Anda di halaman 1dari 13

TEORI

KEPERAWATAN

Callista Roy

Penyusun :

Audra Fitri Firotika

Cici Airin Destriyani

Erni Amalia

Lilih Madaniyyah

Livia Amelia

Rizki Listiyansah

Siti Alfani Fatihah

KEPERAWATAN KOMUNITAS

S1 KEPERAWATAN 4A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan buku ini.

Buku ini mempunyai judul “Teori Keperawatan Callisa Roy”, yang disusun dalam
rangka memenuhi salah satu tugas Keperawatan Maternitas.

Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan tuga ini, kami menyadari
bahwa buku yang kami buat ini belum mencapai kesempurnaan karena masih banyak
kekurangan yang kami lakukan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun baik dari pihak Dosen maupun teman-teman lainnya demi kesmpurnaan tugas
ini, sehingga tugas ini dapat dijadikan pedoman untuk menyusun tugas dimasa yang akan
datang.

Cianjur, 27 Mei 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………. 1


PRAKATA ……… ……………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. 3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. 4
1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………………….. 4
1.3 Tujuan dan Manfaat ……………………………………………………….. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biografi Calista Roy ………………………………………………………….. 5
2.2 Teori Filosofi Calista Roy ……………………………………………………. 6
2.3 Elemen-elemen Utama dari Teori
Calista Roy ………………………..…………………………………………. 8
2.4 Hubungan Teori Calista Roy dalam Keparawatan ..………………………… 10
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 13

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, seiring pula kemajuan teknologi


di dunia. Khususnya dalam bidang keperawatan. Dalam keperawatan dikenal
ada banyak teori dari berbagai tokoh kesehatan. Mereka antara lain adalah
Florence Nightingale, Dorothea Orem, Peplau, Betty Neuman, jean Watson,
Calista Roy, dan lain-lain. Dari tiap tokoh teori keperawatan tersebut, ada
beberapa penekanan dan alasannya./ Terutama pada teori Calista Roy yang
merupakan pengembangan dari beberapa teori dan model dari beberapa teoritis
keperawatan. Hingga akhirnya beliau mengenalkan teorinya yang disebut teori
adaptasi.
Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para
ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma
keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan
perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan
sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai
kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja
dalam riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan
pandangan ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya adalh model adaptasi
Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial dalam
adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu
mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku
secara adaptif karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang
memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptsi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana riwayat hidup Calista Roy?
2. Bagaimana teori filosofi Calista Roy?
3. Bagaimana elemen-elemen utama dari teori Calista Roy?
4. Bagaimana pengaruh teori Calista Roy terhadap keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk :


1. Mengetahui riwayat hidup Calista Roy;
2. Menjelaskan teori/filosofi Calista Roy;
3. Mengidentifikasi elemen-elemen utama dari teori Callista Roy;
4. Mendeskripsikan pengaruh teori Callista Roy terhadap keperawatan.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biografi Calista Roy

Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet.


Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy
menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys
College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University
of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaannya dengan teori adaptasi keperawatan pada
tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam
Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk
mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan
kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk
memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon
adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat
adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan
tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan
terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut,
Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya
berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari
manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan,
terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain
dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966),
Mechanic (1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini
berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan,
praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di
Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan
mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan
memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan
penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun
1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi.
Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang
Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan
bawaan, tujuan, dan nilai kemanusiaan. Pengalaman klinisnya telah membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan
spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model
adaptasi keperawatan.

5
2.1 Teori Filosofi Calista Roy

Roy mengembangkan ilmu dan filosofinya berdasarkan 3 asumsi dasar, yaitu :

2.1.1 Asumsi dari Teori Sistem


1) Sistem adalah seperangkat bagian yang saling berhubungan dari satu bagian
ke bagian lain;
2) Sistem adalah bagian dari yang berfungsi bagian yang satu dengan yang lain
saling ketergentungan;
3) Sistem mempunyai input, out put, control, proses dan umpan balik;
4) Input merupakan umpan balik yang juga disebut informasi;
Sistem kehidupan lebih kompleks dari sistem mekanik, mempunyai standard
dan umpan balik langsung terhadap fungsinya.

2.1.2 Asumsi dari Teori Melson.


1) Perilaku manusia adalah hasil adaptasi dari lingkungan dan kekuatan
organism;.
2) Perilaku adaptif adalah berfungsinya stimulus dan tingkatan adaptasi, yang
dapat berpengaruh terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan
stimulus residual;
3) Adaptasi adalah proses adanya respon positif terhadap perubahan
lingkungan;
4) Respon merupakan refkleksi keadaan organisme terhadap stimulus.

2.1.3 Asumsi dari Humanisme.


1) Individu mempunyai kekuatan kreatif;
2) Perilaku individu mempunyai tujuan dan tidak selalu dalam lingkaran sebab
akibat;
3) Manusia merupakan makhluk holistic;
4) Opini manusia dan nilai yang akan datang;
5) Mobilisasi antar manusia bermakna.

Adapun teori Adaptasi Calista Roy yang diambil dari berbagai sumber dari
teoritis keperawatan. Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai
penerima asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang
dipandang sebagai “Holistic adaptif system” dalam segala aspek yang merupakan satu
kesatuan.
Sistem adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai
kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-
bagiannya.

Sistem terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ),
dengan penjelasan sebagai berikut :

6
1. Input.

Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan


informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual
dan stimulus residual.

a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,


efeknya segera, misalnya infeksi;
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara
bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal
seperti anemia, isolasi sosial;
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat
individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses
belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang
toleransi tetapi ada yang tidak;

2. Kontrol

Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di
gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
merupakan subsistem.

a) Subsistem regulator.

Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output.


Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah
kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem
dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem.
Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.

b) Subsistem kognator.

Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku


output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk
kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak
dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses
informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat
dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement
(penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan
penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari
keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.

3. Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini
7
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai
respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat
meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila
seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon
yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses
kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping diwariskan
atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan
terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari
seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan
konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut
Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem
adaptasi.

2.2 Elemen-elemen Utama dari Teori Calista Roy

Menurut Roy terdapat empat objek utama dalam ilmu keperawatan, yaitu :

1. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)

Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu, keluarga,


kelompok, komunitas atau social. Masing-masing dilakukan oleh perawat sebagai
system adaptasi yang holistic dan terbuka. System terbuka tersebut berdampak
terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi, kejadian, energi antara
system dan lingkungan. Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan
dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut
individu harus mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap individu secara
kontunyu beradaptasi. Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem
adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai
satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik.
Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara
adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif
dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam
empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai
suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan
zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat
digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-
kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau
beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu
sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan
lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel
standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel
standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili
dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang
biasa dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah
mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu :
subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator digambarkan
sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor atau cara-cara adaptasi
yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen.
8
Empat fungsi mode yang dikembangkan oleh Roy terdiri dari:
a). Fisiologis.
(1). Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan
dengan respirasi dan sirkulasi.
(2). Nutrisi: menggambarkan pola penggunaan nutrient untuk memperbaiki
kondisi tubuh dan perkembangan.
(3). Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi.
(4). Aktivitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan
tidur.
(5). Integritas kulit: menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit.
(6). Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensori perceptual berhubungan
dengan panca indera
(7). Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan
dan elektrolit
(8). Fungsi neurologist: menggambarkan pola control neurologist, pengaturan
dan intelektual
(9). Fungsi endokrin: menggambarkan pola control dan pengaturan termasuk
respon stress dan system reproduksi
b). Konsep Diri (Psikis)
Model konsep ini mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang
berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan
keadaan diri sendiri tentang fisik, individual, dan moral-etik.
c). Fungsi Peran (Sosial)
Fungsi peran mengidentifikasi tentang pola interaksi social seseorang
berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda.
d). Interdependent
Interdependen mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta dan
memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap
individu maupun kelompok.

2. Keperawatan;

Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan


kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang
mengalami gangguan fisik, psikis dan social agar dapat mencapai derajat kesehatan
yang optimal. Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan
respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan
internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping individu.
Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang merupakan tingkat
adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal,
kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara
langsung terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya
tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus
kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun eksternal
yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif
disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari
seseorang yang ada dan timbul releva dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit
diukur secara objektif.

9
3. Konsep sehat;

Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai


tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan
dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara terintegrasisecara
keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan
oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan
dan reproduksi. Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk
beradapatasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu.
Kondisi sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan
seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu
tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat
pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.

4. Konsep lingkungan;

Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari


internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan
dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik,
kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai
suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental
dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian)
dan proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh
individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai
suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu
perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko
akibat dari lingkungan sekitar.

2.4 Pengaruh Teori Calista Roy Terhadap Keperawatan

Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan


proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi
pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi,
langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.

a). Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian
tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data
tentang perilaku klien sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan masing-
masing mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan.
Oleh karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu
pengkajian klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara sistematik dan
holistic. Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku
klien tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan
dukungan perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat
melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data
tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak terhadap klien.
Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic;
jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri,
10
fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya,
strea fisik dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik
b). Perumusan diagnosa keperawatan
Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan:
(1) Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan
berhubungan dengan 4 mode adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa ini,
diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.
(2) Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang
tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode
diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan oleh
kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan
yang panas”.
(3) Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan
stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani
mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada
kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan
keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”.
c). Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus
secara keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan
kemampuan adaptasi meningkat. Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian
kondisi yang optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan
jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan
ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan,
pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan
perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual.
d). Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau
memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas
kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang
dan kemampuan adaptasi meningkat.
e). Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang
ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi
pada individu.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam penjabaran mengenai teori Calista Roy, kita dapat menyimpulkan bahwa
terbentuknya teori adaptasi dipengaruhi oleh beberapa teori dari berbagai mode dan
konsep para teoritis keperawatan. Dalam teori adaptasi ini dikenal beberapa system,
antara lain: input, output, dan kontrol. Selain itu juga terdapat elemen-elemen dalam
teori adaptasi tersebut. Elemen-elemen tersebut adalah manusia, keperawatan, sehat
sakit, dan lingkungan. Dalam setiap elemen tersebut terdapat asuhan dari beberapa
model tersendiri yang disusun oleh Calista Roy dalam teori adaptasinya. Yang mana
dalam teori tersebut terdapat beberapa pemenuhan asuhan keperawatan. Dan yang
terakhir adalah adanya hubungan teori adaptasi dengan keperawatan yaitu dalam
bentuk pemberian asuhan keperawatan. Bentuk pemberian asuhan keperawatan
tersebut antara lain: pengkajian, perumusan diagnose keperawatan, Interverensi
keperawatan, implementasi, evaluasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC


Hidayat A. dan Aimul A. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Perry dan Potter. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

13

Anda mungkin juga menyukai