PENDAHULUAN
2. MANFAAT RELEVANSI
Diharapkan sebagai dasar untuk mempelajari materi selanjutnya.
1. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar
melalui jalan lahir (Sarwono, 2001).
Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada
letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Rustam
Mochtar, 1998).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 – 42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2001).
2. Etiologi
Sebab-sebab mulainya persalinan dan kapan persalinan terjadi lebih kurang pada
umur kehamilan 40 minggu tidak diketahui dengan pasti. Beberapa teori dikemukakan
untuk menjelaskan fenomena ini:
a. Menurut Oxorn (2003).
1) Diduga persalinan mulai apabila uterus telah teregang sampai pada derajat
tertentu. Dengan demikian dapat diterangkan terjadinya persalinan yang awal
pada kehamilan kembar dan hydramnion.
2) Tekanan bagian terendah janin pada servik dan sekmen bawah rahim,
demikian pula pada plexus nervosus disekitar servik dan vagina, merangsang
permulaan persalinan.
3) Siklus menstruasi berulang selama 4 minggu, dan persalinan biasanya mulai
pada akhir minggu ke 40 atau 10 siklus menstrasi.
4) Begitu kehamilan mencapai cukup bulan, setiap faktor emosional dan fisik
dapat memulai persalinan.
5) Beberapa orang percaya bahwa ada hormon khusus yang dihasilkan oleh
plasenta apabila kehamilan sudah cukup bulan yang bertanggung jawab atas
mulainya persalinan.
6) Bertambah tuanya plasenta yang mengakibatkan penurunan kadar estrogen
dan progesteron dalam dalam darah diduga menyebabkan dimulainya
persalinan. Ini serupa dengan siklus menstriasi.
b. Menurut Wiknjosastro (2005)
1) Teori Keregangan: Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.
2) Teori Penurunan Progesteron dan Estrogen: Proses penuaan plasenta terjadi
mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi penimbungan jaringan ikat,
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron
mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
3) Teori Oksitosin Internal: Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst
posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim sehingga terjadi kontraksi Braxton Hicks.
Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.
4) Teori Prostaglandin: Konsentrasi Prostaglandin meningkat sejak umur hamil
15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian Prostaglandin saat
hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi
dikeluarkan.
5) Teori plasenta menjadi tua: Dengan bertambahnya usia kehamilan plasenta
menjadi tua dan menyebabkan villi coriales mengalami perubahan, sehingga
kadar estrogen dan progesteron turun. Hal ini menimbulkan kekejangan
pembuluh darah dan menyebabkan kontraksi rahim.
6) Teori distensi rahim: Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan iskemia otot–otot uterus sehingga mengganggu
sirkulasi uteroplasenter.
7) Teori Berkurangnya Nutrisi: Teori ini ditemukan pertama kali oleh
Hippocrates. Bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan
segera dikeluarkan
3. Tahapan Persalinan
a. Kala I : Tahap Pembukaan
In partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur darah, karena serviks
mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah
kapiler sekitar karnalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan
terbuka. Pada kala ini terbagi atas dua fase yaitu:
1) Fase Laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai
pembukaan 3 cm
2) Fase aktif: yang terbagi atas 3 subfase yaitu akselerasi, steady dan deselerasi
Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam untuk kehamilan pertama
dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim akan
menjadi tipis dan terbuka karena adanya kontraksi rahim secara berkala untuk
mendorong bayi ke jalan lahir. Pada setiap kontraksi rahim, bayi akan semakin
terdorong ke bawah sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir. Kala I
persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang
berarti pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim.
Masa transisi ini menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang
berakhirnya kala I, pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang
terjadi akan semakin sering dan semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa
sakit yang hebat, kebanyakan wanita yang pernah mengalami masa inilah yang
merasakan masa yang paling berat. Anda akan merasakan datangnya rasa mulas
yang sangat hebat dan terasa seperti ada tekanan yang sangat besar ke arah bawah,
seperti ingin buang air besar.
Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila
pembukaan jalan lahir sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses
persalinan memasuki kala II.
b. Kala II : Tahap Pengeluaran Bayi
Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan lebih
lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun masuk ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Anda merasa seperti mau buang air besar, dengan
tanda anus terbuka. Pada waku mengedan, kepala janin mulai kelihatan, vulva
(bagian luar alat kelamin) membuka dan perineum (daerah antara anus-alat
kelamin) meregang. Dengan mengedan terpimpin, akan lahirlah kepala diikuti
oleh seluruh badan janin.
Ibu akan merasakan tekanan yang kuat di daerah perineum. Daerah perineum
bersifa elastis, tapi bila dokter/bidan memperkirakan perlu dilakukan
pengguntingan di daerah perineum (episiotomi), maka tindakan ini akan dilakukan
dengan tujuan mencegah perobekan paksa daerah perineum akibat tekanan bayi
c. Kala III : Pengeluaran Plasenta
Tahap ini dimulai dari saat lahirnya bayi sampai keluarnya plasenta atau ari-ari
yang disertai kontraksi, dan biasanya berlangsung cepat, tidak sampai 20 menit.
Bila rahim berkontraksi cukup kuat maka ari-ari akan terlepas dari dinding rahim,
lalu keluar dengan bantuan tarikan yang halus dari bidan atau dokter. Proses
persalinan selesai. Tinggal dokter atau bidan mengurus proses perbaikan daerah
sekitar vagina yang mengalami kerusakan serta proses pembersihan bayi sehingga
bayi dapat beristirahat dengan nyaman.
d. Kala IV : Tahap Pengawasan
Dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya, adapun hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali dalam
bentuk normal.
2. Umpan Balik
No Kriteria Jawaban Skor
1 Jawaban disebutkan dan dijelaskan secara lengkap dan 20
benar
2 Jawaban disebutkan dan dijelaskan secara lengkap dan 20
benar
3 Jawaban diuraikan secara jelas 20
4 Jawaban disebutkan secara lengkap 20
5 Jawaban diuraikan dengan benar dan runtut 20
Skor total 100
3. Kunci Jawaban
a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir.
b. Menurut Oxorn (2003).
7) Diduga persalinan mulai apabila uterus telah teregang sampai pada derajat
tertentu. Dengan demikian dapat diterangkan terjadinya persalinan yang awal
pada kehamilan kembar dan hydramnion.
8) Tekanan bagian terendah janin pada servik dan sekmen bawah rahim,
demikian pula pada plexus nervosus disekitar servik dan vagina, merangsang
permulaan persalinan.
9) Siklus menstruasi berulang selama 4 minggu, dan persalinan biasanya mulai
pada akhir minggu ke 40 atau 10 siklus menstrasi.
10) Begitu kehamilan mencapai cukup bulan, setiap faktor emosional dan fisik
dapat memulai persalinan.
11) Beberapa orang percaya bahwa ada hormon khusus yang dihasilkan oleh
plasenta apabila kehamilan sudah cukup bulan yang bertanggung jawab atas
mulainya persalinan.
12) Bertambah tuanya plasenta yang mengakibatkan penurunan kadar estrogen
dan progesteron dalam dalam darah diduga menyebabkan dimulainya
persalinan. Ini serupa dengan siklus menstriasi.
c. Menurut Wiknjosastro (2005)
8) Teori Keregangan: Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.
9) Teori Penurunan Progesteron dan Estrogen: Proses penuaan plasenta terjadi
mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi penimbungan jaringan ikat,
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron
mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
10) Teori Oksitosin Internal: Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst
posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim sehingga terjadi kontraksi Braxton Hicks.
Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.
11) Teori Prostaglandin: Konsentrasi Prostaglandin meningkat sejak umur hamil
15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian Prostaglandin saat
hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi
dikeluarkan.
