Anda di halaman 1dari 69

Gangguan panik

Nama : Tiara khairina


Nim: 712016027
Latar belakang
• Gangguan panik, dengan atau tanpa
agorafobia, adalah salah satunya gangguan
kecemasan yang paling umum dan penting
pada populasi umum di dunia Barat dengan
prevalensi dalam satu tahun 2-3% di Eropa
• Gangguan panik terjadi pada sekitar 1 hingga
3 persen responden dari survei komunitas dan
pada 3 hingga 8 persen pasien yang diperiksa
oleh dokter layanan primer
• Gangguan ini dua kali lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pria, dan tampaknya
distribusi bimodal pada usia saat onset,
dengan satu puncak pada remaja akhir dan
puncak kedua pada pertengahan 30-an
Pembahasan
Definisi
• Gangguan panik ditandai dengan adanya
serangan panik yang tidak diduga dan spontan
yang terdiri dari sejumlah serangan sepanjang
hari sampai hanya sedikit serangan selama
satu tahun. (Kaplan & Sadock)
• Menurut DSM V gangguan panik adalah
serangan panik yang muncul tiba tiba, seragan
panik adalah gelombang ketakutan yang tiba
tiba dan dan kekecewaan yang mencapai
puncak dalam beberapa menit dan dalam
waktu tersebut harus ada gejala gejala yang
muncul
Epidemiologi
• Satu penelitian terakhir pada lebih dari 1.600
orang dewasa yang dipilih secara acak di Texas
menemukan bahwa angka prevalensi seumur
hidup
– 3,8 % untuk gangguan panik
– 5,6 % untuk serangan panik
– 2, % untuk serangan panik dengan gejala yang
terbatas yang tidak memenuhi kriteria diagnostik
lengkap
• Jenis kelamin wanita 2-3 kali lebih sering
terkena dari pada laki-laki
• Perbedaan antara kelompok Hispanik, kulit
putih non-Hispanik, dan kulit hitam adalah
sangat kecil
• Faktor sosial satu-satunya yang dikenali
berperan dalam perkembangan gangguan
panik adalah riwayat perceraian atau
perpisahan yang belum lama
• Gangguan paling sering berkembang pada
dewasa muda - usia rata-rata timbulnya
adalah kira-kira 25 tahun.
Komorbiditas

