Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN POST OPERASI


KISTA OVARIUM PADA Ny. Y DI RUANG
THAIF RSI A. YANI SURABAYA

DOSEN PEMBIMBING :
Nurul Kamariyah, S. Kep., Ns., M. Kes.

DISUSUN OLEH :
Ani Ardianti 1120021016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat dan disusun


sebagai bukti bahwa mahasiswa di bawah ini telah mengikuti Praktikum Profesi
Ners :
Nama : Ani Ardianti
NIM : 1120021016
Kompetensi : Keperawatan Maternitas
Waktu Pelaksanaan : 03 Januari 2022 – 30 Januari 2022

Surabaya, 06 Januari 2022


Mahasiswa

Ani Ardianti

Dosen Pembimbing Pembimbing Ruang Thaif


Prodi Profesi Ners RSIS A. YANI

Nurul Kamariyah, S. Kep., Ns., M. Kes Nurul Hidayah, S. Tr. Keb

Kepala Ruangan Thaif


RSIS A. YANI

Ainun Mufidah, S.ST


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Kista Ovarium


a. Definisi
Kista adalah kondisi yang disebabkan oleh benjolan berbentuk kapsul
atau kantung dan terisi dengan cairan semisolid ataupun material gas, yang
dapat muncul pada jaringan tubuh mana saja.
Kista ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk
seperti kantung yang bisa tumbuh didakam tubuh. Kantung ini berisi zat gas,
cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul
(Andang, 2013)
Sedangkan menurut Nugroho (2014), kista ovarium biasanya berupa
kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau setengah
cairan. Kista ovarium (atau kista indung telur) merupakan kantung berisi
cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai
menopause, juga selama masa kehamilan (Bilotta. K, 2012).
b. Anatomi Dan Fisiologi
1. Serviks
Serviks atau leher rahim adalah sepertiga lebih rendah dari rahim atau
uterus. Tubular serviks memanjang hingga ke bawah ke bagian atas
vagina. Serviks mengeilingi pembukaan disebut lubang serviks, rahim
berbentuk silinder jaringan yang menghubungkan vagina dan uterus.
Seriviks terbuat dari tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan halus,
lembab dan tebalnya sekitar 1 inci. Ada dua bagian utama dari serviks,
yaitu ektoserviks dan endoserviks.
Bagian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan
ginekologi dikenal sebagai ektoserviks. Pembuka dipusat ektoserviks,
dikenal sebagai os-eksternal, membuka untuk memisahkan bagian antara
uterus dan vagina. Endoserviks atau kanal endoserviks, adalah sebuah
terowongan melalui yang melalui serviks, dari os-eksternal ke dalam
uterus.
Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks.
Pembatasan tumpang tindih antara endoserviks dan ektoserviks disebut
zona transformasi. Serviks menghasilkan lendir serviks yang konsisten
atau kekentalannya berubah selama siklus menstruasi untuk mencegah
atau mempromosikan kehamilan.
Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebih rapuh, sel-sel
epitel kolumnar digantikan dengan sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini
sangat rentan terhadap perubahan prakanker (displasia) karena tingkat
turnover yang tinggi dan tingkat pematangan sel rendah.
2. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah alpukat atau buah peer yang sedikit
gepeng kearah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran
panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar dia tas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan
tebal dinding uterus adalah 1,25 cm. Bentuk dan ukuran uterus sangat
berbeda-beda, tergantung pada usia dan pernah melahirkan anak atau
belum. Terletak dirongga pelvis antara kandung kemih dan rectum. Letak
uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke
depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri).
Sekarang diketahui bahwa dalam proses ovulasi harus ada kerjasama
antara korteks serebri, hipotalamus, hipofisis, ovarium, glandula tiroidea,
glanula suprarenalis dan kelenjar endokrin lainnya. Yang memegang
peranan penting dalam proses tersebut adalah hubungan hipotalamus,
hipofisis dan ovarium.
Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan
disebut Gonadotropin Relaksing Hormon (GnRH) karena dapat
merangsang pelepasan Lutenizing Hormon (LH) dan Follicle Stimulating
Hormon (FSH) dan hipofisis.
3. Ovarium
Ovarium adalah alat reproduksi yang setelah dewasa menghasilkan
ovarium (sel telur). Selain itu, ovarium juga berfungsi sebagai kelenjar
endokrin yang mengeluarkan hormone estrogen dan progesterone. Pada
waktu hamil, ovarium akan menghasilkan hormon relaksing.
Pada wanita yang belum pernah melahirkan, ovarium teletak di
sebelah dorsal dari Ligamen Latum pada dinding lateral pelvis. Pada
dinding lateral ini teletak dalam fossa ovarica dimana fossa ini disebelah
dorsalnya dibatasi oleh ureter dan a. hypogastrica. Ventralnya : a.
umbilicalis (Lig. Umbilicale Laterale). Skeletopinya terletak setinggi
spina iliaca anterior superior (SIAS) dan sedikit lateral dari linea lateralis.
c. Epidemiologi / Insiden Kasus
Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia, angka kejadian kista
ovarium di Indonesia mencapai 37,2%, dan sering terjadi pada wanita
berusia 20-40 tahun, pada masa pubertas atau kurang dari 20 tahun jarang
terjadi. Beberapa faktor yang dapat menimbulkan kista ovarium seperti
nullipara, melahirkan pertama kali pada usia di atas 35 tahun, wanita yang
mempunyai keluarga dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia
di bawah 25 tahun. Pada sebagian besar kasus yang ditemukan, kista
ovarium bersifat jinak dan dapat ditangani dengan mudah. Pada usia
premenopause, risiko keganasan kista ovarium adalah 1 : 1000 yang
menunjukkan bahwa sangat jarang terjadi keganasan pada kista ovarium.
Di Indonesia, angka kejadian pada tahun 2015 dilaporkan sebanyak 23.400
wanita mengalami kista ovarium, dan 59,40% (13.900 orang) meninggal
dunia (Diyantoro, 2021).
d. Klasifikasi
Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :
a. Tipe kista normal
Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak
ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum. Kista ini
akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur. Setelah
pecah, kista fungsional ini akan menjadi kista folikuler dan akan hilang
saat menstruasi. Kista fungsional ini terdiri dari : kista folikel dan kista
korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala
dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6-8 minggu.
b. Tipe kista abnormal
1) Kistadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya
bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat menimbulkan nyeri.
2) Kista coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista
coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
3) Kista Dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit,
kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian
indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.
4) Kista Endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang
berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhya
lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat,
terutama saat menstruasi dan infertilitas.
5) Kista Hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
6) Kista Lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum kaematoma.
7) Kista Polikistik Ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan.
Ovarium akan membesar karena tertumpuknya kista ini. Kista polikistik
ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk
mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan rasa sakit.
e. Etiologi
Menurut Nugroho (2012), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
pembentukan hormone pada hipotalamaus, hipofisis dan ovarium. Penyebab

