PENDAHULUAN
dengan adanya
pengaruh saraf, dan faktor nutrisi dimana faktor-faktor ini dapat menyebabkan
partus bermula.3 Dalam laporan kasus ini akan dibahas lebih banyak mengenai
persalinan normal baik definisi, faktor penyebab mulainya persalinan, tahapan,
mekanisme, danpimpinan persalinan sehingga dapat menambah pengetahuan dan
pemberian informasi yang benar pada pasien, keluarganya maupun masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Partus biasa atau partus normal atau
partus spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa
memakai alat-alat atau alat bantu serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.1
Kehamilan aterm adalah kehamilan yang berusia antara 37 sampai 42
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Partus prematur adalah
kehamilan yang berusia 28 sampai 36 minggu, dimana hasil konsepsi dapat hidup
tetapi belum aterm atau cukup bulan dengan berat janin antara 1000-2500 gram.
Partus postmatur atau serotinus adalah kehamilan yang melebihi usia 42 minggu
atau terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang diperkirakan. Partus
immatur terjadi bila usia kehamilan kurang dari 28 minggu namun lebih dari 20
minggu dengan berat janin antara 500-1000 gram, sedangkan abortus adalah
penghentian janin sebelum viable dengan berat janin di bawah 500 gram atau
umur kehamilan di bawah 20 minggu. 1,2,3
2.2 Faktor-faktor Penyebab Mulainya Persalinan
Suatu persalinan ditandai dengan peningkatan aktivitas miometrium dari aktivitas
jangka panjang dan frekuensi rendah, menjadi aktivitas tinggi dengan frekuensi
yang lebih tinggi. Kondisi ini menghasilkan suatu keadaan menipis dan
membukanya serviks uterus. Pada persalinan normal terdapat juga hubungan
antara waktu dengan perubahan biokimiawi jaringan ikat serviks yang
menyebabkan kontraksi uterus dan pembukaan serviks. Semua peristiwa tersebut
terjadi sebelum pecahnya selaput ketuban.2
Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori yang
kompleks. Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur dan sirkulasi
darah uterus, pengaruh saraf, dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang
mengakibatkan partus dimulai. Perkembangan ilmu biokimia dan biofisika telah
banyak mengungkapkan proses dimulai dan berlangsungnya partus, antara lain
untuk memasuki fase aktif adalah pembukaan dengan laju 1,2 cm/jam untuk
nullipara, serta 1,5 cm/jam untuk multipara.3
Fase aktif. Dibagi dalam 3 fase, yakni:
a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dengan
multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka terlebih
dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium uteri
eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit
terbuka, sehingga pembukaan ostium uteri internum dan eksternum serta
penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang bersamaan.1
Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap.
Tidak jarang ketuban harus di pecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau
telah lengkap. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.1
2.3.2 Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira satu kali setiap 2
sampai 3 menit. Karena biasanya kepala janin sudah masuk di ruang panggul,
secara reflektoris timbul rasa ingin mengedan. Tekanan pada rektum juga
menimbulkan perasaan hendak buang air besar sehingga perineum mulai
menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan
tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar
panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak akan masuk lagi di luar his.
Kemudian dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan
dengan suboksiput di bawah simfisis dan secara berurutan lahir dahi, muka, dan
dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan dan ekstremitas bayi. Pada primigravida kala II berlangsung
rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 30 menit. 1,2,3
menjadi tipis dan membuka. Kontraksi yang sempurna adalah kontraksi yang
simetris dengan dominasi di fundus uteri, dan mempunyai amplitudo 40-60
mmHg yang berlangsung selama 60-90 detik dengan jangka waktu kontraksi 2-4
menit, dan pada relaksasi tonus uterus kurang dari 12 mmHg.1,3
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan
sinklitismus, yaitu bila sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas
panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu
kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus anterior
menurut Naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan
dengan pintu atas panggul. Dapat pula asinklitismus posterior menurut Litzman
yaitu keadaan sebaliknya dari asinklitismus anterior. Keadaan asinklitismus
anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme turunnya kepala dengan
asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior lebih luas
dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior. Hal asinklitismus penting
apabila daya akomodasi panggul agak terbatas.1,3
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan
sumbu lebih mendekati suboksiput, dan tahanan oleh jaringan dibawah terhadap
kepala yang akan menurun, maka kepala akan mengadakan fleksi di dalam rongga
panggul menurut hokum Koppel. Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang
panggul
dengan
ukuran
suboksipitobregmatikus
yang
(9,5cm)
paling
kecil,
dan
yakni
dengan
dengan
diameter
sirkumferensia
berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala
lahir, kepala segera mengadakan rotasi yang disebut putaran paksi luar. Putaran
paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk
menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.1,2,3
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga
panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya,
sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada
dalam posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu,
kemudian bahu belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih
dahulu, kemudian trokanter belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya.1,3
Bila mekanisme partus yang fisiologis ini dipahami dengan sungguhsungguh, maka pada hal-hal yang menyimpang dapat segera dilakukan koreksi
secara manual jika mungkin, sehingga tindakan-tindakan operatif tidak perlu
dikerjakan. Apabila bayi telah lahir, segera jalan nafas dibersihkan. Tali pusat
dijepit diantara 2 cunam pada jarak 5 cm dan 10 cm. Kemudian di gunting
diantara kedua cunam tersebut, lalu diikat. Jepit tali pusat diberi antiseptik.
