Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION


LBM 1 KEDOKTERAN KELUARGA

Nama : Baiq Naura Maudhia Zahra

NIM : 019.06.0018

Kelas :B

Kelompok : SGD 8

Modul : Kedokteran keluarga

Dosen : dr. Pande Tiara Maharani, S.


Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya dan dengan kemampuan yang mumpuni, penyusunanmakalah SGD (Small Group
Discussion) LBM 1 yang berjudul “Dokter Keluarga” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajarmahasiswa LBM 1
yang berjudul “Dokter Keluarga” yang dibagi menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan
makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari
itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Pande Tiara Maharani, S. Ked fasilitator kelompok SGD 8 yang senantiasa
memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaanSGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi saya dalam
berdiskusi.
3. Keluarga yang saya cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman saya yang terbatas untuk menyusun
makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 28 April 2022


Hormat Saya

Penyusun
BAB 1

1.1 SKENARIO

Dokter Keluarga

Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke klinik dokter keluarga untuk


mengkonsultasikan keluhan yang dirasakannya. Dari hasil anamnesa diperoleh informasi
bahwa pasien sering kali mengeluh sakit kepala yang berat, pegal-pegal di daerah punggung
dan tengkuk. Keluhan ini dirasakan agak berkurang setelah pasien minum obat parasetamol dan
beristirahat, tetapi segera dirasakan kembali bila efek obat sudah hilang. Pasien juga merasa
mudah lelah bila melakukan pekerjaan yang berat. Keluhan sudah dirasakan sejak 1 tahun yang
lalu dan semakin lama dirasa semakin sering dan semakin mengganggu kegiatannya sehari-
hari, dimana selain mengurus rumah tangganya, pasien juga merupakan seorang pensiunan
tentara. Pasien mulai mengkhawatirkan keluhannya ini 6 bulan yang lalu setelah cucu
pertamanya lahir dan berharap dengan datang ke dokter keluhannya dapat teratasi sehingga
kualitas hidupnya dapat membaik dan bisa mengunjungi cucunya. Pasien merasa bahwa
keluhan yang dirasakannya akan terus bertambah berat bila ia tidak datang berobat ke dokter.

Dari anamnesa lanjut, didapatkan informasi bahwa pasien memiliki riwayat penyakit
tekanan darah tinggi yang sudah diderita sejak lama, yaitu sekitar 10 tahun. Namun pasien
jarang mengkonsumsi obat untuk penyakitnya, dan hanya datang berobat jika ada keluhan
seperti saat ini. Hal ini dikarenakan pasien merasa bahwa meskipun divonis menderita tekanan
darah tinggi, kondisi tubuhnya masih cukup baik, dimana ia jarang sakit. Selain itu, pasien juga
berpendapat bahwa mengkonsumsi obat tekanan tinggi setiap hari tidak baik bagi tubuhnya
karena dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya terutama bagi ginjalnya seperti yang
pernah disampaikan oleh teman sesama tentaranya. Pasien juga mengatakan bahwa ia jarang
berobat jika tidak ada keluhan karena Puskesmas yang berada di dekat rumahnya cukup jauh
dan pasien merasa cepat lelah jika mengantri lama.

Dari anamnesa mengenai pola hidupnya, Pasien mengaku bahwa ia gemar


mengkonsumsi daging, makanan yang asin, berlemak, serta minuman yang manis dan tinggi
karbohidrat, termasuk softdrink, yang beberapa kali dalam seminggu dikonsumsinya. Menurut
pasien, kebiasaan ini dimilikinya karena sejak kecil ia tidak suka mengkonsumsi sayuran dan
buahbuahan sehingga pasien sangat menyukai daging Selain itu, pasien juga sering
mengkonsumsi gorengan serta makanan berlemak dan bersantan. Namun, sejak keluhan makin
sering dirasakan, Pasien mulai berusaha membatasi asupan garam, lemak dan zat gulanya,
dengan mulai menjaga pola makannya. Sementara itu, untuk pola aktifitas fisiknya, pasien
mengakui bahwa setelah pensiun ia jarang berolahraga. Hal ini dikarenakan ia merasa badannya
sangat lelah setiap kali ingin berolahraga dan pasien sibuk mengurus rumah tangganya seorang
diri.

Dari anamnesis lebih lanjut juga diperoleh keterangan bahwa istri pasien sudah
meninggal dunia 10 tahun yang lalu, akibat serangan jantung. Pasien mempunyai tiga orang
anak, yaitu dua orang anak perempuan dan satu orang anak laki-laki. Anak pertama adalah anak
perempuan yang saat ini sudah menikah dan tinggal di kota lain dan baru melahirkan 6 bulan
yang lalu. Anak kedua adalah anak laki-laki, yang saat ini juga sudah bekerja sebagai tentara
namun ditugaskan di provinsi lain. Sementara anak bungsunya adalah anak perempuan yang
saat ini sedang kuliah di kota lain. Ayah dan Ibu Pasien sudah meninggal lebih dari 30 tahun
yang lalu. Pasien mengetahui bahwa kedua orang tuanya juga mengidap penyakit kencing
manis dan darah tinggi. Postur tubuh kedua mendiang orang tuanya tidak jauh berbeda dengan
pasien, cenderung gemuk hingga obesitas. Sementara itu, kedua mertua pasien juga sudah
meninggal.

Pasien tinggal terpisah dari anak dan saudara-saudaranya Baik keluarga orang tua
maupun keluarga mertua pasien berasal dari kalangan terdidik dengan status sosial ekonomi
menengah ke atas. Di keluarga orang tua pasien, kebiasaan tidak menjaga pola makan memang
sudah ada sejak pasien kecil. Sementara itu, di keluarga mertua pasien, kebiasaan hidupnya
cukup baik, hanya saja almarhum istri dan saudara-saudara ipar pasien yang laki-laki berjumlah
tiga orang, mempunyai kebiasaan merokok yang cukup berat. Kedekatan hubungan di dalam
keluarga pasien masih sangat erat dan semua anggotanya saling memperhatikan walaupun
terpisah jarak dan kota. Pasien sampai mulai bisa mengatur pola makannya karena motivasi
yang kuat dari anak-anaknya dan keberadaan cucunya. Karena rasa cinta pasien kepada
keluarganyalah pasien akhirnya memutuskan untuk kembali berobat. Hubungan pasien dengan
keluarga orang tua pasien dan saudara kandungnya juga baik. Demikian pula hubungan dengan
keluarga mertua pasien dan saudara iparnya.

Pasien saat ini sudah tidak bekerja, kesibukan pasien sehari-harinya mengurus rumah
dan berkebun. Jika keluar rumah pasien menggunakan kendaraan roda empat yang disetirnya
sendiri. Urusan pekerjaan di rumah masih bisa dikerjakan dengan baik oleh pasien. Pasien
masih mempunyai waktu untuk bercengkerama dan berkomunikasi dengan anak-anaknya
melalui Telpon, terutama di hari-hari libur, seperti pada hari Minggu, liburan akhir tahun, dan
Idul Fitri. Terkadang anakanak pasien selalu datang mengunjungi pasien Pasien sangat ingin
mengunjungi cucunya, karena anak pertamanya belum pernah berkunjung semenjak
melahirkan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien nampak khawatir, berat badan pasien
100 kg, tinggi badan 158,5 cm, dan tekanan farah 180/130 mmHg. Pemeriksaan fisik lain masih
dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai trigliserida, kolesterol
total, dan LDL di atas normal, dan HDL dalam batas normal.

Sebagai seorang dokter keluarga dalam penstalaksanaan pasien, perlu melakukan


pemeriksaan pasien secara holistik dengan membuat genogram dari hasil identifikasi faktor
resiko eksternal, sehingga tatalaksana pasien dapat dilakukan secara komprehensif.

1.2 Identifikasi Masalah

Hubungan kebiasaan mengkonsumsi makanan daging, makanan yang asin,


berlemak, serta minuman yang manis dan tinggi karbohidrat, termasuk softdrink?

Dari kebiasaan yang dilakukan pasien seperti mengkonsumsi garam berlebih akan
meningkatkan jumlah natrium dalam sel dan mengganggu keseimbangan cairan. Masuknya
cairan ke dalam sel akan mengecilkan diameter pembuluh darah arteri sehingga jantung harus
memompa darah lebih kuat yang berakibat meningkatnya tekanan darah. Sedangkan
hubungan mengkonsumsi daging dengan hipertensi dikarenakan kandungan LDL dan
trigliserida yang tinggi pada daging akan menyebabkan plak pada pembuluh darah, semakin
tinggi LDL dan trigliserida dalam darah maka akan semakin rentan terkena hipertensi
(Kemenkes RI, 2018).

Apakah ada hubungan Riwayat penyakit sebelumnya pada pasien dengan


gejala penyakit sekarang

Sindroma Metabolik (SM) merupakan kelainan metabolik kompleks yang diakibatkan


oleh peningkatan obesitas. Komponen utama SM adalah obesitas, resistensi insulin,
dislipidemia, dan hipertensi. Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari faktor–faktor
resiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, SM yang diderita pasien sekarang
itu berkaitan dengan riwayat hipertensi pasien yang diakibatkan oleh faktor pola makan yang
kurang sehat dan kurangnya aktifitas dari pasien (Rini S, 2015).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DATA TUTORIAL

Hari/tanggal Sesi I : Senin, 25 April 2022

Hari/tanggal Sesi II : Rabu, 27 April 2022


Tutor : dr. Pande Tiara Maharani, S. Ked
Ketua : Tika Ayu Lestari
Sekretaris : I Gusti Bagus Tanaya Kasibhara
2.2 PEMBAHASAN
• DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Alasan Kedatangan Pasien Datang dengan keinginannya sendiri karena
keluhanyang dirasakan semakin lama semakin
memberat dan sampai mengganggu kegiatan sehari-
harinya serta dukungan dari keluarganya juga yang
menyebabkan pasien memutuskan untuk kembali
berobat.
Harapan Pasien mengenai Pasien berharap keluhannya dapat teratasi dan dapat
penyakit dan pengobatannya mengunjungi cucunya
Kecemasan Pasien khawatir jika keluhannya bertambah berat.

Persepsi Pasien merasa bahwa keluhan yang dirasakan akan


terus bertambah berat bila ia tidak datang berobat ke
dokter.

2. Aspek Klinis
• Anamnesis
Secret Seven
Lokasi Kepala, tengkuk dan punggung
Onset Sejak 1 tahun yang lalu
Kualitas Semakin hari semakin memberat
Kuantitas -
Kronologi Gemarnya mengkonsumsi daging, makanan yang asin, berlemak,
serta minuman yang manis dan tinggi karbohidrat, termasuk
softdrink yang kebiasaan ini dimilikinya sejak kecil ia tidak suka
mengkonsumsi sayuran dan buah- buahan dan pada pola aktifitas
fisiknya jarang berolahraga hal ini karena ia merasa badannya
sangat Lelah setiap kali ingin berolahraga dan sibuk mengurus
rumah tangga seorang diri
Faktor Ringan setelah minum obat parasetamol dam beristirahat
Modifikasi Berat jika pasien melakukan aktivitas berat dan jika efek obat sudah
hilang
Keluhan -
Penyerta

Fundamental Four
Riwayat Penyakit Sekarang -
Riwayat Kesehatan Sebelumnya Hipertensi
Riwayat Kesehatan Keluarga Diabetes Mellitus
Riwayat Pribadi dan Sosial Keluar dalam lingkungan perokok

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Pasien tampak khawatir namun dalam kondisi baik
Berat Badan 100 kg
Tinggi Badan 158,5 cm
Tekanan Darah 180/130 mmHg.

Pemeriksaan Penunjang
Trigliserida Di atas normal
Kolesterol Total Di atas normal
LOL Di atas normal
HDL Normal

Diagnosis Sindrom Metabolik


Diagnosis Banding Hipertensi derajat II, Diabetes Mellitus tipe II dan
Dislipidemia
3. Aspek Risiko Internal
Usia 65 tahun, dimana kemungkinana menderita penyakit
degenerative
Jenis Kelamin Laki-laki, dimana jenis kelamin laki- laki lebih berisiko
obesitas
Penyakit Keturunan Diabetes Mellitus
Pekerjaan Pensiunan
Gaya Hidup Gemarnya mengkonsumsi daging, makanan yang asin,
berlemak, serta minuman yang manis dan tinggi
karbohidrat, termasuk softdrink yang kebiasaan ini
dimilikinya sejak kecil ia tidak suka mengkonsumsi sayuran
dan buah- buahan dan pada pola aktifitas fisiknya jarang
berolahraga hal ini karena ia merasa badannya sangat Lelah
setiap kali ingin berolahraga dan sibuk mengurus rumah
tangga seorang diri

4. Aspek Risiko Ekternal


Bentuk dan Komposisi Sudah menduda karena istrnya pasien di skenario
Keluarga sudah meninggal dunia 10 tahun yang lalu akibat
serangan jantung
Fungsi Keluarga Kurang di jelaskan
Siklus Keluarga (phase of contraction) dimana pada scenario satu per
satu anak mulai meninggalkan ayahnya karena sudah
berkeluarga, bekerja dan kuliah.
Interaksi antar anggota Keluarga sehat, masih sering bercengkerama dan
keluarga berkomunikasi melalui telfon terutama di hati- hari
libur.
Keikutsertaan Keluarga Kurang di jelaskan
Kondisi Lingkungan Kurang di jelaskan

5. Aspek Fungsional
Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari- hari baik secara fisik maupun
emosional didalam dan di luar ruangan saat mengalami keluhan/ gejala yang di keluhkan
Adapun derajat tingkay fungsi sebagai berikut:
• Skala 1 : Tidak ada kesulitan fisik sama sekali (100 % tidak butuh bantuan orang lain)
• Skala 2 : Mulai ada kesulitan fisik (25% butuh bantuan orang lain)
• Skala 3 : Kesulitan fisik bertambah banyak (50% butuh bantuan orang lain)
• Skala 4 : Tidak dapat bekerja namun masih bisa dapat merawat diri sendiri (75% butuh
bantuan orang lain)
• Skala 5 : Pasif (100% butuh bantuan orang lain).
Berdasarkan tingkat derajat pasien termasuk dalam skala 1 karena tidak memiliki keluhan
kesulitan fisik dan butuh bantuan orang lain.

6. Genogram

X* X*
Ayah Kandung
Ayah Mertua Ibu Mertua Ibu Kandung
( DM &
( DM &
Hipertensi)
Hipertensi)
^ ^ ^ X *
Ipar Ipar Ipar Pasien Hipertensi
Istri
(serangan jantung)

Bekerja Kuliah Menikah Menantu

Cucu
(Tidak diketahui jenis kelamin)
Keterangan:

: Perempuan

: Laki- laki

X : Meninggal

* : Obesitas

^ : Perokok
: Keturunan

: Menikah

7. Tatalaksaan Komprehensif
Tatalaksana Komprehensif pada pasien
Level Promotif Memberikan edukasi pasien tentang penyakit yang
dideritanya serta memberikan informasi komplikasi yang
dapat terjadi pada pasien di scenario.
Level Preventif Menganjurkan pasien untuk melakukan upaya pencegahan
penyakit yang sedang dia derita seperti melakukan check
up rutin, memperbaiki gaya hidup yang kurang baik dan
lain- lain
Level Kuratif Tahap ini merupakan tahapan lanjutan untuk pasien yang
sedang menderita suatu penyakit. Dimana pasien harus
berobat dengan diberikannya obat- obat sesuai dengan
penyakit yang di alami, perubahan gaya hidup untuk
mencegah penyakit lebih lanjut dan operasi jika tidak
terdapat perubahan penyakit yang dideritanya.
Level Rehabilitatif Tujuan membatasi atau meminimalisir komplikasi atau
disabilitas yang timbul, serta mengembalikan fungsi organ
yang terdampak penyakit dan meningkatkan kualitas
hidup pasien pasca sakit.
Level Paliatif Memperkuat Support System dari Keluarga Pasien
Tatalaksana Komprehensif pada Keluarga
Level Promotif Memberikan edukasi keluarga pasien tentang penyakit
yang diderita salah satu dari keluarga mereka serta
memberikan informasi komplikasi yang dapat terjadi jika
tidak di obati dengan baik.
Level Preventif Menganjurkan keluarga pasien untuk melakukan
pencegahan terhadap penykit yang diderita salah satu
keluarga mereka dengan melakuakn check up rutin,
memperbaiki pola hidup.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan diskusi kelompok kami diagnosis holistic pada scenario meliputi 5


antaranya Aspek personal, aspek klinis, aspek internal, aspek eksternal dan aspek fungsional
dimana dari aspek ini dapat di lakukan tatalaksana komprehensif pada pasien itu sendiri dan
kepada keluarganya, dari tatalaksana komprehensif dengan pasien itu sendiri dimana terdapat
4 level yaitu level promotive, preventif, kuratif, rehabilitative dan paliatif serta pada tatalaksana
komprehensif meliputi level promotive dan level preventif.
DAFTAR PUSTAKA

Duarsa, D. dr. H. A. B. S., Basudewa, dr. I. D. G., Jauhari, dr. H. P., Ma’ruf, dr. F.,
Mathar, dr. M. A. K., Rinayu, dr. N. P., & Anulus, A. (2022). Buku Ajar Kedokteran Keluarga.
Rini, S. (2015). Sindrom Metabolik. J Majority, 4, 88–93.
Anggraini, M. T., Novitasari, A., & Setiawan, M. R. (2015). Buku Ajar Kedokteran
Keluarga. Universitas Muhammadiyah Semarang, 1–154.
Kemenkes RI. (2018). Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular.

Anda mungkin juga menyukai