Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN KALA 1 MASA AKTIF MEMANJANG


PADA Ny. S DI RUANG THAIF
RSI A. YANI SURABAYA

DOSEN PEMBIMBING :
Nurul Kamariyah, S. Kep., Ns., M. Kes.

DISUSUN OLEH :
Ani Ardianti 1120021016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat dan disusun sebagai
bukti bahwa mahasiswa di bawah ini telah mengikuti Praktikum Profesi Ners :
Nama : Ani Ardianti
NIM : 1120021016
Kompetensi : Keperawatan Maternitas
Waktu Pelaksanaan : 03 Januari 2022 – 30 Januari 2022

Surabaya, 18 Januari 2022


Mahasiswa

Ani Ardianti

Dosen Pembimbing Pembimbing Ruang Thaif


Prodi Profesi Ners RSIS A. YANI

Nurul Kamariyah, S. Kep., Ns., M. Kes Nurul Hidayah, S. Tr. Keb

Kepala Ruangan Thaif


RSIS A. YANI

Ainun Mufidah, SST


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Persalinan


a. Pengertian
Definisi Persalinan
Dalam buku yang ditulis muachmudah (2010) disebutkan bahwa
persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang
telah cukup bulan (37-42 minggu) atau hidup di luar kandungan atau melalui
jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun janin.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun janin (Lombogia M, 2017).
Menurut Mochtar (Eka N, 2019) jenis persalinan dikelompokan
menjadi 4 cara, yaitu :
a) Persalinan Spontan
Proses kelahiran lewat vagina yang berlangsung tanpa menggunakan alat
maupun obat tertentu, baik itu induksi, vakum, atau metode lainnya.
Persalinan spontan hanya mengandalkan tenaga dan usaha ibu untuk
mendorong keluarnya bayi.
b) Persalinan Normal
Proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan yaitu 27-42 minggu,
seluruh proses kelahiran ini berakhir dalam waktu kuurang dari 24 jam
tanpa tindakan pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.
c) Persalinan Anjuran (Induksi)
Persalinan yang baru dapat berlangsung setelah permulaannya dianjurkan
dengan suatu perbuatan atau tindakan, missal dengan pemecahan ketuban
atau dengan memberi suntikan oksitoksin.
d) Persalinan Tindakan
Persalinan yang tidak dapat berjalan normal secara spontan atau tidak
berjalan sendiri, oleh karena terdapat indikasi adanya penyulit persalinan
sehingga persalinan dilakukan dengan memberikan tindakan
menggunakan alat bantu.
b. Etiologi
Etiologi persalinan sampai sekarang ini, sebab terjadinya persalinan masih
merupakan teori-teori yang kompleks. Ada dua hormon yang mempengaruhi
dan dominan dalam persalinan, kedua hormon tersebut yaitu hormon estrogen
(berperan dalam meningkatkan sensitifitas otot rahim dan memudahkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitoksin, Prostaglandin, dan
rangsangan dari mekanisme) dan hormon progesterone (berperan dalam
menurunkan sensitivitas otot rahim, menghambat rangsangan dari luar, serta
menyebabkan relaksasi otot-otot polos) (Eka N, 2019)
c. Tanda Persalinan
Pada kebanyakan wanita, proses melahirkan dimulai antara minggu ke 39-41
kehamilan. Namun karena lama kehamilan setiap orang berbeda-beda, tidak
sedikit bayi yang dilahirkan pada salah satu minggu tersebut tanpa
menunjukkan tanda-tanda premature atau lahir terlambat. Pada bulan bulan
akhir kehamilan, tubuh akan memproduksi progesterone yang bertujuan
melunakan jaringan disekitar leher rahim dan panggul untuk persiapan
persalinan.
Berbeda dari persalinan dengan cara operasi Caesar, kita dapat
merencanakan waktu kelahiran, melahirkan secara normal memerlukan
kejelian dalam memahami tanda-tanda persalinan yang dikirimkan oleh
tubuh.
Tanda awal persalinan menurut Lombogia 2017, antara lain :
1) Kontraksi yang berkembang
2) Aliran cairan ketuban yang deras dari vagina
3) Pelebaran leher rahim
Menurut Eka N (2019) berikut tanda-tanda persalinan yang bisa
dijadikan rambu untuk mempersiapkan sebuah kelahiran yaitu :
a) Tanda awal persalinan dimulai akan merasakan tanda gejala persalinan
sehari nahkan seminggu sebelum sang bayi benar-benar lahir. Tanda
pendahuluan persalinan yaitu kepala janin turun memasuki pintu atas
panggul, tekanan paguul, sering buang air kecil atau sulit berkemih,dll.
Sedangkan tanda pasti persalinan yaitu ras nyeri oleh adanya HIS yang
datang lebih, kuat, sering, dan teratur, keluarnya lender bercampur darah
karna robekan kecil pada serviks, kadang ketuban pecah dwengan
sendirinya, dan terjadi pembukaan.
b) Tanda gerakan janin menjelang persalinan, pada usia kehamilan 36
minggu janin sudah siap untuk dilahirkan, bayi dalam kandungan akan
terus mengalami gerakan, terlebih saat melatih paru-parunya untuk
mempersiapkan pernafasan. Pada usia kehamilan 37 minggu janin akan
mengubah posisi untuk menyesuaikan dengan persalinan yang akan
dihadapi. Pada usia kehamilan 39 janin sudah siap menghadapi jalan
lahir. Pada minggu akhir kehamilan kondisi rahim ibu akan sempit.
d. Faktor-Faktor Persalinan
a) Passage
Passage atau biasa disebut jalan lahir, secara umum dapat diklasifikan
menjadi dua jenis, yaitu jalan lahir lunak (terdiri dari serviks, vagina, dan
otot rahim) dan jalan lahir keras (terdiri dari tulang-tulang dan panggul
yang terdiri 3 buah tulang).
b) Power
Dalam buku yang ditulis manuaba 2010 (Eka N, 2019) power
didefinisikan sebagai kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiiri
dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Kala I pada
ibu bersalin membutuhkan waktu 7-13 jam. Jika melebihi waktu ini
disebut kala I memanjang. Kala I memanjang tidak ditangani dengan
segera akan menyebabkan partus lama.

c) Passenger
Dalam bahasa Indonesia passanger berarti penumpang. Penumpang dalam
persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang perlu diperhatikan
mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi, leta, sikap dan
posisi janin, sedamgkan pada plasenta yang perlu diperhatikan adalah
letak, besar, dan luasnya.
d) Psyche
Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami dan keluarga
yang lain. Selama proses persalinan, terjadi beberapa perubahan
psikologis diantaranya rasa cemas pada bayinya yang akan lahir,
kesakitan saat kontraksi dan nyeri, serta ketakutan saat melihat darah.
e. Tahapan Persalinan Normal
Proses persalinan di bagi menjadi 4 kala :

1. Kala I (kala pembukaan serviks)

Kala ini di mulai sejak timbulnya his dan mengeluarkan lendir yang

bercampur darah (bloody show). Lendir yang bercampur darah ini

berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka

atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-

pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah

karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.