12) Teori plasenta menjadi tua: Dengan bertambahnya usia kehamilan plasenta
menjadi tua dan menyebabkan villi coriales mengalami perubahan, sehingga
kadar estrogen dan progesteron turun. Hal ini menimbulkan kekejangan
pembuluh darah dan menyebabkan kontraksi rahim.
13) Teori distensi rahim: Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan iskemia otot–otot uterus sehingga mengganggu
sirkulasi uteroplasenter.
14) Teori Berkurangnya Nutrisi: Teori ini ditemukan pertama kali oleh
Hippocrates. Bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan
segera dikeluarkan
1. Persalinan Normal
1) Pengertian persalinan
a. Persalinan normal merupakan proses yang normal dengan janin cukup bulan,
presentasi occiput, dilakukan melalui jalan lahir secara spontan sesuai dengan
kurva partograf normal. ( JHPEIGO, 2003)
b. Partus biasa atau normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi
pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umunya berlangsung kurang dari 24 jam. (Mochtar, 1998)
c. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun janin. (Saifudin, 2007)
2) Tahapan persalinan
a. Kala I atau Kala Pembukaan
Kala satu persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi
ostium eksternum. Kala satu ini terbentuk sempurna bila serviks telah membuka
cukup luas untuk dapat dilewati kepala janin untuk dilahirkan
Fase laten, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 sampai 3 cm
yang membutuhkan waktu ± 8 jam.
Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi menjadi:
Fase accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm
yang dicapai dalam 2 jam.
Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang
dicapai dalam 2 jam.
Fase decelerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm sampai
10 cm selama 2 jam.
(1) Peninggian serviks
Pada primi gravida, naiknya serviks ini secara normal terjadi selama 2
minggu terakhir kehamilan, sebelum persalinan dimulai. Naiknya serviks pada
multigravida baru terjadi bila kepala fetus mulai turun.
(2) The show
pada saat ostium internum mulai mengadakan dilatasi sehingga membrane
plasenta mau tidak mau harus terlepas. Pada saat korion terlepas dari desidua,
terjadi perdarahan kecil dari kapiler-kapiler yang pecah. Karena canalis
services mengalami dilatasi dan menjadi lebih pendek, maka operculum
(sumbat mucus dilepaskan), dan keduanya menimbulkan rabas vagina yang
disebut the show. The show merupakan perkiraan, dan bukan petunjuk bahwa
kala 1 persalinan telah dimulai
(3) Kontraksi dan retraksi segmen urin atas
Kontraksi adalah pemendekan dan penebalan sementara serabut-serabut
otot selama fase aktif otot-otot tersebut dan kemudian kembali keukuran
dan bentuk semula saat berhentinya aktivitas, misalnya penonjolan otot
bisep pada saat mengangkat beban berat.
Retraksi menunjukkan pemendekan yang bersifat menetap sebagian
serabut otot yang telah berada dalam keadaan kontraksi. Terdapat
relaksasi derajat tertentu, tetapi serabut tersebut tidak kembali ke panjang
semula. Karena serabut lebih pendek dibandingkan dengan panjang
semula, maka serabut tersebut lebih tebal.
Pada persalinan, otot-otot pada segmen atas uterus mengalami kontraksi dan
retraksi secara teratur, berirama, dan dengan frekuensi, kekuatan dan lamanya
yang makin bertambah. Kontraksi mulai daerah kornu, disini kontrasi tersebut
paling kuat, dan kemudian berkurang intensitasnya pada saat kontraksi
tersebut melewati segmen bawah uterus. Pada setiap kontraksi, tonus otot akan
menambah keras dinding uterus pada segmen atas, meningkatkan
ketebalannya, dan mempersempit kavitas uteri. Uterus berubah bentuk dan
posisinya pada setiap kontraksi. Uterus menjadi tegak dan mendorong dinding
abdomen kedepan, menyebabkan sumbu uterus menjadi tegak lurus terhadap
bidang pintu masuk pelvis. Sebagai hasil dari semua factor ini, maka fetus
terdorong kebawah dan melewati lengkung jalan lahir.
