Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTEK KEDOKTERAN KELUARGA

PENDERITA HIPERTENSI GRADE II


PUSKESMAS MENGWI I

Oleh:
Nurmalia Fitria Ningrum (1102005125)
Gede Andrewartha (1102005146)

Pembimbing:
dr. Ni Luh Putu Ariastuti, MPH
dr. Ni Made Tariani, M.Kes

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN


ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA


PENDERITA HIPERTENSI GRADE II
PUSKESMAS I

Nama Mahasiswa

Nurmalia Fitria Ningrum (1102005125)

Gede Andrewartha

(1102005146)

Dokter Pembimbing

: Dr. Ni Luh Putu Ariastuti, MPH

Dokter Pembimbing Puskesmas

: dr. Ni Made Tariani, M.Kes

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

Ketut Chandi

Tempat/tgl.lahir

Badung, 10 November 1957

Jenis Kelamin

Perempuan

Alamat

Banjar Denkayu Delodan, Werdhi Buana

Agama

Hindu

Status Perkawinan

Kawin

Pekerjaan

Mengurus Rumah Tangga

Kewarganegaraan

WNI

II. KEGIATAN DALAM GEDUNG (PUSKESMAS)


Pasien datang secara sukarela bersama dengan suaminya ke Puskesmas Mengwi I
untuk mengikuti senam lanjut usia. Pasien berkunjung ke Puskesmas Mengwi I
pada tanggal 21 November 2015. Kami kemudian berkenalan dengan pasien
berbincang-bincang sebentar dan meminta izin kepada pasien untuk melakukan
kunjungan rumah.
2.1 ANAMNESIS
Keluhan Utama

Sakit Kepala
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengunjungi Puskesmas Mengwi I untuk mengikuti kegiatan senam
lanjut usia dan kontrol terhadap penyakit tekanan darah tinggi yang
dideritanya. Pada saat kunjungan pasien mengeluhkan sakit kepala. Sakit
kepala dikeluhkan mulai muncul saat pasien tidak minum kopi, terasa seperti
ditusuk-tusuk pada bagian belakang kepala, hilang-timbul, dan terjadi
sepanjang hari. Sakit kepala terasa membaik ketika pasien tidur, dan
memberat saat pasien beraktivitas berlebihan.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien didiagnosa menderita hipertensi sejak 3 bulan yang lalu di Puskesmas
Mengwi I oleh seorang dokter. Saat itu pasien mengeluh nyeri kepala di
bagian belakang kepala sehari sebelum ke puskesmas. Namun, keadaan
pasien dikatakan membaik setelah beristirahat dan mengaku bisa melakukan
aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Pasien juga dikatakan mengalami
Diabetes Melitus sejak satu tahun yang lalu.
Riwayat Pengobatan
Sejak 3 bulan yang lalu, pasien diberikan obat anti hipertensi dan pasien
tidak tahu nama obat yang diberikan.
Riwayat Keluarga
Dikatakan tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki riwayat
hipertensi. Riwayat penyakit lain dalam keluarga seperti jantung koroner,
stroke dan diabetes disangkal.
Riwayat Sosial

Saat ini pasien hanya tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga. Setiap hari
pasien mengerjakan pekerjaan rumah yang diantaranya membuat banten
untuk ngayah ke puri. Dikatakan sehari-hari pasien membuat banten hingga
larut malam dan tidak ada yang membantu karena anak perempuannya sudah
menikah dan tinggal di rumah suaminya. Saat ini pasien tinggal bersama
suami, anak dan cucunya terkadang datang mengunjungi pasien.
Untuk aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, dan BAB atau BAK
pasien dikatakan masih bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Pasien mengaku dulunya tidak pernah memperhatikan pola makan.
Dikatakan bahwa dulu pasien suka makan sembarangan. Pasien tidak
merokok dan tidak minum-minuman beralkohol. Namun dikatakan pasien
sering minum kopi karena pasien mengatakan sudah terbiasa mengkonsumsi
kopi sejak dulu.
2.2 PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu aksila
Berat badan
Tinggi badan

