Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH


Diajukan sebagai Salah Satu Tugas P3D Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

Pembimbing:
Dr. Arlisa Wulandari, dr., SpKJ., M.Kes

Oleh:
Nadhilah Amaliah Santoso 4151181497
Anggita Rahmawati Putri 4151181501
Tazkia Aini 4151181503

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
MARET 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang dengan karunia dan kasih sayang-Nya telah
memberikan segala kemudahan dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas laporan kasus ini yang berjudul “Ganguan Cemas
Menyeluruh”. Begitu banyak pihak yang membantu, serta mendukung penulis
selama proses pembuatan laporan kasus ini.
Laporan kasus ini telah penulis buat dengan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Penulis ingin mengucapkan
terima kasih dan penghargaan sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan
laporan kasus ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Cimahi, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................4
BAB II DASAR TEORI.............................................................................15
2.1 Definisi Gangguan Cemas....................................................................15
2.2 Tanda dan Gejala Gangguan Cemas.....................................................15
2.3 Etiologi Gangguan Cemas....................................................................15
2.4 Epidemiologi Gangguan Cemas............................................................18
2.5 Kriteria Diagnosis Gangguan Cemas....................................................18
2.6 Tatalaksana Gangguan Cemas..............................................................19
2.6 Prognosis Gangguan Cemas..................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................22
LAMPIRAN................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN

IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Popon Sehaemi
Nama Kecil : Popon
No. Med Rec : 444263
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 59 tahun
Alamat : Kp. Cihampelas RT 05/01, Kota Bandung
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan/bulan :-
Tanggal Pemeriksaan : 18 Maret 2021

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB PASIEN


Nama : Ahmad Supardi
Hubungan : Suami
Alamat : Kp. Cihampelas RT 05/01, Kota Bandung
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Penghasilan : Rp. 1.500.000,-

4
ANAMNESIS
Hasil Wawancara Simptom
Keluhan Utama: Sering merasa cemas

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan sering merasa cemas berlebih Onset
dan sulit tidur sejak ± 1 bulan SMRS. Keluhan sudah dirasakan Muncul
pasien sejak ± 3 tahun yang lalu, muncul perlahan-lahan hingga perlahan,
memberat akhir-akhir ini makin dan berpengaruh ke kehidupan progresif
sehari-hari pasien. Keluhan ini mulai dirasakan semenjak pasien Faktor Pencetus
sering memikirkan anaknya yang belum menikah. Pasien khawatir Free floating
bila dirinya meninggal anaknya, akan tinggal sendiri dan tidak ada
tempat bergantung.
Gangguan tidur
Keluhan cemas juga disertai sulit tidur. Awalnya pasien
mengaku hanya sulit untuk memulai tidur namun akhir-akhir ini
pasien tertidur hanya sekitar 3 - 4 jam setelah terbangun dan tidak
Gejala gangguan
bisa tidur kembali. Keluhan juga disertai adanya sakit kepala,
cemas
berdebar, tegang otot, perut kembung, keringat dingin dan mudah
lelah. Pasien juga mengaku menjadi sering gelisah dan sulit
berkonsentrasi.
Mengganggu
Keluhan dirasakan setiap hari sepanjang hari sehingga
ADL
mengganggu aktivitas dan konsentrasi. Pasien mengaku akhir-akhir
ini menjadi sulit beraktivitas sehari-hari seperti mengurus rumah

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan keluhan sering cemas sudah dirasakan Keluhan
sejak ± 3 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan muncul perlahan dan terdahulu
semain memberat hingga sekarang. Awalnya pasien hanya
merasakan adanya sakit kepala, tegang otot dan perut kembung.
Lama kelamaan muncul keluhan lain seperti berdebar, keringat
dingin dan mudah lelah hingga tidur menjadi tidak nyenyak.
Faktor
Pasien mengaku bahwa yang menjadi beban pikirannya sejak