• Hingga 15 persen orang dengan gangguan


panik juga memiliki gangguan depresif berat
• Sekitar dua per tiga mengalami gangguan
panik selama atau setelah awitan depresi
berat
• Ganguan anxietas juga lazim ditemukan pada
orang dengan gangguan panik dan
agoraphobia
• Limabelas hingga tiga puluh persen orang
dengan gangguan panik memiliki fobia sosial
• Limabelas hingga tiga puluh persen memiliki
gangguan cemas menyeluruh
• Limabelas hingga tiga puluh persen memiliki
gangguan obsesif kompulsif
• Keadaan komorbiditas lainya juga termasuk
hipokondriasis, ganggua kepribadian, dan
gangguan terkait za
Etiologi
• Faktor Biologis
– Diperoleh data bahwa pada otak pasien dengan
gangguan panik, beberapa neurotransmiter
mengalami gangguan fungsi, yaitu serotonin,
GABA (Gama Amino Butyric Acid), dan
norepinefrin
– Serangan panik merupakan respon terhadap rasa
takut yang ditampilkan oleh fear network yang
terlalu sensitif, yaitu amigdala, korteks prefrontal,
dan hipokampus. Terdapat bukti praklinis bahwa
melemahnya tranmisi inhibisi lokal GABA di
amigdala basolateral, otak tengah, dan
hipotalamus dapat mencetuskan respon fisiologis
mirip ansietas
• Faktor Genetik
– Pada keturunan pertama pasien dengan gangguan
panik dengan agorafobia mempunyai risiko 4-8 kali
mengalami serangan yang sama
• Faktor Psikososial
– bahwa pola ansietas saat sosialisasi saat masa
kanak, hubungan dengan orang tua yang tidak
mendukung, serta perasaan terperangkap atau
terjebak. Pada kebanyakan pasien, rasa marah dan
agresivitas sulit dikendalikan
• Pada pasien-pasien dengan gangguan panik, terdapat
kesulitan mengendalikan rasa marah dan fantasi-
fantasi yang terkait. Misalnya, pasien mempunyai
harapan untuk balas dendam terhadap orang
tertentu
• Teori perilaku kognitif
– Teori perilaku menyatakan bahwa ansietas adalah
respon yang dipelajari baik dari menirukan
perilaku orang tua mapun melalui proses
pembelajaran klasik.
– Didalam metode pembelajaran klasik pada
gangguan panik dan agoraphobia, stimulus
berbahaya (seperti serangan panik) yang timbul
bersama stimulus netral (seperti naik bus) dapat
mengakibatkan penghindaran stimulus netral.
• Teori psikoanalitik
– Teori ini mengonseptualisasi serangan panik
sebagai serangan yang timbul dari pertahanan
yang tidak berhasil terhadap impuls yang
mencetuskan ansietas.
– Serangan panik secara neurofisiologis
berhubungan dengan locus ceruleus, awitan panik
umunya terkait dengan faktor lingkungan atau
psikologis
Tanda dan gejala
• Klinisi harus berupaya untuk mendapatkan
setiap kebiasaan yang mendahului serangan
panik pasien. Aktivitas tersebut dapat
mencakup penggunaan kafein, alkohol, nikotin
atau zat lain, pola tidur atau makanan yang
tidak biasa, dan situasi lingkungan tertentu
seperti pencahayaan yang berlebihan
• Serangan sering dimulai dengan periode
meningkatnya gejala dengan cepat selama 10
menit.
• Gejala mental utama adalah rasa takut yang
ekstrim dan rasa kematian serta ajal yang
mengancam. Pasien biasanya tidak mampu
menyebutkan sumber rasa takutnya, mereka
menjadi bingung dan memiliki masalah
konsentrasi.
• Tanda fisik sering mencakup takikardi,
palpitasi, dispneu, dan berkeringat. Pasien
sering mencoba pergi untuk mencari
pertolongan.
• Serangan biasanya bertahan 20-30 menit
jarang lebih dari 1 jam.
• Diantara serangan pasien dapat memiliki
ansietas antisipatorik dan gangguan ansietas
menyeluruh mungkin sulit, walaupun pasien
gangguan nyeri dengan ansietas antisipatorik
mampu menyebutkan fokus ansietas mereka
• Pasien biasanya khawatir akibat masalah
jantung atau pernapasan. Pasien biasanya
dapat meyakini bahwa palpitasi dan nyeri
dada menunjukkan bahwa mereka akan mati.
Sebanyak 20% pasien benar-benar mengalami
episode sinkop selama serangan panik
Pedoman diagnostik
• Kriteria diagnosis untuk gangguan panik
termuat dalam DSM-V, Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders, ed 54
• Suatu periode tertentu adanya rasa takut atau
tidak nyaman, di mana empat (atau lebih)
gejala berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan
mencapai puncaknya dalam 10 menit:
– Palpitasi, jantung berdebar – Mual atau gangguan perut
kuat, atau kecepatan – Perasaan pusing,
jantung bertambah cepat. bergoyang, melayang, atau
– Berkeringat. pingsang.
– Gemetar atau berguncang – Derealisasi (perasaan tidak
– Rasa nafas sesak atau realitas) atau
tertahan depersonalisasi (bukan
– Perasaan tercekik merasa diri sendiri).
– Nyeri dada atau perasaan – Ketakutan kehilangan
tidak nyaman kendali atau menjadi gila
– Rasa takut mati.
– Parestesia (mati rasa atau
sensasi geli)
– Menggigil atau perasaan
panas.
B. Minimal satu serangan yang yang telah terjadi
satu bulan atau lebih dari salah satu atau dua
dari gejala di bawah ini
– 1.Rasa takut yang persistent terhadap akan datang
nya serangan panik dan konseuensinya (seperti :
hilang kontrol, serangan jantung, dan menjadi
gila)
• 2. Maladaptive yang signifikan pada perubahan sikap yang
berhubungan dengan serangan pani contohnya: perilaku
ang segaja dibuat untuk menghindari serangan panik
seperti menghindari olahraga dan situasi yang tidak
familiar)
• C. Hal yang mengganggu tidak berhubungan
dengan gangguan psikologi akibat zat
(penyalahgunaan narkoba, obat obatan) tidak
dipengeruhi kondisi medis
• D. Serangan panik tidak dapat dimasukkan ke
dalam gangguan jiwa lain, seperti fobia sosial,
fobia spesifik, gangguan obsesif kompulsif,
gangguan stress pasca trauma, atau gangguan
cemas perpisahan.
• Pedoman diagnostik Gangguan Panik
menurut PPDGJ III6
– Gangguan panik baru ditegakkan sebagai
diagnosis utama apabila tidak ditemukan adanya
gangguan ansietas fobik (F.40.-)
– Untuk diagnosis pasti harus ditemukan adanya
beberapa kali serangan ansietas berat (severe
attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-
kira satu bulan:
– Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara
objektif tidak ada bahaya;
– Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui
atau yang dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situations);
– Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-
gejala anxietas pada periode diantara serangan-
serangan panik (meskipun demikian, umumnya
dapat terjadi juga anxietas antisipatorik yaitu
anxieta yang terjadi setelah membayangkan
sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi).
Diagnosis Banding
• Penyakit kardiovaskuler
– Anemia
– Angina
• Penyakit paru
– Asma
– Hiperventilasi
• Penyakit neurologi
– Penyakit serebrovaskuler
– Epilepsi
• Penyakit endokrin
– Penyakit Addison
– Sindrom karsinoid
– Sindrom Cushing
• Intoksikasi obat
– Amfetamin
– Amilnitrit
• Gejala putus obat
– Alkohol
– Anti hipertensi
• Keadaan lain
– Anafilaksis
– Def.B 12
• Sedangkan untuk diagnosis banding non-
organik untuk gangguan panik meliputi
gangguan somatisasi, gangguan obsesif
kompulsif, fobia dan gangguan stress pasca
trauma
Terapi
• Dengan terapi sebagian besar pasien
mengalami perbaikan. Dua terapi yang paling
efektif adalah farmakoterapi dan terapi
kognitif perilaku
Farmakoterapi
• Alprazolam (Xanax) dan paroxetine (paxil)
adalah dua obat yang disetujui FDA untuk
terapi gangguan panik.
• Umumnya pegalaman menunjukkan
keunggulan selektif serotonin reuptake
inhibitor (SSRI) dan clomipramine (anfranil)
daripada benzodiazepine, monoamine
oxsidase inhibitor (MAOI), dan obat trisiklik
serta tetrasiklik dalam efektifitas dan toleransi
efek yang merugikan.
• Seletive serotonin reutake inhibitor.
– Semua SSRI efektif untuk gangguan panik.
Paroxetin memiliki efek sedatif dan cenderung
segera membuat pasien tenang sehingga
menimbulkan kepatuhan yang lebih besar serta
putus minum obat yang lebih sedikit.
– Fluoxamine dan sertralin adalah obat berikutnya
yang paling baik ditoleransi.
• Benzodiazepin
– Benzodiazepin memiliki awitan kerja untuk panik
yang paling cepat, sering dalam minggu pertama,
dan dapat digunakan untuk periode waktu yang
lama tanpa timbul toleransi terhadap efek anti
panik
– Alprazolam adalah benzodiazepine yang paling
luas digunakan untuk gangguan panik tetapi studi
menunjukkan lorazepam atau Ativan memiliki
efisiensi yang sama, dan pada laporan kasus juga
menunjukkan bahwa klonazepam atau klonopin
dapat efektif.
– Setelah 4-12 minggu dosis benzodiazepine dapat
diturunkan sementara obat serotonergik
diteruskan
• Obat trisiklik dan tertrasiklik
– Menurut data diantara obat-obat trisiklik
clomipramine dan imipramine (tofranil) adalah
obat yang paling efektif untuk terapi gangguan
panik
• Monoamine oxidase inhibitor
– Kemungkinan MAOI menyebabkan stimulasi
berlebihan lebih kecil daripada SSRI atau trisklik
tapi obat ini memerlukan dosis penuh selama
sedikitnya 8-12 minggu agar efektif
Tidak respon terhadap terapi

