Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Model konseptual Adaptasi Sister Callista Roy mengacu pada ide-ide global mengenai individu,
kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori
yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada suatu
kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan
atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma
keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk
menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat
perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan
dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja
dalam riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang
keperawatan, salah satunya adalah model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat
macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif karena menurut Roy,
manusia adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptsi.

B.Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk :


1.Menjelaskan Riwayat Hidup Sister
2.Menjelaskan Definisi dan Konsep yang di kemukakan pada Sister Calista Roy.
3.Menjelaskan Model konseptual Adaptasi Sister Calista Roy
4.Aplikasi dan Contoh Teori Sister Calista Roy.
BAB II
Riwayat Calista Roy

Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada
tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada
tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun
1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari
University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy
tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan
pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli
fisiologis psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan
respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di
butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal
stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia
sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai
Humanisme dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali
keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan,
terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain
di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978).
Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan
keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Marys
College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang
peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi
keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy
mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah
membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit.
Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

BAB III
Definisi dan Konsep Roy

Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy adalah:

1.Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.

2.Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan
residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.

3.Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau
peningkatan kebutuhan.

4.Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan
manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku.

5.Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan konstribusi
terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus fokal.
6.Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap
perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.

7.Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,
cemikal, dan proses endokrin.

8.Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang
kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.
9.Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean, interdependensi dan
konsep diri.

10.Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan
manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi.

11.Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses
adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi,
sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.

12.Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam satu waktu
berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung. Termasuk
pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan
konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.

13.Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di
lingkungan social.

14.Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan sebagai support
sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik dengan
pemeliharaan dan pengaruh belajar.

BAB IV
Model Konseptual Adaptasi Roy

Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah : (1) manusia; (2)
Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujua
keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elememn penting pada konsep
adaptasi.

1.Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif,
manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control,
output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan
dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan
aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu :
fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka
dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem
adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai
satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa
unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan
dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk
variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini
adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus
manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang telah
diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah
digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a.Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang
dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan
fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :

1.Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas
dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2.Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy
1991).
3.Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984
dalam Roy 1991)
4.Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan
untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-
komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5.Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi,
trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6.The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7.Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit,
asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem
fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8.Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari
regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9.Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis,
untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang
signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard &
Valentine dalam Roy,1991).

b.Mode Konsep Diri


Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek
psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas
psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri
dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.

1.The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi
tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa
kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2.The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri
orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam
area ini.

c.Mode fungsi peran


Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan
orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana
seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .

d.Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah
interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling
menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima
sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian
ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi
dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon yang
adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif
atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon
memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan
lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem
regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia
tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya
dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi,
pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan
untuk mencari bantuan.

2.Lingkungan

Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan
masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai
stimulus eksternal dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan menjadi tiga jenis
stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan residual.
Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan
mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu ata kelompok.
3.Kesehatan

Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh
dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak
langsung bahwa kkesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan
kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas adalah sehat, sebaliknya
kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit
tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.

Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi
yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespon terhadap
stimulus yang lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi
kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi dan
kesehatan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalm model keperawatan. Didalamnya menggambarkan manusia
sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor dan produk
akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara
positif dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan
lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan
dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah respon. Perubahan
perubahan itu adalah stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-faktor konstektual dan
residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress. Bagian
kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan
inefektif.

Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang
meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup, pertumbuhan,
reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan
dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan respon-respon. Setiap kondisi
adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik equilibrium manusia berada pada
tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya
manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang
lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai suatu fungsi
dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.

4.Keperawatan

Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai ilmu,
keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan proses yang secara positif
berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan untukmenyediakan pelayanan pada orang-orang. Lebih spesifik dia
mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da praktek dari peningkatan adaptasi untuk
meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif.
Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan
kesehatan, Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu
keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model
tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang berinteraksi dengan
perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal dan eksternal yang
mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa atau koping mekanisme yang lemah
membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif, manusia memerlukan
seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa
aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan
holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat
fungsi yang lebih tinggi.

Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan
keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi peningkatan
adaptasi dalam tiap empat cara adaptasi yaitu : (1) fungsi fisiologis; (2) konsep diri; (3) fungsi
peran dan (4) interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan
berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian dengan damai. Tujuan
keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam suatu area dengan tingkatan adaptasi
manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada pada area tersebut dimana manusia dapat membuat
suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang
tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut
dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat
ditekankan pada konsep ini.

Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang digunakan pada
proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan , tujuan, intervensi dan evaluas.
Adaptasi model keperawatan menetapkan data apa yang dikumpulkan, bagaimana
mengidentifikasi masalah dan tujuan utama. Pendekatan apa yang dipakai dan bagaiman
mengevaluasi efektifitas proses keperawatan.

Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses
pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian termasuk
dalam dua tingkat pengkajian Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia,
dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari data observasi
penilaian respond an komuniokasi dengan individu. Dari data tersebut perawat membuat
keputusan sementara tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat
kedua pengkajian adalah mengumpulkan data tentang fokal, konstektual dan residual stimuli.
Selama tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk
menetapkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku.

BAB V
APLIKASI DAN CONTOH TEORI

Studi kasus :
Ibu X, 50 tahun mengalami nyeri yang luar biasa di daerah punggung bawah yang menjalar
sampai ke tungkai sebelah kanannya. Nyeri ini sangat hebat pada saat melakukan kegiatan sehari-
hari, termasuk untuk berdiri dan duduk. Setelah dilakukan konsultasi dengan dokter, Ibu X
dinyatakan mengalami herniasi diskus intervertebra (HNP), dan dijadwalkan untuk dilakukan
discectomi (operasi pemotongan bagian diskus yang mengalami herniasi).
Pasca pembedahan setelah sadar dan dibawa ke ruang perawatan, Ibu X merasakan nyeri
berkurang. Meskipun tidak dibatasi pergerakannya, klien merasa takut bergerak dan melakukan
kegiatan kebersihan pribadi (personal hygiene). Klien takut berjalan, merasa takut dan cemas akan
keadaannya pasca pembedahan.

Sebelum masuk RS kebiasaan Ibu X melakukan aktifitas 12 jam perhari, makan tidak terlalu
mempermasalahkan kandungan gizi atau pembatasan yang penting makan tidak pernah
menggunakan terlalu banyak minyak goreng dan tidak terlalu suka yang manis. Pola tidur 8 jam di
waktu malam dan 1-1,5 jam di waktu siang. Olah raga bermain tenis dan jalan pagi setiap hari
Ahad.
Hasil pemeriksaan didapatkan data TD 120/90mmHg, nadi 100x/menit, respirasi 32x/menit dan
suhu 37,5oc, wajah menampakkan ekspresi cemas.

Ibu X adalah wanita yang memiliki usaha menjual baju dan perlengkapan wanita disebuah toko
miliknya. Ia mengaku memiliki banyak pelanggan yang terbiasa melihatnya menjadi orang yang
berbusana serasi dengan koleksi jualannya. Ia bertanya mengenai kemungkinan adanya
kelumpuhan pada dirinya setelah dilakukan operasi, dan mengungkapkan kekhawatiran mengenai
perubahan penampilan (punggung menjadi bungkuk, jalan menjadi timpang) yang akan
mempengaruhi persepsi pelanggannya yang kelak akan berakibat pada kegiatan penjualan tokonya

Asuhan keperawatan berdasarkan aplikasi teori Roy

1. Pengkajian tahap pertama

Pengkajian tahap pertama adalah mengumpulkan data perilaku output Ibu X sebagai sistim
adaptasi dihubungkan dengan 4 mode adaptif fungsi fisiologis, konsep diri, peran dan
interdependen.

Pada pengkajian tahap pertama pada Ibu X didapatkan data :


Mode fisiologis
Mode Konsep diri
Mode Fungsi peran
Mode Interdependen
S: Menyatakan gerakan- nya terbatas
O: klien nampak ragu-ragu bergerak dan banyak diam di kursi atau bed
S: cemas akan terjadi perubahan penampilan
O: Tampak cemas