5
dulu adalah anaknya yang tidak kunjung menemukan jodoh dan Presipitasi
menikah. Pasien sudah sering berusaha menjodohkan anaknya
namun selalu gagal. Pasien mengatakan kekhawatirannya yaitu bila
dirinya meninggal, anaknya akan tinggal sendiri dan tidak ada
tempat bergantung.
Bipolar
Pasien menyangkal sebelumnya pernah merasa gembira
disangkal
berlebihan, bersemangat berlebihan, lebih sering berbicara dan
beraktivitas hingga tidak butuh tidur. Keluhan adanya persaan sedih
Gejala psikotik
berlebihan hingga ingin bunuh diri disangkal. Keluhan adanya
disangkal
pikiran aneh seperti curiga serta ada yang ingin mencelakai atau
memata-matai disangkal. Pasien tidak pernah mendengar suara
bisikan, melihat sesuatu ataupun mencium sesuatu yang tidak
Tidak ada
dirasakan orang lain. Keluhan tidak disertai riwayat kecelakaan
kelainan
maupun trauma kepala. Riwayat demam tinggi, kejang, penyakit
organik.
jantung, tiroid dan stroke disangkal. Pasien mengaku menyangkal
adanya riwayat konsumsi obat-obatan dan alkohol.
Riwayat Keluarga : Saat 10 tahun
No Nama L/P Kesehatan Hubungan Usia Status
(tahun Marital
)
1 Tn. P L Sehat Ayah 79 Menikah
kandung
2 Ny.S P Sehat Ibu 76 Menikah
kandung
3 P P Sakit Pasien 59 Menikah
4 E P Sehat Adik 55 Menikah Riwayat
penyakit serupa
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pasien
pada keluarga
memiliki 1 suami dan seorang anak. Pasien dibesarkan dikeluarga
tidak ada.
yang utuh dan harmonis. Hubungan dengan orang tua dan saudara
kandung baik. Tidak ada kejadian-kejadian traumatis dimasa kecil.
Saat ini kedua orang tua pasien telah meninggal dunia. Keluarga
pasien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa. Status

6
ekonomi pasien termasuk ekonomi menengah kebawah.

Sekarang
No Nama L/P Kesehatan Hubungan Usia Status
(tahun) Marital
1 A L Sehat Suami 61 Menikah
2 P P Sakit Pasien 59 Menikah
3 T P Sehat Anak 35 Belum
Kepribadian
Menikah
introvert
Saat ini pasien tinggal bersama suami dan anaknya. Hubungan
dengan suami dan anak baik. Keluarga pasien tidak ada yang
memiliki riwayat gangguan jiwa. Pasien dari dahulu termasuk orang
yang pendiam, tertutup dan jarang menceritakan masalah yang
sedang dialaminya. Pasien cenderung memendam dan mencari jalan
keluar sendiri bila memiliki masalah.

Genogram :

Keterangan
= Laki-laki

= Perempuan

7
= Meninggal

Riwayat penggunaan alkohol dan zat psikoaktif


Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan dan alkohol
Riwayat Hidup Penderita :
 Masa dikandung dan sekitar persalinan
Pasien lahir cukup bulan. Persalinan spontan di paraji. Keadaan
ibu saat hamil dan persalinan baik dengan kondisi normal. Ini
merupakan kehamilan yang dikehendaki
 Masa bayi
Pertumbuhan dan perkembangan baik sesuai usia. Tidak ada
tahapan perkembangan yang terlewat atau terlambat.
 Masa pra sekolah dan sekolah
Kesehatan pasien baik. Pasien termasuk anak yang aktif
namun pemalu. Pasien hanya bersekolah hingga SD akibat
keterbatasan ekonomi. Setelah tamat SD pasien membantu kedua
orang tua pasien berjualan dipasar.
 Masa pubertas
Kesehatan pasien baik. Pasien tidak memiliki banyak teman
dan hanya dekat dengan beberapa orang yang dianggap dekat.
Walau demikian, hubungan pasien dengan lingkungan sekitar
cukup baik.
 Masa dewasa
Pasien menikah usia 23 tahun seteah berkenalan sekitar 3
bulan dengan suaminya sebelum memutuskan untuk menikah.
Rumah tangga pasien harmonis. Pasien dikaruniai satu orang anak.
Suami pasien juga memiliki kepribadian pendiam dan tertutup
sehingga kedua nya jarang saling terbuka.
Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir SD

