Anda di halaman 1dari 15

EPISODE DEPRESIF

Hilmy Pradipta Lumunon


1910211138
DEFINISI

• Episode depresif termasuk gangguan mood yaitu saat seseorang mengalami


periode gejala depresi.
ETIOLOGI

Penyebab pasti depresi masih belum diketahui, namun kondisi ini diduga berhubungan dengan faktor
genetik, zat kimia di otak, dan hormon. Depresi juga bisa menyerang semua rentang usia. Namun, lebih
sering dialami oleh orang dewasa.
• Ada beberapa faktor yang juga dapat memicu terjadinya depresi, antara lain:
• Mengalami peristiwa traumatis atau tekanan batin, misalnya karena penyiksaan atau
pelecehan, Hubungan sedarah, kematian orang terdekat, atau kesulitan ekonomi
• Memiliki penyakit kronis atau serius, misalnya setelah menderita kanker, stroke, atau HIV/AIDS
• Memiliki kepribadian tertentu, misalnya merasa rendah diri, terlalu keras dalam menilai diri sendiri,
pesimis, atau terlalu bergantung kepada orang lain
• Ketergantungan alkohol dan narkoba, misalnya saat mencoba untuk melarikan diri dari masalah
• Memiliki riwayat gangguan mental, misalnya ganggguan kecemasan atau gangguan makan
• Konsumsi obat tertentu, misalnya obat tidur atau obat untuk hipertensi
• Memiliki keluarga dekat yang juga mengalami depresi factor ketutunan
FAKTOR RESIKO

• Depresi sering terjadi pada wanita dengan usia 25-44 tahun, dan puncaknya
pada masa hamil.
• Faktor sosial seperti stres dari masalah keluarga dan pekerjaan.
• Harapan hidup pada wanita lebih tinggi, kematian pasangan mungkin juga
menyebabkan angka yang tinggi untuk wanita tua mengalami depresi.
• Pada saat setelah pubertas resiko untuk depresi meningkat 2- 4 kali lipat,
dengan 20% insiden pada usia 18 tahun.
• Perbandingan gender saat anak-anak 1:1, dengan peningkatan resiko depresi
pada wanita setelah pubertas, sehingga perbandingan pria dan wanita menjadi
1:2.
EPIDEMIOLOGI

• Prevalensi penderita depresi di Indonesia diperkirakan 2,5 - 9 juta dari 210 juta
jiwa penduduk.
• Pada saat setelah pubertas resiko untuk depresi meningkat 2- 4 kali lipat,
dengan 20% insiden pada usia 18 tahun. Perbandingan gender saat anak-anak
1:1, dengan peningkatan resiko depresi pada wanita setelah pubertas, sehingga
perbandingan pria dan wanita menjadi 1:2.
KLASIFIKASI DAN GEJALA KLINIS
EPISODE DEPRESIF

Menurut PPDGJ III, kriteria diagnosis episode depresif (F32) adalah sebagai berikut:
Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat) :
• 1) Afek depresif
• 2) Kehilangan minat dan kegembiraan
• 3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja ) dan menurunnya aktivitas.
Gejala Lainnya :
1) Konsentrasi dan perhatian berkurang
2) 2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3) 3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4) 4) Pandangan masa depan yang suram dan psimistik 17
5) 5) Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
6) 6) Tidur terganggu
PEDOMAN DIAGNOSTIK
PEDOMAN DIAGNOSTIK
DIAGNOSIS ANAMNESIS

Gejala emosional Gejala kognitif


• Perasaan sedih • Sulit konsentrasi
• Mudah lupa
• Rasa tertekan • Pikiran bersalah
• Anhedonia • Putus asa/hopelessness
• Perasaan tidak berharga/worthlessness
• Mudah menangis
• Ansietas

Gejala neurovegetatif Gejala somatik


• Hipersomnia • Keluhan gastrointestinal: konstipasi, diare, kembung, mual, muntah,
• Insomnia nyeri
• Anoreksia • Keluhan kardiovaskular : nyeri dada, dyspnea, palpitasi
• Hiperfagia • Keluhan reproduksi : gangguan menstruasi, masalah seksual
• Retardasi/agitasi psikomotor • Keluhan lainnya : pusing, lelah, sakit kepala, mialgia, nyeri sendi, nyeri
pinggang
Gejala bunuh diri
• Pada penyakit depresi dapat timul pikiran atau percobaan bunuh diri.
DIAGNOSIS STATUS MENTAL