(4) Dilatasi dan penipisan segmen bawah uterus
penebalan dan pemendekan segmen atas uteri ini yang mendorong fetus
kebawah, menyebabkan terjadinya dilatasi dan penipisan segmen bawah
secara pasif. Karena isi cavitas uteri terdorong secara bertahap ke segmen
bawah uterus, maka segmen bawah uterus ini akan mengalami relaksasi dan
membuka, dan serviks terangkat naik untuk menjadi satu kesatuan dengan
segmen bawah uterus.
(5) Ruptur membrane
pada setiap kontraksi uterus, cairan amnion akan didorong ke titik yang
paling lemah pada diding uterus, yaitu ostium internum yang mengalami
dilatasi. Membrane plasenta telah terlepas dari daerah perlekatannya, yang
kemungkinan cairan berkumpul didaerah tersebut dan menyebabkan
membrane tersebut menonjol dan membentuk kantong forewater . asalkan
kepala berada dan cocok dengan serviks maka forewater akan bekerja sebagai
baji pada serviks yang mengalami dilatasi untuk membantu serviks membuka
lebih lebar pada setiap kontraksi. Dengan peningkatan dilatasi maka akan
terjadi lepasnya membrane yang sebanding dengan pengurangan dukungan
terhadap forewater tersebut. Ketiadaan dukungan ini, maupun adanya reflek
relaksin pada membrane plasenta yang disertai dengan peningkatan kekuatan
tekanan kepala fetus yang turun akhirnya akan menyebabkan membrane
tersebut pecah dan cairan amnion akan keluar.
Idealnya pecahnya membrane ini terjadi pada saat serviks berdilatasi penuh
tepat sebelum pengeluaran bayi. Jalan lahir ini kemudian dicuci dengan
douche steril tepat sebelum kelahiran bayi.
(6) Penyebab rasa sakit
rupanya hanya terdapat hubungan yang kecil antara kekuatan kontraksi
uterus dengan rasa sakit yang diderita. Sebagai contoh, tonus kontraksi pada
kala III dapat mempunyai intensitas yang sebanding dengan kontraksi pada
kala I dank ala II.
Rasa sakit tersebut dapat dipercaya karena:
Iskemia otot uterus.
Perubahan letak organ dan jaringan pelvis yang lain.
Nyeri punggung yang terutama disebabkan oleh dilatasi serviks pada
saat serabut-serabut sensoris saraf simpatris plexsus sacralis
terangasang.
b. Kala II atau Kala pengeluaran
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Kala dua persalinan dimulai
denagn dilatasi serviks penuh, dan sempurna apabila bayi telah dikelurkan oleh uterus
secara menyeluruh.
Pada kala ini kontraksi uterus menjadi sangat khas dalam sifat ekspulsifnya, dan
kontraksinya menjadi sangat kuat (amplitudinya 60-80 mmHg). Kontraksi ini terus
berlangsung seperti pada kala transisi dengan selang waktu 2-3 menit, dan lamanya
kontraksi 1 menit.
Factor yang mempengaruhi persalinan
1) Power
a) His
kontraksi uterus karena otot- otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna dengan sifat-sifat:
(1) Kontraksi simetris
(2) Fundus dominan
(3) Terjadi relaksasi
Pada waktu kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan
lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan
kantung amnion kearah segmen bawah rahim dan serviks.
Sifat-sifat lainnya dari his yaitu:
(1) Involuntir
(2) Intermiten
(3) Terasa sakit
(4) Terkoordinasi dan simetris
(5) Kadang-kadang dapat dipengaruhi secara fisik, kimia, dan psikis.
Dalam mengawasi persalinan hendaknya selalu dibuat daftar catatan tentang
his pada status wanita tersebut. Catatan tersebut memuat tentang:
(1) Frekuensi: adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau
per 10 menit.
