Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL CARE
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Maternitas
Dosen Koordinator: Monna Maharani H, M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat
Dosen Pembimbing: Murtiningsih, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat

Disusun oleh:
Delia Ananda Putri

2350321133

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDRAL ACHAMAD YANI CIMAHI
2023
A. Konsep Teori
1. Pengertian Intranatal Care
Periode intranatal atau disebut juga persalinan, merupakan suatu proses
pengeluaran janin dan plasenta dari uterus, dengan ditandai meningkatnya
aktivitas otot rahim (intensitas dan frekuensi kontraksi) yang mengakibatkan
penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lender darah (bloody show)
dari vagina (Eni, 2023).
Intranatal adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran
bayi dan plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah (Nida,
2021).
Persalinan merupakan proses ketika bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal apabila prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan mengakibatkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) serta berakhir dengan
lahirnya plasenta secara lengkap (Fauziah, 2019).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa intranatal atau
persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari rahim ibu untuk siap hidup diluar kandungan.
2. Jenis Persalinan
Jenis-jenis persalinan yaitu: (Dewi, 2021)
a. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri melalui jalan lahir.
b. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan
ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan section sesaria.
c. Persalinan anjuran, yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya
tetapi berlangsung setelah memecahkan ketuban, pemberian pitocin
prostaglandin
3. Etiologi
Ada beberapa penyebab persalinan diantaranya: (Patricia, 2021)
a. Teori Penurunan Kadar Prostaglandin
Progesteron merupakan hormon yang berperan penting untuk
mempertahankan kehamilan. Hormon ini meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu, tapi pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar
progesteron yang mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena
adanya sintesa prostaglandin di uterus.
b. Teori Penurunan Progesteron
Progesteron merupakan hormon penting dalam menjaga kehamilan tetap
terjadi hingga masa persalinan. Hormon ini dihasilkan oleh plasenta,
yang akan berkurang seiring terjadinya penuaan plasenta yang terjadi
pada usia kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan
ikat,pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
c. Teori Rangsangan Estrogen
Hormon estrogen merupakan hormon yang dominan saat hamil. Hormon
ini memiliki dua fungsi, yaitu meningkatkan sensitivitas otot rahim dan
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti 13 rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin dan rangsangan mekanis.
d. Teori Reseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton Hicks
Oksitosin adalah hormon yang dikelaurkan oleh kelenjar hipofisis parts
posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat
mengubah sensitivitas otot rahim sehingga terjadi Braxton hicks.
Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan,
menyebabkan oksitosin meningkat sehingga persalinan dapat dimulai.
4. Tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan diantara: (Anggraini, 2013)
a. Lightening
1) Bagian presentasi janin turun ke panggul
2) Pd primi: 2 mgg sebelum aterm, Pd multi: bersamaan dgn dimulainya
proses persalinan
3) Efek positif: pernafasan lebih lega
4) Efek keluhan: sering BAK, nyeri pada punggung dan panggul,
braxton hicks
b. Bloodi show
1) Keluaran lendir vagina berwarna kecoklatan atau berbercak darah
2) Diakibatkan Serviks menjadi lunak, tipis, mulai dilatas
c. Naluri bersarang
1) BB turun 0,5 – 1,5 kg akibat:
2) Kehilangan air krn perpindahan air efek dr perubahan estrogen dan
progesteron
