Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fluida adalah zat yang dapat mengalir yang dapat berupa zat cair atau gas yang
mengikuti bentuk wadah yang ditempati. Fluida mudah mengalami perubahan bentuk
ketika diberikan gaya. Terdapat dua jenis fluida statis dan dinamis. Fluida statis adalah
fluida dalam keadaan diam dan fluida dalam keadaan bergerak adalah fluida dinamis.
Kedua jenis fluida tersebut sering dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada makalah ini kami mengambil salah satu contoh alat dalam kehidupan sehari-
hari yang memanfaatkan prinsip fluida statis yaitu balon udara.
Balon udara adalah salah satu alat yang memanfaatkan Hukum Archumedes,
dimana hukum tersebut menyatakan bahwa ”Suatu benda yang terendam sebagian atau
seluruhnya dalam zat cair (fluida) mendapat gaya ke atas yang besarnya sama dengan
berat zat cair (fluida) yang dipindahkan oleh benda itu”.
Sebagimana pada zat cair, pada udara juga terdapat gaya ke atas. Gaya ke atas
yangg dialami benda sebanding dengan volume udara yang dipindahkan benda itu. Suatu
benda akan naik ke angkasa jika beratnya kurang dari gaya angkat udara. Balon udara
akan berhenti naik (melayang) jika gaya ke atas oleh udara sama dengan berat total balon
udara.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Siapa penemu balon udara?
1.2.2 Prinsip apa yang digunakan pada balon udara?
1.2.3 Apa saja bagian-bagian balon udara?
1.2.4 Bagaimana cara kerja balon udara?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui siapa penemu balon udara.
1.3.2 Untuk mengetahui prinsip apa yang digunakan pada balon udara
1.3.3 Untuk mengetahui bagian-bagian dari balon udara.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana cara kerja balon udara.

1.4 Metode
Dalam penulisan makalah ini kelompok kami menggunakan metode kepustakaan
yaitu dengan cara mencari di buku-buku yang kami miliki dan mencari artikel dan
referensi di internet.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penemu Balon Udara


Zeppelin bukanlah seorang ilmuwan. Beliau adalah seorang insinyur teknik yang
handal. Ia berhasil membuat balon udara yang bisa di kemudikan pada tahun 1900, yaitu
saat berusia 62 tahun.
Sejak usia 20 tahun, Zeppelin telah menjadi anggota pasukan berkuda di Jerman.
Namun, ia juga sangat suka akan balon udara. Beberapa tahun kemudian, dia mencoba
membuat sebuah balon udara. Meski balon udara tersebut mampu mengangkasa, namun
masih belum dapat dikemudikan.
Sepajang hidupnya, Zeppelin mengabdi pada militer. Zeppelin pensiun dari dunia
militer saat berusia 53 tahun, dengan pangkat terakhir letnan jendral. Sejak saat itu dia
mengabdikan hidupnya untuk membuat balon udara yang bisa dikemudikan. Alhasil,
setelah sembilan tahun, dia berhasil membuat balon udara pertama yang bisa
dikemudikan.
Balon udara yang selesai dibuat pada 3 Juli 1900 tersebut, terbuat dari kain lien
berkerangka aluminium dan berisi hampir 10000 meter kubik gas hidrogen. Kapal udara
berbentuk cerutu raksasa itu memiliki panjang 128 meter, dengan garis tengah 12 meter.
Balon udara itu digerakkan oleh dua mesin berbaling-baling empat. Dikemudian hari,
kapal udara tersebut disebut sebagai pesawat Zeppelin.
Sepanjang Perang Dunia I, Zeppelin membuat sekitar 100 balon udara, yang
digunakan Jerman untuk mengebom Inggris. Zeppelin akhirnya menghembuskan nafas
terakhirnya pada 8 Maret 1917, dalam usia 79 tahun. Atas jasa-jasanya, pemerintah
Jerman menganugerahkan gelar kebangsawanan Graf di depan namanya.

2.2 Prinsip yang digunakan pada Balon Udara


Sebagaimana pada zat cair, pada udara juga terdapat gaya ke atas. Gaya ke atas
yang dialami yang dialamai benda sebanding dengan volume udara yang dipindahkan
benda itu. Suatu benda akan naik ke angkasa jika beratnya kurang dari gaya angkat udara.
Balon udara akan berhenti naik (melayang) jika gaya ke atas oleh udara sama dengan
berat total balon udara. Pada udara berlaku hukum Archimedes. Yang dapat dirumuskan
sebagai berikut :
FA= ρgV
Keterangan :
FA= gaya ke atas
ρ = massa jenis
g = gaya gravitasi
V = volume gas

Agar dapat naik lebih tinggi, udara dalam balon harus dipanaskan lagi (dinaikan
suhunya). Sebaliknya, untuk menurunkan bola, udara panas dalam balon harus
didinginkan sedikit demi sedikit sampai akhirnya berat balon lebih besar daripada daya
angkta udara.