(2) Amplitude atau intensitas: adalah kekuatan his diukur dalam mmHg.
Dalam praktek, kekuatan his hanya dapat diraba secara palpasi apakah
sudah kuat atau masih lemah.
(3) Aktivitas his: adalah frekuensi x amplitude diukur dengan unit monte
video. Contoh: frekuensi suatu his 3x per 10 menit dan amplitudonya 50
mmHg, aktifitas rahim = 3x50= 150 unit Montevidio.
(4) Durasi his: adalah lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik,
misalnya selama 40 detik.
(5) Datangnya his: apakah datangnya sering, teratur, atau tidak.
(6) Interval: adalah masa relaksasi.
Penelitian tentang kekuatan his banyak dilaporkan oleh caldeyro – Barcia
dari amerika latin (1958). Dari penelitian ini diperoleh bahwa otot-otot
uterus pada waktu relaksasi masih mempunyai tonus dengan tekanan 6-12
mmHg. Sedangkan pada tiap kontraksi tekanan tersebut meningkat.
Pacemaker adalah pusat koordinasi his yang berada pada uterus di sudut
tuba dimana gelombang his berasal. Dari sini gelombang his bergerak
kedalam dan kebawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik mencakup otot-
otot uterus. His yang paling sempurna mempunyai kekuatan yang paling
tinggi di fundus uteri, disebut fundus dominan. Oleh karena serviks tidak
mempunyai otot-otot yang banyak, maka pada setiap his terjadi perubahan
pada serviks.
- Tertarik dan mendatar (effacement)
- Membuka (dilatasi)
b) Tenaga mengejan
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, dan cepat, dan lebih lama
kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu
merasa seperti ingin buang air basar, dengan tanda anus membuka.
2) Passange
a) Ukuran panggul
Distansia spinarum (24-26 cm)
Jarak antra SIAS kanan dan kiri
Distansia cristarum (28-30 cm)
Jarak antara crista iliaka kanan dan kiri
Boudenloque (18 cm)
Jarak antara bagian atas symphisis ke prosesus spinosus lumbal 5
Distansia tuberum (10,5 cm)
Jarak antara tuber iskii kanan dan kiri
b) Otot-otot dasar panggul
Saat defekasi, diafragma, otot-otot abdomen, dan otot-otot dasar pelvis
semuanya mengadakan kontraksi. Feses didorong kedalam anus, yang
menyebabkan relaksasi otot-otot profundal yang memperkuat diding rectum.
Otot-otot superficial ditarik keatas diatas massa feses dan kemudian terjadi
gerakan ekspulsif kebawah. Demikian juga dalam persalinan, fetus melewati
vagina, tetapi disini diperlukan distensi dinding vagina yang besar. Hal ini
dimungkinkan karena lemak yang ada dilateral fossae ischiorectales dapat
ditekan sementara pada saat fetus melewatinya. Dibagian depan, vesika
urinaria perlu dikosongkan dan ditarik keatas kedalam abdomen karena
perlekatannya pada segmen uterus bagian bawah. (uretra menjadi lebih
panjang). Dibagian posterior, rectum dan bagian bawah posterior dasar pelvis
didorong kedepan dan kebelakang, dan secara serentak bagian belakang dasar
pelvic ditarik keatas dan kedepan. Perineum terlihat meregang dan cembung,
rectum mendatar dan dinding depannya dapat dilihat karena anus mengalami
dilatasi yang berlebihan. Perubahan letak ini menyebabkan bertambah
panjangnya dinding vagina yang mengikuti lingkungan yang sama dengan
kanalis pelvis. Ekspulsif fetus dibantu oleh usaha ibu dalam usaha melahirkan.
Pada saat persalinan selesai sempurna, jaringan-jaringan dasar pelvis kembali
keposisi normal, tetapi otot-otot memerlukan aktu untuk memperoleh
tonusnya kembali.