Proses ini di bagi 2 fase yaitu :

1) Fase laten, berlangsung selama 8 jam, di mulai dari pembukaan

nol sampai 3 cm dan his masih lemah dengan frekuensi his

jarang jika melebihi dari 8 jam di sebut fase laten memanjang.

2) Fase aktif (4-10) cm dengan kecepatan pembukaan 1 cm atau

lebih (per jam berlangsung 7 jam).

Pada fase aktif di bagi dalam 3 fase :


a) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi
menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan


berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.Fase
deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap
2. Kala II (Kala Pengeluaran)
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir dengan

adanya dilatasi penuh serviks dan sempurna. Pada kala ini his

menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali,

lamanya 60-90 detik.

Tanda dan gejala kala dua :

1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya


kontraksi

2) Ibu merasakan meningkatnya tekanan pada rectum atau

vagina dan hendak buang air besar.

3) Perineum terlihat menonjol

4) Vulva dan anus terlihat membuka

5) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

6) Kepala telah turun di dasar panggul.

Diagnosis pasti kala dua adalah bila dilakukan pemeriksaan

dalam didapatkan pembukaan serviks lengkap dan kepala janin

sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.

a) Primigravida kala II berlangsung kira-kira 2 jam


b) Multigravida berlangsung kira-kira 1 jam

c) Multipara berlangsung kira-kira 0,5 jam.


3. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Dimulai sejak lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta berlangsung 6

sampai 15 menit setelah janin keluar dan di sertai dengan pengeluaran

darah.

Tanda-tanda pelepasan plasenta

1) Tali pusat bertambah panjang

2) Semburan darah tiba-tiba

3) Bentuk uterus menjadi lebih bulat.

4. Kala IV (Kala Pengawasan)

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

postpartum. Pemantauan pada kala IV :

1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30

menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus

sampai menjadi keras.

2) Periksa tanda-tanda vital dan perdarahan setiap 15 menit pada jam

pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua

3) Anjurkan Ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi

4) Bersihkan perineum Ibu dan kenakan pakaian Ibu yang bersih dan
kering.
5) Biarkan Ibu beristirahat.

6) Bayi segera diberi ASI, ini dapat membantu uterus berkontraksi.


Jika Ibu perlu ke kamar mandi, Ibu boleh bangun, pastikan Ibu
dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah
persalinan. Pastikan Ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pasca
persalinan.
(Yoelinda, S. 2010)
f. Komplikasi Persalinan
Komplikasi persalinan adalah suatu keadaan penyimpangan dari
normal, yang secara langsung dapat menyebabkan kesakitan dan kematian
ibu maupun bayi akibat dari masalah saat persalinan. Komplikasi persalinan
terdiri dari perdarahan, infeksi atau sepsis, pre-eklampsia dan eklampsia,
persalinan lama dan abortus (Kemenkes, 2011)
a) Perdarahan
Perdarahan merupakan penyebab tersering kematian ibu. Tanda
perdarahan yaitu mengeluarkan darah dari jalan lahir lebih dari 500 cc.
Apabila terjadi perdarahan tidak perlu harus menunggu darah hingga 500
cc karena bila segera dihentikan lebih dini, progonis akan lebih baik.
b) Infeksi
Infeksi persalinan biasanya terjadi pada traktus genitalia, yang
menimbulkan gejala nyeri pelvis, demam lebih dari 38,50 oC,
mengeluarkan cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan
keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus. Hal ini
biasanya terjadi karena alat medis yang tidak steril.
c) Preeklamsia dan Eklamsia
Pre-eklampsia adalah suatu keadaan hipertensi yang disertai proteinuria
dan edema (penimbunan cairan dalam cairan tubuh sehingga
menyebabkan pembengkakan pada tungkai dan kaki), akibat kehamilan
setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan. Sedangkan,
eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita pre-eklampsia yang
disusul dengan koma.
d) Persalinan Lama
Persalinan lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam.
Sebagian persalinan yang lama menunjukkan pemanjangan kala satu.
Penyebab utama partus lama, yaitu disproporsi fetopelvik, malpresentasi
dan malposisi, kerja uterus yang tidak efisien, termasuk serviks yang
kaku.
e) Abortus
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin
belum mampu hidup diluar rahim, dengan kriteria usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

B. Konsep Dasar Partus lama


1. Pengertian Partus Lama :

a. Partus lama merupakan fase laten lebih dari 8 jam yang

persalinannya telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir,

disertai dengan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada

persalinan fase aktif.

b. Partus lama adalah berlangsung lebih dari 24 jam yang dinyatakan lama

jika terjadi keterlambatan 2-3 jam di belakang partograf normal.

c. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada

primi, dan lebih dari 18 jam pada multi.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan partus lama

Partus lama terjadi karena abnormalitas dari dilatasi serviks. Pembukaan

serviks berlangsung lambat, karena tidak terjadinya penurunan kepala

untuk menekan serviks tersebut. Pada saat yang sama terjadi edema pada

serviks sehingga akan lebih sulit terjadi dilatasi serviks, hal ini dapat

menyebabkan meningkatnya tindakan sectio secarea.

Faktor-faktor penyebab partus lama yaitu:

1) Kelainan tenaga (Power)

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan

penyulit pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan
dengan tenaga yang kurang dari ibu bersalin, sehingga persalinan

mengalami hambatan atau kemacetan.

His merupakan kontraksi otot-otot rahim dalam persalinan. Sifat his

yang baik dan sempurna yaitu kontraksi yang simetrus, fundus dominan

(kekuatan paling tinggi berada pada fundus uteri). Adanya kontraksi

diikuti dengan adanya relaksasi dan pada setiap his menyebabkan

terjadinya perubahan pada serviks, yaitu menipis dan membuka, hal ini

berarti his memiliki peranan penting dalam membantu penurunan kepala

janin sehingga tidak terjadi partus lama.

2) Kelainan Janin (Passanger)

Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena

kelainan dalam letak atau bentuk janin. Hal ini didukung dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Evy Soviyati menyatakan bahwa terdapat

65,4% ibu mengalami lama persalinan lebih dari 18 jam dengan

malposisi sedangkan 60,7% ibu mengalami lama persalinan lebih dari 18

jam mengalami posisi normal. analisis Odd Ratio sebesar 1,2 artinya ibu

yang mengalami malposisi saat bersalin beresiko 1,2 kali lebih besar

mengalami partus lama.

3) Kelainan Jalan Lahir (Passage)

Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi

kemajuan persalinan yang menyebabkan kemacetan.

