Anda di halaman 1dari 23

Kepada Yth.

:
Hari/tanggal : Kamis, 26 November 2015
Pukul : 08.00-12.00 WIB
Tempat : RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang

PRESENTASI KASUS NONPSIKOTIK

Oleh :

Disusun oleh:
dr. Andrian Fajar Kusumadewi
NIM: 12/342601/PKU/13482

Supervisor :
Prof. Dr.dr Edith Humris Pleyte, SpKJ (K)
dr Inu Wicaksana, SpKJ (K), MMR
dr Moetrarsi, SKF, DTM & H, SpKJ

Learning Objective :
1. Mempunyai kemampuan melakukan pemeriksaan psikiatri
2. Mampu menegakkan diagnosis dan merencanakan tindakan terapeutik
secara komprehensif

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa


Fakultas Kedokteran UGM/RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta
2015

1
DESKRIPSI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama :Tn E
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam (taat)
Alamat : Kabupaten M
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMK (tamat)
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Menikah

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Alloanamnesis diperoleh pada tanggal 11 November 2014.


Diperoleh dari 1
Nama Ny L
Umur 56 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Alamat Kabupaten T
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Pendidikan SD
Hubungan Ibu kandung
Lama kenal 31 tahun
Sifat perkenalan Akrab

A. Keluhan utama
Dada berdebar-debar
2
B. Riwayat Perjalanan Penyakit

Kurang lebih 6 bulan sebelum ke rumah sakit, pasien


mengalami gejala dada berdebar-debar. Keluhan ini muncul
terutama setelah ayah pasien meninggal pada bulan April 2015
karena gagal ginjal. Selama ini pasien mendampingi ayahnya cuci
darah dan mengurus segala keperluan ayahnya. Pasien merasa
terpukul dengan kepergian ayahnya dan masih merasa sedih hingga
sekarang. Pasien juga jadi sering takut, cemas dan khawatir
mengenai kesehatan dirinya dan ibunya yang juga sakit-sakitan.
Kurang lebih 4 bulan sebelum ke rumah sakit, gejala
semakin berat. Pasien semakin sering takut, khawatir dan mudah
mencemaskan hal-hal kecil. Pasien merasa was-was, sulit
konsentrasi dan juga mudah lupa. Pasien merasa takut ditinggal
sendiri di rumah kalau-kalau terjadi hal yang tidak baik pada
dirinya. Pasien mulai mengeluh sulit tidur, kurang bersemangat dan
malas bekerja. Pasien juga sering merasa nggliyer bila sedang
duduk atau berdiri lama di tempat kerja. Pasien juga jadi mudah
marah, sensitif terhadap hal-hal kecil. Pasien juga merasa
hubungannya dengan istri juga terganggu. Pasien merasa kadang-
kadang sedih tanpa alasan yang jelas.
Suatu hari pasien sedang mengikuti acara tahlilan di
kampung. Sebelum berangkat, pasien minum kopi. Di tengah acara,
pasien merasa dadanya berdebar-debar. Pasien juga merasa sesak
nafas disertai keringat dingin, seperti mau mati. Pasien takut kalau-
kalau dirinya sakit jantung. Namun, pasien tidak mau cerita kepada
orang-orang karena malu. Sesampai di rumah, pasien muntah-
muntah. Gejala membaik dengan istirahat. Gejala yang sama
terulang lagi pada saat pasien menghadiri pernikahan saudara, yaitu
setelah pasien makan tape. Bahkan pasien merasa trauma dan
3
menghindari kegiatan tahlilan dan jumatan karena takut mengalami
dada berdebar-debar.
Karena khawatir kena penyakit jantung, pasien
memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam. Pasien
diperiksa rekam jantung (EKG). Oleh dokter dikatakan saat ini
pasien dalam keadaan sehat, tidak menderita sakit jantung. Akan
tetapi, pasien belum percaya. Pasien kembali memeriksakan diri
hingga 6x ke dokter, tetapi semua mengatakan normal. Pasien juga
mencoba berobat ke alternatif, tetapi belum ada perbaikan. Atas
saran dari tetangga, akhirnya pasien memeriksakan diri ke RSJ
Magelang.