3) Passenger
a) Janin
Istilah yang dipakai untuk kedudukan janin dalam rahim yaitu:
(1) Sikap (attitude = habitus)
Sikap menunjukkan hubungan-hubungan janin dengan sumbu janin,
biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi
dimana kepala tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, serta
lengan bersilang didada.
(2) Letak (lie)= situs
Letak janin adalah bagaimana sumbu janin berada dalam sumbu ibu,
misalnya letak lintang diman sumbu janin tegak lurus terhadap sumbu ibu,
letak membujur dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu; ini bisa
letak kepala, atau letak sungsang.
(3) Presentasi (presentation)
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang berada dibagian
bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam.
Misalnya presentasi kepala, presentai bokong, presentasi bahu, dan lain-
lain.
(4) Bagian terbawah (presenting part)
Sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas istilahnya.
(5) Posisi (position)
Merupakan indicator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah
sebelah kanan, kiri, depan, atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal-
pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (uuk)
kiri depan, uuk kiri belakang.
b) Plasenta
Uri berbentuk bulat atau oval; ukuran diameter 15-30 cm, tebal 2-3 cm, berat
500-600 gram. Biasanya plasenta atu uri terbentuk lengkap pada umur
kehamilan 16 minggu. Letak ukuran normal yaitu pada korpus uteri bagian
belakang agak kefundus uteri.
Plasenta previa merupakan kelainan letak dan bukan kelainan perkembangan
plasenta. Keadaan demikian terjadi apabila plasenta tersebut sebagian atau
seluruhnya berada didalam segmen bawah uterus. Ada 4 jenis plasenta previa:
Tipe 1: plasenta sebagian terletak pada segmen bawah uterus.
Tipe 2: plasenta segian besar terletak pada segmen bawah uterus dan mencapai
tepi ostium internum.
Tipe 3: plasenta sebaguan terletak diatas ostium internum.
Tipe 4: plasenta sebagian tengahnya terletak diatas ostim internum.
c) Air ketuban
Menurut Lehn, jumlah air ketuban yang normal pada primigravida adalah 1
liter; pada multigravida sebanyak 1,5 liter; dan sebanyak-banyaknya yang
masih dalam batas normal adalah 2 liter
Berat jenis 1,007 – 1,025. Warna: putih kekeruhan karena adanya lanugo dan
verniks kaseosa.
Asal air ketuban adalah dari fetal urin, transundasi dari darah ibu, sekresi dari
epitel amnion, dan a mixed origin.
Fungsi pada persalinan, asalkan kantong cairan tersebut tetap utuh sampai
parsalinan telah maju, maka cairan amnion:
(1) Bekerja sebagai batalan untuk melindungi kepala fetus terhadap tekanan.
(2) Mempertahankan lingkungan tetap steril.
(3) Bekerja sebagai baji (wedge) untuk membantu dilatasi serviks.
(4) Mengurangi efek kontraksi uterus terhadap peredaran darah plasenta.
(5) Menyediakan douche (siraman) steril bagi jalan lahir tepat sebelum
kelahiran pada saat saccus amnioticus pecah.
2. Mekanisme Persalinan
Persalinan kala dua dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Tanda-tanda bahwa kala dua persalinan sudah dekat ialah:
Ibu merasa ingin meneran.
Perineum menonjol.
Ibu kemungkinan merasa ingin buang air besar.
Vulva vagina dan spingcter anus membuka.
Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat.
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri
terhadap panggul ibu. Penyesuain posisi berupa: fleksi, rotasi dari janin. Hal ini
sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin tersebut harus
menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia didalam panggul. Diameter-
diameter yang lebih besar dari janin harus menyesuaikan diri dengan diameter yang
paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.
a) Diameter
Jarak biparietal, yang merupakan diameter melintang terbesar dari kepala
janin; dipakai dalam definisi penguncian (engagement).