3. Tanda dan gejala klinik

a. Pada ibu

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,


pernapasan cepat, dan meteorismus. Didaerah lokal sering di jumpai

edema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.

b. Pada janin

1) Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah his. Hitung

frekuensinya sekurang-kurangnya sekali dalam 30 menit selama fase

aktif dan tiap 5 menit selama kala dua.

Jika terdapat gawat janin, lakukan seksio sesarea; kecuali jika syarat-

syaratnya dipenuhi, lakukan ekstraksi vakum atau forceps.

2) Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur

darah, pikirkan kemungkinan gawat janin.

3) Jika tidak ada ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah,

pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang

mungkin menyebabkan gawat janin.

Perbaiki keadaan umum dengan :

- Memberikan dukungan emosi. Bila keadaan masih memungkinkan

anjurkan bebas bergerak, duduk dengan posisi yang berubah

(sesuaikan dengan penanganan persalinan normal).

- Berikan cairan baik secara oral atau parenteral dan upayakan buang air

kecil (hanya perlu katerisasi bila memang diperlukan).

4. Klasifikasi

Partus lama dapat dibagi berdasarkan menjadi tiga kelompok yaitu:

1) Fase laten memanjang

Fase laten memanjang apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada
nulipara dan 14 jam pada ibu multipara. Keadaan yang mempengaruhi

durasi fase laten antara lain keadaan serviks yang memburuk

(misalnya tebal, tidak mengalami pendataran atau tidak membuka),

dan persalinan palsu. Diagnosis dapat pula ditentukan dengan menilai

pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan

his yang teratur.

2) Fase aktif memanjang

Menurut Friedman, permulaan fase laten ditandai dengan adanya

kontraksi yang menimbulkan nyeri secara regular yang dirasakan oleh

ibu. Gejala ini dapat bervariasi menurut masing – masing ibu bersalin.

Friedman membagi masalah fase aktif menjadi gangguan protraction

(berkepanjangan/ berlarut-larut) dan arrest (macet/tidak maju).

Protraksi didefenisikan sebagai kecepatan pembukaan dan penurunan

yang lambat yaitu untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan kurang

dari 1,2 cm/jam atau penurunan kurang dari 1 cm/jam. Untuk multipara

kecepatan pembukaan kurang dari 1,5 cm/jam atau penurunan kurang

dari2 cm/jam. Arrest didefenisikan sebagai berhentinya secara total

pembukaan atau penurunan ditandai dengan tidak adanya perubahan

serviks dalam 2 jam (arrest of dilatation) dan kemacetan penurunan

(arrest of descent) sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.

Fase aktif memanjang dapat didiagnosis dengan menilai tanda dan

gejala yaitu pembukaan serviks melewati kanan gariswaspada partograf.

Hal ini dapat dipertimbangkan adanya inertia uteri jika frekwensi his

kurang dari 3 his per 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik,
disproporsi sefalopelvic didiagnosa jika pembukaan serviks dan

turunnya bagian janinyang dipresentasi tidak maju, sedangkan his baik.

Obstruksi kepala dapat diketahui dengan menilai pembukaan serviks

dan turunnya bagian janin tidak maju karena kaput, moulase hebat,

edema serviks sedangkan mal presentasi dan malposisi dapat di ketahui

presentasi selain vertex dan oksiput anterior.

3) Kala II memanjang

Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan

berakhir dengan keluarnya janin. Kala II persalinan pada nulipara

dibatasi dua jam sedangkan untuk multipara satu jam. Pada ibu dengan

paritas tinggi, kontinuitas otot vagina dan perineum sudah meregang,

dua atau tiga kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin

cukup untuk mengeluarkan janin.Sebaliknya untuk ibu dengan panggul

sempit atau janin besarmaka kala II dapat sangat panjang. Kala II

memanjang dapat didiagnosa jika pembukaan serviks lengkap, ibu ingin

mengedan, tetapi tidak ada kemajuan penurunan.

5. Penanganan
Dalam menghadapi persalinan lama dengan penyebab apapun,

keadaan ibu yang bersangkutan harus diawasi dengan seksama.

Tekanan darah diukur setiap empat jam, bahkan pemeriksaan perlu

dilakukan lebih sering apabila ada gejala preeklampsia. Denyut jantung

janin dicatat setiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam

kala II. Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian

sepenuhnya. Karena persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk


melakukan tindakan narcosis. Ibu hendaknya tidak diberi makanan

biasa namun diberikan dalam bentuk cairan. Sebaiknya diberikan infuse

larutan glukosa 5% dan larutas NaCl isotonik secara intravena berganti

– ganti. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan petidin 50 mg

yang dapat di ulangi, pada permulaan kala I dapat diberikan 10 mg

morfin. Pemeriksaan dalam mengandung bahaya infeksi. Apabila

persalinan berlangsung 24 jam tanpa kemajuan berarti maka perlu

diadakan penilaian seksama tentang keadaan. Apabila ketuban sudah

pecah maka, keputusan untuk menyelesaikan persalinan tidak boleh

ditunda terlalu lama berhubung mengantisipasi bahaya infeksi.

Sebaiknya dalam 24 jam setelah ketuban pecah sudah dapat diambil

keputusan apakah perlu dilakukan seksio sesarea dalam waktu singkat

atau persalinan dapat dibiarkan berlangsung terus.

Kewaspadaan dalam pertolongan persalinan sudah dilakukan

sejak semula, dengan melakukan observasi (kontraksi,his, penurunan

bagian terendah, pembukaan) sehingga setiap saat keadaan ibu dan janin

dapat diketahui dengan pasti. Jika kala II dibiarkan berlangsung lama

maka janin akan mengalami peningkatan hipoksia dan gawat janin.

Puncak kewaspadaan ini dilaksanakan dengan melakukan rujukan

penderita kepusat pelayanan dengan fasilitas setelah melampaui garis

waspada agar penderita diterima dipusat pelayanan dalam keadaan

optimal. Bidan diharapkan bekerjasama dengan dukun melalui

pendidikan dukun sehingga dapat mengenal penderita untuk dilakukan

rujukan medis.
a. Penanganan Umum

1) Nilai cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk tanda-

tanda vital tingkat hidrasinya.

2) Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah his. Hitung

frekuensinya sekurang-kurangnya sekali dalam 30 menit selama fase

aktif dan tiap 5 menit selama kala II.

3) Memperbaiki keadaan umum

a) Dengan memberikan dukungan emosional, bila keadaan masih

memungkinkan anjurkan bebas bergerak duduk dengan posisi

yang berubah.

b) Berikan cairan searah oral atau parenteral dan upaya buang air

kecil.

c) Berikan analgesia : tramadol atau petidin 25 mg IM (maksimum 1

mg/kg BB), jika pasien merasakan nyeri yang sangat.

b. Penanganan khusus

1) Persalinan palsu / belum inpartu (False labor)

Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang.