C. Riwayat Penyakit Terdahulu

1. Riwayat Gangguan Psikiatri


Riwayat gangguan jiwa sebelumnya (-).
2. Riwayat Gangguan Medis Umum
Riwayat kejang (-). Riwayat trauma kepala (-). Riwayat DM
dan Hipertensi (-). Riwayat sakit jantung (-), stroke (-).Tidak
didapatkan riwayat penurunan kesadaran.
3. Riwayat Penggunaan Obat-Obatan, Zat Adiktif dan Alkohol
Pasien merokok kurang lebih 1-2 batang per hari. Tidak
didapatkan riwayat minum minuman beralkohol dan zat adiktif
lainnya.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Masa Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak pertama dari empat bersaudara.


Menurut ibu pasien, pada saat hamil dalam keadaan sehat dan
4
bahagia. Pasien dilahirkan secara normal dengan bantuan dukun
beranak. Menurut itu tidak ada masalah selama proses kelahiran.
Bayi lahir sehat, umur cukup bulan, berat badan dikatakan cukup
dan langsung menangis kuat. Pasien mendapatkan ASI selama 2
tahun dan menurut ibu, pertumbuhan dan perkembangan pasien
sesuai usia.

B. Masa Kanak Awal (sampai usia 3 tahun)

Pasien cukup dekat dengan ayah maupun ibu. Menurut ibu,


pasien dididik secara wajar dan disiplin oleh ayahnya. Pasien juga
tidak mengalami masalah saat toilet training. Pasien masuk TK
pada umur 6 tahun. Tidak didapatkan riwayat cemas perpisahan
dengan ibu. Pasien cukup berani bergaul dan memiliki banyak
teman.

C. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien memiliki prestasi yang cukup baik saat SD.


Dikatakan kadang-kadang pasien meraih rangking 5 besar. Pasien
punya banyak teman dan hobi utama pasien adalah bermain sepak
bola.

D. Masa Kanak Akhir dan Remaja (11-18 tahun)

Pasien cukup pandai sehingga mampu bersekolah SD, SMP


dan SMK negeri. Tidak didapatkan riwayat adanya kenakalan
remaja pada pasien.

E. Masa Dewasa

5
1. Riwayat Pendidikan

Setamat SMK, pasien tidak melanjutkan kuliah karena


bekerja. Awalnya, pasien menganggap pekerjaan tersebut sebagai
batu loncatan sebelum nantinya melanjutkan kuliah. Akan tetapi,
pasien merasa sudah cocok dan nyaman dengan pekerjaannya
sehingga akhirnya tidak jadi melanjutkan kuliah.

2. Riwayat Pekerjaan
Pasien mendapat pekerjaan di perusahaan swasta dekat
dengan rumah pasien. Bidang pekerjaannya sesuai dengan bidang
keahlian pasien. Pasien merasa cocok dengan pekerjaannya.
Ketika ayahnya sakit dan sering menjalani cuci darah, pasien
banyak izin karena harus mengantar ayahnya. Setelah ayahnya
meninggal, pasien merasa kurang bisa berkonsentrasi dengan
pekerjaannya. Jika sedang istirahat, pasien sering nggliyer seperti
mau pingsan. Pasien juga merasa akhir-akhir ini semangat kerjanya
menurun.

3. Riwayat Keagamaan

Pasien ditanamkan nilai-nilai agama sejak kecil dengan


dimasukkan ke taman pendidikan Al Qur’an yang ada di
kampungnya. Orang tua mengajari menjalankan sholat lima waktu.
Pasien termasuk orang yang taat menjalankan ibadah. Pasien juga
sering mengikuti pengajian dan kegiatan keagamaan seperti tahlilan
dan sebagainya.