Umumnya bila telah lahir lengkap, bayi akan segera menarik napas dan menangis.
Resusitasi dengan jalan membersihkan dan mengisap lendir pada jalan napas
harus segera dikerjakan. 1,3
Bila bayi telah lahir, uterus akan mengecil. Partus berada dalam kala III
atau kala uri. Kala ini tidak kalah pentingnya dengan kala I dan II, sebab kematian
ibu karena perdarahan pada kala uri tidak jarang terjadi sebab pimpinan kala II
kurang cermat diterapkan. Seperti telah dikemukakan, segera setelah bayi lahir,
his mempunyai amplitudo yang kira-kira sama tingginya, hanya frekuensinya
yang berkurang. Akibat his ini uterus akan mengecil, sehingga perlekatan plasenta
dengan dinding uterus akan terlepas. Lepasnya plasenta dari dinding uterus ini
dapat dimulai dari tengah (sentral) menurut Schultze, pinggir (marginal) menurut
Mathews-Duncan, atau kombinasi keduanya. Yang terbanyak adalah pelepasan
menurut Schultze. Umumnya pada kala II berlangsung selama 6 sampai 15 menit.
Tinggi fundus uteri setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat.1,3
presentasi kepala janin, turunnya kepala dalam ruang panggul, penilaian besar
kepala terhadap panggul, dan menilai kelangsungan partus.
Pemeriksaan per rektum baik untuk menilai turunnya kepala, tetapi kurang
baik untuk menilai ketuban, keadaan serviks, serta posisi dan presentasi kepala.
Pemeriksaan per rektum dapat mengurangi infeksi eksogen (dari luar), tetapi dapat
menimbulkan
infeksi
endogen
(dari
dalam)
bila
pemeriksaan
kurang
10
2. Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring ke kiri atau ke
kanan, tergantung pada letak punggung anak. Hanya satu kaki dirangkul,
yakni kaki berada di atas. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi
dalam belum sempurna. Dokter atau penolong persalinan berdiri pada sisi
kanan wanita tersebut.
Bila kepala janin telah sampai di dasar panggul, vulva mulai membuka.
Rambut dan kepala janin mulai tampak. Perineum dan anus tampak mulai
meregang. Perineum mulai lebih tinggi, sedangkan anus mulai membuka. Anus
pada awalnya berbentuk bulat, kemudian berbentuk seperti huruf D. Yang tampak
dalam anus adalah dinding depan rektum. Perineum harus ditahan dan bila tidak,
dapat menyebabkan ruptura perineum, terutama pada primigravida. Perineum
ditahan dengan tangan kanan dan sebaiknya dilapisi dengan kain steril.
Episiotomi dianjurkan untuk dilakukan pada primigravida atau pada
wanita dengan perineum yang kaku. Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah
menipis dan kepala janin tidak masuk kembali ke dalam vagina. Ketika kepala
janin akan mengadakan defleksi dengan suboksiput di bawah simfisis sebagai
hipomoklion, sebaiknya tangan kiri menahan bagian belakang kepala dengan
maksud agar gerakan defleksi tidak terlalu cepat. Dengan demikian, ruptura
perineum dapat dihindarkan. Untuk mengawasi perineum ini, posisi miring (Sims
position) lebih menguntungkan dibandingkan dengan posisi biasa. Akan tetapi,
bila perineum jelas telah tipis dan menunjukkan akan timbul ruptura perineum,
maka sebaiknya dilakukan episiotomi. Ada beberapa teknik untuk melakukan
episiotomi, antara lain episiotomi mediana, dikerjakan pada garis tengah,
episiotomi mediolateral, dikerjakan pada garis tengah yang dekat muskulus
sfingter ani yang diperluas ke sisi, episiotomi lateral dimana sering menimbulkan
perdarahan.