Periksa adanya infeksi saluran kencing. Ketuban pecah dan bila

didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat. Bila tidak pasien

boleh rawat jalan.

2) Fase laten yang memanjang (Prolonged latent phase)

Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara retrospektif. Bila

his terhenti disebut persalinan palsu atau belum inpartu. Bila mana

kontraksi makin teratur dan pembukaan bertambah sampai 3 cm,


pasien tersebut dikatakan masuk fase laten.

Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada

kemajuan, lakukan pemeriksaan dalam :

a) Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks tidak

didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan

ibu belum dalam keadaan inpartu.

b) Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks,

lakukan drips oksi dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl

mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes

sampai his adekuat maksimum 40 tetes per menit atau berikan preparat

prostaglandin lakukan penilaian 4 jam.

c) Bila didapatkan adanya tanda amnionitis, berikan induksi dengan

oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrose mulai dengan 8 tetes per

menit, setiap 15 menit di tambah 4 tetes sampai his yang adekuat

(maksimum 40 tetes per menit) atau di berikan preparat prostaglandin

serta obati infeksi dengan ampisilin 2 gr Intra Vena

(IV) sebagai dosis awal dan 1 gr Intra vena (IV) setiap 6 jam dan

gentamisin 2 X 80 mg.

3) Fase aktif yang memanjang (prolonged active phase)

Bila tidak didapatkan adanya chefalo pelvik disproporsi (CPD) atau

adanya obstruksi :

a) Berikan penanganan kontraksi dan mempercepat kemajuan

persalinan.

b) Bila ketuban utuh, pecahkan ketuban bila kecepatan permukaan serviks


pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm per jam lakukan penilaian

kontraksi uterus.

4) Disproporsi sefalopelvik (CPD)

CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam

persalinan terjadi CPD akan didapatkan persalinan yang macet. Cara

penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan partus percobaan

(trial of labor). Kegunaan pelvimetri klinis terbatas :

a) Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan seksio sesarea.Bila

bayi mati lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin

lakukan seksio sesarea).

5) Obstruksi (partus macet)

Bila ditemukan tanda – tanda obstruksi :

a) Bayi hidup lakukan SC

b) Bayi meninggalkanlakukan kraniotomi/embriotomi (bila tidak mungkin,

lakukan seksio sesarea).

6) Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri)

Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi atau obstruksi

bisa disingkirkan, kemungkinan penyebab persalinan lama adalah inersia

uteri.

a) Pecahkan ketuban dan lakukan induksi dengan oksitosin 5 unit dalam

500 cc dekstrosa (atau NaCl) atau prostaglandin.

b) Evaluasi kemajuan persalinan dengan pemeriksaan vaginal 2 jam setelah

his adekuat :

- jika tidak ada kemajuan, lakukan seksio sesarea


- jika ada kemajuan, lanjutkan infuse oksitosin dan evaluasi setiap 2

jam.

7) Kala II yang memanjang (prolonged espulsive phase)

Menghadapi persalinan lama dalam Kala II, dan tidak mungkin untuk

merujuk penderita atau terjadi gawat janin diusahakan mengakhiri

persalinan dengan episiotomi dan dorongan (eksresi) yang dilakukan

dengan hati hati dan tarikan (Ekstraksi) vakum atau tarikan cunam.

Adapun syarat-syarat terpenuhi jika terdapat penyimpangan, dapat di

usahakan mengakhiri persalinan.

a) Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan

infus oksitosin.

b) Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala

1. Kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simfisis pubis, atau bagian tulang

kepala di station (0), dilakukan ekstraksi vakum atau cunam.

2. Kepala diantara 1/5-3/5 diatas simfisis pubis, atau bagian tulang

kepala diantara station (0)-(-2), dilakukan ekstraksi vakum.

3. Kepala lebih dari 3/5 diatas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala

diatas station (-2), lakukan secsio sesarea.

C. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemantauan janin terhadap kesehatan janin.
b) Pemantauan EKG.
c) Pemeriksaan darah lengkap
d) Golongan darah.
e) Urinalis.
f) Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
g) Ultrasound sesuai pesanan.
D. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,
alamat serta data penanggung jawab.
2) Keluhan Utama
Biasanya pasien merasa nyeri pada daerah perut dan rasa tidak nyaman
akibat kontraksi inpartu.
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang : riwayat pada saat inpartu didapatkan
cairan ketuban yang keluar pervaginam secara spontam kemudian
diikuti tanda-tanda persalinan, kontraksi.