Jarak suboksipitibregmatika ialah jarak antara batas leher dengan okciput ke
anterior fontanel; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi
kepala.
Jarak oksipitomental, yang merupakan diameter terbesar dari kepala janin; ini
adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi dahi.
b) Mekanisme persalinan
Penurunan terjadi selama persalinan oleh karena daya dorong dari kontraksi
dan posisi, serra peneranan (selama kala dua) oleh ibu.
Fiksasi (engagement) ialah tahap penurunan pada waktu diameter biparietal
dari kepala janin telah masuk panggul ibu.
Fleksi adalah sangat penting bagi penurunan selama kala dua. Melalui fleksi
ini, diameter terkecil dari kepala janin dapat masuk kedalam panggul dan terus
menuju dasar panggul. Pada saat kepala didasar panggul tahannya akan
meningkat sehingga terjadi fleksi yang bertambah besar yang sangat
diperlukan supaya diameter terkecil dapat terus turun.
Rotasi internal dari kepala akan membuat diameter anteropoaterior (yang lebih
panjang) dari kepala menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari
panggul ibu.
Kepala akan berputar dari arah diameter kanan miring kearah diameter AP dari
panggul, tetapi bahu tetap miring kekiri. Dan demikian, hubungan normal antara
poros panjang kepala janin dengan poroa panjang dari ibu akan berubah dan leher
akan berputar 45˚. Hubungan antara kepala dan panggul ini akan terus
berlangsungselam kepala janin masih berada didalam panggul.
Pada umumnya, rotasi penuh dari kepala ini akan terjadi ketika kepala telah
mencapai dasar panggula atau segera setelah itu. Perputaran kepala internal dini
kadang-kadangbisa terjadi pada wanita multipara atau wanita lainnya yang
mempunyai kontraksi uterus yang efisien.
Lahirnya kepala dengan cara ekstensi (untuk posisi occiput anterior) terjadi
oleh karena gaya tahanan dari dasar panggul dimana gaya tersebut membentuk
lengkungan carus, yang mengarahkan kepala keatas menuju ke lobang vulva.
Bagian leher belakang dibawah occiputnya akan bergeser dibawah symphysis
pubis dan bekerja sebagai titik poros. Uterus yang berkontraksi kemudian
memberikan tekanan tambahan atas kepala yang meyebabkannya ekstensi
kepala lebih lanjut saat lubang vulva vaginal membuka lebar.
Restitusi ialah perputaran kepal sejauh 45˚ baik kearah kiri atau kearah kanan,
bergantung pada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi occiput
anterior.
Rotasi eksternal terjadi secara bersamaan dengan perputaran intern dari bahu.
Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami
perputaran dalam arah yang sama dengan kepala agar terletak didalam
diameter yang besar dari rongga panggul (AP). Bahu anterior akan terlihat
pada lubang vulva vaginal, dimana ia akan bergeser dibawah symphysyspubis.
Bahu posterior kemudian akan mereganggkan perineum dan kemudian
dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan sisa tubuh akan
segera lahir mengikuti lengkung carus atau (kurva jalan lahir)
c) Molding (molase)
Molding atau molase ialah perubahan bentuk kepala sebagai akibat
penumpukan tulang tengkorak yang saling overlapping satu sama lain kerena
belum menyatu dengan kokoh dan kemungkinan terjadi pergeseran sepanjang
garis sambungannya. Molding melibatkan seluruh tengkorak kepala, dan
merupakan hasil dari tekanan yang dikenakan atas kepala janin oleh struktur jalan
lahir ibu. Sampai batas-batas tertentu, molding akan kemungkinan diameter yang
lebih besar menjadi lebih kecil dan dengan demikian bias sesuai melalui panggul
ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Syaifudin, 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta, YBPSP
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi etiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarono Prawiroharjo
SENARAI
• Etiologi : Penyebab
• Distensi : Peregangan
• His : Kontraksi, kenceng-kenceng
•