Anda di halaman 1dari 17

Makalah Konsep Dasar Keperawatan

" Teori Calista Roy "

Dosen Pengampu :
Efitra, S.Kp M.kes

DISUSUN OLEH :
Azhar Bevan Abiyi (233110429)
Azhifa Fauziah Zakyra (233110430)
Farel Septa Rahabib (233110435)
Lidya Oksa Rahmadani (233110443)
Melviana (233110445)
Nayla Dhuhani (233110449)
Yaniva Az-zahra idris (233110461)

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG


D3 KEPERAWATAN PADANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
Konsep dan Model Teori Keperawatan Sister Callista Roy ini. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah Teori
Keperawatan.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik
dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan
semuanya, sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-
makalah selanjutnya.

Padang, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................3

2.1 Biografi Sister Callista Roy.........................................................3

2.2 Teori dan Model Keperawatan Sister Callista Roy......................4

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Sister Callista Roy.................8

2.4 Bagan Teori Callista Roy.............................................................9

BAB III PENUTUP...........................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu,
kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang
spesifik. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli
keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan.
Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk
menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang
perawat. Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan
pandangan ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya adalah model Roy. Roy
dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial dalam adaptasi
keperawatan, yaitu : Manusia, lingkungan , kesehatan dan keperawatan. Model
adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku secara adaptif karena menurut
roy, manusia adalah makhluk holostic yang memiliki sistem adaptif yang selalu
beradaptasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Biografi Sister Callista Roy?
2. Bagaimana Teori dan Model Keperawatan Sister Callista Roy?
3. Bagaimana Kelebihan dan Kelemahan dari Teori ini?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana Biografi Sister Callista Roy
2. Untuk mengetahui bagaimana Teori dan Model Keperawatan Sister Callista
Roy
3. Untuk mengetahui bagaimana Kelebihan dan Kelemahan dari Teori ini

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi Sister Callista Roy


Sister Callista Roy adalah seorang suster dari saint joseph of carondelet.
roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy
menerima Bachelor o Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys
Colloge dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di Uiversity of
California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun
1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam sebuah
seminar dengan Dorrothy E.Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan
sebuah model konsep keperawatan. konsep adaptasi mempengaruhi roy dalam
kerangka konsepnya yang sesuaindengan keperawatan. Dimulai dengan
pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964)
seorang ahli fisiologis-psikologis. untuk memulai membangun pengertian
konsepnya, Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya
stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat
adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli,
konsektual stimuli, dan residual stimuli.

3
2.2 Teori dan Model Keperawatan Sister Callista Roy
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy
(1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi
seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus
berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-
perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan
untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap
semua rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya,
jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia
mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun
negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.
Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif
sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang
dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus
yaitu :
1. Focal stimuli : Individu segera menghadap
2. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.

3. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.

Empat Elemen utama dari teori Roy adalah :


1. Manusia sebagai penerima asuhan keperawatan
2. Konsep lingkungan

4
3. Konsep sehat dan
4. Keperawatan.
Dimana antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain
karena merupakan suatu sistem.
1. Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena
manusialah yang menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu,
keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang dipandang sebagai Holistic Adaptif
System. Dimana Holistic Adaptif System ini merupakan perpaduan antara konsep
sistem dan konsep adaptasi.
2. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan
elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah
semua kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok. Dalam hal ini
Roy menekankan agar lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan
kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada
individu terhadap adanya perubahan.
3. Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah A State and a process of being and
becoming an integrated and whole person. Integritas individu dapat ditunjukkan
dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan mastery.
Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.
4. Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut
Roy adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon
inefektif individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan
kesehatan di semua proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk
mengantarkan individu meninggal dengan damai.Untuk mencapai tujuan tersebut,
perawat harus dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada

5
pada individu, dengan lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang
merupakan stimulus tertinggi.
Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu
Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognator dan regulator. Efektor,
mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan
Interpendensi. Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap
empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi. Berikut penjelasan dari empat efektor yang telah disebutkan.
5. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi
fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan
proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
a. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
b. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
c. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
d. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan
istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
(Cho,1984 dalam Roy, 1991).
e. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
(Sato, 1984 dalam Roy 1991).
f. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri

6
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam
Roy, 1991).
g. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
h. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
i. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan
merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam
Roy,1991)
1. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik
pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini
berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the
physical self dan the personal self.
a. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan
pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah
operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
b. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-
etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan
atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
2. Mode fungsi peran

7
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder
dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya
dimasyarakat sesuai kedudukannya.
3. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih
sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu keseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan
bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif.
Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas,
sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas.
Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan
(input) pada manusia sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator
adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan
diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem
regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem
saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk
didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan
emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Sister Callista Roy


1. Kelebihan
Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori
praktek. Dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa

8
mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi
fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain
itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu
stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan
oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal
yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan
effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress.