b) Riwayat kesehatan dahulu : apakah pasien ada riwayat operasi secsar


sebelumnya.
c) Riwayat kesehatan keluarga : penyakit kronis atau menular dan
menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit
kelamin atau abortus.
d) Riwayat perkawinan : kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh
terhadap adanya proses persalinan.
4) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Apakah ada keluhan saat kehamilan sekarang, dan apakah ada riwayat
persalinan spontan atau secsar sebelumnya.
5) Riwayat Menstruasi
Tanyakan riwayat menstruasi pertama dan riwayat menstruasi selama
ini apakah ada disminorhoe, berapa hari lama jika menstruasi.
6) Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara
sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut. 2) Keadaan rambut.
b. Mata
1) Sklera : Ikterik/tidak
2) Konjungtiva : Anemis/tidak
3) Mata : Simetris/tidak
c. Leher
1) Pembengkakan kelenjar tiroid. 2) Tekanan vena jugularis.
d. Dada
1) Bentuk simetris. 2) Tarikan dada
e. Penafasan
1) Jenis pernafasan. 2) Bunyi nafas.
f. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen. 2) Ada atau tidak luka sayatan
pada abdomen.
g. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas. 2) Tidak ada kelemahan.
h. Eliminasi Urin
1) Terpasang kateter urin atau 2) Hygiene daerah genitalia
tidak
7) Data Sosial Ekonomi
Proses persalinan dapat terjadi pada semua golongan masyarakat, kaji
apakah pekerjaan pasien dan suami.
8) Data Spiritual
Pasien mengatakan kegiatan keagamaannya sesuai dengan
kepercayaannya.
Data Psikologis
Persalinan merupakan proses yang membuat ketakutan pada sebagian
ibu melahirkan karena harus melewati proses normal atau pun
pembedahan. Kaji psikologis pasien pasca melahirkan.
9) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Biasanya pasien dengan pasca melahirkan spontan atau operasi secsar
mengalami gangguan dalam aktivitas dan tidur karena merasa nyeri.
10) Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium :
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Faal haemostatis
Data penunjang radiologi :
Foto thorax
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan digunakan sebagai landasan suatu pemilihan
intervensi guna mencapai hasil yang menjadi tanggung jawab perawat.
Diagnosa keperawatan perlu dirumuskan setelah melakukan analisa data dari
hasil pengkajian untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang melibatkan
klien beserta keluarganya.
Diagnosa yang muncul dari hasil pengkajian, antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan kontraksi pada proses persalinan
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
persalinan
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka pasca
melahirkan.
c. Intervensi Keperawatan
No. DIAGNOSA SLKI SIKI
1. Nyeri akut b/d Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
kontraksi pada (L.08066) (I. 08238)
proses persalinan. Observasi :
Setelah dilakukan a. Identifikasi lokasi,
tindakan asuhan karakteristik, durasi,
keperawatan selama frekuensi, kualitias,
1 x 24 jam intensitas nyeri.
diharapkan nyeri b. Identifikasi skala nyeri.
akut dengan kriteria c. Identifikasi respon nyeri
hasil : non verbal.
a. Keluhan nyeri dari
skala 2 (cukup Terapeutik :
meningkat) a. Berikan teknik non-
menjadi skala 4 farmakologis untuk
(cukup menurun). mengurangi nyeri (mis :
b. Berfokus pada diri terapi pijat, aromaterapi,
sendiri dari skala 2 kompres hangat/dingin).
(cukup meningkat) b. Kontrol lingkungan yang
menjadi skala 4 memperberat nyeri (mis:
(cukup menurun). suhu ruangan,
c. Ketegangan otot pencahayaan, kebisingan).
dari skala 2 c. Fasilitasi istirahat dan
(cukup meningkat) tidur
menjadi skala 4
(cukup menurun).
d. Tekanan darah dari Edukasi :
skala 2 (cukup a. Jelakan strategi
memburuk). meredakan nyeri
menjadi skala 4
(cukup membaik).
2. Ancietas Tingkat ansietas Reduksi ansietas (I.09314)
berhubungan (L.09093) Observasi :
dengan kurangnya Setelah di lakukan 1. Identifikasi saat tingkat
pengetahuan tindakan keperawatan ansietas berubah
tentang proses selama 1x24 jam 2. Identifikasi kemampuan
persalinan. diharapkan tingkat mengambil keputusan
ansietas menurun, 3. Monitor tanda-tanda
dengan kriteria hasil : ansietas
1.konsentrasi dari Terapeutik :
skala 1 (memburuk) 1. Ciptakan suasana
menjadi skala 5 terapeutik untuk
(menurun) menumbuhkan
2. pola tidur dari skala kepercayaan
1 (memburuk) 2. Temani pasien untuk
menjadi skala 5 mengurangi kecemasan
(menurun) jika memungkinkan
3. perilaku gelisah 3. Pahami situasi yang
dari skala 1 membuat ansietas
(meningkat) menjadi 4. Dengarkan dengan penuh
skala 5 (menurun) perhatian
4. verbalisasi 5. Gunakan pendekatan
kebingungan dari yang tenang dan
skala 1 (meningkat) meyakinkan
menjadi skala 5 6. Motivasi
(menurun) mengidentifikasi situasi
5. verbalisasi khawatir yang memicu kecemasan
akibat kondisi yang Edukasi :
dihadapi dari skala 1 1. Jelaskan prosedur,
(meningkat) menjadi termasuk sensasi yang
skala 5 (menurun) mungkin dialami
6. perilaku tegang dari 2. Informasikan secara
skala 1 (meningkat) faktual mengenai
menjadi skala 5 diagnosis, pengobatan,
(menurun) dan prognosis.
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
4. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
5. Latih teknik relaksasi
3. Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Ambulasi
Mobilitas Fisik (L.05042) (1.06171)
berhubungan Setelah dilakukan Observasi :
dengan adanya intervensi 1. Identifikasi adanya
luka pasca keperawatan 1x24 jam myeri atau keluhan fisik
melahirkan. maka mobilitas lainnya
1. Terapeutik :
fisikmeningkat dengan
1. Libatkan keluarga untuk
kriteria hasil : membantu pasien dalam
1. Rentan gerak meningkatkan ambulasi
(ROM) dari skala Edukasi :
2 (cukup
menurun) menjadi 1. Anjurkan ambulasi
skala 4 (cukup sederhana yang harus
meningkat) dilakukan
2. Nyeri dari skala 2
(cukup
meningkat)
menjadi skala 4
(cukup menurun)
3. Gerakan terbatas
dari skala 2
(cukup
meningkat)
menjadi skala 4
(cukup menurun)

a. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu proses keperawatan yang dilakukan setelah
perencanaan keperawatan. Implementasi keperawatan adalah langkah keempat
dari proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk
membantu pasien yang bertujuan mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
dampak ataupun respon yang dapat ditimbulkan oleh adanya masalah
keperawatan serta kesehatan. Implementasi keperawatan membutuhkan
fleksibilitas dan kreativitas perawat.
b. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap kelima atau proses keperawatan
terakhir yang berupaya untuk membandingkan tindakan yang sudah dilakukan
dengan kriteria hasil yang sudah ditentukan. Evaluasi keperawatan bertujuan
menentukan apakah seluruh proses keperawatan sudah berjalan dengan baik
dan tindakan berhasil dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes.2011. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Lombogia M. 2017. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Konsep, Teori, dan Modul
Praktikum. Yogyakarta : Indomedia Pustaka.
Machmudah. 2010. Pengantar Psikologi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Nurhayati, Eka. 2019 . PATOLOGI & FISIOLOGI PERSALINAN Distosia dan
Konsep Dasar Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik edisi I Cetakan III (Revisi). Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan edisi I Cetakan II. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan edisi I Cetakan II. Jakarta : PPNI

Yoelinda, S. 2010. Manajemen Asuhan Kebidanan dengan Partus Lama.


http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3912/1/SRI%20YOELINDA%20SARI
%20S.pdf. Di unduh 17 Januari 2022
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
INTRA NATAL CARE

Nama Mahasiswa : Ani Ardianti Tanggal Pengkajian : 17-01-2022


NIM : 1120021016 Jam pengkajian : 15.00
Tempat Praktik : Ruang Thaif

A. IDENTITAS
Pasien Penanggung Jawab
Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. H
Umur : 35 th Umur : 35 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Nikah Status Pernikahan : Nikah
Alamat : Kedung anyar, Alamat : Kedung anyar,
Surabaya Surabaya
No. RM : 74xxxx

Tanggal masuk : 17-01-2022


Jam 09.50 wib

B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi sectio caesarea, nyeri timbul
saat bergerak, skala 6 dari 10, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang
timbul selama < 5 menit.

C. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat Prenatal
Pasien mengatakan mengalami mual terus menerusdari awal trimester sampai
mau melahirkan.

Riwayat Intranatal
Pasien mengatakan kelahiran saat ini dengan cara sectio caesarea seperti anak
pertama nya.