: 170/100 mmHg
: 90 x/mnt
: 20 x/mnt
: 36,5 C
: 60 kg
: 155 cm

Status General
Mata
THT
Thorax:

: anemia -/-, ikterus -/-, replek pupil +/+ isokor


: kesan tenang

Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas

: S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)


: Ves+/+, Rh-/-, Wh-/: Bising Usus (+) Normal, distensi (-)
: akral hangat ++/++, edema --/--

2.3 DIAGNOSIS

Hipertensi grade II
2.4 PENGOBATAN
Pasien diberikan pengobatan anti hipertensi namun untuk nama dan jenis
obatnya pasien mengatakan lupa
III. KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH
Kunjungan pertama dilakukan 2 hari setelah penderita mengunjungi puskesmas,
yaitu pada tanggal 21 November 2015. Kunjungan ini bertujuan untuk
mengetahui lokasi rumah penderita. Kunjungan rumah yang kedua dilakukan
pada tanggal 23 November 2015 pada pukul 15.00-16.00 WITA di Banjar
Denkayu Delodan, Werdhi Buana. Pada saat kunjungan ini, penderita sedang
berada di rumah baru saja selesai membersihkan rumah. Awalnya kami
menghubungi suami pasien terlebih dahulu untuk memastikan pasien sudah di
rumah, saat itu suami pasien mengatakan pasien sudah berada di rumah dan kami
langsung

berbincang-bincang

dengan

pasien.

Kami

berbincang-bincang

mengenai keadaan pasien, keluarga pasien dan keadaan rumah pasien. Penderita
tampak ramah dalam wawancara dan bersedia berbagi pengalaman.
3.1 PROFIL KELUARGA
Pasien memiliki 3 orang anak. Namun saat ini, pasien tinggal bersama
suaminya saja dan siang harinya cucu dari anak keduanya datang
mengunjungi pasien sepulang sekolah. Anak ketiga pasien saat ini tinggal di
Banjar Gulingan bersama dengan suami dan anaknya. anak pertama dan
kedua pasien tinggal di luar Provinsi.

No

Nama

Umur

JK

Hubungan

Pendidikan

Pekerjaan

Status

(tahun)

dengan
S1

Pegawai

Nikah

SMA

Negeri
Ibu

Nikah

Ketut Mudra

62

penderita
Suami

Ketut Chandi

58

Pasien

pernikahan

Rumah
3

Putu

Murdiana
Made

Murdianta
Sri

41
39
33

Handayani

Anak
Anak
Anak

S1

Tangga
Pegawai

Nikah

S1

Negeri
Tidak

Nikah

D3

bekerja
Pegawai

(Cerai)
Nikah

Swasta

3.2 DAFTAR PERMASALAHAN


Adapun permasalahan yang kami dapatkan adalah sebagai berikut :
1. Penderita belum sepenuhnya mengerti mengenai penyakit yang dideritanya,
antara lain mengenai
a. Arti dari penyakit yang dideritanya yaitu hipertensi stage II
b. Pemakaian obat dan fungsi obat yang diberikan oleh dokter
c. Pengendalian faktor eksternal yang memicu terjadinya hipertensi
2. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit yang dideritanya.
Penderita banyak mendengar cerita tentang penyakitnya dari kerabat yang
malah menimbulkan kebingungan pada penderita.
3. Penderita belum mengerti tentang pentingnya arti dari pengaturan jumlah,
jenis dan jadwal makan pada penatalaksanaan penyakitnya. Penderita belum
mengerti mengenai pilihan aktivitas fisik yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi.

3.3 ANALISIS FAKTOR RISIKO


Genetik

Perilaku

Penyakit

Lingkungan

Pelayanan kesehatan masyarakat

Gambar 1. Model terjadinya penyakit berdasarkan teori Blum.

3.3.a

Faktor Risiko yang Tidak dapat Dimodifikasi

Genetik
Pada penderita belum dapat diidentifikasi mengenai faktor genetik penyakit
hipertensinya. Penderita mengatakan orang tuanya tidak ada yang memiliki
penyakit hipertensi.