4. Riwayat Militer
Pasien belum pernah mengikuti kegiatan militer.

6
5. Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah bermasalah dengan hukum.

6. Aktivitas Sosial
Pasien termasuk orang yang cukup dapat bersosialisasi.
Pasien aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat
seperti kerja bakti, ronda dan sebagainya.

F. Riwayat Psikoseksual

Pasien mulai tertarik lawan jenis saat SMP. Pasien pertama kali
mimpi basah pada umur 15 tahun. Pasien tidak pernah pacaran hingga
terlewat batas. Pasien menikah dengan perempuan yang dikenalkan
oleh budhenya dari Jawa Timur. Pasien dikaruniai 1 orang anak laki-
laki yang saat ini berusia 5 tahun. Kehidupan seksual menurut pasien
cukup memuaskan kecuali akhir-akhir ini dirasakan berkurang sejak
pasien mengalami gejala kecemasan. Selain itu, istri pasien menolak
tinggal serumah dengan ibu mertua, padahal pasien sebetulnya ingin
menemani ibunya yang sering sakit-sakitan sejak ayahnya meninggal
dunia. Masalah ini membuat pasien merasa tidak nyaman karena
hubungan istri dengan ibu pasien menjadi kurang harmonis.

7
G. Riwayat Keluarga

Bagan Silsilah Keluarga

Keterangan Gambar :

: Jenis kelamin laki-laki

: Jenis kelamin perempuan

: Pasien

: Meninggal

H. Situasi Kehidupan Sekarang

Saat ini pasien tinggal bersama istri dan anaknya. Istri pasien
juga bekerja di perusahaan yang sama dengan pasien, hanya
berbeda shift kerja. Pasien tinggal di rumah pemberian orang
tuanya. Rumah tersebut terletak persis di depan rumah ibu pasien.

8
Sumber penghasilan untuk nafkah sehari hari bersumber dari
gaji pasien dan juga istri. Keadaan sosial ekonomi dapat dikatakan
cukup. Pasien saat ini juga menanggung biaya pengobatan ibunya
yang sering sakit kaki dan sering kontrol di rumah sakit.

I. Impian, Fantasi dan Nilai-Nilai


Impian pasien saat ini adalah bisa merawat ibunya yang sudah
sakit-sakitan. Pasien ingin sehat dan bisa merawat keluarganya.

J. Taraf Kepercayaan dalam Alloanamnesis

Secara keseluruhan alloanamnesis dapat dipercaya.

IV. STATUS MENTAL ( Tanggal 17 November 2015)

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Tampak seorang laki-laki, kesan sesuai umur, rawat diri


cukup.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Normoaktif
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Mood dan Afek
Mood : cemas
Afek : dysforik
C. Pembicaraan
Pasien berbicara spontan, intonasi dan volume suara
rendah, artikulasi jelas, produktivitas bicara cukup,
9
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik (-).
E. Pikiran
1. Bentuk Pikir : realistik
2. Isi Pikir : preokupasi kecemasan, preokupasi dengan
kesehatan dirinya, ide bersalah
3. Progresi Pikir : relevan, koheren.
F. Kesadaran dan Kognisi
1. Tingkat Kesadaran : Compos mentis
2. Orientasi :Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
ituasi : baik
3. Daya Ingat : Jangka segera : baik
Jangka sedang : baik
Jangka panjang : baik
4. Konsentrasi dan perhatian :
cukup
5. Kemampuan membaca dan menulis : baik
6. Pikiran Abstrak : baik
7. Intelegensi dan daya informasi : baik sesuai tingkat
pendidikan.

G. Pengendalian Impuls
Pengendalian diri pasien selama pemeriksaan : baik
Respons pasien terhadap pertanyaan pemeriksa : baik

H. Tilikan Diri (Insight)


Derajat IV (pasien mengetahui dirinya sakit, tetapi tidak tahu
penyebabnya apa).
10
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status Internus
Keadaan umum : Baik , status gizi cukup
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Denyut nadi : 82x/menit
Frekuensi nafas : 13x/menit
Suhu : 36 0 C
Kepala :
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Tenggorokan : Tidak ditemukan kelainan
Leher : KGB tidak teraba, kelenjar tiroid
dalam batas normal
Thorax :
Jantung : bunyi jantung SI-II teratur, suara
tambahan tidak ada
Paru-paru : suara dasar vesikuler, suara
tambahan (--)
Abdomen : turgor baik, nyeri epigastrium tidak
ada, bising usus (+) normal,
hepar/lien tak teraba membesar
Ekstremitas : edema (-)

B. Status Neurologis
1. Glasgow Coma Scale : E4M6V5 =15
2. Tanda-Tanda Sindrom Ekstrapiramidal : Tidak ada
3. Sikap Tubuh : Normal
4. Cara Berjalan : Normal
5. Gerak Abnormal : Tidak ada
11
6. Sensorik : Baik
7. Motorik Superior Inferior
Gerak +/+ +/+
Kekuatan 5/5 5/5
Tonus Normal Normal
Pemeriksaan nervus cranialis : kesan dalam batas normal
Kesan : belum ditemukan adanya kelainan.

C. Skala Nyeri

Skala nyeri = 0

D. Laboratorium
HB :13,0 g/dl
AL : 9,01 rb/mmk
PLT : 350 rb/mmk
AE : 4,7 rb/mmk
Neut %: 73,9
Limfo %: 17,3
Mono %: 8,3
Eos % : 0,4
Neut # : 6,65
Limfo #: 1,56
Mono #: 0,75
Baso #: 0,1
Eos #: 0,4
SGOT : 24,0

12
SGPT : 22,0
BUN : 5,9
Crea: 0,88
E. Elektro-Kardio Grafi (EKG) : Normal Sinus Rhythm
F. Pemeriksaan Tambahan Lainnya:
1. HDRS (Hamilton Depression Rating Scale) 22
2. HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale): 39
3. Tes Grafis
Kesan Tes Grafis:
Didapatkan kesan cemas, tidak berani menghadapi masalah,
dependen, membutuhkan perhatian ibu.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Dihadapkan seorang pasien laki-laki umurr 31 tahun, anak pertama


dari 4 bersaudara, suku Jawa, agama Islam, menikah, pendidikan SMK,
karyawan swasta, datang ke rumah sakit dengan keluhan dada sering
berdebar-debar. Pasien takut mengalami sakit jantung. Sudah periksa ke
dokter dan dinyatakan hasilnya normal. Pasien sering mengalami
kecemasan, mengkhawatirkan hal-hal kecil, merasa ketakutan bila
ditinggal sendiri, sering berkeringat dingin dan sulit tidur. Gejala ini
terjadi sejak kematian ayah pasien dan mengganggu kegiatan pasien baik
dalam pekerjaan, rumah tangga dan kegiatan sosial.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan gejala berupa afek dan
mood cemas, isi pikir preokupasi pada kecemasan dan kesehatan fisik,
halusinasi (-), insight derajat IV. Pemeriksaan penunjang HARS 39 dan
HDRS 22. Tes grafis didapatkan kesan cemas, dependen, kurang berani
menghadapi masalah serta ingin perhatian dari ibu.

13
VII.DIAGNOSIS BANDING
1. Agorafobia (F40.0)
2. Gangguan Panik (F41.0)
3. Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)
4. Gangguan Campuran Cemas dan Depresi (F 41.2)