2. Kelemahan
Kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya.
Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan
bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses
keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara
merawat (caring) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak
mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.

2.4 Bagan Teori Callista Roy

1) Input (Stimulus)

9
Manusia sebagai suatu sistim dapat menyesuaikan diri dengan menerima masukan
dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri

2) Mekanisme Koping.
Tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan diri.
Ada 2 (dua) Mekanisme koping, yaitu :
a. Mekanisme koping bawaan, yaitu ditentukan oleh sifat genetic yang
dimiliki
b. Mekanisme koping yang dipelajari, yaitu dikembangkan melalui strategi
pembelajaran atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama
menjalani kehidupan.
Ada 2 (dua) Respon Adaptasi :
a. Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas dalam
batasan yang sesuai dengan tujuan “human system”.
b. Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi
yang sesuai dengan tujuan “human system.

3) Output
Respon-respon yang adaptive mempertahankan atau meningkatkan
intergritas, sedangkan respon maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui
proses feedback, respon-respon itu selanjutnya akan menjadi Input (masuka
Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit
(maladaptife). Jika pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai
masalah keperawatan adaptasi

4) Subsistem Regulator dan Kognator


Subsistim Regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan pada sistim saraf, kimia tubuh, dan organ endokrin, dan merupakan
mekanisme kerja utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus
lingkungan.

10
Subsistim Kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnnya persepsi, proses informasi,
pembelajaran, membuat alasan dan emosional.
Respon-respon susbsistem tersebut semua dapat terlihat pada empat
perubahan yang ada pada manusia sebagai sistim adaptive yaitu : fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan Interdependensi.
1. Perubahan Fungsi Fisiologis
Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk
mempertahankan keseimbangan.
Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin (kelenjar adrenal
bagian korteks mensekresikan kortisol atau glukokortikoid, bagian medulla
mengeluarkan epenefrin dan non epinefrin), sirkulasi dan oksigen.
2. Perubahan konsep diri
Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup persepsi,
perilaku dan respon. Adanya perubahan fisik akan mempengaruhi pandangan dan
persepsi terhadap dirinya.
Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah.
3. Perubahan fungsi peran
Ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran seseorang.
Contoh : peran yang berbeda, konflik peran, kegagalan peran.
4. Perubahan Interdependensi
Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-masing
komponen menjadi satu kesatuan yang utuh.
Contoh : kecemasan berpisah.

Stimulus.
Secara garis besar, stimulus dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Stimuluis Internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia
berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian dan Proses
stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh
individu.

11
b. Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang
diterima individu sebagai ancaman.
Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara
lain:
a. Stimulus Fokal
Stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan
ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab
infeksi
b. Stimulus Kontektual.
Stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) seperti
keadaan tidak sehat, dan tidak terlihat langsung pada saat ini, misalnya
penurunan daya tahan tubuh.
c. Stimulus Residual
Sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi
terjadinya keadaan tidak sehat (faktor predisposisi), sehingga terjadi
kondisi Fokal, mis ; persepsi pasien tentang penyakit, gaya hidup, dan
fungsi peran.
Tingkat Adaptasi
Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar
dalam 3 (tiga kategori), yaitu
a. integrasi,
b. kompensasi,
c. kompromi.
Tingkat adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari
stimulus.

Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif)


Adaptasi yang tidak memerlukan energi dari koping yang tidak efektif dan
memungkinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep-konsepnya tentang person Roy menjelaskan bahwa person bisa
berarti individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-masing
sebagai sistem adaptasi holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau
holistik yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Antara sistem dan lingkungan terjadi
pertukaran informasi. Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya
akan menyebabkan perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi
perubahan ini individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi
dan proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat.

3.2 Saran
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari
setiap konsep dan model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu
membandingkan teori dan model praktik yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu
sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika, norma dan budaya. Juga mampu
meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit . Perawat dapat
mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun
residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah
adaptasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S., J. 2010. Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

Potter, P, A,. Perry, A., G. 2010. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta:EGC

http://dwinoviapritama.blogspot.co.id/2012/06/model-konsep-dan-teori-
keperawatan.html

http://makalahkdk.blogspot.co.id/2016/10/konsep-dan-teori-calista-roy.html

https://www.dictio.id/t/apakah-yang-dimaksud-dengan-teori-the-roy-adaptation-
model/5213

14

Anda mungkin juga menyukai