Umur
Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya
tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Hal ini
merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah
usianya, dimana pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan
menjadi kaku sehingga meningkatkan resistensi perifer. Risiko untuk
menderita hipertensi pada populasi 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya

normal adalah 90%. Kebanyakan penderita mempunyai tekanan darah


prehipertensi sebelum mereka didiagnosis dengan hipertensi, dan kebanyakan
diagnosis hipertensi terjadi pada umur diantara dekade ketiga dan dekade
kelima. Penderita sendiri didapatkan mengalami hipertensi ketika memasuki
usia 58 tahun.

Jenis Kelamin

Dengan berkurangnya hormon estrogen pasca menopause, maka efek protektif


hormon tersebut (High Density Lipoprotein) terhadap pembuluh darah akan
semakin berkurang. Sehingga berpengaruh terhadap adanya peningkatan
Tekanan darah pada penderita. Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 63
tahun dan telah mengalami menopause sejak beberapa tahun yang lalu.
3.3.b

Faktor yang dapat Dimodifikasi


Perilaku
Perilaku berperan penting dalam perjalanan penyakit hipertensi. Penderita
memiliki riwayat mengkonsusmsi daging dan makanan yang mengandung
garam berlebihan, terutama saat upacara pasien mengatakan menderita
memiliki riwayat mengkonsusmsi daging merah dan makanan yang
mengandung garam berlebihan, terutama saat upacara pasien sering sekali
mengkonsumsi daging merah serta pola hidup pasien yang tidak begitu baik
seperti mengkonsumsi makanan sembarangan dan jarang berolahraga.
Penderita tidak pernah merokok, namun suka mengkonsumsi makanan
berlemak dan minum kopi. Dikatakan juga bahwa penderita sering tidak
memperhatikan jenis makanan yang dimakan terutama saat upacara yang
sering menyajikan banyak makanan. Namun sekarang penderita tidak pernah
lagi mengkonsumsi makanan berlemak dan pasien sudah mulai mengatur pola
makannya

sejak

didiagnosis

menderita

hipertensi.

Beberapa

tahun

belakangan, penderita sering mengkonsumsi kopi karena setiap ada upacara


adat di banjar, selalu disuguhkan kopi. Namun, semenjak didiagnosis dengan
hipertensi penderita perlahan-lahan mulai menghentikan kebiasaan minum

kopi tetapi tidak sepenuhnya. Penderita juga mulai mengikuti program lansia
di banjar untuk melakukan senam sehat saat ada waktu luang.
Lingkungan
Pada lingkungan keluarga kemungkinan ditemukan penyebab penderita
merasa stress karena sering sekali memikirkan anak-anaknya yang jauh dari
pasien memicu perburukan penyakit hipertensi. Hal tersebut berkaitan dengan
penyakit hipertensi yang diderita oleh pasien akan terganggu apabila pasien
merasa stress. Selain stress karena permasalahan keluarga, dikatakan stress
penderita juga karena pekerjaan rumah untuk upacara agama sangat banyak
dan terkadang sulit diselesaikan sendirian karena anak perempuan pasien yang
biasanya membantu sudah menikah dan tinggal bersama suaminya.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Penderita sangat kooperatif dalam pengobatan untuk penyakitnya. Penderita
rutin datang ke puskesmas setiap 1 bulan sekali diantar oleh suaminya untuk
melakukan kontrol tekanan darah.

3.4 PEMECAHAN MASALAH MELALUI PENDEKATAN KEDOKTERAN


KELUARGA
1. Personal
Mengobati pasien dengan memberikan perlakuan sebagai manusia bukan
sekedar mengobati sakit hipertensinya saja, pasien ditangani baik dari aspek

medis, psikologis, sosial dan ekonominya. Suatu penyakit dapat terjadi karena
terdapatnya faktor risiko yang berbeda pada suatu individu, yang akan
mempengaruhi perjalanan penyakit, dan intervensi yang akan dilakukan.
Penanganan penyakit dilakukan berdasarkan asas personalitas, dengan arti
pendekatan penanganan penyakit pada setiap individu adalah berbeda, sesuai
dengan faktor risiko terjadinya penyakit serta perjalanan penyakit itu sendiri..
Pada penderita ini ditemukan gejala-gejala stress, namun setahun
sebelum pasien terdiagnosis hipertensi, pasien mengatakan sempat sering
pusing karena menantunya sering bermasalah. Pasien sering pusing dan
marah-marah apabila menantunya mulai bermasalah. Dari segi sosial,
penyakit yang dialami penderita sedikit mengganggu kegiatan sehari-hari dan
pekerjaan untuk saat ini hal ini berhubungan dengan kontrol tekanan darah
yang dilakukan rutin 1 bulan sekali. Untuk pola makan pasien teratur namun
makanan yang dikonsumsinya masih makanan beresiki tinggi hipertensi
seperti daging merah, garam dan kopi.
Guna mengatasi faktor risiko tersebut makan langkah intervensi yang
dapat dilakukan adalah melalui pengaturan pola makan, pengaturan aktivitas
fisik dan olah raga, pemantauan berat badan dan pengaturan stress.
Pengaturan pola makan dilakukan dengan menetapkan frekuensi
makan, yaitu sebanyak 3x sehari dengan menu makanan variatif, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Sumber makanan karbohidrat memenuhi 45-65% kebutuhan kalori,
yang dapat dipenuhi melalui makanan seperti nasi, jagung, roti,
kentang, ketela, dll.
Sumber makanan protein memenuhi 10-20% kebutuhan kalori.
Pemilihan sumber makanan protein dapat berupa makanan olahan
kacang kedelai (tahu/tempe), kacang-kacangan, maupun seafood
(ikan, udang dan cumi), daging tanpa lemak, dan ayam tanpa kulit.
Sumber makanan lemak memenuhi 20-25% kebutuhan kalori.
Konsumsi lemak jenuh <7% total asupan kalori, konsumsi lemak

tidak jenuh rantai ganda <10% total asupan kalori, dengan persentasi
asupan sisa disarankan dengan konsumsi lemak tidak jenuh rantai
tunggal. Pemilihan sumber makanan lemak tidak jenuh rantai
tunggal dapat berupa kacang tanah, avocado, dan kedelai. Sedangkan
pemilihan sumber makanan lemak tidak jenuh rantai ganda terdapat
dalam biji-bijian, kacang-kacangan, dan ikan. Dan sebaiknya
menghindari lemak jenuh yang terdapat dalam daging, susu penuh
(whole milk), keju, krim, dan coklat, yang dapat meningkatkan kadar
kolesterol darah. Asupan kolesterol dianjurkan adalah <200 mg/hari
Konsumsi natrium atau garam <2400 mg atau setara dengan 1
sendok teh garam dapur.
Konsumsi serat dianjurkan sebanyak 25 gram per hari, bersumber
dari buah-buahan, kacang-kacangan, maupun sayur-sayuran.
Aktivitas fisik yang dianjurkan antara lain berolahraga minimal 3x seminggu
selama 30 menit. Untuk pasien tersebut yang telah masuk ke dalam kategori
usia lanjut, olahraga yang disarankan adalah jalan santai selama 30 menit, di
sekitar lingkungan rumah dan mengikuti senam lansia di puskesmas Mengwi
I.
Terkait pengobatan, karena pasien termasuk dalam hipertensi stadium 2
makan selain intervensi modifikasi gaya hidup tadi makan diperlukan
intervensi farmakologi. Intervensi farmakologi yang dibutuhkan kombinasi 2
obat dari 4 golongan obat anti hipertensi, yaitu golongan Ace Inhibitor, Beta
blocker, Calcium-channel blocker, dan diuretic. Kombinasi obat yang
disarankan adalah captopril (ace inhibitor) dan amilodipine (calcium-channel
blocker). Pengobatan yang tidak adekuat dapat menjadi penyebab mengapa
hipertensi yang dialami pasien tidak terkontrol. Pada pasien ini sudah tidak
mengkonsumsi obat anti hipertensi semenjak obat pertama habis, maka pasien
perlu mengkonsultasikan diri kepada dokter terkait penggunaan obat. Selain
itu aspek kepatuhan pasien juga perlu mendapat perhatian. Dalam hal ini

pasien mengatakan telah meminum obat secara rutin tanpa pernah putus saat
saat tiga bulan yang lalu.
Berdasarkan kriteria WHO, kesehatan adalah keadaan fisik mental dan
sosial yang utuh dan bukan hanya ketiadaan penyakit. Hal tersebut sejalan
dengan asas personal, yakni menangani penderita sebagai manusia yang utuh,
bukan hanya memandang penyakit (kondisi biologis) semata. Kondisi mental
dievaluasi dengan meninjau apakah terdapat kondisi depresi pada pasien. Pada
pasien ini tidak terdapat kondisi depresi. Hal tersebut dinilai dari ketiadaan
trias depresi pada pasien. Adanya aktivitas berdagang serta komunikasi
dengan masyarakat dan keluarga yang dilakukan sehari-hari membuat
kesehatan mental pasien tersebut terjaga.
Kesehatan sosial pada pasien ini dapat dinilai dari kelancaran komunikasi
dan hubungan interpersonal pasien dengan keluarga dan lingkungan sosial.
Kesahatan sosial pasien tergolong baik.

2. Paripurna (Komprehensif)
Komprehensif artinya meliputi semua aspek tingkat pencegahan (primer,
sekunder, dan tersier).
Pencegahan Primer

Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga mengenai penyakit


hipertensi, gejala-gejala, penatalaksanaannya dan faktor risiko
penyakit hipertensi.

Menjelaskan kepada pasien beserta keluarga mengenai komplikasi


penyakit hipertensi.

Menganjurkan kepada keluarga untuk mengatur pola makan sesuai


dengan ketentuan anjuran makanan di atas dan menghindari makanan
yang

banyak

mengandung

gula,

lemak,

dan

garam

memperbanyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.

serta

Menganjurkan kepada anggota keluarga pasien untuk berolah raga


ringan secara teratur sekitar 30 menit sebanyak 3 kali seminggu.

Menekankan kepada penderita bahwa kepatuhan dalam minum obat


sangatlah diperlukan untuk mencapai kesembuhan.

Pencegahan Sekunder

Memberi penjelasan kepada pasien mengenai pengobatan hipertensi


yang dijalani (tujuan, jenis obat, dan efek samping) dan menyarankan
agara pengobatan dilakukan sesuai anjuran dokter dan jangan sampai

berhenti tanpa instruksi dari dokter.


Menyarankan kepada pasien untuk mengkonsultasikan kembali
mengenai pengobatan hipertensinya ke puskesmas atau dokter untuk
mengantisipasi kemungkinan pemberian obat, mengingat tekanan

darah pasien belum dapat terkontrol optimal.


Menyarankan kepada pasien agar tetap memeriksakan tekanan
darahnya secara teratur ke puskesmas atau dokter, minimal 1 bulan

sekali.
Menganjurkan kepada keluarga untuk mengingatkan dan memotivasi
pasien agar pasien minum obat sesuai dengan yang dianjurkan dokter.

Pencegahan Tersier
Perjalanan penyakit pasien saat ini belum masuk ke dalam tahapan
terjadinya komplikasi. Untuk mencegah terjadinya disabilitas akibat
komplikasi yang mungkin terjadi, ditekankan kepada penderita bahwa
kontrol tekanan darah adalah vital. Peran kami disini sebagai mahasiswa
KKM adalah sebatas memberikan anjuran untuk tetap kontrol secar rutin
ke puskesmas atau rumah sakit setiap 1 bulan sekali. Selain itu kami juga
menyarankan agar pasien segera berobat ke puskesmas atau rumah sakit
apabila mengalami gejala-gejala komplikasi hipertensi seperti yang telah
kami jelaskan.