lain timbulnya kista adalah ovarium adalah adanya penyumbatan pada


saluran yang berisi cairan karena adanya bakteri dan virus, adanya zat
dioksin dan asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh manusia yang akan membantu tumbuhnya
kista, faktor makan makanan yang berlemak yang mengakibatkan zat-zat
lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan
meningkatkan resiko timbulnya kista. Faktor resiko pembentukan kista
ovarium terdiri dari:

a. Usia

Umumnya, kista ovarium jinak (tidak bersifat kanker) pada wanita


kelompok usia reproduktif. Kista ovarium bersifat ganas sangat jarang, akan
tetapi wanita yang memasuki masa menopause (usia 50-70 tahun) lebih
beresiko memiliki kista ovarium ganas.

b. Status menopause

Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat menjadi


tidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita
menopause yang rendah.

c. Pengobatan infertilitas

Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan


dengan induksi ovulasi dengan gonadotropin (konsumsi obat kesuburan).
Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH dapat menyebabkan kista
berkembang.

d. Kehamilan

Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua
pada puncak kadar hCG (human chorionic gonadotrpin).
e. Hipotiroid

Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormone tiroid yang


dapat menyebabkan kelenjar pituitary memproduksi TSH (Thyroid
Stimulating Hormone) lebih banyak sehingga kadar TSH meningkat. TSH
merupakan faktor yang memfasilitasi perkembangan kista ovarium folikel.

f. Merokok

Kebiasaan merokok juga merupakan faktor resiko untuk pertumbuhan


kista ovarium fungsional. Semakin meningkat resiko kista ovarium dan
semakin menurun indeks massa tubuh (BMI) jika seseorang merokok.

g. Ukuran massa

Kista ovarium fungsional pada umumnya berukuran kurang dari 5 cm dan


akan menghilang dalam waktu 4-6 minggu. Sedangkan pada wanita
pascamenopause, kista ovarium lebih dari 5 cm memiliki kemungkinan
besar bersifat ganas.

h. Kadar serum petanda tumor CA-125

Kadar CA 125 yang meningkat menunjukkan bahwa kista ovarium


tersebut bersifat ganas. Kadar abnormal CA125 pada wanita pada usia
reproduktif dan premenopause adalah lebih dari 200 U/mL, sedangkan pada
wanita menopause adalah 35 U/mL atau lebih.

i. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga menderita kanker ovarium, endometrium, payudara, dan


kolon menjadi perhatian khusus. Semakin banyak jumlah keluarga yang
memiliki riwayat kanker tersebut, dan semakin dekat tingkat hubungan
keluarga, maka semakin besar resiko seorang wanita terkena kista ovarium.

j. Konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko terbentuknya kista ovarium,


karena alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen. Kadar estrogen yang
meningkat ini dapat mempengaruhi pertumbuhan folikel.
k. Obesitas

Wanita obesitas (BMI besar sama 30kg/m2) lebih beresiko terkena kista
ovarium baik jinak maupun ganas. Jaringan lemak memproduksi banyak
jenis zat kimia, salah satunya adalah hormone estrogen, yang dapat
mempengaruhi tubuh. Hormone estrogen merupakan faktor utama dalam
terbentuknya kista ovarium

f. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil
yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang
memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilitas oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan
secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula
akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama
kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple
dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang
disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi
dengan menggunakan gonadotropin (FSh dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari,
terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.
Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringa
ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang
serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovary ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis
ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari
germ sel primordial. Teratoma berasal tumor germ sel yang berisi elemen
dari 3 lapisan germinal embryonal; ectodermal, endodermal dan
mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium
ektopik. Pada sindroma ovary pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-
folikel dengan multiple kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam
sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan
diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.
g. WOC

ovarium

Infeksi ovarium

Sekresi hormone progesterone meningkat HCG meningkat

Hiperstimulasi ovarium degenerative

Tidak terjadi ovulasi degeneratif pada kelenjar adrenal folikel

Menurunnya ovulasi

Terbentuknya kista Pembesaran ovarium

Ansietas Operasi kistektomi Menahan organ sekitar

Post operasi Tekanan sel saraf tumor

Anestesi Penurunan metabolisme Luka operasi

Peristaltik usus menurun Hipolisis Nyeri akut

Absorbs air dikolon Asam laktat meningkat Diskontinuitas jaringan

Konstipasi Gangguan metabolisme Port di entry

Risiko Infeksi
Penurunan kekuatan otot

Kesulitan melakukan aktivitas

Gangguan mobilitas fisik


h. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho (2010), kebanyakan wanita yang memiliki kista
ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun beberapa
orang tidak mengalami gejala ini :
a. Nyeri saat menstruasi
b. Nyeri di perut bagian bawah
c. Nyeri saat berhubungan seksual
d. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki
e. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB
f. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.
i. Komplikasi
a. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya pembesaran perut menyebabkan tekanan dalam perut. Jika
mendesak kandung kemaih dapat menimbulkan gangguan miksi.
Jika terletak bebas di rongga perut hanya menimbulkan rasa berat
dalam perut serta dapat juga mengakibatkan edema tungkai.
b. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
Kista ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormone.
c. Akibat komplikasi kista ovarium
1) Perdarahan ke dalam kista
2) Torsio atau putaran tangkai
3) Infeksi pada tumor
4) Robek dinding kista
5) Perubahan keganasan
j. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis adalah :
a. Laparoskopi
Berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal dari ovarium
atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat kista.
b. Ultrasonografi (USG)
Untuk menentukan letak dan batas kista, apakah kista berasal dari
uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah kista kistik atau
solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut
yang bebas dan tidak.
c. Foto Rontgen
Berguna untuk menentukan adanya hydrothorax. Selanjutnya pada
kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
d. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
e. Pap Smear
Untuk mengetahui displosia seluler menunjukkan kemungkinan
adanya kanker atau kista.
k. Penatalaksanaan
a. Pengangkatan kista ovarium melalui tindakan bedah seperti :
laparotomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastic yang tidak ganas
ialah pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian
ovarium yang terdapat kista. Akan tetapi jika kistanya besar atau ada
komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya
disertai dengan pengangkatan tuba (Salpingooforektomi)
b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium
dan menghiangkan kista.
c. Perawatan pasca operasi setelah pembedaahan untuk mengangkay
kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan
abdomen dengan pengecualian penurunan tekanan intra abdomen
yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah
dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
d. Tindakan keperawatan dengan memrikan pendidikan kesehatan pada
pasien tentang manajemen nyeri. Informasikan tentang perubahan
yang akan terjadi seperti tanda-tanda infeksi, perawatan insisi luka
operasi.
e. Asuhan post operatif berupa pengkajian, pemberian intervensi yang
tepat pada pasien.
f. Efek anestesi umum bisa mempengaruhi keadaan umum pasien
karena adanya penurunan kesadaran.
g. Untuk itu lakukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit, pernafasan, dan tanda-tanda infeksi. Perawat harus
mengajarkan bagaimana aktivitas pasien di rumah setelah
pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di
rumah, tetapi boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu,
hindarkan mengangkat benda-benda berat karena aktivitas ini dapat
menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktivitas seksual
sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, control untuk evaluasi
medis pasca bedah sesuai anjuran.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,
alamat serta data penanggung jawab.
2) Keluhan Utama
Biasanya pasien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada
massa di daerah abdomen, mentruasi yang tidak berhenti.
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang : keluhan yang dirasakan pasien adalah
nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah
perut, mentruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
b) Riwayat kesehatan dahulu : sebelumnya tidak ada keluhan.
c) Riwayat kesehatan keluarga : kista ovarium bukan penyakit
menular/keturunan.
d) Riwayat perkawinan : kawin/tidak kawin ini tidak memberi
pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium.
4) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi
untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
5) Riwayat Menstruasi
Pasien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea
dan bahkan sampai amenorhea.
6) Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara
sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut. 2) Keadaan rambut.
b. Mata
1) Sklera : Ikterik/tidak
2) Konjungtiva : Anemis/tidak
3) Mata : Simetris/tidak
c. Leher
1) Pembengkakan kelenjar tiroid. 2) Tekanan vena jugularis.
d. Dada
1) Jenis pernafasan. 2) Bunyi nafas. 3) Penarikan sela iga.
e. Penafasan
1) Nyeri tekan pada abdomen. 2) Teraba massa pada abdomen.
f. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen. 2) Teraba massa pada abdomen.
g. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas. 2) Tidak ada kelemahan.
h. Eliminasi, Urinasi
1) Adanya konstipasi. 2) Susah BAK.
7) Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan
berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum
menarche.
8) Data Spiritual
Pasien mengatakan kegiatan keagamaannya sesuai dengan
kepercayaannya.
Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana
ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium
tersebut sementara pada pasien dengan kista ovarium yang ovariumnya
diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental pasien yang ingin
hamil/mempunyai keturunan.
9) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Biasanya pasien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
ativitas dan tidur karena merasa nyeri.
10) Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium :
1) Pemeriksaan Hb. 2) USG untuk mengetahui letak batas kista.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d agen pencedera fisik.
2) Risiko infeksi b/d adanya luka pasca operasi
3) Ansietas b/d kurang terpapar informasi.
c. Intervensi Keperawatan
NO SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
pencedera fisik. keperawatan selama 1 x 24
jam diharapkan Tingkat Observasi
Nyeri menurun, dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
Tingkat Nyeri 2. Identifikasi skala nyeri.
a. Keluhan nyeri dari 3. Monitor keberhasilan terapi
skala 2 (cukup komplementer yang sudah
meningkat) menjadi diberikan.
skala 4 (cukup 4. Monitor efek samping
menurun). penggunaan analgetik.
b. Meringis dari 2 (cukup
meningkat) menjadi Terapeutik
skala 4 (cukup 1. Berikan teknik nonfarmakologis
menurun). untuk mengurangi rasa nyeri.
c. Gelisah dari 3 (sedang) 2. Kontrol lingkungan yang
menjadi skala 4 (cukup memperberat nyeri.
menurun). 3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
d. Kesulitan tidur dari
skala 2 (cukup Edukasi
meningkat) menjadi 1. Jelaskan penyebab, periode dan
skala 4 (cukup pemicu nyeri.
menurun). 2. Jelaskan strategi meredakan
e. Frekuensi nadi dari nyeri.
skala 3 (sedang) 3. Anjurkan menggunakan
menjadi skala 4 (cukup analgetik secara tepat.
membaik). 4. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu.