- Takut terjadi kecacatan


- Rendah diri terhadap penampilannya
2.Pengkajian tahap ke dua

Setelah mengidentifikasi respon tidak efektif dan respon adaptif selanjutnya melakukan
pengkajian tahap kedua yang meliputi fokal, kontextual dan residual stimuli.
Pengkajian tahap dua pada Ibu X didapatkan data :
Mode
Behavior
Fokal
Contextual
Residual
Istirahat dan aktifitas
Tidur sering terbangun dan keterbatasan beraktifitas
Kekurangan istirahat tidur dapat menyebabkan kelelahan dan menghambat proses recovery
sedangkan keterbatasan aktifitas dapat menyebabkan ketergantungan ADL
Rasa nyeri dapat mengaktivasi RAS yang menghambat proses tidur sedangkan post op discectomi
membutuhkan sedikit pengaturan aktifitas
Self Konsep
Phisical self
Personal self
Penurunan konsep diri body image takut terjadi kecacatan
Rendah diri tehadap penampilannya
Ketakutan terhadap gagalnya pengembalian fungsi normal dari kaki
Takut ke-beradaannya menjadi beban orang lain
Fungsi peran
Peran primer
Peran tersier
Kehilangan hoby bermain tenis setiap minggu
Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk berobat
Interdepen- dence
Keterbatasan kebebasan di rumah sakit
Kesepian, terbatasnya interaksi dengan keluarga dan kolega
Adanya jadwal berkunjung dari rumah sakit

3. Diagnosa keperawatan

Sesuai dengan metode pembuatan diagnose keperawatan yang dikembangkan oleh Roy melalui
tiga cara yaitu menggunakan tipologi berdasarkan adaptasi mode, mengobservasi perilaku yang
paling dipengaruhi oleh stimulus dan menyimpulkan dari perilaku dari satu atau lebih adaptif
mode dengan stimulus yang sama maka disusunlah diagnosa sbb:
Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan keterbatasan gerak
Kecemasan dan ketakutan berhubungan dengan :
- Penurunan konsep diri body image dan harga diri

4. Intervensi

Tgl
Problem aktual/resiko
Hasil yang diharapkan
Tindakan keperawatan

Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak
- Klien dapat tidur 8 jam perhari tanpa gangguan
- Dengan keterbatasan aktifitasnya klien dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki secara
maksimal untuk memenuhi kebutuhan ADL nya
- Kondisikan lingkungan yang nyaman bagi klien-Lakukan mobilisasi sesuai dengan program
perawatan
- Ajarkan klien untuk melakukan mobilisasi secara mandiri
- Latih klien sesuai kemampuan untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan ADLnya sesuai dengan kemampuan

Cemas dan ketakutan berhubungan dengan :


- Penurunan konsep diri body image dan harga diri
- Bina hubungan saling percaya dan yakinkan kehadiran perawat adah untuk membantu
memecahkan permasalahan klien
- Kuatkan koping klien dengan aspek adaptif yang dimiliki
- Jelaskan operasi discectomi tidak akan menimbulkan kecacatan bila dilakukan perawatan dengan
benar
- Rencanakan kehadiran keluarga untuk menemani klien

PENUTUP
Berdasarkan analisa terhadap model adaptasi Roy, maka kelompok menganalisa bahwa model
keperawatan roy lebih menekankan pada manusia secara holistik yang memiliki mekanisme
koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Konsep ini juga menekankan
pentingnya individu untuk mempertahankan perilaku secara adaptif dan mampu merubah perilaku
yang maladaptif agar dapat meningkatkan kesehatannya.

Model konseptual Roy berisi 4 elemen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan.
Manusia dipandang sebagai sitem adaptasi kehidupan yang perilakunya dapat diklasifikasikan
menjadi respon yang adaptif atau respon yang inefektif. Lingkungan terdiri stimulus internal dan
eksternal. Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat mencapai tujuan untuk hidup,
pertumbuhan, reproduksi, penguasaan. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi
yang berhubungan dengan adaptasi mode, menggunakan informasi tentang tingkat adaptasi
manusia dan stimulus fokal, kontekstual, dan residual.

Setelah penulis melakukan analisis SWOT pada konseptual calista Roy, penulis menyimpulkan
bahwa konseptual ini dapat digunakan di Indonesia dengan mempertahankan keuntungan,
memanfaatkan kesempatan, memperbaiki kelemahan serta menekan ancaman yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2004, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Gaffar, La Ode Jumadi, 1999, Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC
http://nursing-ailiyun.blogspot.com/2009/01/bab-i-pendahuluan.html
http://hartsant.blogspot.com
fb:hart_sant@yahoo.com
Email:hart_sant@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai