Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI MODEL KEPERAWATAN

AFAF IBRAHIM MELEIS

Disusun oleh :

KELOMPOK 7

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN JALUR NON REGULER

2017
TEORI MODEL KEPERAWATAN

AFAF IBRAHIM MELEIS

Disusun oleh :

1. ADIANTO ZAKARIA 1711001


2. ANI ARDIANTI 1711039
3. DIANA NURFARIDA 1711007
4. EDY ERNAWAN 1711011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN JALUR NON REGULER

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
kasih sayangnya yang telah diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Teori Model Keperaawatan Menurut Afaf Ibrahim Meleis “.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian
kami sebagai penulis makalah berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
penambahan wawasan bagi siapapun yang membaca.

Kami harapkan juga makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
mengenai teori tentang tentang keperawatan sebagai disiplin ilmu dan profesi. Serta
menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua. Amin yaa Robbal’alamin

Surabaya, Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...iii

BAB I …………………………………………………………………………..…………1

PENDAHULUAN ………………………………………………………………………...1

1.1 Latar belakang …………………….……………………………………………… 1


1.2 Rumusan Masalah ………………..……………………………………………….. 1
1.3 Tujuan ……………………………..………………………………………………2

BAB 2 ……………………………………….……………………………………………3

TINJAUAN TEORI ………………………………………………………………………3

2.1 Latar belakang kehidupan Afaf Ibrahim Meleis ……………….……………… 2


2.2 Definisi …………………………………………………………………………..7
2.3 Konsep utama teori Afaf Ibrahim Meleis ……………………….……………. 3
2.3.1 Tipe dan Pola Transisi ….. ………………………………………….. 5
2.3.2 Properties of transition Experiences ………………………………………3
2.3.3 Transition Condition ………………………………………………………3
2.3.4 Pattern of Respons ( process indicator and outcome ) ………………….3
2.3.5 Nursing Therapeutics ……………………………………………………..3

2.3 Paradigma Keperawatan Menurut Meleis …………………………………………4

2.4 Analisis Teori Meleis …………………………………………………………… 5

2.5 Hubungan antar konsep teori transisi …………………………………………….6

BAB 3 …………………………………………………………………………………….7

CONTOH KASUS ………………… …………………………………………………….8

BAB 4 …………………………………………………………………………………….9

PEMBAHASAN …………………………………………………………………………10

BAB 5 …………………………………………………………………………………….11

PENUTUP

5.1 Simpulan …………………………………………………………………………11

5.2 Saran ……………………………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………12


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keperawatan sebagai disiplin ilmu yang memberikan pelayanan secara
profesional harus dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh, dengan
demikian perawat harus mampu berpikir logis dan kritis dalam menelaah dan
mengidentifikasi fenomena respon manusia. Pada masa lalu keperawatan dilakukan
lebih berdasarkan intuisi dan tradisi sehingga keperawatan dianggap hanya sebagai
kiat tanpa komponen ilmiah dan landasan keilmuan yang kokoh.
Bentuk profesionalisme keperawatan salah satunya ditunjukkan dalam
pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan pendekatan ilmiah
dan rasional dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang ada, dengan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi kelima tahapan yaitu : pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Banyak teori yang yang telah diperkenalkan oleh para ahli keperawatan. Salah
satunya adalah teori keperawatan yang dikembangkan oleh Afaf Ibrahim Meleis.
Teori yang diperkenalkannya dalah teori transisi. Model konsep yang yang
diperkenalkan oleh meleis tersebut menekankan bahwa seseorang akan mengalami
masa transisi dalam hidupnya. Peran perawat dalam hal ini membantu individu
tersebut dalam masa transisi agar mampu memenuhi kebutuhan self-care pada saat
kondisi sakit atau tidak mampu memenuhi kebutuhannya.
Afaf ibrahim meleis mulai mengembangkan teori transisi ini setelah ia pindah
ke the University of california di San Fransisco, pada tahun 1971. Walaupun pada
awal tahun 1960 teori ini sudah mulai dikembangkan oleh meleis. Transisi adalah
konsep yang sering digunakan di dalam teori perkembangan dan teori stress-adaptasi.
Transisi mengakomodasi kelangsungan dan ketidakberlangsungan dalam proses
kehidupan manusia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep teori keperawatan yang dikembangkan oleh Afaf Ibrahim
Meleis ?
2. Bagaimana aplikasi teori transisi dalam pemberian asuhan keperawatan ?

1.3. Tujuan Makalah


1. Tujuan umum
Mengetahui aplikasi teori keperawatan Afaf Ibrahim Meleis dalam Asuhan
Keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang teori keperawatan Afaf Ibrahim Meleis yang di dapat
dari berbagai literatur.
b. Melakukan kajian dari teori meleis yang didapat pada berbagai literatur
pustaka tersebut.
c. Menganalisis permasalahan yang adadi klinik atau pendidikan yang dapat
dipecahkan dengan menggunakan teori keperawatanmeleis.
d. Membuat rancangan penerapan teori meleis dalam asuhan keperawatan.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Latar belakang kehidupan Afaf Ibrahim Meleis


Afaf Ibrahim Meleis lahir di Alexandria, Mesir. Ia mengatakan bahwa keperawatan
sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak lahir. Ibunya dianggapsebagai The Florence
Nightingale dari Timur Tengah. Meleis menjadi tertarik dengan keperawatan dan
memilih untuk mendalami disiplin ilmu keperawatan. Namun ketika ia memilih untuk
mengikuti keperawatan, orang tua nya merasa keberatan dengan keputusannya tersebut
karena mereka tahu betapa beratnya perjuangan perawat untuk mendapatkan kualitas
dari care. Namun pada akhirnya mereka menyetujui apa pilihan meleis dan mereka
dapat meyakinkannya bahwa dia bisa. Afaf Ibrahim Meleis adalah orang pertama di
mesir yang mendapatkan gelar BSN dari Syracuse university, dan merupakan perawat
pertama di Mesir yang mendapatkan gelar MPH dan PhD dari Egyptian university.
Meleis melanjutkan pendidikannya ke universitas California, Los Angeles, dan dia
mendapatkan gelar MS dari keperawatan pada tahun 1964, gelar MA dari pendidikan
social pada tahun 1966 dan PhD di pendidikan kedokteran dan social fisiologi pada
tahun 1968.
Karirnya kombinasi antara akademis dan administrasi. Setelah menyelesaikan
pendidikan doctor nya dia bekerja sebagai instruktur praktek di Universitas California
dan asisten professor dari tahun 1968 – 1971. Setelah itu meleis mengabdikan diri di
Universitas California di San Fransisco selama 34 tahun dan di sana pula dia
mengembangkan teori transisi.

2.2 Definisi
Transisi berasal dari bahasa latin “ transpire “ yang berarti “ pergi menyeberang”,
dalam kamus Webster transisi berarti pergerakan dari satu keadaan, kondisi atau
tempat ke kondisi lainnya. Meleis awalnya mendefinisikan transition sebagai transisi
yang sehat atau transisi yang tidak efektif dalam kaitannya dengan peran yang tidak
efektif. Meleis mendefinisikan peran yang tidak efektif sebagai kesulitan di dalam
mengenal atau kinerja dari peran perilaku seperti yang dirasakan oleh diri sendiri atau
oleh orang lain ( Meleis, 2007 dalam Alligood, 2014 ).

2.3 Konsep utama teori meleis, ada lima yaitu :

2.3.1 Tipe dan Pola Transisi

Tipe, terdiri dari :


a. Developmental ( perkembangan )
Terdiri dari kelahiran, kedewasaan, menopause, penuaan dan kematian
b. Healthy / illness ( Sehat / Sakit )
Terdiri dari proses pemulihan, proses keluar dari rumah sakit, dan
diagnosis dari penyakit kronis.

c. Situational and organizational ( situasi dan organisasi )


Adalah perubahan kondisi lingkungan yang mempengaruhi , pasien dan
kinerja mereka
(Schumacer & Meleis, 1994 dalam Alligood, 2014 )

Pola transisi, terdiri dari :

a. Multiple dan kompleks : kebanyakan orang memiliki pengalaman yang


banyak dan beragam
b. Simultanenous : pengalaman yang berkelanjutan
c. Related : saling berhubungan
d. Unrelated : tidak ada hubungan
e. Sequential : terjadi secara bersamaan

2.3.2.Properties of transition experiences ( sifat dari pengalaman transisi )

a. Awareness ( kesadaran )
Didefinisikan sebagai persepsi, pengetahuan dan pengenalan terhadap
pengalaman transisi. Level dari kesadaran sering tercermin dari tingkatan
kesesuaian antara apa yang diketahui tentang proses dan respon serta
harapan dasar apa yang ditetapkan tentang respond dan persepsi individu
yang mengalami transisi yang sama. Individu yang tidaksadar akan
perubahan berarti tidak memulai proses transisinya.

b. Engagement ( ikatan )
Merupakan sifat lainnya yang diciptakan oleh meleis , yang berarti
tingkatan yang mana melibatkan demonstrasi atau pertunjukan seseorang
yang tidak dapat dipisahkan dari proses transisi. Level pertimbangan
awareness mempengaruhi level dari engagement, tidak akan ada
engagement tanpa adanya awareness.

c. Changes and difference ( berubah dan perbedaan )


Changes adalah pengalaman seseorang tentang identitas, peran,
hubungan, kebiasaan dan perilakunya yang kemungkinan membawa
keinginan untuk bergerak atau arahan langsung proses internal dan proses
eksternal. Meleis dkk, menyatakan semua transisi berhubungan dengan
perubahan, walaupun perubahan belum tentu merupakan transisi.
Difference
Meleis dkk, mempercayai perbedaan kesempatan atau tantangan bisa
ditunjukkan oleh karena ketidakpuasan atau harapan yang tidak lazim,
perasaan yang tidak sama, atau memandang sesuatu dengan cara yang
berbeda, dan meleis menyampaikan perawat harus mengenali tingkat
kenyamanan dan penguasaan pasien dalam mengalami perubahan dan
perbedaan.
d. Time Span ( Rentang waktu )
semua transisi bersifat mengalir dan bergerak setiap saat. Karakter transisi sebagai
rentang waktu dengan identifikasi titik akhir. Berawal dari antisipasi, persepsi atau
demonstrasi perubahan, bergerak melalui periode yang tidak stabil, kebingungan, stress
berat sampai menuju fase akhir dengan adanya permulaan baru atau periode yang stabil.
Meleis dkk, mencatat bahwa akan bermasalah atau tidak layak dan bahkan mungkin
merugikan untuk membatasi rentang waktu beberapa pengalaman transisi.

e. Critical point and event ( titik kritis dan peristiwa )


Didefinisikan sebagai “ penanda “ yang terdiri dari kelahiran, kematian,
menopause atau diagnosis penyakit. Meleis juga mengakui bahwa penanda peristiwa
spesifik tidak semuanya jelas bagi beberapa transisi, walaupun transisi biasanya
memiliki critical point and events. Critical point and events biasanya berhubungan
dengan kesadaran tinggi pada perubahan atau ketidaksamaan atau lebih exertive
engagement pada proses transisi.

2.3.3 Transition condition ( Facilitator and inhibitor )


Adalah keadaan yang mempengaruhi cara orang bergerak melalui transisi dan
memfasilitasi atau menghambat kemajuan untuk mencapai transisi yang sehat.

Kondisi transisi terdiri dari :

a. Kondisi personal terdiri dari :


 Meaning ( arti ) didefinisikan sebagai beberapa keadaan atau pencetus yang
mempercepat atau memperlambat suatu transisi. Dari beberapa penelitian,
setiap orang memiliki arti tersendiri terhadap setiap peristiwa yang dialaminya
bisa arti positif, negatif ataupun tidak memiliki arti sama sekali.
 Cultural believe (Kepercayaan Kultural) merupakan suatu stigma yang
berhubungan dengan pengalaman transisi. Stigma akan . pengalaman transisi.

b. Persiapan dan pengetahuan , antisipasi dari persiapan dalam memfasilitasi


pengalaman transisi. Pengetahuan berhubungan dengan proses persiapan, dimana
seseorang harus memiliki pengetahuan tentang harapan selama transisi dan
bagaimana strategi untuk mewujudkan dan memanagenya.

c. Status sosial dan ekonomi

d. Kondisi komunitas atau kondisi sosial

2.3.4 Pattern of response ( process indicator and oucome)


Adalah karakter dari respon kesehatan, karena transisi terus berubah sepanjang
waktu. Mengidentifikasi indicator proses psien yang bergerak baik kea rah kesehatan
atau terhadap kerentanan dan risiko, memungkinkan perawat untuk melakukan
pengkajian awal dan intervensi untuk memfasilitasi outcome yang sehat. Indicator
proses ini terdiri dari :
a. Feeling connected
Didefinisikan sebagai kebutuhan untuk terhubung satu sama lain,
hubungan dan kontak personal, adalah sumber informasi utama tentang
pelayanan kesehatan dan sumber dayanya. Merasa terhubung dengan
tenaga kesehatan yang professional yang mampu menjawab pertanyaan
dan pasien merasa nyaman untuk berhubungan merupakan indicator lain
dari pengalaman positif transisi.
b. Interacting
Melalui proses interaksi, transisi dan perkembangan perilaku dapat
diketahui, dipahami dan diklarifikasi.
c. Location and being situated
waktu, ruang dan hubungan biasanya menjadi hal penting dalam transisi.
d. Developing confidence and coping
Outcome indikator digunakan untuk mengecek apakah proses transisi sehat
atau tidak. Ada dua indicator penting yang digunakan yaitu penguasaan
terhadap skill baru ( Mastery of new skills ) dan pencairan identitas ( fluid
integrative identities), penguasaan terhadap kemampuan dan pencairan
identitas baru dibutuhkan dalam transisi untuk mengatur situasi baru atau
lingkungan baru. Penguasaan dan memiliki rasa baru dalam identitas
merefleksikan outcome yang sehat dari sebuah proses transisi.

2.3.5 Nursing therapeutics

Tiga alat ukur yang dapat diaplikasikan secara luas untuk intervensi terapeutik
selama masa transisi adalah :

1. Mengusulkan kesiapan pengkajian sebagai nursing terapeutik. Pengkajian


memerlukan usaha secara interdisiplin dan berdasarkan pengertian penuh tentang
pasien.
2. Persiapan untuk proses transisi. Pendidikan merupakan modal utama dalam
persiapan proses transisi
3. Peran pelengkap, namun dalam middle range theory of transition, peran
pelengkap tidak dikembangkan dalam nursing therapeutic.

2.4 Paradigma Keperawatan Menurut Meleis :


1. KEPERAWATAN Perawat adalah pemberi perawatan primer pada pasien dan
keluarga yang berada dalam keadaan transisi. Transisi keduanya
menghasilkan perubahan dan hasilnya adalah perubahan

2. KESEHATAN Transisi bersifat kompleks dan multidimensional. Semua transisi


berkarakteristik mengalir dan berubah sepanjang waktu.
Perubahan dan perbedaan tidak dapat ditukar, tidak juga memiliki
kesamaan dengan masa transisi

3. MANUSIA Transisi melibatkan pergerakan dari proses dan berubah dalam


pola fundamental kehidupan, yang mana ditemukan dalam semua
individu. Transisi menyebabkan perubahan identitas, peran,
hubungan, kebiasaan dan pola perilaku. Kehidupan sehari-hari
dari pasien, lingkungan dan interaksi terbentuk oleh alam, kondisi,
arti dan proses pengalaman transisi pasien.

4. LINGKUNGAN Sifat rentan atau peka adalah berhubungan dengan pengalaman


transisi, interaksi dengan kondisi lingkungan yang memaparkan
individu pada potensi untuk merusak, masalah dan perluasan
perbaikan atau koping yang tidak sehat.

2.5 Analisis Teori Meleis

a. Kejelasan
Merujuk pada bagaimana teori dapat dimengerti dengan baik dan bagaimana
konsep disajikan dengan jelas dan konsisten. Dalam hubungan antar konsep sudah
jelas dijabarkan mengenai gambaran relasi antar konsep dimana secara umum teori
transisi ini terdapat input ( nature transtition ) yang akan mempengaruhi transisi dari
pasien. Nature transisi akan dihambat atau difasilitasi tergantung dari kondisi dan
situasi yang ada dalam dirinya, komunitas dan social dari pasien dalam proses transisi
diharapkan nantinya akan outcome yang positif sehingga pasien akan berada kembali
dalam situasi stabil setelah transisi.. adanya proses transisi dari input-process-
outcome, sama-sama dipengaruhi oleh nursing therapeutic.

b. Kesederhanaan
Sebuah teori yang sederhana adalah sebuah teori yang memiliki jumlah konsep yang
minimal. Teori transisi dalam hal ini sangat sederhana dengan 5 konsep utama, yaitu :
1. Tipe dan pola perubahan
2. Properti dari perubahan karena pengalaman
3. Perubahan kondisi
4. Proses indicator dan keluaran dari indicator
5. Keperawatan terapeutik

c. Keumuman
Teori transisi telah menunjukkan jika teori ini relevan untuk semua populasi dalam
transisi. Cakupan dari teori ini dapat diaplikasikan pada kelompok geriatrik, ibu
hamil, wanita menopause, pasien Alzheimer, pasien dengan penyakit kronik,
kelompok psikiatri, family caregiver, wanita imigran. Namun teori ini kurang cocok
diterapkan pada pasien dengan penyakit akut, anak-anak dikarenakan akan sulit bagi
perawat untuk mengkaji tahap kondisi transisi. Teori ini bersifat lebih konkrit dari
model konseptual dan sudah memiliki kerangka yang jelas dalam penerapannya.

d. Presisi empiris
Teori transisi ini telah diuji dan didukung oleh meleis dan yang lainnya sebagai suatu
kerangka kerja untuk menjelaskan pengalaman transisi dari berbagai macam populasi
yang berbeda dan tipe-tipe transisi yang berbeda. Hal ini dikarenakan teori ini
bersumber dari konseptual model dan riset-riset yang ada.

e. Konsekuensi yang didapat


Teori transisi dengan focus pada masyarakat dengan tipe transisi yang berbeda
membuktikan sebuah komprehensif dan petunjuk pengembangan bagi semua yang
berhubungan dengan disiplin kesehatan. Teori ini berfokus pada keberagaman dari
individu atau kelompok dalam menjalani proses transisi. Dimana proses transisi yang
efektif akan membuat individu berada pada fase yang baru dan mampu memulai
kehidupan yang baru dari awal. Dan dalam pelayanan, keberagaman tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan kesehatan.
2.6 Hubungan Antar Konsep Dalam Teori Transisi

Nature of transitions Transitions conditions : Patterns of response

1 .personal process indicators :


Types : 2. meanings 1.Feeling connected
2. interacting
1.developmental 3. cultural belief & attitudes 3. location & being situated
2. situational and 4. socialeconomic status 4. developing confidence & coping
organizational
5. preparation & knowledge
3. health / illness

Outcome indicators :

1. Mastery

Patterns : communityy society 2. Fluid integrative identities

1. Single
2. Multiple
3. Sequential
4. Simultaneous
5. Related
6. Unrelatead

Nursing therapeuties

Properties :

1. Awareness
2. Engagement
3. Change and difference
4. Time span
5. Critical point and
events
BAB 3

CONTOH KASUS PENERAPAN TEORI TRANSISI

Contoh kasus : Pasien wanita pasca operasi mastektomi

Pasien seorang wanita berusia 37 tahun, dirawat di ruang A setelah menjalani operasi
mastektomi sebelah kiri karena ada dugaan keganasan pada tumor. Pasien terpasang
infus di tangan kanan, dengan balutan perban di payudara sebelah kiri. Pasien terlihat
sedih, lebih banyak diam, dan menjawab singkat jika ditanya perawat jaga. Makanan
yang disajikan oleh petugas tampak hanyak dimakan sebagian atau separuh. Saat dirawat
pasien sering sendiri, suami pasien hanya menemani pasien saat malam, sedangkan pagi
hari hanya ditunggu oleh seorang tetangga saja yang dipercaya untuk menjaga dan
membantu segala kebutuhan pasien.
Bagaimanakah penerapan teori transisi menurut meleis terhadap kasus tersebut diatas ?
Apakah intervensi keperawatan yang bisa di aplikasikan terhadap pasien tersebut ?
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada contoh kasus diatas didapatkan :

Data subyektif :

1. Keluarga pasien mengatakan sebelum di diagnosa sakit kanker payudara pasien


adalah seorang pekerja keras yang sangat ceria, suka menolong teman, supel dan
selalu bergaul
2. Pasien mengatakan ingin di tunggui oleh keluarga nya yang ada jauh di luar pulau,
untuk mensupport dan membantu pasien melewati masa-masa sulit selama menjalani
terapi
3. Pasien mengatakan sudah menikah sudah 5 tahun yang lalu dan masih belum
dikaruniai anak
4. Pasien mengatakan harus berhenti bekerja karena merasa tidak enak kalau harus ijin
terlalu lama di tempat kerja

Data obyektif :

1. Pasien terpasang infus pada tangan kanan


2. Terdapat perban pada payudara sebelah kiri
3. Pasien tampak sedih dan murung
4. Pasien sering diam
5. Makan hanya separuh atau sebagian
6. Suami hanya menemani pasie di malam hari

Proses transisi yang terjadi dalam diri pasien, antara lain :

1. Perubahan status dari sehat sekarang harus masuk rumah sakit dan menjalani operasi
2. Perubahan status dari bekerja menjadi tidak bekerja
3. Pasien dari pribadi yang ceria dan menyenangkan menjadi pribadi yang pendiam,
sedih dan murung
4. Perubahan status psikologis pasien setelah tahu di diagnose penyakit kanker kanker
dan harus melakukan operasi mastektomi
5. Perasaan sedih dan takut tidak bisa hamil karena operasi mastektomi

Intervensi yang bisa dilakukan oleh seorang perawat :

1. Membina hubungan saling percaya kepada pasien


2. Melakukan pendekatan secara psiko-spiritual kepada pasien dengan memberikan
motivasi pada pasien untuk tetap bersabar dan mengembalikan persepsi pasien bahwa
meskipun pasien sudah menjalani operasi,pasien masih bisa beraktifitas dan
menjalankan peran sebagai seorang istri.
3. Menjelasakan pada pasien tentang penyakit dengan bahasa yang mudah dipahami dan
memberikan alternatif aktivitas seperti : memasak, menjahit, menyulam atau
berdagang, meskipun pasien sudah tidak bekerja sebagai pegawai lagi.
4. Menjelaskan pada keluarga pentingnya peran serta dan dukungan keluarga untuk
membantu proses penyembuhan dan mengembalikan kesehatan psikis pasien.
5. Menjelaskan pada pasien bahwa pasien tidak perlu merasa takut atau minder untuk
bergaul dengan teman atau lingkungan sekitar nya.
6. Menganjurkan pasien untuk makan makanan tinggi protein untuk mempercepat proses
penyembuhan pasca bedah.
7. Memberikan posisi yang nyaman agar pasien dapat beristirahat selama berada di
rumah sakit.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan
Konsep keperawatan teori transisi dapat diaplikasikan di semua populasi dan
relevan untuk semua populasi dalam transisi, tergantung dari tipe transisi yang
dialami oleh populasi. Cakupan dari teori ini dapat diaplikasikan pada kelompok
geriatric, ibu hamil, wanita menopause, pasien Alzheimer, pasien dengan penyakit
kronik, kelompok psikiatri, family caregiver, wanita imigran, namun teori ini menurut
meleis kurang cocok diterapkan pada pasien dengan penyakit akut, anak-anak,
dikarenakan anak-anak akan sulit bagi perawat untuk mengkaji tahap kondisi transisi.
Teori ini bersifat lebih konkrit dari model konseptual dan sudah memiliki kerangka
yang jelas dalam penerapannya.
Menurut Meleis ada 5 konsep utama, yaitu :
1. Tipe dan pola transisi
2. Properties of transition experiences ( sifat dari pengalaman transisi )
3. Transition condition ( facilitators and inhibitor )
4. Pattern of respons ( process indicator and outcome )
5. Nursing therapeutics

5.2 Saran

Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat yang berperan dalam memberikan


asuhan keperawatan hendaknya melibatkan pasien dan keluarga serta disiplin ilmu
yang lain seperti dokter, farmasi dan gizi dalam proses penyembuhan dan perawatan
pasien.

Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya memprioritaskan


perawatan pada kondisi bio-psiko-sosio-spiritual pasien. Dan mengkaji perubahan-
perubahan yang terjadi pada pasien. Serta memperbarui ilmu-ilmu dari berbagai
refensi terbaru baik itu dari jurnal, buku atau riset-riset
DAFTAR PUSTAKA

Kasron, S.Kep, Ns, Sahran, S.Kep, Ns, Usman B Ohorella, S.Kep, Ns (2016). Teori
Keperawatan dan Tokohnya. Cetakan pertama, Jakarta timur; Trans Info Media.

www.google.com/galih-priambodo.blogspot/ teori keperawatan afaf Ibrahim meleis/


Pebruari 2013.

Anda mungkin juga menyukai