2.3 Bagian-bagian Balon Udara


Balon udara secara garis besarnya mempunyai tiga bagian utama yaitu envelope,
burner, dan basket.
Envelope bentuknya berupa kantong berupa balon tempat udara dipanaskan.
Envelope ini biasanya terbuat dari bahan nilon dan diperkuat dengan panel-panel yang di
anyam. Karena nilon ini tidak tahan api, maka bagian bawah envelope di lapisi dengan
bahan anti api (skirt).
Burner merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara di dalam
Envelope. Burner di letakan di atas kepala penumpang dekat ke mulut envelope.
Basket atau keranjang merupakan tempat penumpang. Basket dibuat dari bahan
yang ringan dan lentur.

2.4 Cara Kerja Balon Udara


Udara panas berat jenisnya lebih ringan daripada udara biasa dan akan mendesak
ke atas, udara panas ini dimanfaatkan dengan cara ditampung (bahan balon tersebut)
sehingga membawa balon itu naik ke atas.
Untuk mengendalikan ketinggian terbangnya mengurangi pemanasan udara maka
temperatur udara di dalam balon akan turun sehingga ketinggian balon juga akan turun.
Untuk menstabilkan balon diperlukan kantung pasir yang dipasang disekeliling
keranjang penumpang, bilamana bahan bakar mulai menipis bisa dihemat dengan
membuang sebagian pasir tersebut.
Seperti yang telah disebutkan di atas balon udara terbang dengan memanfaatkan
perbedaan berat udara dengan jalan memanaskannya.
Untuk terbang udara di dalam envelope di panaskan dengan burner dengan
temperatur sekitar 100 derajat Celcius. Udara panas ini akan terperangkap di dalam
envelope. Karena udara panas ini massa per unit volumenya lebih sedikit membuatnya
lebih ringan sehingga balon udara pun akan bergerak naik di dorong oleh udara yang
bertekanan lebih kuat.
Untuk mendarat, udara didinginkan dengan cara mengecilkan burner . Udara yang
mulai mendingin di dalam envelope membuat balon bergerak turun. Untuk
mempercepatnya, pilot akan membuka katup parasut (parachute valve) sehingga udara di
dalam envelope lebih cepat dingin.
Karena balon udara hanya bisa naik dan turun (bergerak secara vertikal) tentu kita
berpikir bagaimana cara balon udara berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain (bergerak
secara horizontal). Jawabanya hanya satu, pilot memanfaatkan hembusan angin untuk
bergerak secara horizontal.
Karena angin bertiup berbeda arahnya pada setiap ketinggian tertentu. Perbedaan
arah tiupan angin inilah yang dimanfaatkan oleh pilot untuk mengendalikan balon udara
dari satu lokasi ke lokasi yang diinginkan.
Sebagai ilustrasi pada ketinggian 300 meter balon udara akan bergerak dari timur
kebarat. Angin yang bertiup kebarat di perkirakan pada ketinggian 400 meter. Untuk itu
pilot menaikan balon udara sampai ketinggian tersebut dan balon udara pun
memanfaatkan tiupan angin untuk menuju kebarat. Sederhana bukan? Tapi hal ini hanya
bisa dipraktekan oleh pilot yang berpengalaman agar balon udara tidak nyasar
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Simpulan
3.1.1 Penemu balon udara adalah Zeppelin. Zappelin bukanlah seorang ilmuwan. Beliau
adalah seorang insinyur teknik yang handal. Ia berhasil membuat balon udara yang bisa
di kemudikan pada tahun 1900, yaitu saat berusia 62 tahun.
3.1.2 Balon udara menggunakan prinsip Archimedes.
3.1.3 Balon udara secara garis besarnya mempunyai tiga bagian utama yaitu envelope,
burner, dan basket.
3.1.4 Agar balon udara dapat naik, udara dalam balon harus dipanaskan lagi (dinaikan
suhunya). Sebaliknya, untuk menurunkan bola, udara panas dalam balon harus
didinginkan sedikit demi sedikit sampai akhirnya berat balon lebih besar daripada daya
angkta udara.
Daftar Pustaka

Budi Purwanto, Theory and Application of Physics. Bilingual.


www.google.com

Anda mungkin juga menyukai