Disusun Oleh :
Tingkat : 2B
NIM : A.14.19.0038
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca pada
umumnya.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.3 Tujuan 2
BAB II ISI 3
3.1 Kesimpulan 18
3.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja sebab-sebab mulainya persalinan?
2. Apa saja tahapan pada persalinan?
3. Apa yang dimaksud dengan manajemen kala I (anamnesis,
pemeriksaan fisik, menilai data dan membuat diagnosis, menilai
kemajuan persalinan, serta membuat rencana asuhan)?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja sebab-sebab mulainya persalinan.
2. Untuk mengetahui Apa saja tahapan pada persalinan.
3. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan manajemen kala I
(anamnesis, pemeriksaan fisik, menilai data dan membuat diagnosis,
menilai kemajuan persalinan, serta membuat rencana asuhan).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah
keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuan plasenta terjadi mulai usia kehamilan 28 minggu, di
mana terjadi penimbunan jaringan ikat, serta pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesterone mengalami penurunan sehingga otot rahim
lebih sensitive terhadap oksitosin.
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu
c. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisi posterior.
Perubahan keseimbangan esterogen dan proseteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga terjadinya kontraksi
Braxton Hicks.
Penurunan konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan
membuat oksitosin dapat meningkat aktivitas, sehingga persalinan
dapat dimulai.
d. Teori Prostaglandin
Konsetrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu,
yang dikeluarkan oleh desidua.
Pemberian prostaglandin data hamil dapat menimbulkam kontraksi
otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
e. Teori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis
Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anensefalus sering
terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
(Linggin, 1973)
Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasil
kehamilan kelinci berlangsung lebih lama.
Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan meturitas janin induksi
(mulainya) persalinan.
Dari percobaaan diatas dapat dikatakan bahawa ada hubungan
antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan.
4
f. Teori Iritasi Mekanik
Adanya tekanan dan pergeseran pada ganglion servikale dari
Pleksus Frankehauser yang terletak dibelakang serviks oleh bagian
terbawah janin, dapar memicu persalinan.
g. Induksi Partus (Induction of Labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan:
Ganggang laminaria: beberapa laminaria dimasukan ke dalam
kanalis servikalis dengan tujuan rangsangan pleksus Frankenhauser.
Amniotomi: pemecahan ketuban.
Oksitosin drip: pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
5
1) His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit
sekali
2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan
3) Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB
4) Anus membuka
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin
kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan janin.
Menurut Kismoyo (2014) lama pada kala II ini pada primi dan
multipara berbeda yaitu :
1) Primipara kala II berlangsung sekitar 2 jam
2) Multipara kala II berlangsung sekitar 1 jam
Pimpinan persalinan
6
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
a) Schultze
Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu di tengah
kemudian terjadi reteroplasenterhematoma yang menolak uri
mula – mula di tengah kemudian seluruhnya, menurut cara ini
perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak
setelah uri lahir.
b) Dunchan
Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu dari
pinggir (20%) Darah akan mengalir semua antara selaput
ketuban
c) Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
2) Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :
a) Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada / diatas simfisis, tali
pusat diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum lepas,
bila tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti plasenta
sudah terlepas.
b) Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat
kembali berarti belum lepas, bila diam/turun berarti sudah
terlepas.
c) Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat
bergetar berarti belum lepas, bila tidak bergetar berarti sudah
terlepas.
d) Rahim menonjol diatas symfisis
e) Tali pusat bertambah panjang
f) Rahim bundar dan keras
g) Keluar darah secara tiba-tiba
d. Kala IV: Kala pengawasan
Yaitu waktu setelah bayi lahir dan uri selama 1-2 jam dan waktu
dimana untuk mengetahui keadaan ibu terutama terhadap bahaya
perdarahan post partum. Pengawasan kala 4 ini dilakukan setelah ibu
7
merasa nyaman. Pada 1 jam pertama, dilakukan pemeriksaan TTV
setiap 15 menit sekali. Sedangkan pada 1 jam kedua dilakukan setiap
30 menit sekali.
8
Komplikasi sebelum persalinan (antepartum), saat persalinan, dan
pasca persalinan pada pengalaman sebelumnya
Metode persalinan sebelumnya
Ukuran (berat badan) terbesar dan terkecil sebelumnya
Taksiran partus dan usia kehamilan saat ini
Munculnya bloody show
Ada atau tidaknya pendahan pervagina
Status ketuban
Masalah prenatal
Kapan terakhir makan dan minum
Kapan terahir BAB dan BAK
b. Pemeriksaan fisik
Tanda vital
Berat bdan
Denyut jantung janin (DJJ)
Pola kontraksi
Gerakan janin
Penancapan (engagement)
Taksiran berat janin (TBJ) dan tinggi fundus uterus (TFU)
Letak, presentasi, posisi, dan variasi janin
Jaringan perut pada abdomen
Edema ekstremitas
Reflek dan tonus otot
Pemeriksaan pelviks (vaginal touché)
Penipisan dan pembukaan serviks
Posisi serviks
Adanya bloody show
Molding dan caput succedaneum
Letak, posisi, dan variasi janin
Status kebutuhan
Orifisium dan badan perineum
Pemeriksaan dalam (vagina touché)
9
Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan genetalia bagian dalam
mulai dari vagina sampai serviks menggunakan dua jari, yang salah
satun tekniknya adalah dengan menggunakan skala ukuran jari (lebar
satu jari berarti 1 cm) untuk menentukan diameter dilatasi serviks
(pembukaan serviks/portio).
Pemeriksaan janin
10
diagnosis. Diagnosis yang dimaksud adalah apakah pasien sudah
dalam persalinan atau belum, atau nyang biasa disebut dengan
persalinan sesungguhnya atau persalinan palsu.
Diagnosis persalinan sebaiknya segera mungkin ditegakkan jika
diketahui seorang wanita dengan usia kehamilan lebih dari 22 minggu
sudah merasakan nyeri pada perutnya dan adanya pengeluaran
pervagina berupa lender dan darah (bloody show).
1. Diagnosis untuk persalinan sesungguhnya
Perubahan serviks, konfirmasi persalinan hanya dapat ditentukan
jika terjadi penipisan dan pembukaan serviks. Kontraksi dianggap
cukup apabila:
- Kontraksi terjadi teratur, minimal 2 kali dalam 10 menit, dengan
durasi minimal 20 detik.
- Uterus mengeras selama kontraksi
2. Diagnosis untuk persalinan palsu
Indikator persalinan adalah pembukaan dan penipisan serviks. Pada
persalinan palsu kedua indikator ini belum ditemukan. Ciri khas dari
persalinan palsu adalah.
- Kontraksi yang sangat sakit. Pasien dapat mendeskripsikan rasa
sakit ini jika ia telah mengalami persalinan sebelumnya.
- Terjadi beberapa hri atau bahkan beberrapa minggu sebelum
permulaan persalinan sesungguhnya.
d. Menilai kemajuan persalinan
1. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan genitalia bagian dalam
mulai dari vagina sampai serviks menggunakan dua jari, yang salah
satu tekniknya adalah menggunakan skala ukuran jari(lebar satu jari
berarti 1 cm) untuk menentukan diameter dilatasi serviks
(pembukaan serviks atau portio).
Tujuan :
Pemeriksaan dalam dilakukan dengan tujuan:
- Untuk menentukan apakah penderita benar dalam keadaan
inpartu
- Untuk menentukan faktor janin dan panggul
- Menentukan ramalan persalinan
11
- Untuk menilai vagina (terutama dindingnya), apakah ada bagian
yang menyempit
- Untuk menilai keadaan serta pembukaan servik
- Untuk menilai ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir
- Untuk menilai sifat flour albus dan apakah ada alat yang sakit,
misalnya bartholinitis
- Untuk mengetahui pecah tidaknya selaput ketuban.