8
Riwayat Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Riwayat Perkawinan
Sudah Menikah
Kepribadian Sebelum Sakit
Sejak kecil pasien dikenal sebgaai pribadi yang pendiam dan
tertutup. Pasien juga tidak memiliki banyak teman. Pasien tidak
pernah menceritakan masalah dan perasaanya sehingga pasien
memilih untuk memendamnya dan mencari jalan keluar
masalahnya sendiri.
 Kegiatan intelektual dan kegemaran
Menjahit dan memasak
 Kehidupan fantasi
Tidak ada
 Kehidupan psikoseksual
Tidak ada keterangan
 Kehidupan emosional
Pasien termasuk orang yang pendiam, tertutp, dan jarang
membicarakan masalahnya.
 Konsep dan konsekuensi
Moral: pasien taat terhadap norma yang ada
Agama : pasien taat menjalankan ibadah
Materi : pasien sedikit mengeluhkan masalah ekonomi
Ambisi: pasien menginginkan agar anaknya segera menikah
Hubungan sosial
Hubungan sosial pasien baik, namun apabila gejalanya
muncul pasien memilih untuk istirahat dan berdiam diri dirumah.
Kebiasaan dan kesenangan
Pasien makan 3 kali sehari dengan nafsu makan baik.
Pasien tidak merokok. Tidak ada riwayat mengkonsumsi alkohol

9
dan obat-obatan.

STATUS GENERALIS
Tanda Vital :
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,6C
Kepala dan Leher : Normocephal
Mata: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
THT: Tidak ada kelainan
Leher: Tidak ada kelainan
Thoraks : Bentuk dan gerak simetrik
Cor dan Pulmo tidak ada kelainan
Abdomen : Bising Usus (+) normal
Hepar dan Lien tidak teraba
Ekstremitas : CRT <2 detik, akral hangat, motorik tidak ada kelainan.
Susunan saraf:
Saraf otak : Tidak ada kelainan
Sensibilitas : Tidak ada kelainan
Motoris : Tidak ada kelainan
Vegetatif : Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis :+/+
Refleks patologis :-/-

STATUS PSIKIATRIKUS
Penampilan : Roman Muka: Cemas
Sikap : Kooperatif
Dekorum : Baik
Kontak : Ada
Rapport : Adekuat

10
Cara bicara : Suara jelas, volume sedang, artikulasi jelas
Tingkah Laku/Psikomotor : Normoaktivitas
Mood & Afek : Mood : Hipotimia
Afek : Luas
Pikiran & Persepsi : Bentuk : Realistik
Isi : Waham (-)
Jalan : Koheren
Persepsi : Halusinasi auditorik (-) visual (-)
Ilusi (-)
Kognisi : Kesadaran : Compos mentis
Orientasi : Tempat, waktu, dan orang baik
Konsentrasi : Baik
Memori : Baik
Kalkulasi : Baik
Intelegensi : Sesuai dengan tingkat pendidikan
Penilaian abstrak: Baik
Tilikan Penyakit : Derajat 5
USUL PEMERIKSAAN
1. Darah Rutin
DIAGNOSIS MULTI-AKSIAL
Aksis – 1 : Gangguan klinis-Psikiatrik : Gangguan Cemas Menyeluruh
Diagnosis banding : Gangguan Campuran Cemas
Depresi
Kondisi lain yg menjadi fokus perhatian : Tidak ada
Aksis – 2 : Gangguan Kepribadian : Tidak ada diagnosis
Retardasi Mental : Tidak ada diagnosis
Aksis – 3 : Kondisi Medis Umum : Tidak ada
Aksis – 4 : Masalah Psikososial & Lingkungan: Hubungan pasien dan keluarga
baik
Aksis – 5 : Penilaian fungsi secara global (GAF Scale): 71-80

11
TERAPI
a. Farmakologi:
Anti depressan : Golongan SSRI
Fluoxetine 1 x 20 mg tab per hari
Anti anxietas : Golongan Benzodiazepin
Lorazepam 2 x 1 mg tab per hari
b. Non farmakologi:
Edukasi kepada pasien untuk mencoba selalu berpikir positif, tenangkan pikiran,
jangan mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi, serta perbanyak kegiatan
untuk mengisi waktu luang.
c. Edukasi Keluarga:
Memberitahu kondisi pasien, memberikan support dan perhatian pada pasien. Ikut
menenangkan apabila gejala pasien timbul.

PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : Ad Bonam
Quo Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
PSIKODINAMIKA
Premorbid:
Pasien terlahir dari keluarga yang utuh dan kondisi ekonomi cukup. Pasien
merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pasien tumbuh menjadi seorang yang
pendiam, tertutup dan tidak suka menceritakan masalahnya. Jika ada masalah,
pasien tidak pernah berbicara tentang masalahnya ke orang lain. Mental
mekanisme yang digunakan adalah represi. Pasien menunjukkan kepribadian
atauego yang lemah sehingga pasien rentan terhadap stressor.

Durante Morbid:
Faktor presipitasi pasien adalah anaknya belum memiliki pekerjaan serta belum
mempunyai pendamping hidup. Pada saat stressor muncul, mental mekanisme
yang digunakan tidak efektif sehingga pasien lebih memilih untuk berdiam diri,

12
memendam segala masalahnya, sehingga muncul gejala sering cemas, berdebar-
debar, berkeringat, pusing, dan gangguan tidur.

Status Present :
Pada saat di periksa pasien kooperatif dan cara bicara cukup jelas. Ekspresi
yang terlihat dari wajah pasien adalah cemas dan mood pasien terlihat cemas yang
berlebihan. Pasien tidak ada gangguan pada pikiran dan persepsi. Fungsi kognitif
pasien secara keseluruhan baik namun pasien kurang konsentrasi.

13
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Definisi Gangguan Cemas


Ansietas atau cemas didefinisikan sebagai suatu sinyal yang menyadarkan;
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Rasa tersebut
ditandai dengan gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, rasa
sesak di dada, tidak nyaman pada perut, dan gelisah. Rasa cemas dapat datang dari
eksternal atau internal. Masalah eksternal umumnya terkait dengan hubungan antara
seseorang dengan komunitas, teman, atau keluarga. Masalah internal umumnya terkait
dengan pikiran seseorang sendiri.1,2

2.2 Tanda dan Gejala Gangguan Cemas


Gejala-gejala cemas pada dasarnya terdiri dari dua komponen yakni,
kesadaran terhadap sensasi fisiologis ( palpitasi atau berkeringat ) dan
kesadaran terhadap rasa gugup atau takut. Selain dari gejala motorik dan
viseral, rasa cemas juga mempengaruhi kemampuan berpikir, persepsi, dan
belajar. Umumnya hal tersebut menyebabkan rasa bingung dan distorsi
persepsi. Distorsi ini dapat menganggu belajar dengan menurunkan
kemampuan memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat dan menganggu
kemampuan untuk menghubungkan satu hal dengan lainnya.2,3
Aspek yang penting pada rasa cemas, umumnya orang dengan
rasa cemas akan melakukan seleksi terhadap hal-hal disekitar mereka yang
dapat membenarkan persepsi mereka mengenai suatu hal yang menimbulkan
rasa cemas.2,3

2.3 Etiologi Gangguan Cemas


1. Teori Biologi
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya gangguan cemas menyeluruh
adalah lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di
otak. Basal ganglia, sistem limbik dan korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat

14
pada etiologi timbulnya gangguan cemas menyeluruh. Pada pasien gangguan
cemas menyeluruh juga ditemukan sistem serotonergik yang abnormal.
Neurotransmitter yang berkaitan dengan penyakit ini adalah GABA, serotonin,
norepinefrin, glutamate, dan kolesistokinin. Pemeriksaan PET (positron Emission
Tomography) pada pasien ditemukan penurunan metabolisme di ganglia basal dan
massa putih otak.1,3
2. Teori Genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien
gangguan cemas menyeluruh dan gangguan depresi mayor pada pasien wanita.
Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama gangguan cemas menyeluruh juga
menderita gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada pasangan kembar
didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik dan 15% pada kembar
dizigotik.1,3
3. Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa gangguan cemas adalah gejala
dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang paling
primitif, gangguan cemas dihubungkan dengan perpisahan dengan objek cinta.
Pada tingkat yang lebih matang lagi gangguan cemas dihubungkan dengan
kehilangan cinta dari objek yang penting. Gangguan cemas kastrasi berhubungan
dengan fase oedipal sedangkan gangguan cemas superego merupakan ketakutan
seseorang untuk mengecewakan nilai dan pandangannya sendiri (merupakan
gangguann cemas paling matang). Peran amigdala yang meningkatkan respons
takut tanpa rujukan apapun mengenai sistem memori, tujuan terapi pada pasien
gangguan cemas bukan lah untuk menghilangkan semua cemas tetapi
meningkatkan toleransi terhadap cemas yaitu, kemampuan mengalami cemas dan
menggunakannya sebagai sinyal untuk menyelidiki konflik dasar yang telah
menciptakannya. Gangguan cemas muncul sebagai respons terhadap berbagai
situasi selama siklus kehidupan, dan upaya menghilangkanya dengan cara
psikofarmakologis mungkin tidak berfungsi apapun dalam menyelesaikan situasi
yang mencetuskan keadaan cemas.1,3
4. Teori Kognitif-Perilaku

15
Penderita gangguan cemas menyeluruh berespons secara salah dan tidak tepat
terhadap ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal
negatif pada lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan
pandangan yang sangat negatif terhadap kemampuan diri untuk menghadapi
ancaman.Teori perilaku atau pembelajaran telah menghasilkan beberapa terapi
yang paling efektif untuk gangguan cemas. Menurut teori ini gangguan cemas
adalah respons yang dipelajari terhadap stimulus lingkungan spesifik.1,3
5. Neurotransmiter
Tiga neurotransmitter utama yang terkait dengan gangguan cemas berdasarkan
studi hewan dan respons terhadap terapi obat adalah norepinefrin, serotonin dan
gamma-aminobutyric acid. Sistem saraf otonom pada sejumlah pasien dengan
gangguan cemas, terutama mereka dengan gangguan panik menunjukan
peningkatan tonus simpatik, beradaptasi lambat terhadap stimulus berulang dan
berespons berlebihan pada stimulus sedang.1,3
Norepinefrin dalam gangguan cemas adalah bahwa pasien yang mengalami
gangguan cemas dapat memiliki sistem adrenergik yang diatur dengan buru dan
terjadi ledakan aktivitas kadang–kadang. Sel noradrenergik ini terletak apda locus
ceruleus di pars rostralis dan aksonya kearah korteks serebri, sistem limbik,
batang otak serta medulla spinalis. Eksperimen pada primata menunjukan bahwa
stimulasi pada locus ceruleus menghasilkan respon rasa takut pada hewan,
sedangkan ablasi pada area yang sama menghilangkan kemampuan hewan
membentuk respons takut.1,3
Terdapat banyaknya reseptor serotonin dan diawali aktivitas antidepresan
serotonergik memiliki efek terapeutik pada sejumlah gangguan cemas
mengesankan bahwa kemungkinan hubungan serotonin dengan gangguan cemas.
Badan sel sebagian besar neuron serotonergik terletak di raphe nuclei di batang
otak pars rostralis dan menyalurkan impulsna ke korteks serebri, sistem limbik
(amigdala dan hipokampus), serta hipotalamus.1,3
Gamma-aminobutyric acid atau GABA dalam gangguan cemas paling kuat di
dukung oleh efektivitas benzodiazepin yang tidak meragukan, yang meningkatkan
aktivitas GABA di reseptor GABA, di dalam terapi beberapa jenis gangguan

16
cemas. Walaupun benzodiazepin potensi rendah paling efektif untuk gejala
gangguan cemas menyeluruh, benzodiazepin potensi tinggi seperti alprazolam
efektif dalam terapi gangguan panik. Pada studi menemukan bahwa gejala sistem
saraf otonom pada gangguan cemas dicetuskan ketiga agonis kebalikan
benzodiazepine beta-karbolin 3-asam karboksilat (BCCE) diberikan. Antagonis
benzodiazepine, flumazenil menyebabkan serangan panik berat yang sering pada
pasien dengan gangguan panik.1,3