Keuntungan episiotomi mediana ialah tidak menimbulkan perdarahan
banyak dan penjahitan kembali lebih mudah, sehingga sembuh per primam dan
hampir tidak berbekas. Bahaya yang dapat terjadi ialah dapat menimbulkan
ruptura perinei totalis. Dalam hal ini muskulus sfingter ani eksternus dan rektum
ikut robek pula. Perawatan ruptura perinei totalis harus dikerjakan serapi-rapinya,
agar jangan sampai gagal dan timbul inkontinensia alvi. Untuk menghindarkan
11
12
13
14
bahwa organ tersebut tidak menjadi atonik dan berisi darah dibelakang plasenta
yang telah terlepas. Tanda-tanda pelepasan plasenta:
1. Uterus menjadi globular, dan biasanya terlihat lebih kencang. Ini
merupakan tanda awal.
2. Sering ada pancaran darah mendadak.
3. Uterus naik di abdomen karena plasenta yang telah terlepas, berjalan
turun masuk ke segmen bawah uterus dan vagina, serta massanya
mendorong uterus keatas.
4. Tali pusat keluar lebih panjang dari vagina yang menandakan bahwa
plasenta telah turun.
Tanda ini kadang-kadang terlihat dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir
dan biasanya dalam waktu lima menit. Kalau plasenta sudah lepas, penolong harus
memastikan bahwa uterus telah berkontraksi kuat. Ibu boleh diminta untuk
mengejan dan tekanan intraabdominal yang ditimbulkan mungkin cukup untuk
mendorong plasenta.
Manajemen aktif kala III.6
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta) membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan aktif
kala III meliputi:
15
3. Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi
kuat (2-3 menit)
4. Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang
terus menerus, dalam tegangan yang sama dengan tangan ke
uterus.
PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus
merasakan kontraksi, ibu dapat juga member tahu petugas ketika ia
merasakan kontraksi. Ketika uterus tidak berkontraksi, tangan petugas
dapat tetap berada pada uterus, tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi
langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas.
Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada
serviks atau vagina atau perbaiki episiotomi.
2.5.4 Kala IV
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan
bayi. Kala ini perlu untuk mengamat-amati apakah ada perdarahan postpartum.
Rata-rata dalam batas normal, jumlah pada umumnya adalah 100-300 cc.
Bila perdarahan lebih dari 500 cc ini sudah dianggap abnormal, harus dicari
penyebabnya.
Tujuh
pokok
penting
yang
harus
diperhatikan
sebelum
16
17
BAB III
LAPORAN KASUS
: SET
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 32 tahun
Status
: Menikah
Agama
: Hindu
Suku/Bangsa
: Bali/Indonesia
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
MRS
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Sakit perut mau melahirkan
Anamnesis Umum
Penderita datang dengan keluhan sakit perut hilang timbul seperti mau melahirkan
sejak pkl. 07.00 WITA (20/03/15), sakit perut dirasakan dari perut atas dan bawah
dan juga dirasakan sampai ke punggung, makin lama makin sering dan dirasakan
makin keras serta tidak hilang dengan istirahat. Keluhan sakit perut tersebut
disertai dengan keluar lendir bercampur darah. Riwayat keluar air dari dari
kemaluan disangkal. Gerak anak dirasakan baik.
Anamnesis Khusus
Riwayat Menstruasi
Menarche pada umur 14 tahun, teratur setiap bulan dengan siklus setiap 28
hari, lamanya 4 hari tiap kali menstruasi
18
Taksiran Partus
: 26 Maret 2015
Riwayat Pernikahan
Penderita menikah 1 kali selama kurang lebih 11 tahun
Riwayat persalinan
1. , 3500 gram, lahir spontan belakang kepala, rumah sakit, umur 8 tahun
2. , 4300 gram, lahir spontan belakang kepala, rumah sakit, umur 3 tahun
3. Ini
Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Kontrol di bidan teratur sebanyak 6x, kemudian di SpOG sebanyak 2x. PPT (+) 1x
pada akhir bulan Juli 2014. Selama kehamilan berat badan pasien terus meningkat
dari berat badan 50 kg sebelum hamil menjadi 66 kg. Denyut jantung janin dan
tekanan darah pasien selama kontrol dikatakan normal. Pasien juga mengatakan
telah diberikan imunisasi TT sebanyak 2 kali di lengan. Tablet SF diminum
teratur. Pasien sudah pernah melakukan pemeriksaan dengan USG selama
kehamilan di SpOG dan didapatkan janin tunggal dengan keadaan baik.
Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
Penderita menggunakan kondom selama 3 tahun setelah melahirkan anak kedua.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Penderita menyangkal memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan
kehamilan saat ini (seperti penyakit asma, penyakit jantung, kencing manis, dan
tekanan darah tinggi).
Riwayat Penyakit di Keluarga
Tidak ada dalam keluarga penderita memiliki riwayat penyakit yang berhubungan
dengan kehamilan saat ini (seperti penyakit asma, penyakit jantung, kencing
manis, dan tekanan darah tinggi).
3.3 Pemeriksaan Fisik
Status Present
19
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 82x/menit
Respirasi
: 20x/menit
: 36,2C
Tunggi Badan
: 169 cm
: 65 kg
Status General
Kepala
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas:
Status Obstetri
Mammae
Inspeksi
Hiperpigmentasi aerola mammae
Penonjolan glandula Montgomery (+)
Abdomen
Inspeksi
Tampak perut membesar ke depan, disertai adanya striae gravidarum (striae livide
dan striae albicantes), tidak tampak bekas luka sayatan.
Palpasi
Pemeriksaan Leopold
20
Auskultasi
Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kiri bawah umbilikus
dengan frekuensi 121x/menit.
Vagina
Blood slym (+), karankula himenalis (+)
VT (Pk. 23.30 WITA)
Pembukaan servik 3 cm, efficement 25%, ketuban (+)
teraba kepala, ubun-ubun kecil kiri melintang, penurunan Hodge I
tidak teraba bagian kecil/tali pusat.
3.4 Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 20 Maret 2015:
WBC : 10,92 103/L (4-11)
HGB : 11,0 g/dL (11,5-16)
RBC
PLT
BT
: 230 (1-5)
CT
: 700 (5-15)
3.5 Diagnosis
G3P2002, 38-39 minggu, Tunggal/Hidup, PK I fase laten (PBB 3100 gram)
21
3.6 Penatalaksanaan
Tx : Ekspektatif pervaginam
Mx : Observasi CHPB, keluhan, vital sign
KIE: Penderita dan keluarga tentang keadaan janin dan rencana tindakan
3.7 Perjalanan Persalinan Penderita
20 Maret 2015
Pk. 23.30 WITA
: Ekspektatif pervaginam
Pk 01.40 WITA
S
22
: Pimpin persalinan
Pk 01.45 WITA
Lahir bayi, Pspt B, perempuan, segera menangis, dengan BB 3500 gram, PB
50cm, LK/LD 33/34cm, AS 7-8, anus (+), kelainan (-).
Manajemen aktif kala III
1. Injeksi Oksitosin 1 amp (IM), 10 IU
2. Lakukan perasat PTT
3. Masase Fundus Uteri
Pk 01.50 WITA
Lahir plasenta kesan komplit, kalsifikasi (-), perdarahan minimal 150 cc.
Injeksi metyl ergometrin 1 amp (IM) evaluasi kontraksi uterus baik.
Robekan luka episiotomi tidak ada
Ass
Tx/
: Amoxicillin 3 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Metil ergometrin 3 x 1
SF 1 x 1
Mx/
: Observasi 2 jam PP
KIE
: Mobilisasi dini
ASI eksklusif
KB post partum
TD
RR
Kontraksi
Perdarahan
Kandung
Tinggi
uterus
aktif
kemih
f. uteri
02.05
120/80
80
20
kosong
3 jr bpst
02.20
120/80
82
20
kosong
3 jr bpst
23
02.35
120/80
84
20
kosong
3 jr bpst
02.50
120/80
82
20
kosong
3 jr bpst
03.20
120/70
80
20
kosong
3 jr bpst
03.50
120/70
82
20
kosong
3 jr bpst
: St. Present
KU baik
TD : 120/80 mmHg
R : 20x/menit
N : 84x/menit
Tax: 36,6C
St. General :
Mata
Thoraks
Abdomen
St. Obstetri :
Payudara
-
Inspeksi
Palpasi
: colostrum (+)
Abdomen
-
Inspeksi
: distensi (-)
24
Palpasi
Vagina
-
Inspeksi
: Tx : Amoksisilin 3 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Metil ergometrin 3 x 1
SF 1 x 1
KIE : Mobilisasi dini, ASI eksklusif, higienitas diri
22 Maret 2015
S
: St. Present
KU baik
TD : 120/80 mmHg
R : 20x/menit
N : 88x/menit
Tax: 36,5C
St. General :
Mata
Thoraks
Abdomen
St. Obstetri :
Payudara
-
Inspeksi
Palpasi
: ASI (+)
Abdomen
-
Inspeksi
: distensi (-)
25
Palpasi
Vagina
-
Inspeksi
: Tx : Amoksisilin 3 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Metil ergometrin 3 x 1
SF 1 x 1
KIE : Mobilisasi dini, ASI eksklusif, higienitas diri
BPL
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus yang dibahas dalam laporan kasus ini adalah persalinan normal.