• Jika pasien gagal memberikan respon


terhadap salah satu golongan maka golongan
obat lain harus dicoba. Data terkini
menunjukkan nefazodon dan fenlafaxin efektif
untuk digunakan.
• Durasi farmakoterapi
– Ketika efektif terapi diteruskan selama 8-12 bulan
• Terapi kognitif
– Dua fokus utama terapi kognitif adalah instruksi
mengenai keyakinan pasien yang salah dan
informasi mengenai serangan panik
• Aplikasi relaksasi
– Tujuannya adalah memberikan pasien rasa kendali
mengenai tingkat ansietas dan relaksasi. Melaui
penggunaan teknik standar relaksasi otot dan
membayangkan situasi yang membuat santai,
pasien mempelajari teknik yang dapat membantu
mereka melewati sebuah serangan panik
• Pelatihan Pernapasan
– Hiperventilasi berhubungan dengan serangan
panik mungkin berkaitan dengan sejumlah gejala
seperti pusing dan pingsan, suatu pendekatan
langsung untuk mengendalikan serangan panik
adalah melatih paisen melakukan hiperventilasi
• Pajanan invivo
– Teknik ini meliputi pemajanan pasien terhadap
stimulus yang ditakuti yang semakin lama semkain
berat dari waktu ke waktu pasien menjadi
mengalami desensitisasi terhadap pnegalaman
tersebut.
• Terapi psikososial lain
– Terapi keluarga
• Keluarga pasien mungkin telah dipengaruhi oleh
gangguan anggota keluarga. Terapi keluarga yang
ditujukan pada edukasi dan dukungan sering
bermanfaat
• Psikoterapi berorientasi tilikan
– Terapi berfokus membantu pasien mengerti arti
ansietas yang tidak disadari, simbolisme situasi
yang dihindari, kebutuhan untuk menekan impuls,
dan keuntungan sekunder gejala tersebut
• Psikoterapi kombinasi dan farmakoterapi
– Intervensi psikoterapeutik membantu pasien
menghadapi rasa takut keluar rumah. Disamping
itu, beberapa pasien akan menolak obat karena
mereka yakin obat akan menstigmatisasi mereka
sebagai orang sakit jiwa sehingga intervensi
terapeutik dibutuhkan untuk membantu mereka
mengerti dan menghilangkan resistensi mereka
terhadap farmakoterapi
prognosis
• Meskipun demikian, sekitar 30-40% pasien
tampak bebas gejala pada pengamatan jangka
panjang, sekitar 50% memiliki gejala yang
cukup ringan sehingga tidak mengagu
kehidupan mereka secara signifikan dan
sekitar 10-20% terus mengalamai gejala yang
bermakna.
• Frekuensi dan keparahan serangan dapat
berfluktuasi. Serangan panik dapat terjadi
beberapa kali dalam sehari atau kurang dari
sekali dalam sebulan.
• Asupan kafein dan nikotin yang berlebihan
dapat memperberat gejala. Depresi dapat
mempersulit gambaran gejala pada 40-80%
pasien. Ketergantungan alkohol dan zat lain
dapat terjadi pada sekitar 20-40% pasien dan
gangguan obsesif kompusif juga dapat timbul.
KESIMPULAN

• Gangguan panik ditandai dengan adanya


serangan panik yang tida diduga dan spontan
yang teridir dari sejumlah serangan sepanjag
hari sampai hanya sedikit serangan seama
satu tahun
• Gangguan panik sering disertai agoraphobia
yaitu rasa takut sendirian ditempat umum
terutama tempat yang sulit untuk keluar
degan cepat saat terjadi serangan panik.
• Wanita 2-3 kali lebih sering terkena daripada
laki-laki, gangguan paling sering berkembang
pada dewasa muda.Faktor yang berperan
penting sebagai penyebab gangguan panik
adalah faktor biologis, faktor genetika, dan
faktor psikososial.
• Penatalaksanaan untuk gangguan panik
adalah dengan terapi kognitif serta
farmakoterapi Beberapa golongan obat yang
efektif untuk gangguan panic adalah obat
trisiklik dan tetrasiklik, Mono Amine Oksidase
Inhibitor (MAOIs), Serotonin Spesific Inhibitors
(RSSI) dan Benzodeazepine.
• Frekuensi dan keparahan serangan dapat
berfluktuasi. Serangan panik dapat terjadi
beberapa kali dalam sehari atau kurang dari
sekali dalam sebulan.
• Asupan kafein dan nikotin yang berlebihan
dapat memperberat gejala. Depresi dapat
mempersulit gambaran gejala pada 40-80%
pasien. Ketergantungan alkohol dan zat lain
dapat terjadi pada sekitar 20-40% pasien dan
gangguan obsesif kompusif juga dapat timbu
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai