KELOMPOK 2.3 Tutor Tutorial Luna Litami Angga Faletra : : dr. Sunarto 2 (10711146) (10711228)
BAB I
BERKAS KESEHATAN KELUARGA A. IDENTITAS I. KEPALA KELUARGA 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Status Perkawinan 5. Agama 6. Suku Bangsa 7. Pendidikan 8. Pekerjaan 9. Alamat Lengkap : Pak Dibyo : 49 Tahun : Laki-laki : Kawin : Islam : Jawa : SD : Petani II. PASANGAN Ibu Fitriyanti 32Tahun Perempuan Kawin Islam Jawa SD Petani
PROFIL KELUARGA
No Nama Umur Pend Perkerjaan Hub Kelg Status perkawinan Ket. Kesehatan
1 2
Sumarsih Dibyo
80 Thn SD 49 Thn SD
Buruh Petani
Kawin Kawin
Sakit Sehat
3 4 5 6 7 8 9 10
Istri Adik Ke-1 Adik Ke-3 Adik Ke-5 Adik Ipar Adik Ipar Adik Ke-7
11
Tri Budi U
10 Thn SD
Siswa
Sehat
12
Tiara
10 Thn SD
Siswa
Keponakan Belum
Sehat
Kawin 13 Silvi 3 Thn Belum sekolah 14 Ade 7 Thn SD Siswa pengangguran Keponakan Belum Kawin Keponakan Belum Kawin 15 shela 4 Thn Belum sekolah pengangguran Keponakan Belum Kawin Sehat Sehat Sehat
GENOGRAM
Ponidi Sumarsih
Dibyo
Fitri
Daryanti
Rusmanto Jono
Sukaesih Dwi
Rimba
Widianto
Yayah
Suharsih
Sutarno
silvi
seno
Purwati
tri
Sari
Oki
Danar
Tia
Dias
yuli
dwi
silvi
tiara
stela
ade
: meninggal
: laki-laki
seneng
yamini
dika
: sakit
: perempuan
U
Rumah pasien
Puskesmas salam
C. EKONOMI KELUARGA 1. 2. Rumah (permanen, semi darurat, temlan) Barang mewah (TV, Video, AC, Kulkas, Setrika listrik, dll) 3. 4. Daya Listrik Lain-lain Penghasilan keluarga perbulan Tidak tentu, +- Rp 1.000.000 Pengeluaran keluarga perbulan Tidak tentu, tetapi lebih sering pengeluaran lebih dari penghasilan 900 Volt Permanen TV, Setrika, Magicom
D. PERILAKU KESEHATAN KELUARGA 1. 2. Pelayanan promotif dan preventif bayi dan balita Pembinaan kesehatan anggota keluarga lainnya Posyandu, Imunisasi, ASI Susu, Sayur, Olahraga, Kebersihan 3. 4. Pelayanan pengobatan Jaminan kesehatan Bidan, Puskesmas Jamkesmas
E. POLA MAKAN KELUARGA Bayi Balita Anak Dewasa Usia Lanjut ASI, bubur sun ( Makanan Pendamping Asi ) Susu, sayur, buah 3x/hari Susu, sayur, nasi, ikan, telur, daging ayam 3x/hari Sayur, nasi, daging ayam 3x/hari Nasi, tahu, tempe, kerupuk 3x/hari
F. AKTIVITAS KELUARGA / PENGISIAN WAKTU LUANG 1. Aktivitas Fisik Masak bersama, nonton TV, bermain di pelataran rumah 2. Aktivitas Mental Pengajian, mengaji di TPA, setiap kamis mengikuti yasinan dan mujahadah bergilir tiap RT
2.
3.
Fisik rumah asal luas bangunan ventilasi dan cahaya limbah dan jamban 10 m x 12 m Baik, cukup Limbah bekas cucian dialirkan ke selokan dike kebun belakang rumah, sampah di bakar di pelataran rumah, jamban berjumlah satu dan berada didalam rumah. tempat bermain sumber air bersih Di pelataran rumah Sumur
H. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA I. No Jenis permasalahan 1 Masalah ekonomi Sejak si anak mulai menikah dan memiliki anak 2 Ukuran rumah tidak sesuai dengan penghuni Sejak si anak menikah Memindahkan sebagian anggota keluarga yang potensial secara finansial ke tempat yang berbeda. Anggota keluarga yang potensial secara finansial Belum bisa di terselesaikan Anggota keluarga yang mencari nafkah Almarhum suami pasien meninggal karena stroke Tahun 1997 pasien pernah mimisan hebat dan di bawa kerumah sakit panti rapih Tahun 1990 pasien pernah sakit tifus dan di rawat jalan Tahun 1992 pasien pernah mengalami cedera kaki hingga keseleo DAFTAR PERMASALAHAN DALAM KELUARGA Waktu terjadinya Rencana penatalaksanaan sasaran
rumah 3 Buk sumarsih : - darah tinggi - Apabila kelelahan - Farmakologi : captopril Nonfarmakologi : konseling - Sakit kaki - Sejak 6 yg lalu - Farmakologi : antalgin Nonfarmakologi : konseling - Sakit perut/gastrittis - Sejak tahun 60 an - farmakologi : antasida Nonfarmakologi : konseling - Mencari kesibukan lain - Sejak suami buk - Masih merindukan mendiang suami - Mudah marah dan sensitif - Sejak 6 bulan yang lalu - Mengalihkan rasa marah dengan melakukan kegiatan yang disukai pasien. Melapangkan dada - Menenangkan diri dan - Sejak 6 bulan yang - Sulit tidur 4 Sering bertengkar dengan sesama anggota keluarga yang satu rumah 5 WC yang hanya berjumlah satu untuk seluruh keluarga Sejak hampir seluruh anggota keuarga tinggal dalam satu rumah Kami memberi 2 pilihan: 1. Membuat tambahan WC baru 2. Sebagian anggota keluarga pindah dari rumah induk Anggota keluarga yang potensial finansialnya lalu Sejak hampir 1 keluarga besar tinggal 1 atap. Komunikasi antar keluarga yang ada dirumah Seluruh anggota keluarga berdzikir sumarsih meninggal Lebih mendekatkan diri ke pada Allah SWT Buk sumarsih
J. DIAGNOSIS KELUARGA Keluarga majemuk dengan potensial konflik yang tinggi K. PENATALAKSANAAN KELUARGA Konseling untuk setiap anggota keluarga Pindah rumah bagi anggota keluarga yang di nilai mampu untuk tinggal memisahkan diri dari keluarga inti L. PROGNOSIS Baik jika stressor bisa di atasi dan salah satu keuarga pasien memisahkan diri
M. MEDIKAMENTOSA DAN/ ATAU TINDAKAN No Permasalahan keluarga 1 Masalah ekonomi Tindakan penyelesaian Belum bisa terselesaikan anggota keluarga yang bekerja 2 Ukuran rumah tidak sesuai dengan penghuni rumah Salah anggota keluarga harus pindah dari rumah induk Anggota keluarga yang berpotensi untuk bisa pindah Diharapkan penghuni rumah tidak melebihi ukuran rumah 3 Sering bertengkar dengan sesama anggota keluarga yang satu rumah Komunikasi dengan keluarga Seluruh anggota keluarga Diharapkan anggota keluarga lebih harmonis Setiap anggota keluarga saling pengertian Anggota keluarga yang sudah siap finansial Belum diketahui Belum diketahui Sasaran Hasil keterangan
Kami memberi 2 pilihan: 3. Membuat tambahan WC baru 4. Sebagian anggota keluarga pindah dari rumah induk
Catatan: (kesan mahasiswa terhadap penerimaan keluarga) Keluarga menerima kunjungan kami dengan baik. Keluarga juga terbuka memberikan seluruh informasi yang diperlukan. Pasien juga bisa bekerja sama dengan pemeriksa sehingga memudahkan proses pengumpulan informasi. BERKAS KESEHATAN PASIEN IDENTITAS Nama Umur Jenis kelamin Agama Suku bangsa Pendidikan Pekerjaan Status perkawinan Pasien datang sendiri /rujukan Waktu kunjungan awal Alamat RIWAYAT PENYAKIT Keluhan utama Riwayat penyakit sekarang Lutut kiri nyeri berpindah dan menjalar ke paha Lutut kiri nyeri sejak 6 bulan yang lalu, nyeri lutut di kaki sebelah kiri menjalar ke paha dan kadang berpindah ke lutut Sumarsih 80 Tahun Perempuan Islam Jawa SD Buruh Kawin Datang sendiri Senin, 12 November 2012 Jagang lor RT/RW 06/02 Salam, Magelang
sebelah kanan, nyeri bersifat tajam hingga jika tersentuh kain saja pasien sangat kesakitan. Nyeri agak berkurang jika pasien berbaring dan bertambah nyeri jika pasien menekuk kaki, bergerak, banyak pikiran dan kelelahan. Keluhan nyeri kaki sudah dibawa ke puskesmas dan di beri obat antalgin tetapi tidak berkurang. Pasien meyakini bahwa dia terkena asam urat tetapi pasien tidak mau mengecek kadar `asam urat. akhir-akhir ini sering deg-degan dan kaget jika mendengar suara-suara yang agak keras, serta sulit tidur. Pasien sulit untuk tertidur dan apabila tidur gelisah dan jika terbangun tidak bisa tertidur lagi. Keluhan pasien sulit tidur sejak 6 bulan yang lalu tepatnya semenjak suami pasien meninggal dunia. Keluhan sulit tidur pasien oleh puskesmas diberikan obat amitriptilin dan pasien mengaku sekarang sudah bisa tidur nyenyak. Pasien juga mengeluhkan bahwa perutnya sakit di daerah ulu hati. Nyeri sejak 2 hari yang lalu. Nyeri bertambah apabila pasien telat makan dan stres. Dan berkurang apabila makan. Untuk keluhan ini sudah dibawa ke puskesmas dan diberi obat antasid dan berkurang. Pasien juga memiliki hipertensi dan diberikan oleh puskesmas obat amlodipine dan captopril. Riwayat penyakit dahulu Tahun 1997 pasien pernah mimisan hebat dan di bawa kerumah sakit panti rapih Tahun 1990 pasien pernah sakit tifus dan di rawat jalan Tahun 1992 pasien pernah mengalami cedera kaki hingga keseleo Riwayat penyakit keluarga PEMERIKSAAAN FISIK Tinggi badan Berat badan Nadi Nafas 147 cm 58 kg 69x/ menit 41x/ menit Almarhum suami pasien meninggal karena stroke
36 C 170/140 mmHg Compos Mentis IMT 22,8 status gizi baik Kojungtiva tidak anemis Lidah tidak kotor Tonsil tidak hiperemis
THT Leher Jantung Paru Abdomen Ekstremitas Palpasi arteri radialis Pola makan dan minum Aktivitas mental dan fisik Lingkungan sosial
Pendengaran pasien mulai berkurang Tidak ada bruits di arteri karotis Bunyi s1 dan s2 normal tidak ada suara tambahan Suara vesikuler di kedua lapang paru Peristaltik 10x/menit normal Tidak kelemahan anggota gerak Teraba kuat teratur Teratur 3x sehari tetapi pasien tidak mau makan sayur Jarang olahraga, menyapu kebun dan dzikir Jarang bersosialisasi dengan tetangga karena kaki yang sakit
Introvert
Tidak pernah
DAFTAR MASALAH PASIEN MASALAH SAAT TIMBUL RENCANA TINDAKAN - darah tinggi - Apabila kelelahan -Farmakologi : captopril Nonfarmakologi : konseling - Sakit kaki - Sejak 6 yg lalu - Farmakologi : Pasien harus taat minum obat dan dapat mengendalikan stresor serta pasien KET.
antalgin Nonfarmakologi : konseling - Sakit perut/gastritis - Sejak tahun 60 an - farmakologi : antasida Nonfarmakologi : konseling - Mencari kesibukan lain - Masih merindukan mendiang suami - Sejak suami buk sumarsih meninggal Lebih mendekatkan diri ke pada Allah SWT
- Mengalihkan rasa marah dengan - Mudah marah dan sensitif - Sejak 6 bulan yang lalu melakukan kegiatan yang disukai pasien. Melapangkan dada
- Sulit tidur
DIAGNOSIS KERJA Aksis I Aksis II Aksis III Aksis IV Aksis V Prognosis : hipokondriasis F45.2 : tidak ada diagnosis : magh dan hipertensi : masalah ekonomi dan masalah keluarga : GAF scale 80-71 : baik jika pasien teratur minum obat dan mengatasi stresor
Catatan Tindakan/ Pengobatan/ Konseling Masalah - darah tinggi Tindakan -Farmakologi : captopril Nonfarmakologi : konseling - Sakit kaki - Farmakologi : antalgin Nonfarmakologi : konseling - Diharapkan kaki pasien tidak sakit lagi - Pasien di sarankan untuk memeriksa kadar asam urat untuk memastikan diagnosis - Sakit perut/gastritis - farmakologi : antasid Nonfarmakologi : konseling - Diharapkan pasien tidak sakit perut lagi dan mengurangi stresor - Mencari kesibukan lain Lebih mendekatkan diri ke pada Allah SWT - Mudah marah dan sensitif - Mengalihkan rasa marah dengan melakukan kegiatan yang disukai pasien. Melapangkan dada - Sulit tidur - Menenangkan diri dan berdzikir - Famakologi : - Pasien bisa tidur lelap -anak-anak pasien tidak terlalu membebani pasien - Menjadi lebih sabar -lingkungan sekitar harus ikut andil juga - Pasien menenangkan pikiran agar tidak memperparah sakit perut pasien Hasil - Diharapkan tekanan darah turun ketr - Disertai dengan pengendalian stresor
amitriptilin
Instruksi Penatalaksanaan Pasien Selanjutnya Pasien diharapkan kontrol tekanan darah dan teratur minum obat Lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT Mengurangi beban pikiran BAB II PEMBAHASAN 1. Penegakan diagnosis Kami mendiagnosis pasien ini dengan hipokondriasis untuk sakit kaki pasien. Penegakan diagnosis ini berdasarkan PPDGJ III yang menjelaskan bahwa: Diagnosis pasti hipokondriasis harus memenuhi dua hal ini : (a) Keyakinan yang menetap adanyasekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan defomitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham) (b) Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnomalitas fisik yang melandasi keluhankeluhannya. Disini pasien meyakini bahwa sakit kakinya karena dia menderita artritis gout sampaisampai pasien tidak makan semua jenis sayur-sayuran karena meyakiniartritis gout. Namun setiap kali pasien di bawa ke puskesmas pasien selalu menolak untuk di periksa kadar asam uratnya. Selain itu untuk tanda-tanda artritis gout sendiri pada pasien tidak ada, seperti peradangan di ibu jari kaki ataupun topus.
2. Hubungan gastritis dengan stresor Disini pasien memiliki keluhan gastritis sejak umur 60 tahun. Pasien juga memiliki stres sebagai faktor yang memperparah gastritis pasien. Rangsangan psikis/emosi sendiri secara fisiologis dapat mempengaruhi lambung dengan dua cara yaitu: 1) Jalur neurogen : rangsangan konflik emosi pada korteks serebri ke nukleus vagus, nervus vagus dan kemudian ke lambung
2) Jalur neurohormonal : rangsangan pada korteks serebri diteruskan ke hipotalamus anterior selanjutnya ke hipofisis anterior yang mengeluarkan kortikotropin. Hormon ini merangsang korteks adrenal dan kemudian menghasilkan hormon adrenal yang selanjutnya meragsang produksi asam lambung. Faktor psikis dan emosi (seperti pada ansietas dan depresi) dapat mempengaruhi fungsi saluran cerna dan mengakibatkan perubahan sekresi asam lambung, mempengaruhi motilitas dan vaskularisasi mukosa lambung serta menurunkan ambang rangsangan nyeri.
3. Hubungan hipertensi dengan stresor Disini pasien memiliki hipertensi. Pasien mengaku selalu meminum rutin obat-obat yang diberikan namun tekanan darah pasien belum turun ke normal. Kami menduga bahwa ada keterlibatan dari stres malasah-masalah yang dialami pasien. Faktor-faktor psikis situsional yang menyebabkan kenaikan darah, merupakan model outlet yang aman sebagai reaksi normal fisiologis. Hal ini berhubungan dengan suatu tahap kesiapsiagaan pada manusia, yang dengan mengerahkan mekanisme ergotrop, mempertaruhkan kekuatan (energi) untuk berjuang atau melarikan diri. Jadi sebenarnya merupakan suatu reaksi psikosomatik, yang mereda kembali dengan behaviour motorik atau agrefitas atau bentuk penyaluran lain. Tetapi bila initidak terjadi karena sebab internal maupun eksternal yang tidak dapat diatasi oleh individu tersebut, maka efek fisiologis tersebut akan berubah menjadi reaksi patologis. Dalam waktu lama akan menyebabkan peningkatan tekanan darah yang menetap sehingga pada akhirnya menjadi hipertensi. Selain itu yang membangkitkan keadaan hipertensi ini adalah situasi hidup, dimana harapan untuk pengakuan atas prestasinya tidak ada, atau dikecewakan. Hal ini sejalan dengan apa yang dialami oleh pasien.
4. Hubungan keluhan sulit tidur dengan stresor Orang-orang dengan gangguan sulit tidur cenderung membawa kecemasan dan kekahawatiran mereka ke tempat tidur, yang akan meningkatkan kesadaran tubuh mereka sampai pada tahap yang mencegah tidur secara alami. Kemudian mereka khawatir karena merasa tidak cukup tidur, yang hanya akan menambah kesulitan mereka untuk tidur. Mereka akan mencoba untuk memaksakan diri untuk tidur, yang cenderung menjadi bumerang dengan menciptakan lebih banyak kecemasan dan ketegangan, membuat tidur menjadi semakin sulit.
5. Terapi Obat yang diberikan pada pasien adalah Captopril : Kaptopril digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi),
gagal jantung kongestif, masalah ginjal yang disebabkan oleh diabetes, dan untuk meningkatkan kelangsungan hidup setelah serangan jantung. Dosis awal: 25 mg oral 2 sampai 3 kali sehari satu jam sebelum makan. Dosis pemeliharaan: 25 sampai 150 mg oral 2 sampai 3 kali sehari satu jam sebelum makan.
Amlodipine
blockers. Amlodipine adalah relaksan (melebar) pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah. Amlodipine digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi) atau nyeri dada (angina) dan kondisi lain yang disebabkan oleh penyakit arteri koroner. Obat ini digunakan pada orang dewasa dan anak-anak yang setidaknya 6 tahun. Dosis awal: 5 mg oral sekali sehari. Dosis pemeliharaan: 5 sampai 10 mg oral sekali sehari
Amitriptilin
dalam otak yang mungkin menjadi tidak seimbang. Amitriptyline digunakan untuk mengobati gejala depresi. Oral: Dosis awal: 25 sampai 100 mg per hari dalam 3 sampai 4 dosis terbagi atau 50 sampai 100 mg pada waktu tidur. Dosis pemeliharaan: 25 sampai 150 mg per hari pada tunggal atau 3 sampai 4 dosis terbagi. 25 mg per hari pada waktu tidur telah digunakan untuk depresi pramenstruasi. Peningkatan dosis harus dilakukan secara bertahap. Sejumlah kecil pasien rawat inap mungkin perlu sebanyak 300 mg per hari. EKG, tekanan darah, dan pemantauan denyut jantung dianjurkan untuk pasien yang menerima dosis tinggi. IM: 20 sampai 30 mg sampai 4 kali sehari. Pasien harus beralih ke terapi oral sesegera mungkin.
Antalgin susunan
: adalah derivat metansulfonat dan amidopirina yang bekerja terhadap saraf pusat yaitu mengurangi sensitivitas reseptor rasa nyeri dan
mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh. Tiga efek utama adalah sebagai analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi. Antalgin mudah larut dalam air dan mudah diabsorpsi ke dalam jaringan tubuh. per oral dewasa : sehari 3 kali 1 tablet. Antasida : Antasida adalah agen yang menetralkan asam lambung dan
digunakan sebagai mengurangi gejala-gejala ulkus peptikum. Antasida dalam garam umum digunakan magnesium, aluminium dan kalsium. Beberapa campuran
mengandung sodium dan harus digunakan dengan hati-hati pada pasien yang harus menghindari asupan natrium berlebih. Alginat kadang-kadang dikombinasikan dengan antasida untuk digunakan dalam penyakit gastroesophageal reflux. Alginat mengapung di atas dari isi lambung dan bertindak sebagai penghalang antara isi asam lambung dan sfingter esofagus bagian bawah, mencegah erosi esofagus lebih rendah dan karena itu tidak menciptakan rasa sakit yang dialami pada penyakit gastroesophageal reflux.
Vitamin
A. Kesimpulan Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang kami lakukan, pasien terkena hipokondriasis dengan pemicu stresor dari keluarga dan dari kepergiaan suami pasien. Kondisi stresor pasien selain menjadi penyebab juga menjadi faktor yang memperparah sakit yang sebelumnya sudah pasien miliki. Untuk itu selain rutin meminum obat, dukungan dari orang sekitar dan pendekatan terhadap Pencipta juga sangat perlu. B. Saran Pasien untuk ppk kedepan di puskesmas salam disarankan datang tidak lama setelah kedatangan mahasiswa. Sehingga setelah pengarahan mahasiswa bisa langsung memeriksa dan home visit sebagai upaya efisiensi waktu.
DAFTAR PUSTAKA Sadock, BJ. Sadock, VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta, 2012.
Nevid, JS. Rathus, SA. Greene, B. Psikologi Abnormal, Edisi 5. Penerbit Erlangga. Jakarta, 2005.
Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dan PPDGJ III. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. Jakarta, 2003.
Maslim, R. Panduan Praktis Klinis Obat Psikotik, Edisi 3. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FKUnika Atmajaya. Jakarta, 2007.
Sudoyo, AR. Setiohadi, B. Alwi, I. K, Simabrata M. Setati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 5, Jilid 3. Penerbit Interna Publishing. Jakarta, 2010.
Rief, W. Hessel, A. Braehler, E. Somatization Symptoms and Hypochondriacal Features in the General Population. Psychosomatic Medicine. 63:595602 (2001).
Martin, A. Jacobi, F. Features of Hypochondriasis and Illness Worry. Psychosomatic Medicine 68:770777 (2006).
Escobar, J I. Gureje, O. Influence of Cultural and Social Factors on the Epidemiology of Idiopathic Somatic Complaints and Syndromes. Psychosomatic Medicine. 69:841845 (2007).
www.drugs.com