3. Berkesinambungan
Berkesinambungan artinya melakukan sistem monitoring untuk meningkatkan
kepatuhan penderita dalam perubahan perilaku dan pengobatan.
Penderita rutin melakukan kontrol ke puskesmas 1 bulan sekali untuk

mengecek tekanan darah.


Di samping pemeriksaan tekanan darah, penderita dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan lain seperti kadar gula darah, profil lipid, fungsi

ginjal, jantung, dan hati untuk mengetahui ada tidaknya komplikasi.


Penderita disarankan mengatur pola makan dengan mengurangi asupan
garam dalam makanan, serta berolahraga rutin.

4. Koordinatif dan Kooperatif


Melakukan kerja sama dan membagi peran dengan pihak penyedia layanan
kesehatan terkait seperti kelompok profesional (spesialis, analis, apoteker, ahli
gizi, dan sebagainya), pemuka/tokoh masyarakat, termasuk keluarga
penderita sendiri.
-

Berkoordinasi dengan balai pengobatan dan bagian farmasi di


puskesmas dalam rangka penyediaan obat manajemen hipertensi yang

tepat.
Berkoordinasi

dengan

keluarga

penderita

untuk

berperan

aktif

mendukung pengobatan penderita dan menciptakan lingkungan yang


kondusif untuk mendukung kesehatan penderita.

5. Mengutamakan Pencegahan
Pencegahan diutamakan pada anggota keluarga dan masyarakat yang berisiko
(belum sakit). Pada penderita ini, faktor perilaku dan lingkungan berperan
penting dalam perjalanan penyakit hipertensi sehingga perubahan perilaku dan
dukungan dari lingkungan keluarga akan dapat memperlambat perjalanan
penyakit dan keberhasilan pengobatan. Genetik merupakan salah satu faktor
lain penyakit hipertensi. Maka disarankan untuk anggota keluarga lain untuk
memeriksakan diri apabila mengalami keluhan-keluhan yang berhubungan

dengan hipertensi seperti sakit kepala. Intervensi yang dapat dilakukan adalah
menjaga pola makan untuk menghindari obesitas serta rajin berolahraga.
6. Memberdayakan Keluarga dan/atau Masyarakat
Memberikan penjelasan kepada keluarga penderita tentang kondisi
penderita yang sesungguhnya. Dijelaskan bahwa penyakit hipertensi
penderita merupakan penyakit yang kronis dan tidak bisa disembuhkan
namun dapat dikontrol, sehingga penderita harus mengikuti pengobatan

yang teratur. Peran keluarga sangatlah besar dalam mengawasi kesehatan.


Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa penyakit penderita
(hipertensi) adalah penyakit yang memiliki kecenderungan genetik,
sehingga ada kemungkinan anak, saudara, keponakan atau cucu penderita

dapat menderita penyakit hipertensi.


7. Kesimpulan
Kasus ini erat kaitannya dengan kegiatan kedokteran keluarga. Dimana
perjalanan penyakit yang panjang sehingga diperlukan intervensi yang
lama, kerja sama antar berbagai pihak, baik pihak pasien, keluarga, dan
penyedia pelayanan kesehatan. Intervensi bukan hanya terhadap
penyakitnya saja. Akan tetapi, melihat manusia seutuhnya. Kunjungan
rumah dilakukan untuk mewujudkan hal ini dimana pendekatan terhadap
pasien

beserta

keluarganya

dengan

menggunakan

prinsip-prinsip

kedokteran keluarga menjadi prioritas


DENAH RUMAH PASIEN
PELINGGIH
PELINGGIH

RUANG TAMU
BALE DAN KAMAR TIDUR ANAK PASIEN
KAMAR ANAKNYA
KAMAR SUCI

KAMAR TIDUR PASIEN DAN SUAMINYA


KAMAR TIDUR PASIEN DAN SUAMINYA

KAMAR MANDI
KAMAR MANDI

DAPUR
DAPUR

Gambar Kondisi Rumah Pasien

Gambar Pasien dengan Dokter Muda

Anda mungkin juga menyukai