2. Risiko infeksi b/d Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi


adanya luka pasca
Setelah di lakukan Observasi :
operasi
tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala
selama 1x24 jam infeksi lokal dan sistemik
diharapkan derajat infeksi Terapeutik :
menurun, dengan kriteria 1. Berikan perawatan pada area
hasil : kulit
1.Demam dari skala 1 2. Cuci tangan sebelum dan
(meningkat) menjadi skala sesudah kontak dengan pasien
5 (menurun) dan lingkungan pasien
2. Kemerahan dari skala 1 Edukasi :
(meningkat) menjadi skala 1. Jelaskan tanda dan gejala
5 (menurun) infeksi
3. Nyeri dari skala 1 2. Ajarkan cara mencuci tangan
(meningkat) menjadi skala yang benar
5 (menurun) 3. Anjurkan menngkatkan asupan
4. Bengkak dari skala 1 cairan
(meningkat) menjadi skala 4. Anjurkan meningkatkan asupan
5 (menurun) nutrisi
5. kadar sel darah putih Kolaborasi :
dari skala 1 (memburuk) Kolaborasi pemberian imunisasi
menjadi skala 5 (membaik) jika perlu

3. Ansietas b/d Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas


kurang terpapar keperawatan selama 1 x 24
informasi. jam diharapkan Tingkat Observasi
Ansietas menurun, dengan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
kriteria hasil : berubah.
2. Monitor tanda-tanda ansietas.
Tingkat Ansietas
a. Perilaku gelisah dari Terapeutik
skala 2 (cukup 1. Ciptakan suasana terapeutik
meningkat) menjadi untuk menumbuhkan
skala 4 (cukup kepercayaan.
menurun). 2. Pahami situasi yang membuat
b. Perilaku tegang dari ansietas.
skala 2 (cukup 3. Dengarkan dengan penuh
meningkat) menjadi perhatian.
skala 4 (cukup 4. Motivasi mengidentifikasi
menurun). situasi yang memicu kecemasan.
c. Frekuensi pernafasan
dari skala 3 (sedang) Edukasi
menjadi skala 4 (cukup 1. Infromasikan secara faktual
menurun). mengenai diagnosis, pengobatan
d. Frekuensi nadi dari dan prognosis.
skala 3 (sedang) 2. Anjurkan keluarga untuk tetap
menjadi skala 4 (cukup bersama pasien, jika perlu.
menurun). 3. Anjurkan mengungkapkan
e. Takanan darah dari perasaan dan persepsi.
skala 3 (sedang) 4. Latih penggunaan mekanisme
menjadi skala 4 (cukup pertahanan diri yang tepat.
menurun). 5. Latih teknik relaksasi.

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu.

d. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu proses keperawatan yang dilakukan setelah
perencanaan keperawatan. Implementasi keperawatan adalah langkah keempat
dari proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk
membantu pasien yang bertujuan mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
dampak ataupun respon yang dapat ditimbulkan oleh adanya masalah
keperawatan serta kesehatan. Implementasi keperawatan membutuhkan
fleksibilitas dan kreativitas perawat.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap kelima atau proses
keperawatan terakhir yang berupaya untuk membandingkan tindakan yang
sudah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditentukan. Evaluasi
keperawatan bertujuan menentukan apakah seluruh proses keperawatan
sudah berjalan dengan baik dan tindakan berhasil dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Andang, T., Mumpuni. 2013. Penyakit Musuh Kaum Perempuan. Yogyakarta :


Rapha Publishing

Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit : Dengan Implikasi


Keperawatan. Sdisi 2. Jakarta : EGC

Diyantoro. 2021. Tingkat Keganasan Kista Ovarium pada Pasien di Salah Satu
Rumah Sakit di Surabaya - Unair News.
https://news.unair.ac.id/2021/02/tingkat-keganasan-kista-ovarium-pada-
pasien-di-salaah-satu-rumah-sakit-di-surabaya/. Diakses tanggal 04
Januari 2022

Nugroho, T. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.


Yogyakarta: Nuha Medika

Nugroho, T. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (askeb 3). Yogyakarta:
Nuha Medika

Nugroho, T. 2015. Obstetric dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik edisi I Cetakan III (Revisi). Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan edisi I Cetakan II. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan edisi I Cetakan II. Jakarta : PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
KESEHATAN REPRODUKSI

Nama Mahasiswa : Ani Ardianti Tanggal Pengkajian : 03-01-2022


NIM : 1120021016 Jam pengkajian : 15.30 wib
Tempat Praktik : Ruang Thaif

A. IDENTITAS
Pasien Penanggung Jawab
Nama : Ny. Y Nama Suami : Tn. A
Umur : 28 tahun Umur : 34 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : PNS
Status Pernikahan : Nikah Status Pernikahan : Nikah
Alamat : Perum Jaya Alamat : Perum Jaya
Maspion Maspion
No. RM : 74xxxx

Tanggal masuk : 03-01-2022

B. STATUS KESEHATAN SEKARANG


Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah sejak 3 hari yang lalu, nyeri
timbul terus menerus, skala 5 dari 10, nyeri terasa panas.

Faktor yang memperberat


Pasien mengatakan nyeri terasa saat jalan.

Upaya untuk mengatasi


Pasien mengatakan untuk mengatasi nyeri pasien beristirahat dan tidak boleh
capek.

Sifat keluhan : [ ] Bertahap [v] Mendadak


Diagnosa medik : Kista Ovarium + KET G1 Pooo Uk 6/7 mgg

C. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Pasien pernah menjalani operasi usus buntu tahun 2016 di RS di tulungagung.
Pasien tidak pernah mengalami nyeri seperti yang dirasakan sekarang dan ini
adalah kehamilan yang pertama.
D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
seperti hipertensi, diabetes, asma dan lain-lain.

E. RIWAYAT KEPERAWATAN
1) Riwayat menstruasi
Siklus : [v] Teratur [ ] Tidak teratur
Menarche : kelas 5 SD atau sekitar usai 10 tahun
Banyaknya : ± 50 cc
Lamanya : 6-7 hari
Keluhan : tidak ada keluhan
HPHT : tidak ada
HPL : tidak ada
Diagnosa : Kista Ovarium + KET G1 Pooo Uk 6/7 mgg

3) Genogram

P
X

= Laki-laki

= Perempuan

p = Pasien
xx
= Tinggal serumah

4) Postpartum Sekarang
Riwayat Persalinan : pasien masih hamil anak pertama sekarang
Tidak ada riwayat persalinan
Tiper Persalinan : [ ] Spontan [ ] Bantuan,
Lama Persalinan : Kala I = tidak ada
Kala II = tidak ada
Kala III = tidak ada
Kala IV = tidak ada
5) Rencana Perawatan Bayi
[ ] Sendiri [ ] Orang tua [v] Lainnya, tidak ada
Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi:
Breast care : tidak ada
Perineal care : tidak ada
Nutrisi : tidak ada
Senam nifas : tidak ada
KB : tidak ada
Menyusui : tidak ada

6) Riwayat Program KB
Melaksanakan KB : [v] Tidak [ ] Ya, ________________
Menggunakan kontrasepsi sejak : pasien mengatakan tidak menggunakan
kontrasepsi
Keluhan : tidak ada keluhan

7) Riwayat Lingkungan
Kebersihan : pasien mengatakan rumah tempat tinggal pasien
dan keluarga bersih dan asri.
Bahaya : pasien mengatakan lingkungan rumah pasien dan
keluarga memiliki jauh dari lingkungan yang
berbahaya.
Lainnya : pasien mengatakan rumah pasien terdapat halaman
yang berisi tanaman sebagai hiasan dan
mempercantik rumah.

8) Aspek Psikososial
Persepsi pasien tentang keluhan/penyakit
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya seperti apa,
pasien juga tidak mengetahui dimana dapat menemukan informasi tentang
penyakitnya.
Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-
hari?
[v] Ya [ ] Tidak
Jelaskan, pasien mengatakan penyakit yang dirasakan bisa sangat
mengganggu ketika pasien merasa capek yang teramat sangat, jadi pasien
tidak dapat melanjutkan aktivitas yang sedang dilakukan.

Harapan yang pasien inginkan


Pasien mengatakan harapannya untuk dapat segera sembuh dan dapat
melanjutkan aktivitas seperti biasa sebelum sakit.
Pasien tinggal dengan suami saja, orang tua pasien berada di tulungagung.

Kesiapan mental menjadi seorang ibu: [v] Ya [ ] Tidak

F. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS


a) Pola nutrisi
Frekuensi makan : 2-3 kali/hari
Nafsu makan : [v] Baik [ ] Buruk
Alasan : tidak ada
Jenis makanan : pokok dan camilan
Alergi : tidak ada alergi
b) Pola eliminasi
BAK
Frekuensi : 3-5 kali/hari
Warna : kuning
Keluhan : tidak ada
BAB
Frekuensi : 1 kali/hari
Warna : kuning
Bau : khas
Konsistensi : padat
Keluhan : tidak ada
c) Pola personal hygiene
Mandi : 2 kali/hari
Oral hygiene : 2 kali/hari
Cuci rambut : 2-3 kali/hari
d) Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 8 jam/hari
Kebiasaan sebelum tidur: berdoa dan mineral
Keluhan : tidak ada
e) Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan pekerjaan : karyawan swasta
Waktu bekerja : 6-7 jam
Kegiatan waktu luang : istirahat, menonton tv, memasak
Olah raga : [ ] Ya [ v ] Tidak

Keluhan saat aktivitas : nyeri perut bawah


f) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Merokok : [ ] Ya [v] Tidak
Minuman keras : [ ] Ya [v] Tidak
Ketergantungan obat : [ ] Ya [v] Tidak
G. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : [v] Composmentis [ ] Apatis [ ] Somnolen [ ] Sopor [ ] Koma
GCS : 456
Vital Sign : TD : 100/76 mmHg
Nadi : Frekuensi : 80 kali/menit
Irama : [v] regular [ ] ireguler
Kekuatan/isi : [v] kuat [ ] sedang [ ] lemah
Respirasi : Frekuensi : 20 kali/menit
Irama : [v] regular [ ] ireguler
Suhu : 36.5 C
o

Kepala dan Leher


Kepala
Kulit : [v] Normal [ ] Hematoma [ ] Lesi [ ] Kotor
Rambut : [v] Normal [ ] Kotor [ ] Rontok [ ] Kering/kusam
Muka : [v] Normal [ ] Bells palsy [ ] Hematom [ ] Lesi
Mata : Konjungtiva [v] Normal [ ] Anemis [ ] Hiperemis
Sklera [v] Normal [ ] Ikterik
Pupil [v] Isokor [ ] Anisokor
Palpebra [v] Normal [ ] Hordeolum [ ] Edema
Lensa [v] Normal [ ] Keruh
Visus [v] Normal ka/ki [ ] Miopi ka/ki
[ ] Hipermetropi ka/ki
[ ] Astigmatisma ka/ki [ ] Kebutaan ka/ki

Hidung : [v] Normal [ ] Septum defiasi [ ] Polip[ ] Epistaksis


[ ] Gangguan indra penghidu [ ] Sekret
Mulut : Gigi [v] Normal [ ] Caries dentis, lokasi _____
[ ] Gisi palsu, lokasi ____________________
Bibir : [v] Normal [ ] Kering [ ] Stomatitis [ ] Sianosis
Telinga : [v] Simetris/asimetris [ ] Bersih [ ] Kotor
Gangguan pendengaran [ ] Ada [ ] Tidak
Leher : [v] Normal [ ] Pembesaran tiroid [ ] Pelebaran JVP
[ ] Kaku kuduk [ ] Hematom [ ] Lesi
Tenggorokan : [v] Normal [ ] Nyeri telan [ ] Hiperemis
[ ] Pembesaran tonsil

Dada dan Axilla


Dada : [v] Normal [ ] Barrel chest [ ] Funnel chest
[ ] Pigeon chest
Payudara : [ ] Membesar [v] Tidak
Areolla mammae : berwarna coklat tua
Papilla mammae : [v] Menonjol [ ] Datar [ ] Ke dalam
Colostrum : tidak ada

Pulmo
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada luka dan edema.
Palpasi : fremitus taktil ka/ki : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : ka/ki : sonor
Auskultasi : [v] vesikuler ka/ki [ ] wheezing [ ] ronkhi

Cor
Inspeksi : tidak terlihat ictus cordis
Palpasi : ictus cordis : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : batas jantung : redup
Auskultasi : bunyi jantung I (SI): LUP
bunyi jantung II (SII) : DUP
bunyi jantung III (SIII) : LUP DUP

Abdomen
Linea : tidak terdapat linea
Striae : tidak terdapat striae
Luka operasi : terdapat luka operasi laparotomy di tutup kasa
Kontraksi : tidak ada
Lainnya : terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah sebelah
kanan.

Eliminasi alvi
Frekuensi : 1 kali/hari Penggunaan pencahar: tidak ada
Waktu : [v] Pagi [ ] Siang [ ] Sore [ ] Malam
Warna : kuning Darah : tidak ada Konsistensi : padat
Ggn. eliminasi bowel: [ ] Konstipasi [ ] Diare [ ] Inkontinensia bowel
[v] Lainnya, tidak ada

Eliminasi Uri
Frekuensi : 3-5 kali/hari Penggunaan pencahar : tidak ada
Warna : kuning Darah : tidak ada
Ggn. eliminasi bladder : [ ] nyeri saat BAK
[ ] burning sensation
[ ] bladder terasa penuh setelah BAK
[ ] inkontinensia bladder
[v] Lainnya, tidak ada
Riwayat penyakit dahulu : [ ] penyakit ginjal [ ] batu ginjal
[ ] injury / trauma [v] Lainnya, tidak ada
Penggunaan kateter : [ ] Ya [v] Tidak
Warna : [v] normal [ ] hematuria [v] seperti teh
Keluhan : [ ] nokturia [ ] retensi urine
[ ] inkontinensia urine
[v] Lainnya, tidak ada
Ektremitas
Atas : kekuatan otot ka/ki : 5 / 5
ROM ka/ki : aktif
Capillary Refill Time : <2 detik
Bawah : kekuatan otot ka/ki : 5 / 5
ROM ka/ki : aktif
Capillary Refill Time : <2 detik

Sistem Sensori Persepsi


Gangguan Penglihatan :[ ] Ya [v] Tidak
Gangguan Pendengaran :[ ] Ya [v] Tidak
Gangguan Penciuman :[ ] Ya [v] Tidak
Gangguan Sensasi taktil :[ ] Ya [v] Tidak
Gangguan Pengecapan :[ ] Ya [v] Tidak

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1. Hematologi, tanggal 03 Januari 2022 pukul 09.13 wib
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
WBC 10.5 10^3/uL 5.0 – 10.0
LYMPH 1.8 10^3/uL 0.8-4.00
MID 0.6 10^3/uL 0.1-1.5
GRAN 8.1 10^3/uL 2.0-7.0
LYMPH% 16.7 % 20.0 – 40.0
MID% 5.9 % 3.00-15.00
GRAN% 77.4 % 50.0-70.0
RBC 4.65 10^6/uL Pr : 3.50 – 5.00
HGB 13.7 g/dL Pr : 11.0 – 15.0
HCT 40.5 % Pr : 36.0 – 48.0
MCV 87.3 fL Pr : 76.0 – 96.0
MCH 29.4 Pg 27.0 – 32.0
MCHC 33.8 g/dL 30.0 – 35.0
RDW-cv 13.6 % 0.0 – 16.0
RDW-sd 43.9 fL 46.0 – 59.0
PLT 362 10^3/uL 150 – 400
PDW 15.0 %
MPV 8.1 fL 8.0 – 15.0
PCT 0.293 % 0.108 – 0.282
PPT 15.4 11-18
APTT 32.4 27-42
HASIL ANTIGEN SAR-COV

Negatif

RONTGEN

Hasil pemeriksaan radiologi, tanggal 03 Januari 2022

Foto Thorax AP :

Cor : Besar dan kontur normal


Pulmo : Tak tampak infiltrate
Bronchovascular paterm baik

Sinus Costophrenicus kanan dan kiri tajam

Kesimpulan : Foto thorax normal

I. TERAPI MEDIK
Inful RL : RD5 = 2 : 2 / 24 jam
Terpasang Dower Catheter
Injeksi santagesik 3x1 gr
Asam mefenamat 3x500 tab per oral
Asam tranexamat 3x1 tab per oral
ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. Y No. RM : 74xxxx


Umur : 28 th Ruang : Thaif
NO DATA (DS/DO) ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Agen Pencedera Nyeri Akut
1. Pasien mengeluh nyeri. Fisik
2. P : muncul ketika bergerak.
Q : terasa panas. Jaringan terputus
R : perut bagian bawah.
S : 5 dari 10. Merangsang area
T : lebih dari 5 menit. sensorik

DO : Gangguan rasa
1. Pasien tampak meringis. nyaman
2. Pasien tampak gelisah.
3. Nafsu makan berubah. Nyeri akut
4. TTV :
TD : 100/76mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36.5oC
5. Palpasi pada area perut
bawah sebelah kanan
terdapat nyeri tekan.

2. DS : Risiko Infeksi
Pasien mengatakan ada luka Port de entry
di bagian perut bagian kanan
bawah. Diskontinuitas
jaringan
DO :
1. Terdapat luka di tutup pada Luka operasi
perut bagian bawah
2. Tidak ada tanda-tanda
infeksi seperti panas,
bengkak, merah tapi terasa
nyeri ( panas ) daerah yang
dioperasi
3. TTV :
TD : 100/76mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36.5oC
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. Y No. RM : 74xxxx


Umur : 28 th Ruang : Thaif
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan


pasien mengeluh nyeri, P : muncul ketika bergerak, Q : terasa panas, R :
perut bagian bawah, S : 5dari 10, T : lebih dari 5 menit, pasien tampak
meringis, pasien tampak gelisah, nafsu makan berubah, TTV : TD :
100/76 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu : 36.5 oC, palpasi
pada area perut bawah sebelah kanan terdapat nyeri tekan..

2. Risiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka pasca operasi


INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. Y No. RM : 74xxxx

Umur : 28 th Ruang : Thaif

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
pencedera fisik. keperawatan selama 1 x 24
jam diharapkan Tingkat Observasi
Nyeri menurun, dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
Tingkat Nyeri 2. Identifikasi skala nyeri.
a. Keluhan nyeri dari 3. Monitor keberhasilan terapi
skala 2 (cukup komplementer yang sudah
meningkat) menjadi diberikan.
skala 4 (cukup 4. Monitor efek samping
menurun). penggunaan analgetik.
b. Meringis dari 2 (cukup
meningkat) menjadi Terapeutik
skala 4 (cukup 1. Berikan teknik nonfarmakologis
menurun). untuk mengurangi rasa nyeri.
c. Gelisah dari 3 (sedang) 2. Kontrol lingkungan yang
menjadi skala 4 (cukup memperberat nyeri.
menurun). 3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
d. Kesulitan tidur dari
skala 2 (cukup Edukasi
meningkat) menjadi 1. Jelaskan penyebab, periode dan
skala 4 (cukup pemicu nyeri.
menurun). 2. Jelaskan strategi meredakan
e. Frekuensi nadi dari nyeri.
skala 3 (sedang) 3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
menjadi skala 4 (cukup untuk mengurangi rasa nyeri.
membaik).
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu.

2. Risiko infeksi b/d Setelah di lakukan Observasi :


adanya luka pasca
tindakan keperawatan 2. Monitor tanda dan gejala
operasi
selama 1x24 jam infeksi lokal dan sistemik
diharapkan derajat infeksi Terapeutik :
menurun, dengan kriteria 3. Berikan perawatan pada area
hasil : kulit
1.Demam dari skala 1 4. Cuci tangan sebelum dan
(meningkat) menjadi skala sesudah kontak dengan pasien
5 (menurun) dan lingkungan pasien
2. Kemerahan dari skala 1 Edukasi :
(meningkat) menjadi skala 5. Jelaskan tanda dan gejala
5 (menurun) infeksi
3. Nyeri dari skala 1 6. Ajarkan cara mencuci tangan
(meningkat) menjadi skala yang benar
5 (menurun) 7. Anjurkan menngkatkan asupan
4. Bengkak dari skala 1 cairan
(meningkat) menjadi skala 8. Anjurkan meningkatkan asupan
5 (menurun) nutrisi
5. kadar sel darah putih Kolaborasi :
dari skala 1 (memburuk) Kolaborasi pemberian imunisasi
menjadi skala 5 (membaik) jika perlu
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. Y No. RM : 74xxxx

Umur : 28 th Ruang : Thaif

DX Tanggal & Tindakan Paraf


Jam
1. 03/011/2022
15.30 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, Ani
intensitas nyeri.
R/ Pasien kooperatif, mau menjawab dan menunjukkan lokasi
nyeri.
15.35 2. Mengidentifikasi skala nyeri.
R/ Skala nyeri 5 dari 10.
15.40 3. Mengidentifiaksi respons nyeri non verbal.
R/ Pasien tampak menahan nyeri.
4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
15.45
nyeri.
R/ Pasien kooperatif, mau menjawab.
15.50 5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(terapi relaksasi nafas dalam).
R/ Pasien kooperatif, mau mengikuti.
15.55 6. Memfasilitasi istirahat dan tidur.
R/ Pasien kooperatif,
16.05 7. Kolaborasi pemberian analgetik.
R/ Pasien kooperatif

2. 03/01/2022
16.10 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima infromasi. Ani
R/ Pasien sudah siap.
16.15 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
R/ Pasien mau menjelaskan.
16.20 3. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
R/ Pasien mau menerima.
16.25 4. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai jadwal.
R/ Pasien bersedia mengikuti.
16.30 5. Memberikan kesempatan untuk bertanya.
R/ Pasien menanyakan hal tidak diketahui.
16.35 6. Menjelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
R/ Pasien mau mendengarkan.
16.40 7. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
R/ Pasien mau mengikuti.
16.45 8. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat.
R/ Pasien dapat mengikuti dengan baik.

EVALUASI

Nama Pasien : Ny. Y No. RM : 74xxxx


Umur : 28 th Ruang : Thaif
No.DX Tanggal & Evaluasi
Jam
1. 04/01/2022 S :
15.30 1. Pasien mengatakan nyeri masih terasa.
2. P : muncul ketika bergerak.
Q : seperti ditusuk-tusuk.
R : perut bagian bawah.
S : 3 dari 10
T : kurang dari 5 menit.

O:
1. Pasien tampak rileks.
2. Pasien tampak tenang.
3. Nafsu makan pasien sudah membaik.
4. Palpasi pada area perut bawah sebelah kanan
terdapat nyeri tekan.

A:
Masalah teratasi sebagian.

P:
Intervensi dilanjutkan dirumah.
HE :
1. Jaga perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Minum obat dari dokter.

2. 04/01/2022 S:
16.00 1. Pasien mengatakan tidak merasakan tanda-tanda
infeksi seperti panas dan bengkak

O:
1. Tidak tampak tanda-tanda infeksi seperti
kemerahan sekitar daerah operasi, ataupun bengkak
2. TTV
TD : 108/75 mmhg
Nadi : 86 x/mnt
Suhu : 36,6 oC
RR : 22 x/mnt
A:
Masalah teratasi sebagian.
P:
Intervensi dilanjutkan. Rencana besok KRS jika sudah
tidak ada keluhan. Pro Aff infus dan kateter

HE :
1. Jaga perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Banyak membaca tentang kista ovarium

No.DX Tanggal & Evaluasi


Jam

1. 05/01/2022 Px KRS jam 11.30 wib


15.30

2. 04/01/2022 Px KRS jam 11.30 wib


16.00

Anda mungkin juga menyukai