Pemeriksaan status mental dilakukan untuk mengobservasi tanda-tanda depresif yang dapat
mendukung anamenesis.
Pasien depresi umumnya menunjukkan:
• Alam perasaan/mood: distimia atau hipotimia
• Afek datar atau tumpul atau terbatas
• Pembicaraan sedikit, monoton
• Tidak ada gangguan persepsi
• Fungsi intelektual dan kognitif dapat terganggu apabila terdapat penyebab organik
• Proses pikir umumnya tidak terganggu
• Pengendalian impuls terganggu: umumnya dapat membahayakan diri sendiri ataupun
orang lain
• Tilikan dapat baik ataupun tidak
DIAGNOSIS PX FISIK

• Pemeriksaan fisik pada gangguan depresi umumnya tidak dilakukan secara


rutin. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan pada saat onset pertama gangguan
depresi atau pasien dengan penyebab depresi yang belum diketahui.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan secara umum dan pada setiap sistem
organ.
• Pemeriksaan fisik jarang perlu dilakukan dalam diagnosis. Pemeriksaan
fisik dapat digunakan untuk membedakan apakah keluhan disebabkan oleh
depresi atau sebab organik lainnya. Selain daripada itu, pemeriksaan fisik
akan sangat diperlukan pada kegawatdaruratan dimana pasien depresi
melakukan percobaan bunuh diri.
TATA LAKSANA

Psikoterapi
• Psikiater akan melakukan psikoterapi dengan melakukan wawancara untuk membantu penderita dalam mengatasi
depresi. Psikoterapi dilakukan untuk mengukur beberapa aspek yang dialami penderita di bawah ini:
• Sudut pandang negatif terhadap situasi yang dialami
• Pengalaman yang membuat tertekan
• Komunikasi dan hubungan dengan orang lain
• Emosi
Obat Antidepresan
• Di samping psikoterapi, pemberian obat untuk depresi (antidepresan) juga dapat membantu mengatasi gejala depresi.
Antidepresan berkerja dengan cara menyeimbangkan zat kimia otak yang mengatur suasana perasaan.
• Ada beberapa jenis obat antidepresan yang akan diresepkan oleh dokter untuk mengatasi depresi, yaitu:
• Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), contohnya escitalopram dan fluoxetine
• Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), contohnya duloxetine, dan fenlavaxine
• Tricyclic antidepressant, contohnya amitriptyline
• Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), contohnya phenelzine dan isocarboxadid
TATA LAKSANA

Terapi kejut listrik


• Jika obat belum dapat meredakan gejala dan keluhan depresi, terapi kejut listrik
atau eloectroconvulsive therapy(ECT). Dalam ECT, gelombang listrik akan dialirkan ke tubuh
untuk memengaruhi kerja otak, sehingga gejala depresi mereda. ECT juga dapat dilakukan pada
pasien yang berisiko tinggi untuk bunuh diri.
Perubahan gaya hidup
• Selain dengan obat dan terapi, perubahan gaya hidup dan perawatan di rumah juga dapat
membantu meringankan gejala Depresi. Perubahan gaya hidup dan perawatan di rumah ini
termasuk:
• Menghindari narkoba dan alkohol.
• Berolahraga setidaknya tiga kali per minggu.
• Tidur cukup
• Menerapkan teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam dan meditasi.
• Mengonsumsi suplemen tertentu, seperti minyak ikan.
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

• Depresi dapat menggangu produktifitas penderitanya. Jika tidak ditangani depresi dapat
menyebabkan gangguan tidur dan gangguan kesehatan lain akibat gangguan pola makan.
• Depresi yang berat dapat membahayakan penderitanya, terlebih jika sudah muncul
keinginan untuk melukai diri sendiri atau bunuh diri.
• Rekurensi dan komplikasi depresi merupakan faktor yang menentukan prognosis pasien.
PENCEGAHAN

Pencegahan Depresi
Cara-cara yang dapat dilakukan adalah:
• Melakukan relaksasi untuk mengatasi stres, misalnya yoga atau pilates
• Tidur dengan cukup, minimal 8 jam per hari
• Menghindari konsumsi alkohol
• Berolahraga secara teratur
• Menjaga silaturahmi dengan teman atau keluarga pada waktu lengang
• Membatasi penggunaan sosial media jika dirasa mengganggu
• Menjauhi orang yang membawa pengaruh buruk
• Mengobati penyakit kronis yang berisiko menimbulkan depresi
• Berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater jika merasakan sedih yang berkepanjangan

Anda mungkin juga menyukai