- Untuk mengetahui presentasi janin
- Untuk mengetahui turunnya kepala dalam panggul
- Untuk mengetahui penilaian besarnya kepala terhadap panggul
- Untuk mengetahui apakah proses persalinan telah dimulai serta
kemajuan persalinan.
Pemeriksaan dalam saat ibu bersalin
Pemeriksaan ini dilakukan pada saat memasuki kala I persalinan,
saat ada gejala mulas-mulas dan ibu mengalami his secara teratur 2
kali dalam 15 menit sebagai tanda akan melahirkan. Pemeriksaan
dalam ini dengan kepentingan untuk menentukan awal dan
kemajuan dari persalinan.
Khusus untuk memeriksa kemajuan persalinan, maka pemeriksaan
dilakukan setiap 4 jam di fase laten (pembukaan mulut rahim 4 cm)
dan setiap 2 jam di fase aktif (pembukaan mulut rahim 4-10 cm).
Sedangkan penilaiannya meliputi pembukaan jalan lahir, turunnya
kepala janin, apakah sudah memutar atau belum dan sampai mana
putaran tersebut, karena kondisi ini akan menentukan jalannya
persalinan.
Contoh, bila ubun-ubun kecil sudah menghadap ke depan, berarti
sudah turun mencapai pembukaan lengkap (10 cm) dan bayi sudah
siap untuk dilahirkan. Jika dalam tenggang waktu 8 jam setelah
pemeriksaan dalam kala I bayi belum juga lahir atau masih tetap
pembukaan 3-4 cm maka perlu tambahan stimulasi (pacuan). Tentu
akan diakhiri dengan segera dilahirkan atau kalau tindakan ini juga
"tak mempan" berarti harus operasi sesar.
Kontra Indikasi
Pemeriksaan dalam tidak dapat dilakukan pada beberapa kasus,
seperti:
12
- Perdarahan
- Plasenta previa
- Ketuban pecah dini
- Persalinan preterm
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan
dalam termasuk:
- Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung atau selimut.
- Minta ibu berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan paha
dibentangkan (mungkin akan membantu jika ibu menempelkan
kedua telapak kakinya satu sama lain).
- Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan
pemeriksaan.
- Gunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air
DTT/larutan antiseptik. Basuh labia secara hati-hati,seka dari
depan ke belakang untuk menghindarkan kontaminasi feses
(tinja).
- Periksa genetelia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau
massa (benjolan) termasuk kondilomata varikositas vulva atau
rektum,atau luka parut di perineum.
- Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah,
perdarahan pervaginam atau mekonium :
Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan pemeriksaan
dalam.
jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika
terlihat pewarnaan mekonium,nilai apakah kental atau encer dan
periksa djj.
- Nilai vagina.luka parut pada vagina mengindikasikan ada riwayat
robekan perinium atau tindakan episiotomi sebelumnya. Hal ini
merupakan informasi penting untuk menentukan tindakan pada
saat kelahiran bayi.
- Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
- Pastikan tali pusat dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki)
tidak teraba pada saat melakukan periksa dalam.jika teraba maka
ikuti langkah-langkah gawat darurat dan segera rujuk ibu
kefasilitas kesehatan yang sesuai.
13
- Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah
bagian tersebut telah masuk kedalam rongga panggul.bandingkan
tingkat penurunan kepala dari hasil periksa dalam dengan hasil
periksaan melaui dinding abdomen untuk menentukan kemajuaan
persalinan.
- Jika bagian terbawah adalah kepala,pastikan penunjuknya (ubun-
ubun kecil,ubun-ubun besar atau fontanela magna) dan celah
(sutura) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan atau tumpang
tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai
dengan ukuran jalan lahir.
- Jika pemeriksaan sudah lengkap,keluarkan kedua jari dari
pemeriksaan,celupkan sarung tangan kedalam larutan untuk
dekontaminasi,lepaskan kedua sarung tangan tadi secara terbalik
dan rendam dalam larutan dekontaminasi selama 10 menit.
- Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang
bersih dan kering.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan dalam
- Keadaan Perineum
- Pada primipara perineum utuh dan elastis.Pada multipara tidak
utuh, longgar dan lembek. Untuk menentukan dengan
menggerakkan jari dalam vagina ke bawah dan ke samping.
Dengan cara ini juga diketahui otot levator ani normal teraba
elastic.
- Sistokel Dan Rektokel
Sistokel adalah benjolan pada dinding depan vagina yg
disebabkan oleh kelemahan dinding belakang kandung kemih.
Rektokel adalah benjolan pada dinding belakang vagina
disebabkan oleh kelemahan dinding depan rektum. Diakibatkan
oleh persalinan yang berulang terutama ada robekan perineum
atau bersamaan dengan prolapsus uteri.
- Pengeluaran pervaginaan
Cairan putih kekuningan akibat radang serviks atau monilia
vaginitis, cairan hijau kekuningan karena trikhomonas.
Lendir campur darah
Cairan ketuban
14
Darah berasal dari robekan jalan lahir, plasenta previa, solutio
plasenta
Mekoneum
- Serviks
Perlu diperhatikan pembukaan, penipisan, robekan serviks dan
kekakuan serviks.
Pembukaan ditentukan & diukur dengan kedua jari. Kalau
pembukaan >6 cm lebih muda diukur dari forniks lateralis
dengan cara berapa cm lebar yg masih tersisa.
Menentukan penipisan kadang sukar terutama kalau serviks
menempel di bagian bawah janin.
Keadaan normal serviks lembut & elastis.
- Ketuban
Tentukan ketuban utuh atau tidak, di ketahui bila pemeriksaan
dilakukan selagi ada his.
Bagaimana keadaan ketuban
- Presentasi, titik penunjuk dan posisi
Presentasi kepala diketahui bila teraba bagian bulat dan keras,
tulang parietal, sutura sagitalis, ubun-ubun besar atau ubun-
ubun kecil.
Presentasi belakang kepala titik penunjuk (denominator) ubun-
ubun kecil, presentasi bokong sakrum
Posisi kepala yg perlu ditentukan adalah letak ubun-ubun kecil
terhadap panggul ibu
- Pemeriksaan panggul
Perlu diperhatikan bentuk dan ukuran panggul. Untuk ukuran perlu
diperhatikan :
Apakah promontorium teraba
Apakah linea inominata teraba seluruhnya, sebagian / beberapa
bagian
Apakah kecekungan sakrum cukup
Dinding samping panggul lurus/miring
Spina iskhiadika runcing / tumpul
Arkus pubis sudut runcing/tumpul
Dasar panggul kaku, tebal atau elastis
15
2. Pemeriksaan Panggul
Pengukuran panggul dilakukan pada setiap wanita hamil yang akan
direncanakan untuk lahir secara per vaginam. Pemeriksaan panggul
ini dilakukan pada usia kehamilan >32 minggu pada setiap
pemeriksaan Antenatal. Pengukuran panggul dibagi 2 :
Pengukuran luar
- Distantia spinarum : Jarak antara SIAS kiri dan kanan.
- Distantia cristarum : Jarak yang terjauh antara crista iliaca
kanan dan kiri.
- Conjugata externa : Jarak antara pinggir atas symphisis dan
ujung processus spinosus ruas tulang lumbal V.
- Ukuran lingkar panggul : Dari pinggir atas symphisis ke
pertengahan antara SIAS dan trochanter major sepihak dan
kembali melalui tempat-tempat yang sama di pihak lain.
Pengukuran dalam
- Promontorium
Pertama-tama, untuk meraba promontorium kita masukkan
kedua jari tangan kanan kita, jari tengah dan jari telunjuk
(tangan obstetri) melalui konkavitas sacrum, lalu jari tengah
digerakkan ke atas sampai dapat meraba promontorium.