Riwayat Post Natal


Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit darah tinggi, dan pernah
operasi mioma tahun 2016.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan ada penyakit keturunan darah tinggi dalam keluarga, yaitu
dari ibu kandungnya.
Riwayat Obstetri
a) Riwayat Menstruasi
Siklus : [v] Teratur [ ] Tidak teratur
Menarche : Usia 10 th (kelas 5 SD)
Banyaknya : Satu hari ganti pembalut 3-5 kali
Lamanya : 7 hari
Keluhan : Tidak ada keluhan
HPHT : 24 April 2021
HPL : 01 Februari 2022
Diagnosa : G2 P1102 post SC letak lintang uk 37 mgg + HT

c) Genogram

Keterangan :

= laki-laki

= perempuan

=Pasien

= tinggal serumah

d) Postpartum Sekarang
Riwayat Persalinan Sekarang
Pasien mengatakan persalinan dilakukan secara sc karena posisi janin
melintang.
Tipe Persalinan : [ ] Spontan [v] Bantuan, SC
Lama Persalinan : Kala I = Tidak ada
Kala II = Tidak ada
Kala III = Tidak ada
Kala IV = Tidak ada
e) Rencana Perawatan Bayi
[v] Sendiri [ ] Orang tua [ ] Lainnya, bantuan
Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi:
Breast care : pasien sanggup melakukan perawatan payudara.
Perineal care : pasien sanggup melakukan perawatan perineal.
Nutrisi : pasien sanggup mencukupi pemenuhan nutrisi.
Senam nifas : pasien sanggup melakukan senam nifas.
KB : tidak pernah
Menyusui : aktif

4. Riwayat Program KB
Melaksanakan KB : [ v ] Tidak [ ] Ya
Keluhan : tidak ada keluhan

5. Riwayat Lingkungan
Kebersihan : pasien mengatakan rumah tempat tinggal pasien dan
keluarga bersih dan asri.
Bahaya : pasien mengatakan lingkungan rumah pasien dan
keluarga memiliki jauh dari lingkungan yang
berbahaya.
Lainnya : pasien mengatakan rumah pasien terdapat halaman
yang berisi tanaman.

6. Aspek Psikososial
Persepsi ibu tentang keluhan/penyakit
Pasien mengatakan kondisi saat ini sedikit mengganggu dalam melakukan
aktivitas. Karena pasien merasakan nyeri

Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari?


[ ] Ya [v] Tidak
Jelaskan, keadaan pasien saat ini tidak menimbulkan perubahan dalam
kehidupan sehari-hari. Aktivitas akan seperti biasa yaitu mengurus anak dan
bekerja.

Harapan yang ibu inginkan


Pasien mengatakan harapannya luka bekas operasi cepat mengering dan dapat
melakukan aktivitas yang sempat tertunda karena kelahiran.

Ibu tinggal dengan, suami dan anak.


Orang yang paling penting untuk ibu, suami dan anak.
Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini, menerima dengan senang
hati.
Kesiapan mental menjadi seorang ibu: [v] Ya [ ] Tidak

7. Kebutuhan Dasar Khusus


a) Pola nutrisi
1) Selama hamil
Frekuensi makan : 3 kali/hari
Nafsu makan : [v] Baik [ ] Buruk
Alasan : tidak ada
Jenis makanan : nasi, sayur, lauk pauk, buah dan camilan
Alergi : susu
2) Saat di rumah sakit
Frekuensi makan : 3 kali/hari
Nafsu makan : [v] Baik [ ] Buruk
Alasan : tidak ada
Jenis makanan : nasi, sayur, lauk pauk dan buah
Alergi : tidak ada

b) Pola eliminasi
1) Selama hamil
BAK
Frekuensi : 10 kali/hari
Warna : kuning
Keluhan : tidak ada
BAB
Frekuensi : 1 kali/hari
Warna : kuning pekat
Bau : khas
Konsistensi : padat
Keluhan : tidak ada
2) Saat di rumah sakit
BAK
Frekuensi : terpasang kateter urin
Warna : kuning pekat
Keluhan : tidak ada
BAB
Frekuensi : 1x/hr sedikit
Warna : coklat kekuningan
Bau : khas
Konsistensi : padat
Keluhan : tidak ada

c) Pola personal hygiene


1) Selama hamil
Mandi : 2 kali/hari
Oral hygiene : 2 kali/hari
Cuci rambut : 2 - 3 kali/mgg
2) Selama di rumah sakit
Mandi : seka di atas tempat tidur
Oral hygiene : 1x/hr
Cuci rambut : belum

d) Pola istirahat dan tidur


1) Selama hamil
Lama tidur : 6 jam/hari
Kebiasaan sebelum tidur: berdoa dan minum air mineral
Keluhan : tidak ada
2) Selama di rumah sakit
Lama tidur : 8 jam/hari
Kebiasaan sebelum tidur: berdoa
Keluhan : tidak ada
e) Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan pekerjaan : pekerja swasta dan mengurus anak
Waktu bekerja : 7 jam
Kegiatan waktu luang : istirahat
Olah raga : [ ] Ya [ v ] Tidak

Keluhan saat aktivitas : nyeri saat bergerak


f) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Merokok : [ ] Ya [v] Tidak
Minuman keras : [ ] Ya [v] Tidak
Ketergantungan obat : [ ] Ya [v] Tidak
8. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : [v] Composmentis [ ] Apatis [ ] Somnolen
[ ] Sopor [ ] Koma
GCS :456
Vital Sign : TD : 128/83 mmHg
Nadi : Frekuensi : 80 kali/menit
Irama : [v] regular [ ] ireguler
Kekuatan/isi : [v] kuat [ ] sedang
[ ] lemah
Respirasi : Frekuensi : 20 kali/menit
Irama : [v] regular [ ] ireguler
Suhu : 36,2 oC
Kepala dan Leher
Kepala
Kulit : [v] Normal [ ] Hematoma [ ] Lesi [ ] Kotor

Rambut : [v] Normal [ ] Kotor [ ] Rontok


[ ] Kering/kusam

Muka : [ v] Normal [ ] Bells palsy [ ] Hematom [ ] Lesi

Mata : Konjungtiva [v] Normal [ ] Anemis [ ] Hiperemis


Sklera [v] Normal [ ] Ikterik
Pupil [v] Isokor [ ] Anisokor
Palpebra [v] Normal [ ] Hordeolum
[ ] Edema
Lensa [v] Normal [ ] Keruh
Visus [v] Normal ka/ki [ ] Miopi ka/ki
[ ] Hipermetropi ka/ki
[ ] Astigmatisma ka/ki
[ ] Kebutaan ka/ki