Diagnosis masuk yaitu G3P2002 yang ditegakkan berdasarkan anamnesis dimana
pasien mengaku kehamilan sekarang adalah yang ketiga dengan anak sebelumnya
hidup dan lahir aterm, serta tidak ada riwayat abortus sebelumnya. Dari tanggal
hari pertama haid terakhir (HPHT) yaitu 19 Juni 2014 didapatkan umur kehamilan
saat ini mencapai 38-39 minggu. Dari anamnesis gerakan janin dirasakan baik dan
pemeriksaan fisik didapatkan DJJ (+). Penderita juga telah melakukan
pemeriksaan USG di SpOG dan didapatkan janin tunggal dengan kondisi baik.
Hal tersebut menunjukkan janin tunggal dengan keadaan hidup.
Penderita datang dengan keluhan sakit perut hilang timbul dan keluar
lendir dengan bercak-bercak darah (bloody show) yang merupakan tanda-tanda
inpartu. Hal ini didukung dengan pemeriksaan dalam (VT) dimana didapatkan
adanya pembukaan serviks sebesar 3 cm. Tidak ada riwayat keluar air dari
kemaluan dan hasil pemeriksaan dalam (VT) menunjukkan selaput ketuban masih
utuh. Pengelolaan selanjutnya pada pasien ini adalah observasi CHPB, keluhan,
dan vital sign.
Pada kala I, pasien diberitahu agar jangan mengedan dan sesering
mungkin kencing untuk mengosongkan kandung kencing dan mengosongkan
rektum. Posisi berbaring ke tempat punggung janin berada. Cara ini mencegah
tertekannya arteri aorta abdominalis dan vena cava inferior sehingga mencegah
hipoksia intrauterin dan edema tungkai bawah. Pasien juga dianjurkan berjalanjalan untuk mempercepat penurunan janin dengan merangsang kontraksi otot
abdomen.
Selama 2 jam setelah pemeriksaan dalam pertama, penderita mengeluh
ingin meneran seperti buang air besar. Salah satu tanda masuknya persalinan kala
II adalah keinginan ibu untuk meneran. Dibuktikan dengan pemeriksaan dalam
pembukaan serviks sudah lengkap. Ini menunjukkan bahwa kala I telah berakhir
dan partus memasuki kala II.
27
28
kosong; bayi dalam keadaan baik; ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekanan
darah normal, tidak ada keluhan sakit kepala atau mual. Ini sesuai dengan
observasi pada kala IV partus normal. Pasien kemudian dipindahkan ke ruangan
dan diamati vital sign dan keluhan, serta di KIE untuk mobilisasi dini, pemberian
ASI eksklusif kepada bayinya, cara menjaga kebersihan diri.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kasus ini adalah
persalinan normal yang sesuai dengan definisi partus normal yaitu bila lahir
dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau penolongan
istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam.
29
BAB V
RINGKASAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Partus biasa atau partus normal atau
partus spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa
memakai alat-alat atau alat bantu serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
Pada dan selama persalinan ada tiga faktor penting yang berperan, yaitu
kekuatan kontraksi ibu (his) dan kekuatan mengedan, kondisi jalan lahir, dan janin
itu sendiri. Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai
terjadi pembukaan 10 cm, kala ini dinamakan pula kala pembukaan. Kala II
disebut pula kala pengeluaran oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan
mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri,
plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV dimulai dari lahirnya
plasenta dan lamanya 2 jam, dalam kala ini diamati apakah terjadi perdarahan
postpartum pada ibu atau tidak.
Pada laporan ini dibahas seorang wanita 32 tahun, Hindu, suku Bali
dengan diagnosis masuk G3P2002 aterm/tunggal/hidup, PK I, taksiran berat janin
3100 gram. Penderita mengalami persalinan normal sesuai definisi dari partus
normal. Ibu dan anak setelah proses persalinan ini dalam keadaan baik dan
dipulangkan 2 hari kemudian dengan KIE ASI eksklusif, mobilisasi, cara menjaga
kebersihan diri, serta anjuran untuk kontrol kembali 1 minggu ke poliklinik
setelah pulang dari rumah sakit.
30
DAFTAR PUSTAKA
Soekir,S.,
Wiknjosastro,G.H.,
dkk.
(2008),
Asuhan
31