2.4 Patofisiologi Cemas

2.5 Epidemiologi Gangguan Cemas


National Comorbidity Study melaporkan bahwa satu diantara empat orang,
memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan cemas, dan angka prevalensi
sebesar 17,7% dalam satu tahun. Gangguan cemas menyeluruh kemungkinan
merupakan gangguan yang paling sering ditemukan dengan gangguan mental

17
penyerta, biasanya gangguan cemas atau gangguan mood lainnya. Kemungkinan
50% dengan gangguan cemas menyeluruh memiliki gangguan mental lainnya.3
Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8% dan rasio antara
perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Pasien gangguan cemas menyeluruh sering
memiliki komorbiditas dengan gangguan mental lainnya seperti Gangguan Panik,
Gangguan Obsesif Kompulsif, Gangguan Stress Pasca Trauma, dan Gangguan
Depresi Berat.3

2.6 Kriteria Diagnosis Gangguan Cemas


Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM-IV), gangguan cemas terdiri dari 3:
(1) Serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia;
(2) Agoraphobia dengan atau tanpa Serangan panik;
(3) Fobia spesifik;
(4) Fobia sosial;
(5) Gangguan Obsesif-Kompulsif;
(6) Post Traumatic Stress Disorder ( PTSD );
(7) Gangguan Stress Akut;
(8) Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder).
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III, gangguan cemas dikaitkan dalam gangguan neurotik, gangguan
somatoform dan gangguan yang berkaitan dengan stress (F40-48).
Kriteria Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III:4
a. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus
tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”).
b. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
 Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk,
sulit konsentrasi, dsb.

18
 Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai.
 Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb.
c. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic berulang yang
menonjol.
d. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas
Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari
episode depresif, gangguan anxietas fobik, gangguan panic, atau ganggua
obsesif-kompulsif.

2.7 Tatalaksana Gangguan Cemas


Benzodiazepin merupakan pilihan pertama pada pengobatan gangguan cemas
akut. Pemberian benzodiazepin dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan
sampai mencapai respon terapi. Penggunaan sediaan dengan waktu paruh
menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak
diinginkan. Lama pengobatan rata-rata 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa
tapering off selama 1-2 minggu. Spektrum klinis benzodiazepin meliputi efek
anti-anxietas, antikonvulsan, anti-insomnia, dan premedikasi tindakan operatif.
Adapun obat-obat yang termasuk dalam golongan benzodiazepin antara lain:1,2
a. Diazepam dengan dosis anjuran oral 2-3 x 2-5 mg/hari dan injeksi 5-10 mg
i.m/i.v), broadspectrum.
b. Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3 x 5-10 mg/hari, broadspectrum.
c. Lorazepam, dosis anjuran 2-3 x 1 mg/hari. Dosis anti-anxietas dan anti-
insomnia berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas.
Biasanya diberikan untuk pasien-pasien dengan kelainan hati dan ginjal.
d. Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari. Dosis anti-anxietas dan anti-
insomnia berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas.

19
Psychomotor performance paling kurang terpengaruh. Diberikan untuk pasien
dewasa dan usia lanjut yang masih ingin tetap aktif.
e. Bromazepam, dosis anjuran 3 x 1,5 mg/hari. Dosis anti-anxietas dan anti-
insomnia berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas.
f. Alprazolam, dosis anjuran 3 x 0,25 – 0,5 mg/hari. Efektif untuk anxietas tipe
antisipatorik. Onset kerja lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti-
depresi.

2.8 Prognosis
Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin
berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami
gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.3

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Harold I., Sadock, Benyamin J. 1998. Anxietas dan Depresi dalam
Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika. Hal. 145-154 dan 227-
232.
2. Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 3-11 dan 17-22.
3. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. 2014. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit FK UI
4. Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-
III dan DSM-V. Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya. Jakarta: PT Nuh Jaya.
5. Yanyu. Gangguan Kecemasan : Patogenesis Kecemasan.
https://calgaryguide.ucalgary.ca/gangguan-kecemasan-patogenesis-
kecemasan/. [Diakses tanggal : 24 Maret 2021]

21
LAMPIRAN

T : Selamat siang ibu, perkenalkan saya di sini dokter muda FK Unjani


Boleh saya bertanya mengenai keluhan ibu saat ini?
J : Iya boleh
T : Kalau boleh saya tahu ibu namanya siapa?
J : Ibu Popon
T : Ibu umurnya berapa tahun?
J : 59 tahun.
T : Kalau boleh tau ibu pekerjaannya apa, bu?
J : Nggak kerja dok, ibu rumah tangga aja
T : Ibu tinggalnya dimana?
J : Cihampelas
T : Ibu datang kesini ada keluhan apa bu kalau boleh saya tau?
J : Saya tidak bisa tidur dok terus sering merasa cemas berlebihan
T : Sudah berapa lama itu bu?
J : Udah sekitar 1 bulan ini dok, saya tidur sekitar 3 – 4 jam saja terus
kebangun, tidur lagi, nggak nyenyak
T : Jadi ibu sulit tidur ya, tidak nyenyak. Kalau keluhannya timbulnya
mendadak atau perlahan berangsur-angsur bu?
J : Udah dari tiga tahun yang lalu, awalnya biasa saja, terus makin lama
keluhannya makin parah seperti sekarang, jadi sulit konsentrasi dan
mengganggu aktivitas sehari-hari saya.
T : Apa ada masalah sebelumnya bu mungkin yang bisa mencetuskan
keluhan ini?
J : Jadi awalnya saya mikirin anak saya dok, soalnya belum nikah, udah
dijodohin lalu gagal, saya takut kalau saya dan suami saya meninggal,
anak saya tinggal sendiri dan nggak ada tempat bergantung.
T : Keluhan yang lain apa bu? Selain Cemas dan susah tidur?
J : Saya juga suka ngerasa jantung berdebar-debar, sakit kepala, nyeri otot
sama sering keringat dingin.

22
T : Itu dirasakan setiap hari bu?
J : Iya hampir setiap hari dok.
T : Ibu suka dengar dengar suara yang orang lain tidak bisa dengar atau
melihat bayangan bayangan gitu?
J : Tidak pernah dok.
T : Ibu kalau ada masalah biasanya suka cerita ke orang lain atau tidak, bu?
J : Engga dok, saya kalau ada masalah apa-apa tidak pernah saya cerita ke
orang-orang saya pendam sendiri.
T : Sebelumnya ibu ada riwayat keluhan yang sama seperti ini juga nggak,
bu?
J : Ada dok, pertama kali tiga tahun yang lalu. Perasaanya begini juga dok.
T : Saat itu ibu sudah berobat?
J : Belum dok, saya baru berobat sekarang ini aja
T : Ibu ada riwayat penyakit lain? Atau ada riwayat trauma, kecelakan?
J : Engga dok
T : Ada riwayat pernah konsumsi obat-obatan atau konsumsi alkohol?
J : Engga pernah dok
T : Kalau boleh tau ibu berapa bersaudara?
J : Saya dua bersaudara dan saya anak pertama
T : Sekarang ibu tinggal sama siapa aja bu?
J : Di rumah tinggal sama suami dan anak saya.
T : Di keluarga ada yang punya riwayat sakit yang sama tidak bu?
J : Tidak ada dok, sehat sehat semuanya
T : Baik bu terimakasih atas waktunya ya bu, coba berpikir positif ya bu,
tenangkan pikiran jangan segala sesuatu dipikirkan, yang belum terjadi
jangan di khawatirkan lalu perbanyak berkegiatan untuk mengisi waktu
luang dan kalau ibu memang ada masalah mungkin ibu dapat bercerita
kepada orang terdekat ibu. Jangan lupa untuk rutin meminum obat, jangan
langsung berhenti minum obat apabila ibu sudah tidak ada gejala atau
sudah nyaman, nanti menunggu intruksi dokter ya bu.
J : Baik dokter, terimakasih banyak akan saya coba.

23

Anda mungkin juga menyukai