Hidung : [v] Normal [ ] Septum defiasi [ ] Polip[ ] Epistaksis


[ ] Gangguan indra penghidu [ ] Sekret

Mulut : Gigi [v] Normal [ ] Caries dentis, lokasi tidak ada


[ ] Gisi palsu, lokasi tidak

Bibir : [v] Normal [ ] Kering [ ] Stomatitis [ ] Sianosis

Telinga : [v] Simetris/asimetris [ ] Bersih [ ] Kotor


Gangguan pendengaran [ ] Ada [v] Tidak

Leher : [v] Normal [ ] Pembesaran tiroid [ ] Pelebaran JVP


[ ] Kaku kuduk [ ] Hematom [ ] Lesi

Tenggorokan : [v] Normal [ ] Nyeri telan [ ] Hiperemis


[ ] Pembesaran tonsil

Dada dan Axilla


Dada : [v] Normal [ ] Barrel chest [ ] Funnel chest
[ ] Pigeon chest

Payudara : [v] Membesar [ ] Tidak

Areolla mammae: bersih, coklat kehitaman

Papilla mammae: [v] Menonjol [ ] Datar [ ] Ke dalam

Colostrum : ada

Pulmo
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada luka dan edema.
Palpasi : fremitus taktil ka/ki : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : ka/ki : sonor
Auskultasi : [v] vesikuler ka/ki [ ] wheezing [ ] ronkhi

Cor
Inspeksi : tidak terlihat ictus cordis
Palpasi : ictus cordis : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : batas jantung : redup
Auskultasi : S1S2 normal
Abdomen
Linea : terlihat linea nigra
Striae : terdapat striae
Luka operasi : terdapat luka sayatan ±15cm pada abdomen bagian bawah
posisi melintang
Kontraksi : tidak ada
Lainnya : terdapat nyeri tekan di daerah post sc, nyeri seperti ditusuk-
tusuk dengan durasi < 5 menit, nyeri terasa saat bergerak.

Eliminasi alvi
Frekuensi : 1x Penggunaan pencahar: tidak ada
Waktu : [ v ] Pagi [ ] Siang [ ] Sore [ ] Malam
Warna : coklat kekuningan Darah : tidak ada
Konsistensi : padat
Ggn. eliminasi bowel: [ ] Konstipasi [ ] Diare [ ] Inkontinensia bowel

Eliminasi Uri
Frekuensi : 400 cc Penggunaan pencahar : tidak ada
Warna : kuning Darah : tidak ada
Ggn. eliminasi bladder : [ ] nyeri saat BAK
[ ] burning sensation
[ ] bladder terasa penuh setelah BAK
[ ] inkontinensia bladder
Riwayat penyakit dahulu : [ ] penyakit ginjal [ ] batu ginjal
[ ] injury / trauma
Penggunaan kateter : [v] Ya [ ] Tidak
Warna : [v] normal [ ] hematuria [ ] seperti teh
Keluhan : [ ] nokturia [ ] retensi urine
[ ] inkontinensia urine

Ektremitas
Atas : kekuatan otot ka/ki : 5 / 5
ROM ka/ki : aktif
Capillary Refill Time : <2 detik
Bawah : kekuatan otot ka/ki : 4 / 4
ROM ka/ki : aktif
Capillary Refill Time : <2 detik

Sistem Sensori Persepsi


Gangguan Penglihatan :[ ] Ya [v] Tidak
Gangguan Pendengaran :[ ] Ya [v] Tidak
Gangguan Penciuman :[ ] Ya [v] Tidak
Gangguan Sensasi taktil :[ ] Ya [v] Tidak
Gangguan Pengecapan :[ ] Ya [v] Tidak

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1. Hematologi, tanggal 09 Januari 2022 pukul 13.00
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

FH-PPT 13.0 11-18 (Beda <<2 detik


dari nilai kontrol)
FH-APTT 31.5 27-42 (Beda <<7 detik
dari nilai kontrol)
2. Hematologi, tanggal 09 Januari 2022 pukul 13.00
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
WBC 6.70 10^3/uL 5.0 – 10.0
LYM 0.78 10^3/uL 1.30 – 4.00
NEU 5.20 10^3/uL 2.00 – 7.50
MON 0.60 10^3/uL 0.15 – 0.70
EOS 0.08 10^3/uL 0.00 – 0.50
BAS 0.05 10^3/uL 0.00 – 0.15
LY% 11.6 % 21.0 – 40.0
NE% 77.6 % 40.0 – 75.0
MO% 8.9 % 3.00 – 7.00
EO% 1.2 % 0.0 – 5.0
BA% 0.7 % 0.0 – 1.5
RBC 4.42 10^6/uL Pr : 4.00 – 5.00
HGB 10.7 g/dL Pr : 12.0 – 16.0
HCT 33.6 % Pr : 36.0 – 48.0
MCV 76.0 fL Pr : 76.0 – 96.0
MCH 24.1 Pg 27.0 – 32.0
MCHC 31.8 g/dL 30.0 – 35.0
RDW-cv 19.7 % 0.0 – 16.0
RDW-sd 44.8 fL 46.0 – 59.0
PLT 328 10^3/uL 150 – 400
PLCR 25.5 %
PLCC 84 10^3/uL
PDWc 43.1 %
PDWs 17.4 fL
MPV 6.1 fL 8.0 – 15.0
PCT 0.20 % 0.108 – 0.282

3. Pemeriksaan penunjang radiologi


USG
Tidak ada
Rontgen
Hasil Pemeriksaan Radiologi, tanggal 09 Januari 2022
Foto Thorax AP :

Cor Besar dan kntur normal


Pulmo Tak tampak filtrate
Brochovascular patern baik
Sinus Costophrenicus kanan dan kiri tajam

Kesimpulan Foto thorax dalam batas normal

E. TERAPI MEDIK

1. Infus RL 20 tpm
2. Injeksi cefazolin 2 gr profilaksis
3. Injeksi santagesik 3x1 amp
4. Injeksi metoclorperamid 3x10 mg
ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. D No. RM : 74xxxx


Umur : 35 th Ruang : Thaif – standard 1
NO DATA (DS/DO) ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Agen Pencedera Nyeri Akut


1. Pasien mengeluh nyeri. Fisik (prosedur
2. P : muncul ketika bergerak. operasi)
Q : seperti ditusuk-tusuk.
R : perut bagian bawah Jaringan terputus
(bekas luka operasi).
S : 6 dari 10. Merangsang area
T : kurang dari 5 menit. sensorik

DO : Gangguan rasa
1. Pasien tampak meringis. nyaman
2. Pasien tampak gelisah.
3. Dipakai bergerak sakit Nyeri akut
4. TTV :
TD : 128/83 mmHg
N : 80 x/menit
Suhu : 36.2 oC
RR : 20 x/menit

2. DS : Risiko infeksi
- Port de entry
DO :
1. Terpasang infus di tangan Jaringan yang
kanan terbuka
2. Terpasang kateter urin
3. Terdapat luka bekas incisi Luka incisi
di abdomen bagian bawah
4. Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi seperti : panas,
kemerahan, bengkak tapi
terdapat rasa sakit pada
daerah incisi
5. TTV :

TD : 128/83 mmHg
N : 80 x/menit
Suhu : 36.2 oC
RR : 20 x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. D No. RM : 74xxxx


Umur : 35 th Ruang : Thaif – STANDAR 1
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)


ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, P : muncul ketika bergerak, Q :
seperti ditusuk-tusuk, R : perut bagian bawah (luka bekas operasi), S : 6
dari 10, T : kurang dari 5 menit, pasien tampak meringis, pasien tampak
gelisah.

2. Resiko infeksi b/d faktor resiko laserasi jalan lahir, terpasang kateter urin
dan terpasang infus.
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. D No. RM : 74xxxx

Umur : 35 th Ruang : Thaif – standart 1

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubunagn dengan keperawatan selama 1 x 24
agen pencedera fisik jam diharapkan Tingkat Observasi
(prosedur operasi). Nyeri menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
Tingkat Nyeri (L.08066) 2. Identifikasi skala nyeri.
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respons nyeri non
dari skala 2 (cukup verbal.
meningkat) menjadi 4. Identifikasi faktor yang
skala 4 (cukup memperberat dan memperingan
menurun). nyeri.
2. Meringis dari menurun 5. Monitor efek samping
dari skala 2 (cukup penggunaan analgetik.
meningkat) menjadi
skala 4 (cukup Terapeutik
menurun). 1. Berikan teknik nonfarmakologis
3. Gelisah menurun dari untuk mengurangi rasa nyeri
skala 3 (sedang) (mis. terapi relaksasi nafas
menjadi skala 4 (cukup dalam).
menurun). 2. Kontrol lingkungan yang
4. Nafsu makan membaik memperberat rasa nyeri (mis.
dari skala 2 (cukup suhu ruangan, pencahayaan).
memburuk) menjadi 3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
skala 4 (cukup
membaik). Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri.

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik,
jika perlu.
2. Resiko infeksi b/d Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
faktor resiko laserasi Setelah di lakukan Observasi :
jalan lahir, terpasang tindakan keperawatan 4. Monitor tanda dan gejala
kateter urin dan selama 1x24 jam infeksi lokal dan sistemik
terpasang infus. diharapkan derajat infeksi Terapeutik :
menurun, dengan kriteria 7. Berikan perawatan pada area
hasil : kulit
1.Demam dari skala 1 8. Cuci tangan sebelum dan
(meningkat) menjadi skala sesudah kontak dengan pasien
5 (menurun) dan lingkungan pasien
2. Kemerahan dari skala 1 Edukasi :
(meningkat) menjadi skala 6. Jelaskan tanda dan gejala
5 (menurun) infeksi
3. Nyeri dari skala 1 7. Ajarkan cara mencuci tangan
(meningkat) menjadi skala yang benar
5 (menurun) 8. Anjurkan menngkatkan asupan
4. Bengkak dari skala 1 cairan
(meningkat) menjadi skala 9. Anjurkan meningkatkan asupan
5 (menurun) nutrisi
5. kadar sel darah putih Kolaborasi :
dari skala 1 (memburuk) Kolaborasi pemberian imunisasi
menjadi skala 5 (membaik) jika perlu
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. D No. RM : 74xxxx

Umur : 35th Ruang : Thaif – standart 1

DX Tanggal & Tindakan Paraf


Jam
1. 10/01/2022 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, Ani
15.30 intensitas nyeri.
R/ Pasien kooperatif, mau menjawab dan menunjukkan lokasi
nyeri.
15.35 2. Mengidentifikasi skala nyeri.
R/ Skala nyeri 6 dari 10.
15.40 3. Mengidentifiaksi respons nyeri non verbal.
R/ Pasien tampak menahan nyeri.
15.45
4. Mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri.
R/ Pasien kooperatif, mau menjawab.
15.50 5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(terapi relaksasi nafas dalam).
R/ Pasien kooperatif, mau mengikuti.
15.55 6. Memfasilitasi istirahat dan tidur.
R/ Pasien kooperatif,
16.00 7. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
R/ Pasien kooperatif

2. 10/01/2022 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Ani
16.30
Suhu : 36.2oC
Nadi : 80 x/mnt ( kuat )
TD : 128/83 mmHg
Tidak ada bengkak, tidak ada kemerahan daerah operasi, dan
daerah pemasangan infus, ada nyeri daerah operasi secsar
16.35 2. Batasi jumlah pengunjung
Respon : pasien mengatakan keluarga dan tetangga sudah
diberitahu untuk tidak berkunjung dulu selama pasien di rumah
sakit
16.40 3. Memonitoring daerah operasi, daerah pemasangan infus dan kateter
Respon : setiap hari lokasi pemasangan infus dan kateter di cek oleh
petugas, daerah operasi di buka dan diperiksa oleh dokter obgyn
16.45
4. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Respon : setiap mau memegang pasien ibu dan petugas selalu cuci
tangan. Setiap selesai juga selalu mencuci tangan dengan handrub
16.50 5. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
Respon : pasien mengatakan mengerti dengan apa yang dijelaskan
petugas mengenai tanda dan gejala infeksi akibat pemasangan infus,
pemasangan kateter dan luka operasi.
16.55
6. Mengajarkan cara memeriksa luka
Respon : pasien mengatakan bisa melakukan pengecekan pada
tangan jika ada bengkak atau kemerahan pada daerah pemasangan
infus dan memeriksa daerah operasi
EVALUASI

Nama Pasien : Ny. D No. RM : 74xxxx


Umur : 35 th Ruang : Thaif-standart 1
No.DX Tanggal & Evaluasi
Jam
1. 11/01/2022
16.00 S:
1. Pasien mengatakan nyeri masih terasa tapi sudah
berkurang.
2. P : muncul ketika bergerak.
Q : rasanya sengkring-sengkring
R : perut bagian bawah.
S : 3 dari 10
T : kurang dari 3 menit.

O:
1. Pasien tampak masih meringis kesakitan saat
bergerak.
2. Pasien tampak tenang.
3. Pasien tampak memegangi daerah operasi.

A:
Masalah teratasi sebagian.

P:
Intervensi dilanjutkan dirumah.
HE :
1. Jaga perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Jaga agar perban tetap kering, dengan memakai
perban anti air
3. Minum obat dari dokter.
4. Kontrol sesuai jadwal yang telah ditentukan.
17.00
Px KRS

2. 11/01/2022
16.00 S:
Pasien mengatakan tidak ada nyeri di tangan, tidak ada
bengkak juga. Hanya nyeri di daerah operasi

O:
1. Tangan yang terpasang infus tampak baik tidak ada
tanda infeksi seperti : bengkak, kemerahan dan
panas.
2. Tidak ada darah pada kateter hanya rasa tidak
nyaman
3. Tidak ada bengkak daerah operasi hanya rasa nyeri
jika dipakai bergerak

A:
Masalah teratasi sebagian.

P:
Intervensi dilanjutkan dirumah.
HE :
1. Perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Minum obat sesuai advise dokter
3. Kontrol perban ke dokter kandungan

17.00 Px KRS

Anda mungkin juga menyukai