VIII.FORMULA DIAGNOSTIK

Diagnosis Aksis I

Pada pasien ini ditemukan perubahan perilaku dan psikologis yang


secara klinis bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress) dan
hendaya (disability) dalam kehidupan sehari-hari, fungsi pekerjaan dan
psikososial, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami
suatu Gangguan Jiwa.
Berdasarkan alloanamnesis, anamnesis, riwayat perjalanan
penyakit tidak didapatkan riwayat penyakit fisik. Juga dari hasil
pemeriksaan penunjang semua dalam batas normal kemungkinan
gangguan jiwa yang dialami pasien disebabkan oleh gangguan fisik
organik/ infeksi dapat disingkirkan.
Pada pasien ini tidak didapatkan adanya riwayat penggunaan zat
psikoaktif berupa konsumsi alkohol maupun obat-obat yang dapat
menstimulasi maupun mendepresi susunan saraf pusat. Dari pemeriksaan
fisik juga tidak ditemukan adanya bekas-bekas suntikan jarum. Pasien juga
tidak mengkonsumsi rokok. Kemungkinan Gangguan Mental Akibat
Penggunaan Zat Psikoaktif (F1) sejauh ini dapat disingkirkan.
Pada pasien ini tidak didapatkan gangguan penilaian realita
dibuktikan dengan tidak didapatkannya gangguan isi pikir seperti waham
maupun gangguan persepsi seperti halusinasi serta tidak ada deteriorasi
kepribadian sehingga pada kasus ini merupakan kasus non psikotik.

14
Dari hasil pemeriksaan psikiatri, didapatkan simtom-simtom yang
dikategorikan dalam sindrom berikut:

Sindrom cemas: kecemasan, khawatir, overaktivitas otonom, sakit kepala,


sesak nafas, pusing

Sindrom fobia: menghindari situasi yang bagi orang lain tidak


membahayakan/ mengancam disertai gejala palpitasi, perasaan mau
pingsan, takut mati dan takut kehilangan kendali

Sindrom panik: anxietas berat hingga taraf panik, palpitasi, sesak nafas,
seperti mau mati, serangan muncul tidak terbatas pada situasi tertentu

Sindrom depresi: afek dan mood disforik, hilang minat, ide bersalah, ide
tidak berguna.

Di dalam buku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan


Jiwa III (PPDGJ III) kriteria gangguan agorafobia adalah sebagai
berikut:
Agorafobia (F40.0)
Kriteria Terpenuhi/
tidak
Gejala psikologis maupun otonom yang timbul Terpenuhi
merupakan manifestasi primer dan bukan gejala sekunder
Anxietas yang timbul harus terbatas pada sekurangnya Tidak
dua dari situasi sbb: terpenuhi
Banyak orang, tempat umum, berpergian keluar rumah,
dan bepergian sendiri
Menghindari situasi fobik secara menonjol Terpenuhi

Pada pasien, tidak didapatkan penghindaran yang lebih luas


terhadap situasi atau tempat terbuka, hanya terbatas pada kegiatan tahlilan
dan jumatan, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kriteria gangguan

15
agorafobia. Dengan demikian, kemungkinan agorafobia dapat
disingkirkan.

Kriteria Gangguan Panik menurut PPDGJ III:


Kriteria Terpenuhi/
tidak
Adanya anxietas berat yang berulang, tidak terbatas Terpenuhi
pada situasi tertentu, palpitasi, nyeri dada, tercekik,
pusing, disertai ketakutan menetap bila datang
serangan lagi berlangsung minimal 1 bulan
Panik terjadi pada keadaan yang sebenarnya tidak Tidak terpenuhi
berbahaya, tidak pada situasi yang terbatas yang dapat
diduga
Ada periode bebas serangan Terpenuhi

Pada pasien ini palpitasi tidak disertai nyeri dada, frekuensi hanya
2x selama 6 bulan sehingga tidak cukup kuat untuk memenuhi kriteria
gangguan panik. Dengan demikian, diagnosis banding gangguan panik
dapat disingkirkan.