3) Lonjatan energi= ibu memiliki energi tinggi
5. Kala Persalinan
Kala dalam persalinana: (Eni, 2023)
a. Kala 1
Kala 1 sering diseeut juga fase pembukaan. Pada fase ini ditandai
dengan kontraksi yang semakin lama semakin meningkat baik frekuensi,
durasi dan intensitasnya. Selain itu pada kala 1 juga ditandai dengan
melunaknya serviks. Kala 1 berlangsung selama pembukaan 0 sampai
pembukaan servik lengkap (10 cm). Untuk primigravida membutuhkan
waktu kurang lebih 12 jam dan untuk multigravida kurang lebih 8 jam.
Selaput membran amnion atau selaput janin biasanya pecah pada
tahap ini. Peningkatan curah jantung ibu dan denyut jantung janin dapat
meningkat. Penurunan motilitas/gerakan gastrointestinal, sehingga
terjadinya peningkatan waktu pengosongan lambung Ibu mengalami rasa
nyeri yang berhubungan dengan kontraksi uterus saat serviks membuka
dan menipis.
Dalam kala 1 dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif
1) Fase laten
Fase laten adalah tahapan awal dari kala 1. Fase laten dimulai dari
pembukaan 0 (awal kontraksi) sampai pembukaan 4. Fase laten
membutuhkan waktu umumnya 8 jam.
2) Fase aktif
Fase aktif terjadi setelah melalui fase laten yaitu pembukaan 4
sampai 10 atau lengkap. Rata-rata kecepatan 1 cm/jam
(primigravida) dan 1- 2 cm/jam (multipara). Dalam fase aktif,
frekuensi dan lama kontraksi uterus akan terus meningkat secara
bertahap. Fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Fase akselerasi merupakan fase dimana pembukaan 3 menjadi 4
cm. waktu yang dibutuhkan dalam fase ini adalah 2 jam
b) Fase dilatasi maksimal merupakan fase dimana pembukaan
servik terjadi secara cepat yaitu dari pembukaan 4 sampai
pembukaan 9 dalam waktu 2 jam
c) Fase deselerasi merupakan fas dimana terjadi perlambatan
pembukaan servik dari pembukaan 9 sampai pembukaan
lengkap. Dalam fase ini membutuhkan waktu 2 jam.
b. Kala II
Kala II persalinan merupakan salah satu faktor penentu kelahiran,
maka dari itu kala II sering disebut dengan kala pengeluaran bayi. Kala II
dimulai setelah terjadi pembukaan lengkap sampai bayi dilahirkan.
Dalam fase kala II lendir darah yang dikeluarkan akan menjadi lebih
banyak. Selama fase kala II kontraksi yang terjadi akan semakin
meningkat, sehingga pasien akan merasa ingin terus mengejan.
Ketuban yang pecah akan menimbulkan keluaran cairan yang
mendadak, hal ini menjadi tanda pembukaan lengkap. Ketuban pecah
akan diikuti dengan rasa ingin mengejan terus-menerus karena
tertekannya fleksus frankenhauser. Gejala utama kala II adalah:
1) Adanya pembukaan lengkap
2) Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
4) Perineum terlihat menonjol
5) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
6) Peningkatan pengeluaran lender dan darah
2) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50 sampai
100 detik
3) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak
4) Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti
keinginan utuk mengejan karena tertekannya fleksus frankenhauser
5) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi: kepala membuka pintu, subocciput bertindak
sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,
hidung dan muka serta kepala seluruhnya
6) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar yaitu
penyesuaian kepala pada panggul
7) Persalinan yang ditolong
8) Pada primigravida kala II berlangsung umumnya 1,5 jam dan pada
multipara umumnya 0,5 jam
c. Kala III
Kala II disebut juga kala pengeluaran uri atau plasenta. Kala III
dimulai segera setelah bayi dilahirkan sampai lahirnya plasenta lengkap.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan pada kala III adalah 15-20 menit untuk
multipara dan 30 menit untuk nulipara. Hal yang harus diperhatikan pada
kala ini adalah mempertahankan adanya kontraksi.
Dalam kala III dibagi menjadi 2 fase yaitu pelepasan plasenta dan
pengeluaran plasenta. Mekanisme pelepasan plasenta dimulai dari bagian
tengah hingga terjadi bekuan retroplasenta. Tanda pelepasan dari tengah
ini mengakibatkan tidak ada perdarahan sebelum plasenta tersebut benar-
benar lahir. Setelah plasenta lepas dan menempati segmen bawah rahim,
kemudian melalui servik dan vagina dikeluarkan ke introitus vaginal.
Tanda pelepasan plasenta:
1) Uterus atau fundus berubah
2) Tali pusar memanjang
3) Semburan darah
Cara lepas plasenta:
1) Schultze: lepas seperti kita menutup paying, cara yang paling sering
terjadi. Yang lepas duluan adalah bagian tengah lalu terjadi
retroplasental hematoma yang menolak uri mula-mula pada bagian
tengah kemudian seluruhnya. Menurut cara ini perdarahan ini
biasanya tidak ada sebelum uri lahir
2) Duncan: lepasnya plasenta mulai dari pinggir, jadi pinggir plasenta
lahir duluan. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban.
Atau serempak dari tengah dan pinggir plasenta
Cara pengeluaran plasenta
1) Kunstner: dengan meletakan tangan disertai tekanan pada atau di
atas simfisis. Tali pusat ditegangkan maka bila tali pusat masuk
artinya belum lepas, bila diam atau maju atinya sudah lepas
2) Klein: sewaktu ada his, Rahim kita dorong, bila tali pusat kembali
artinya belum lepas. Diam atau turun artinya lepas
3) Strassman: tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali
pusat bergetar artinya belum lepas. Tak bergetar artinya sudah lepas
4) Jika plasenta tidak keluar selama 30 menit setelah kelahiran bayi
maka dilakukan eksplorasi
d. Kala IV
Kala IV terjadi setelah plasenta lahir lengkap dan berakhir setelah 2
jam plasenta lahir. Hal yang harus diperhatikan selama kala IV adalah
observasi adanya perdarahan primer postpartum pada 2 jam pertama. 1
jam pertama obs setiap 15 menit dan 1 jam kedua tiap 30 menit. Hal yang
di obs adalah ttv, tinggi fundus, kontraksi, darah yang keluar, kandung
kemih. Perdarahan yang memungkinkan terjadi berasal dari plasenta rest,
lupa episiotomi maupun perlukaan pada serviks. Dikatakan perdarahan
abnormal bila melebihi 400 -500 cc.
6. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Dalam persalinan ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi
kelancaran persalinan tersebut. Faktor – faktor tersebut dikenal dengan istilah
5P diantaranya yaitu: (Nida, 2021)
a. Passanger (bayi dan plasenta)
Penumpang dalam hal ini adalah bayi dan plasenta. Plasenta disebut
penumpang karena juga harus melalui jalan lahir, yang dianggap sebagai
penumpang penyerta bayi.
1) Ukuran kepala janin
2) Bagian terbawah janin: normalnya kepala
3) Letak janin: vertical (presentasi kepala atau sacrum) horizontal
4) Sikap janin: normalnya kepala fleksi sempurna supaya
sukoksipitobregmatika (diameter terkecil kepala) memasuki panggul
dengan mudah
5) Posisi janin: hubungan antara presentasi dengan 4 kuadran panggul
ibu
b. Passageway (jalan lahir)
Passageway adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai
kedudukan penting dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran
bayi. Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah satu faktor
yang menentukan apakah persalinan dapat berlangsung pervaginam atau
sectio sesaria. Bentuk panggul umumnya ginekoid, ada juga android
(panggul pria), anthropoid (segitiga), platipelloid (pipih).
Pada jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen
bawah rahim, servik uteri dan vagina. Disamping itu otot - otot jaringan
ikat dan ligamen yang menyokong alat - alat urogenital juga sangat
berperan pada persalinan. Kontraksi menyebabkan korpus uteri menjadi
2, yaitu bagian atas tebal berotot dan bagian bawah berotot pasif dan
tipis. Kontraksi korpus menyebabkan janin tertekan kebawah terdorong
ke serviks, serviks menipis dan berdilatasi sehingga
memungkinkan
presentasi janin masuk ke vagina, vagina mengembang memungkinkan
janin keluar.
c. Power (kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.
Jenis kekuatan yang dimaksud ada 2 yaitu :
1) Primary Power His (kontraksi uterus)
Kontraksi uterus, penurunan bayi, serviks membuka
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus
yang di mulai dari daerah fundus uteri. Pada waktu berkontraksi, otot
– otot rahim menguncup sehingga menjadi menebal dan lebih
pendek. Kafum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan
kantong amnion ke arah segmen bawah rahim dan cervik. His
memiliki sifat :
a) Involutir
b) Intermiten
c) Terasa sakit
d) Terkoordinasi
e) Serta kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia, psikis
f) Durasi 30-90 detik, rata-rata 1 menit
g) Diantara kontraksi terdapat fase istirahat
h) Fase istirahat: 10 – 3 mnt
i) Fase istirahat akan semakin memendek
j) Keuntungan fase istirahat: peningkatan aliran darah pada otot
uterus dan Peningkatan aliran darah pd janin
k) Kekuatan/ intensitas: satuannya mmHg
l) 20 – 75 mmHg
m) Rata Rata 60 mmHg
n) 20 mmHg: tdk akan menimbulkan dilatasi serviks
2) Seconary Power (mengejan)
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat
kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar, wanita merasa
ingin mengedan atau usaha untuk mendorong kebawah (kekuatan
skunder).
a) Menghasilkan peningkatan tekanan intraabdomen
b) Ada rangsang utk mengedan yg tdk tertahankan
c) Rangsang berasal dari kepala janin/ bagian presentasi janin
mencapai dasar panggul dan dilatasi serviks lengkap
d) Nafas dalam
e) Kontraksi otot abd dengan glotis tertutup
f) Mengedan bersamaan dengan kontraksi
g) Mengedan dilakukan ketika dilatasi serviks lengkap
h) Dampak negative: Mengedan yang dilakukan sebelum
pembukaan serviks lengkap dapat menyebabkan edema serviks
sehingga menghambat persalinan.
d. Position (posisi ibu melahirkan)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis
persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman dan
memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri ,
berjalan, duduk , dan jongkok.
Posisi berdiri:
1) Gaya gravitasi membantu penurunan janin
2) Mengurangi penekanan tali pusat
3) Mengurangi penekanan aorta desenden dan vena kava asenden
shg suplai darah baik = kontraksi uterus kuat dan efisien=
penipisan & dilatasi serviks baik
Duduk dan jongkok:
1) Otot otot abdomen bekerja lebih sinkron dengan kontraksi uterus
= saling menguatkan
e. Psychologic (psikologi ibu)
Persiapan psikologis ibu menjadi satu hal yang penting dalam
menjalani persalinan. Semakin ibu memahami bahwa proses
persalinan adalah suatu yang normal dan dijalani oleh setiap wanita
maka ibu akan menjadi mudah bekerja samaa dengan petugas
kesehatan yang menolong persalinannya. Ibu harus tenang jangan
cemas atau takut. Nanti sekresi katekolamin meningkat, penurunan
aliran darah panggul dan peningkatan tegangan otot yang akan
merangsang rasa neyri ke otak sehingga kontraksi uterus menurun
dan terjadi penghambatan kemajuan persalinan.
7. Manajemen Nyeri Persalinan
Tahap nyeri persalinan: (Asmara et al., 2022)
a. Tahap 1 (pembukaan) nyeri diakibatkan oleh kontraksi Rahim dan
peregangan mulut Rahim
b. Tahap 2 (pengeluaran bayi) nyeri akibat peregangan dasar panggul dan
tidak jarang sebagai akibat pengguntingan episiotomy jika diperlukan
c. Tahap 3 (pelepasan plasenta) memberikan sensasi yeri yang sangat
minimal
d. Tahap 4 nyeri timbul lebih merupakan akibat penjahitan luka perineum
akibat robekan dengan atau tanpa episiotomy
Manajemen nyeri ada 2:
a. Farmakologi (obat)
1) Analgetik non opioid OAINS (yeri ringan)
2) Analgesic opioid (nyeri sedang)
3) Adjuvant/koanalgetik
b. Non Farmakologi
1) Distraksi
2) Massase
3) Aromaterapi
4) Relaksasi pernapasan dalam
5) Kompres hangat
8. Komplikasi/Penyulit Intranatal
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya: (Dewi, 2021)
b. Komplikasi kala I
1) Partus lama, biasanya terkait kondisi uterus yang tidak adekuat atau
dilatasi serviks yang tidak sempurna
2) Ketuban pecah dini (KDP), yaitu pecahnya ketuban sebelum ada
tanda-tanda impartu
3) Asfiksia, yang dapat menyebabkan intrauterine fetal death (IUFD)
4) Sepsis neonatorum, dapat terjadi karena infeksi akibat KPD
c. Komplikasi kala II
Komplikasi pada ibu melahirkan kala II adalah distosia atau
persalinan kala II yang memanjang. Di mana waktu persalinan pada
primipara lebih dari 2 jam, atau pada multipara lebih dari 1 jam, tanpa
anestesi epidural anestesi. Kondisi ini dapat menyebabkan risiko
korioamnionitis, endometritis, infeksi saluran kemih, dan retensi urin.
Distosia dapat terjadi akibat lilitan tali pusat atau bayi
besar/makrosomia. Setelah lahir, kepala bayi perlu diperiksa apakah ada
lilitan tali pusat di leher, karena dapat menyebabkan komplikasi pada
janin seperti hipovolemia, anemia, syok hipoksik-iskemik, bahkan
ensefalopati. Janin makrosomia dapat menyebabkan distosia bahu.
d. Komplikasi kala III
Pada kala III, komplikasi yang dapat terjadi adalah retensio plasenta,
yaitu plasenta tidak lahir spontan dalam waktu 30 menit setelah bayi
lahir. Pada keadaan ini, perlu dilakukan tindakan manual plasenta.
Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan postpartum.
e. Komplikasi kala IV
Pada kala IV, komplikasi yang paling sering terjadi adalah
perdarahan postpartum, yaitu jumlah perdarahan pervaginam setelah bayi
lahir lebih dari 500 cc atau dapat mempengaruhi hemodinamik pasien.
Penyebab perdarahan postpartum terdiri dari 4T, yaitu tone (atonia uteri),
tissue (sisa
jaringan plasenta), trauma (ruptur uteri, serviks, atau vagina), dan
thrombin (gangguan faktor koagulopati).
1) Atonia Uteri
Atonia uteri akan segera terlihat segera setelah bayi lahir. Tanda
kontraksi uterus tidak baik adalah uterus teraba lembek. Kondisi ini
dapat menyebabkan perdarahan masif sehingga pasien mengalami
syok hipovolemik.
2) Sisa Jaringan Plasenta, Plasenta yang dikeluarkan tidak lengkap dan
tertinggal di dalam uterus, dapat menyebabkan perdarahan
pervaginam hingga 6-10 hari setelah partus.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada periode persalinan diantaranya: (Eni, 2023)
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan urine protein (Albumin)
2) Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi
maupun adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II
dan III.
3) Pemeriksaan urin gula
4) Pemeriksaan darah (Hb, leukosist, trombosit dll)
b. Ultrasonografi (USG): Alat yang menggunakan gelombang ultrasound
untuk mendapatkan gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
c. Stetoskop Monokuler: Mendengar denyut jantung janin, daerah yang
paling jelas terdengar DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
d. Memakai alat Kardiotokografi (KTG): Kardiotokografi adalah
gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan
tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian
keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran
keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien: Nama, jenis kelamin, suku/budaya, agama,
tingkat pendidikan, dll.
b. Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamlan, persalinan dan nifas yang lalu
2) Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: keadaan waktu hamil
keluhan yang di rasakan selama hamil, imunisasi dan pemeriksaan
selama, kehamilan (ANC), hamil ke berapa
3) Riwayat Ginekologi
a) Riwayat menstruasi: Menarche, siklus haid, lama haid, banyak
haid, dismenorhoe, HPHT, HPL
b) Riwayat pernikahan: Usia pernikahan suami-istri, pernikahan
c) Riwayat KB: Apakah klien mengikuti program KB/tidak, Jenis
KB yang di gunakan
4) Riwayat Kesehatan Keluarga: Apakah dalam keluarga terdapat
penyakit keturunan, ataupun penyakit menular.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan atau keadaan umum
2) Tingkat kesadaran: umumnya sadar penuh
3) Tanda-tanda vital
4) Kepala: warna rambut, kebersihan, keluhan nyeri atau tidak, lesi ada
atau tidak, edema ada atau tidak
5) Mata: fungsi penglihatan, tanda-tanda anemis ada atau tidak, warna
kornea, sklera ikterik atau tidak
6) Hidung: fungsi penciuman, adanya nyeri tekan ada atau tidak,
kesimetrisan, kebersihan, kesimetrisan, kebersihan
d. Pengkajian
1) Kala I
a) Memeriksa tanda-tanda vital.
b) Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi serviks dan
penurunan karakteristitik yang mengambarkan kontraksi uterus:
frekuensi, internal, intensitas, durasi, tonus.
c) Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi serviks pada
kehamilan pertama dan sering diikuti pembukaan dalam
kehamilan berikutnya.
d) Pembukaan serviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang
menentukan bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan
kemajuan persalinan.
e) Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi
jumlah fetus, letrak janin, penurunan janin.
f) Pemeriksaan Vagina: membran, serviks, foetus, station.
2) Kala II
a) Tanda yang menyertai kala II: Keringat terlihat tiba-tiba diatas
bibir, adanya mual, bertambahnya perdarahan, gerakan
ekstremitas, pembukaan serviks, his lebih kuat dan sering, ibu
merasakan tekanan pada rektum, merasa ingin BAB, ketuban
+/-
, perineum menonjol, anus dan vulva membuka, gelisah
mengatakan saya ingin BA, pada waktu his kepala janin tampak
di vulva.
b) Melakukan monitoring terhadap: His (frekuensi, kekuatan,
jarak, intensitas), keadaan janin (penurunan janin melalui
vagina), kandung kemih penuh/tidak, nadi dan tekanan darah.
c) Durasi kala II → kemajuan pada kala II: Primigravida
berlangsung 45– 60 menit, multipara berlangsung 15 – 30
menit.
3) Kala III
a) Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:
(1) Adanya kontraksi fundus yang kuat
(2) Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke bentuk
bulat pipih sehingga plasenta bergerak kebagian bawah
(3) Keluarnya darah hitam dari introuterus
(4) Terjadinya perpanjangan tali pusat sebagai akibat plasenta
akan keluar.
(5) Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada pemeriksaan vagina
atau rektal, atau membran poetus terlihat pada introitus).
b) Status Fisik mental
Perubahan secara psikologi setelah melahirkan akan dijumpai,
curah jantung meningkat dengan cepat pada saat sirkulasi
maternal ke plasenta berhenti. didapatkan melalui pemeriksaan:
Suhu, nadi, dan pernafasan, pemeriksaan terhadap perdarahan
(warna darah dan jumlah darah)
c) Tanda-tanda masalah potensial: Saat praktisi keperawatan
primer mengeluarkan plasenta perawat mengobservasi tanda-
tanda dari ibu, perubahan tingkat kesadaran atau perubahan
pernafasan
4) Kala IV
a) Tanda tanada vital: Vital sign dapat memberikan data dasar
untuk diagnosa potensial, komplikasi seperti perdarahan dan
hipertermia. Pada kala IV observasi vital sign sangat penting
untuk mengetahui perubahan setelah melahirkan seperti: pulse
biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam pertama dan
mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari
cardiovaskuler.
b) Kandung kemih: Dengan observasi dan palpasi kandung kemih.
Jika kandung kemih menengang akan mencapai ketinggian
suprapubik dan redup pada perkusi. Kateterisasi mungkin
diperlukan mencegah peregangan kandung kemih dan retensi
kandung kencing jika klien tidak bisa kencing.
c) Lochea: Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi
perineum ibu dan kain dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran
gumpalan darah jika dilihat dicatat hasil dan bekuannya.
d) Perinium: Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan
untuk mengiring dan melenturkan kembali otot otot panggul
atas
dan dengan perlahan-lahan mengangkat bokong untuk melihat
perineum.
e) Temperatur: Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan
sesuaikan dengan keadaan temperatur ruangan. Temperatur
biasanya dalam batas normal selama rentang waktu satu jam
pertama, kenaikan pada periode ini mungkin berhubungan
dengan dehidrasi atau kelelahan.
f) Kenyamanan: Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang
didapatkan selama persalinan akan berpengaruh terhadap
persepsi ketidaknyamanannya.
g) Tanda-tanda potensial masalah: Karena pendarahan dapat
menyebabkan potensial masalah komplikasi, perawat harus
waspada adanya potensial komplikasi
2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS: Proses persalinan Nyeri akut
a. Pasien mengeluh ↓
nyeri Kontraksi uterus partum
DO: ↓
a. Tampak meringis Bagian bawah janin
b. Tampak gelisah menurun
c. Berfokus pada ↓
diri sendiri Peregangan otot jalan lahir

Dilatasi serviks

Perangsangan saraf sensori

Proses transmisi,
transduksi, modulasi,
persepsi

Nyeri
2. DS: Proses persalinan Nyeri
a. Megeluh nyeri ↓ melahirkan
DO: Rupture perineum
a. Wajah meringis ↓
b. Frekuensi nadi Terputusnya kontinuitas
meningkat jaringan
c. Ketegangan otot ↓
meningkat Pelepasan zat bradykinin,
d. Perilaku ekspresif histamine, prostaglandin

Nosisceptor terangsang

Nyeri
3. DS: Proses persalinan Risiko
DO: ↓ perdarahan
Faktor risiko: Pelepasan plasenta
pelepasan plasenta ↓
Risiko perdarahan

4. DS: Proses persalinan Keletihan


a. Mengeluh lelah ↓
DO: Peningkatan metabolisme
a. Tidak mampu ↓
mempertahankan Energy berkurang
aktivitas rutin ↓
b. Tampak lesu Keletihan

3. Diagnosa
a. Nyeri akut bd agen pencedera fisiologis (kontraksi uterus) dd pasien
mengeluh nyeri, meringis, gelisah berfokus pada diri sendiri (D.0077)
b. Nyeri melahirkan bd pengeluaran janin dd ekspresi wajah meringis nadi
meningkat, ketegangan otot meningkat (D.0079)
c. Risiko perdarahan bd pelepasan plasenta (D.0012)
d. Keletihan bd kondisi fisiologis (persalinan) dd pasien mengeluh lelah,
tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin, tampak lesu (D.0057)
4. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut bd agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi:
pencedera fisiologis tindakan keperawatan
a. Identifikasi lokasi,
(persalinan) dd pasien selama ...x24 jam
karakteristik, durasi,
mengeluh nyeri, diharapkan tingkat nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas
tampak meringis, menurun dengan kriteria
nyeri.
gelisah, berfokus pada hasil: (L.08066)
b. Identifikasi skala nyeri.
diri sendiri, bersikap a. Keluhan nyeri
c. Identifikasi respons nyeri
protektif (D.0077) menurun
nonverbal.
b. Meringis menurun
d. Identifikasi faktor yang
c. Gelisah menurun
memperberat dan
d. Berfokus pada diri
memperingan nyeri.
sendiri menurun
e. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup.
f. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan.
g. Monitor efek samping
penggunaan analgetik.
Terapeutik:
a. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis:
TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain), teknik
distraksi dan teknik relaksasi.
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
c. Fasilitasi istirahat & tidur.
Edukasi:
a. Jelaskan penyebab, metode,
dan pemicu nyeri.
b. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
c. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
d. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.
e. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi:
a. Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu
2. Nyeri melahirkan bd Setelah dilakukan Terapi Relaksasi (I.09326)
pengeluaran janin dd tindakan keperawatan Observasi
ekspresi wajah selama ...x24 jam a. Identifikasi penurunan
meringis nadi diharapkan tingkat nyeri tingkat energy
meningkat, ketegangan menurun dengan kriteria b. Identifikasi teknik relaksasi
otot meningkat hasil: (L.08066) yang pernah digunakan
(D.0079) a. Meringis menurun c. Monitor respon terhadap
b. Ketegangan otot relaksasi
menurun Terapeutik
c. Nadi membaik a. Ciptakan lingkungan tenang
tanpa gangguan
b. Gunakan nada suara lembut
c. Guakan relaksasi sebagai
strategi penunjang
Edukasi
a. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
b. Anjurkan relaks dan
merasakan sensasi relaksasi
3. Risiko perdarahan bd Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
pelepasan plasenta tindakan keperawatan (I.02067)
(D.0012) selama …x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat a. Monitor tanda dan gejala
perdarahan menurun perdarahan
dengan kriteria hasil: b. Monitor nilai hematocrit/Hb
(L.02017) sebelum dan sesudah
a. Perdarahan vagina kehilangan darah
menurun c. Monitor tanda-tanda vital
b. Hemoglobin ortostatik
membaik d. Monitor koagulasi
Terapeutik
c. Suhu tubuh a. Pertahankan bed rest
membaik b. Batasi tindakan invasive
c. Gunakan Kasur pencegah
decubitus
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
b. Anjurkan meningkatkan
cairan, makanan dan vitamin
k
c. Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol darah
b. Kolaborasi pemberian
produk darah
c. Kolaorasi pemberian pelunak
tinja
4. Keletihan bd kondisi Setelah dilakukan Manajemen Energi (I. 05178)
fisiologis (persalinan) tindakan keperawatan Observasi:
dd pasien mengeluh selama ...x24 jam a. Monitor kelelahan fisik dan
lelah, tidak mampu diharapkan tingkat emosional
mempertahankan keletihan membaik b. Monitor pola dan jam tidur
aktivitas rutin, tampak dengan kriteria hasil: c. Monitor lokasi dan
lesu (D.0057) (L.05046)) ketidaknyamanan selama
a. Lesu menurun aktivitas
b. Verbalisasi lelah Terapeutik:
menurun a. Sediakan lingkungan
c. Kemampuan nyaman dan rendah stimulasi
melakukan
aktivitas rutin b. Lakukan latihan rentan gerak
meningkat pasif/aktif
c. Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur
Edukasi:
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan beraktivitas secara
bertahap
Kolaborasi:
a. Kolaborasi dengan ahli gizi
cara meningkatkan asupan
makanan

5. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah proses dimana perawat
melaksanakan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan
terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan serta
mendokumentasikan tindakan khusus yang dilakukan untuk
penatalaksanaan intervensi keperawatan (PPNI, 2018).
6. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir di proses keperawatan (Tarwoto dan
Wartonah, 2015). Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan sumatif,
evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan ketika tindakan
berlangsung dan evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan ketika
tindakan berakhir (Deswani, 2011).
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah
dengan cara membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
S (Subjective) : informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
O (Objective) : informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
A (Assessment) : membandingkan antara informas subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
P (Planning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil assessment.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, R. S. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Ny K Dengan Intranatal.


Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Asmara, R., Iskandar, S., Djusmalinar, & Nawani, Y. (2022). Asuhan


Keperawatan Dengan Tindakan Terapi Su-Jok (Telapak Tangan dan Kaki)
Untuk Menurunkan Rasa Nyeri Persalinan Kala 1 Pada Ibu Intranatal. Jurnal
Ilmu Kesehatan, 1(2), 1–5.

Dewi, K. L. (2021). Asuhan Keperawatan Intranatal Pada Ny. N Dengan Ketuban


Pecah Dini Di Ruang Vk Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Journal of Midwifery and Reproduction, 1–131.

Eni. (2023). Konsep Persalinan. Angewandte Chemie International Edition, 6(11),


951–952., Mi, 5–24.

Fauziah, A. (2019). Penerapan Aromaterapi Inhalasi. Fakultas Ilmu Kesehatan


UMP, 8–33.

Nida, F. M. (2021). Asuhan Keperawatan Intranatal Normal Pada Ny. R di Ruang


VK RSI Sultan Agung Semarang. Karya Tulis Ilmiah Program Studi
Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Sultan Agung Semarang 2021, 1–110.

Patricia, C. O. S. (2021). ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF


ANTENATAL CARE TRIMESTER III PADA Ny “Y” G1P0A0 di
WILAYAH KERJA PMB “A” KABUPATEN JEMBER. Jurnal Ilmiah
Obsgin, 3(2), 6.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

TIM Pokja SLKI DPPPPNI. 2018. Satandar Luaran Keperawatana Indonesia.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai