)
Pada kasus Tn. A, digunakan teori adaptasi Roy yangdiawali dengan pengkajian dua level.
A. Pengkajian level pertama
merupakan pengkajian perilaku (behavior assessment) yang terdiri dari empat mode :
1. Mode fisiologis
a. Oksigenasi : RR : 20 x/menit,
b. Nutrisi : menurut istrinya Tn A tidak patuh terhadapdiet nya.
c. Eliminasi : sering BAK bahkan pada malam haripunsering mengalami BAK ( 5 kali ).
d. Aktivitas dan Istirahat : Tn R tidak mampu berjalan,kaki terasa sakit dan sering
terbangun pada malamhari.
e. Proteksi (perlindungan) : Luka dikaki kanan timbuL sejak 7 hari yang lalu.Tn.R
mengeluh kaki kananterasa nyeri mengeluarkan bau busuk dan terdapat nanah.
2. Mode konsep diri
a. Physical self : cemas karena perubahan fisik tetapimenerima pengobatan, adanya
penurunanlibido/seksual, hubungan dan komunikasi dengankeluarga inti dan
lingkungan sekitarnya baik.
b. Personal self : Harga diri terganggu karena bebanfinansial dan hospitalisasi
3. Mode fungsi peran
Tn.A mengatakan sudah 1 tahun ini mengalamiimpoten,( berarti klien mengalami
gangguan fungsiprimer sebagai seorang suami.)
4. Mode interdependensi
Tn.A. mengatakan saat ini mengkonsumsi OHO tetapikadang –kadang suka lupa dan klien
menyalahkankondisi ini pada istrinya.Istri Tn.A mengatakan akhir-akhir ini sering marah –
marah.(terlihat perilaku Tn.A : memiliki ketergantungan yangtinggi , kurang dapat
menumbuhkan perasaanmencintai )
B. Dilanjutkan dengan pengkajian tahap dua
yaitu pengkajian stimulus yang mempengaruhi perilaku :
1. Fokal Stimuli :
Terdapat luka pada daerah kaki kanan, ada pus dan baumenyebar,S : 38,5C
( mengalami infeksi ) Hasil pemeriksaan terakhir kadar gula darah puasa
350mg/dl,2jam pp : 400 mg/dl.Tn.A mengatakan menderita penyakit DM 10 tahun
yanglalu ( dari status terlihat bahwa pasien sudah menderita10 th lalu )

12
2. Contextual Stimuli
Tn.A mengatakan menderita penyakit DM 10 tahun yanglalu ( dari status terlihat
bahwa pasien sudah menderita10 thn lalu ), dan pasien mengatakan sudah 1 tahun
inimengalami impoten. (stress)
3. Residual Stimuli
a) Tn.A. mengatakan saat ini mengkonsumsi OHO tetapikadang –kadang suka lupa.
b) Istri Tn.A mengatakan akhir-akhir ini sering marah –marah dan Tn A tidak patuh
terhadap diet nya.
C. Membuat pernyataan diagnosa
1. Mode Fisiologik
a) Resiko perluasan infeksi berhubungan denganpenurunan regulasi hormonal
sekunder dari penyakitnya
b) Gangguan nutrisi berhubungan dengan penurunanregulasi hormonal sekunder dari
penyakitnya
2. Mode Konsep Diri
Phisical Self : Gangguan gambaran diri berhubungandengan luka infeksi
3. Mode Role Function
Gangguan fungsi peran berhubungan dengan penurunanfungsi seksual
4. Mode Interdependency
Resiko terjadinya gangguan integritas keluargaberhubungan dengan perubahan gambaran
diri
D. Menyusun tujuan untuk meningkatkan adaptasi
1. Memfasilitasi penurunan kemampuan regulasi hormonal :berikan obat OHO atau
insulin sesuai program medis, rawat luka dengan teknik aseptik
2. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi : berikan obat OHO ataudan insulin sesuai
program medis, jelaskan tentangpentingnya kepatuahn diet untuk tubuhnya
3. Gambaran diri pasien menjadi positif : jelaskan bahwakondisi ini terjadi juga pada
pasien lain, suport dengan nilainilaimoral dan spiritual yg dia miliki
4. Penerimaan pasien dan istrinya tentang penurunan fungsiperan primer : libatkan
diskusi keluarga ( istri ) tentangadanya perubahan fungsi peran primer pada
pasien,jelaskan hal-hal yg dapat dilakukan untuk meningkatkankembali fungsi primer
tersebut dengan mengembangkannilai-etikal dan spiritual pada pasien dan istri.
5. Integritas keluarga tetap adekuat : sediakan waktu untukberdialaog dengan pasien dan
keluarga, berikan kesadaranbahwa perubahan emosi yang terjadi pada pasien

13
adalahsesuatu yang bisa diantisipasi, kembangkan nilai kecintaanyang positif yang
dimiliki keluarga
E. Mengimplementasi intervensi yang ditujukan untuk menangani stimulus sehingga
dapat meningkatkanadaptasi
F. Mengevaluasi pencapaian tujuan
1. Infeksi hilang : luka busuk dan bernanah hilang, integritaskulit kembali utuh
2. Gambaran diri tetap positip : pasien tidak merasa maludengan lingkungannya
3. Pasien nampak menerima perubahan fungsi primer : lebihrelaks, tidak sering marah
4. Integritas keluarga tetap adekuat : pasien tidak seringmarah, istrinya tetap menjag
pasien

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Roy menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi
keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan
mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan
jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan
dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka
pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan
manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.
3.2 Saran
Oleh karena itu, perawat/mahasiswa keperawatan perlu untuk mengetahui
dan mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai
dengan teori Callista Roy di lapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui
apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan
keperawatan/asuhan keperawatan.

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Andrews A Heather (1991), The Roy Adaptation Model TheDefinitive Statement,


Appletion & Lange, California
Marriner-Tomey, A. & Alligood, M. R. (2006). Nursing theorists andtheir work.
Elsevier Health Sciences. USA:Mosby
Fitzpatrick & Whall (1989), Conceptual Models of Nursing, Appleton& Lange, California

17

Anda mungkin juga menyukai