Gangguan Cemas Menyeluruh menurut PPDGJ III:


Kriteria Terpenuhi/
tidak
Cemas masa depan, khawatir nasib buruk, gelisah Tidak Terpenuhi
seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi
Ketegangan motorik (gelisah,sakit kepala, tidak bisa Tidak terpenuhi
santai)
Overaktivitas otonom Terpenuhi
Gejala sudah berlangsung terus menerus sekurang- Terpenuhi
kurangnya 6 bulan

16
Pada pasien ini, dipertimbangkan gangguan cemas menyeluruh.
Akan tetapi, pada pasien ini juga didapatkan gejala depresi yang cukup
menonjol. Diagnosis banding untuk pasien ini adalah Gangguan campuran
cemas dan depresi. Adapun kriterianya menurut PPDGJ adalah sebagai
berikut:

Gangguan Campuran Cemas dan Depresi (F41.2)

Kriteria Terpenuhi/ tidak


terpenuhi

Terdapat gejala-gejala cemas maupun depresi dimana Terpenuhi


masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang
cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.
Terpenuhi
Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan
walaupun tidak berjalan terus menerus, disamping rasa
cemas atau kekhawatiran yang berlebihan

Dengan demikian Gangguan Campuran Cemas dan Depresi (F41.2)


dapat ditegakkan.

Diagnosis Aksis II

Dari penggalian riwayat proses perkembangan dari kanak-kanak hingga


dewasa, kepribadian sebelum sakit, serta pemeriksaan status mental dan tes grafis
di poliklinik, didapatkan gambaran ciri kepribadian dependen. Beberapa ciri dari
tipe kepribadian dependen antara lain:

17
Ciri-Ciri Kepribadian Dependen Terpenuhi/
tidak

Mendorong atau membiarkan orang lain mengambil sebagian Terpenuhi


besar keputusan penting bagi dirinya

Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah daripada orang lain Terpenuhi


pada siapa ia bergantung

Keengganan mengajukan tuntutan yang layak kepada orang Terpenuhi


tempat ia bergantung

Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, Terpenuhi


ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan
mengurus diri sendiri

Terpaku pada ketakutan akan ditinggalkan orang yang dekat Terpenuhi


dengannya agar mengurus diri sendiri

Keterbatasan kemampuan membuat keputusan sehari-hari Terpenuhi


tanpa mendapat nasihat yang berlebihan dan diyakinkan orang
lain

Diagnosis Aksis III

Belum didapatkan diagnosis

Diagnosis Aksis IV

Masalah primary support group (hubungan dengan ibu dan istri)

Diagnosis Aksis V

Pada aksis V, dinilai kemampuan penyesuaian diri pasien dengan


menggunakan GAF (Global Assessment of Functioning). GAF saat dilakukan
pemeriksaan adalah 60-51 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik).
18
IX.FORMULASI PSIKODINAMIK

Formula psikodinamika melibatkan banyak sistem elemen biopsikososial


yang harus disusun secara sistematis dan terintegrasi agar dapat menjelaskan
manifestasi gambaran klinis pasien dengan gangguan jiwa. Psikopatologi terjadi
apabila ada faktor predisposisi dan ada faktor presipitasi yang dialami oleh
seseorang. Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah terjadinya
gangguan jiwa pada seseorang, contohnya faktor genetik, pola asuh dan
sebagainya sedangkan faktor presipitasi adalah faktor yang diduga menjadi
pencetus suatu gangguan jiwa. Formulasi psikodinamika diharapkan dapat
menjelaskan manifestasi gambaran klinis pasien yang berguna untuk menentukan
rencana tindak lanjut.

Penderita merupakan anak pertama dari 4 bersaudara (sulung). Pola asuh


orang tua cenderung disiplin dan menekankan bahwa anak pertama harus bisa
menjadi contoh bagi adik-adiknya. Hal ini menjadi suatu beban terdiri bagi pasien
karena tanggung jawabnya cukup besar. Hal ini juga merupakan predisposisi
untuk terjadi gangguan jiwa.