Pada panggul dengan ukuran normal, promontorium tak
tercapai dan menandakan bahwa panggul cukup lebar.
Promontorium dapat tercapai oleh jari kita dengan
pemeriksaan dalam pada panggul yang sempit.
Jika promontorium teraba, berikutnya kita tentukan ukuran
dari conjugata vera secara indirek, yang didapatkan dari
pengukuran conjugata diagonalis dikurangi 1.5 – 2 cm. Cara
mengukur conjugata diagonalis yaitu setelah meraba
promontorium dengan jari tengah, sisi radial dari jari telunjuk
ditempelkan pada pinggir bawah symphisis dan tempat ini
ditandai dengan kuku jari telunjuk tangan kiri.
- Linea innominata
Kita lakukan rabaan pada linea innominata, apakah teraba
seluruhnya atau hanya sebagian. Normalnya linea innominata
16
akan teraba 2/3 bagian dan menandakan bahwa panggul
cukup lebar.
- Sidewalls / dinding samping panggul
Dilakukan perabaan pada dinding samping panggul apakah
lurus, konvergen, atau divergen.
- Spina ischiadica
Diraba apakah kedua spina ischiadica menonjol ke dalam
panggul atau tidak.
- Os sacrum
Diraba apakah os sacrum mempunyai inklinasi ke depan atau
ke belakang, dan diperhatikan pula konkavitas dari sacrum.
- Sudut arcus pubis
Pemeriksaan terakhir, dilakukan pengukuran dari sudut arcus
pubis, apakah membentuk sudut tumpul ( > 90o) atau tidak.
17
posisi dan ambulansi.
- Mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman.
- Memfasilitasi dukungan keluarga.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Estrogen dan progesterone terdapat dalam keseimbangan sehingga
kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrerogen
dan progesterone menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisi
posterior dapat menimbulkan kontraksi dalambentuk Braxton Hick.
Kontraksi Braxton Hick akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya
persalinan, sehingga frekuensi kontraksi makin sering.
Oksitosin diduga bekerja sama dengan prostaglandin yang makin meningkat
mulai dari usia kehamilam minggu ke-15. Di samping itu faktor gizi ibu
hamil, kerengangan otot rahim, dan adanya tekanan pada ganglion
servikale dari pleksus Frankenhauser yang terletak di belakang serviks
dapat memberikan pengaruh penting untuk dimulainya kontaksi rahim.
Beberapa teori yang dikemukakan ialah
a. Teori keregangan
b. Teori penurunan progesterone
c. Teori oksitosin internal
d. Teori prostaglandin
e. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
f. Teori iritasi mekanis
g. Teori induksi partus
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu
selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah
proses persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses
persalinan serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi
selama persalinan dan ketidaknormalan dalam proses persalinan.
Pada manajemen kala I dapat dilakukan identifikasi masalah, dengan
melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan janin, menilai data dengan membuat diagnose dan rencana
asuhan oleh bidan untuk kehamilan pasiennya.
18
3.2 Saran
Diharapkan bidan dapat memahami dan mengerti tentang apa itu
manajemen kala I kebidanan sehingga dapat dengan mudah menyerap
dan menerapkan ilmu kebidanan dengan kenyataan yang ada. Sehingga
pelayanan yang diberikan bidan kepada masyarakat khususnya kepada
ibu hamil, tidak terdapat hal yang mengecewakan dan tidak terdapat
pihak yang dirugikan.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://yeniiputri.wordpress.com/2015/05/25/manajemen-kala-1/
https://www.academia.edu/19777092/makalah_persalinan_normal_dokumentasi_
asuhan_persalinan_normal?auto=download
http://tugassmt2kebidananhanny.blogspot.com/2017/10/makalah-sebeb-
mulainya-persalinan.html
20