Pasien memiliki hubungan yang cukup erat dengan ayahnya. Apalagi


selama sakit, os mendampingi ayahnya cuci darah dan mengurusi segala
keperluannya. Saat meninggal, ayah pasien berpesan supaya pasien menjaga ibu
dan adik-adiknya. Kehilangan ayah sebagai objek yang dicintai menjadi faktor
presipitasi timbulnya gejala-gejala cemas dan depresi. Setelah itu, pasien juga
mengkhawatirkan kondisi ibu yang sakit-sakitan. Akan tetapi, istri belum mau
diajak tinggal bersama mertuanya. Hal ini menyebabkan pasien mengalami
konflik, disatu sisi ingin dekat dan merawat ibunya, disatu sisi pasien juga harus
menghargai permintaan istrinya. Semua ini merupakan objek yang dicintai oleh
pasien dan semuanya penting sesuai dengan tugas perkembangan tahap intimacy
Erikson.

19
Kecemasan merupakan usaha ego untuk mengendalikan munculnya
impuls-impuls yang mengancam kesadaran. Kecemasan terjadi karena respon
individu yang berlebihan terhadap suatu rangsangan dari luar maupun dari dalam
individu. Kecemasan merupakan hasil dari konflik intrapsikis yang tidak disadari.
Ego individu berusaha untuk menurunkan kecemasan karena bila berlangsung
terus menerus akan mempengaruhi homeostaasis. Kecemasan muncul bila
tuntutan id tetapi tidak dijinkan oleh ego maupun superego. Konflik-konflik
tersebut ditekan di alam bawah sadar dengan tetap berpotensi muncul, sering tidak
realistik dan cenderung dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke permukaan
melalui tiga peristiwa yaitu sensor superego menurun, desakan id meningkat, dan
adanya stres psikososial dan muncullah gejala-gejala kecemasan.

X.DIAGNOSIS MULTIAKSIAL (Menurut PPDGJ III)

Aksis I : Gangguan Campuran Cemas dan Depresi (F41.2)


dd Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)
Aksis II : Ciri Kepribadian Dependen
Aksis III : Belum Ditemukan
Aksis IV : Masalah primary support group
Aksis V : GAF 60-51 (gejala sementara & dapat diatasi,disabilitas
ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll).)

XI.PROGNOSIS

PROGNOSIS : Dubia at Bonam


Premorbid :
- Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga (-) : baik
- Status perkawinan : menikah : baik
- Dukungan keluarga (+) : baik
- Status sosial ekonomi : cukup : baik
- Stressor jelas : baik
20
- Kepribadian Dependen : jelek

Morbid :
- Onset usia : dewasa akhir : baik
- Jenis penyakit : afektif : baik
- Perjalanan penyakit: akut : baik
- Penyakit organik (-) : baik
- Regresi : (-) : baik
- Respon terapi (obat-obatan ) : (+) : baik
Hal-hal yang meringankan: tidak ada riwayat gangguan jiwa pada
keluarga, tidak ada riwayat penggunaan zat, pasien maupun keluarga
kooperatif dan sosioekonomi cukup.
Hal-hal yang memberatkan: ciri kepribadian dependen

XII.DAFTAR MASALAH

a. Organobiologik
Dada berdebar-debar
b. Psikologis
Permasalahan hubungan istri dan ibu mertua
c. Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Belum didapatkan
d. Spiritual
Belum didapatkan

21
XIII.PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi
Fluoxetine tablet 20 mg 1x1 tablet pagi, Clobazam 1x 5mg sore.
2. Psikoterapi
1. Terapi relaksasi nafas
2. Cognitive Behaviou

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI., 1993. Pedoman dan Penggolongan Diagnosis Gangguan


Jiwa. Edisi ketiga. Jakarta.
Kaplan HI., Sadock BJ., 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi 7 Jilid 2. Bina Rupa AKsara. Yakarta.
Maramis WF., 2003. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University
Press. Surabaya.
Maslim, R., 2007. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Cetakan III. PT Nuh. Jakarta.
Sinaga BR, 2007, Skizofrenia dan Diagnosis Banding, Balai Penerbit FK
UI, Jakarta

22
23

Anda mungkin juga menyukai