Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRESENTASI KASUS

Depresi Pasca Bersalin

Oleh :
dr. Dyka Ja’far Hutama Putra

Pendamping :
dr. Ryan Ramdhan

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN BEKASI
BAB I

KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.W

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 25 tahun

Alamat : Kp. Bumi Asih, Cikarang Utara

Agama : Islam

Suku : Padang

Pendidikan Terakhir : SMP

Status Pernikahan : Sudah Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Datang ke RS : 29 Oktober 2018

DPJP : Dr. Hendrik Sirait, SpKJ

B. RIWAYAT PERAWATAN

a. Rawat Jalan : Belum pernah

b. Rawat Inap : Belum pernah

C. RIWAYAT PSIKIATRI

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 29 Oktober 2018

1
Alloanamnesis dilakukan kepada Suami pasien, Tn H, dekat dengan pasien dan dapat
dipercaya.

Keluhan Utama

Merasa cemas berlebih sejak 1 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merasakan cemas berlebih sekitar 1 tahun setelah lahiran. Segala hal di pikirkan.
Pasien setelah melahirkan merasa kesepian. Di rumah tidak ada keluarga yang di kenal.
Tinggal hanya dengan suami. Pasien merasa bingung untuk mengurus anak. Orang tua
pasien tinggal di padang sedangkan suami berkerja dan jarang pulang kerumah. Sekitar 1
bulan setelah lahiran, nenek pasien meninggal. Namun pasien tidak dapat pulang
kampung lantaran biaya. Pasien merasa tertekan, galau, kurang semangat dan malas
untuk melakukan aktivitas. Pasien merasa kesulitan untuk tidur. Pasien masih mau untuk
mengasuh anak nya. Pasien menyangkal bila ada bisikan dan bayangan. Tidak ada niat
untuk mengakhiri hidup

Alloanamnesa: (Tn H, suami pasien)

istri selalu mengeluh sulit tidur, memikirkan banyak hal, suami menyangkal bisa istri
berbicara sendiri. Istri malas mengerjakan pekerjaan rumah. Kadang sering merenung di
kamar. Istri masih mau mengasuh anak. Suami sibuk kerja kadang sabtu dan minggu
masih lembur kerja.

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada

Gangguan psikiatrik

Pasien tidak memiliki kelainan bawaan sejak lahir, tidak menderita sakit serius
sampai di rawat di RS. Pasien juga tidak memiliki riwayat kejang atau riwayat trauma
kepala.

2
Gangguan Medik
Pasien tidak memiliki penyakit HT, DM, Jantung
Gangguan Zat Psikoaktif
Menurut pengakuan pasien tidak merokok, tidak minum-minuman beralkohol dan
tidak memakai obat-obatan Narkoba.
Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat Perkembangan Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Pasien lahir dari
pernikahan yang sah, cukup bulan dalam kandungan ibu, dan lahir secara normal
ditolong oleh paraji dan saat lahir bayi langsung menangis. Kelahiran pasien
dikehendaki oleh kedua orang tuanya dan tidak ada penggunaan obat-obatan
selama masa kehamilan.

b. Riwayat Perkembangan Masa Kanak-kanak Awal (0 – 3 tahun)


Pasien diasuh oleh kedua orang tua kandungnya. Tidak ada cacat bawaan
yang ditemukan pada pasien. Ibu pasien tidak dapat memberikan perhatian yang
penuh pada pasien karena ibunya mempunyai bayi lagi ketika pasien berusia 8
bulan. Pasien tidak diberikan ASI sampai 2 tahun. Pasien tidak pernah menderita
sakit berat, tidak memiliki riwayat kejang serta trauma kepala. Perkembangan
fisiknya cukup baik, pola perkembangan motorik juga baik. Riwayat tumbuh
kembang pasien baik (sesuai dengan usianya).

c. Riwayat Kanak-kanak Pertengahan ( 3 – 11 tahun)


Perkembangan fisik maupun psikis pasien sesuai dengan usianya. Tidak
terdapat gangguan pola tidur pada pasien. Pasien merupakan anak yang riang.
Sejak sekolah, pasien memiliki banyak teman, tidak pernah berkelahi /
bermasalah di sekolah dan lingkungan tempat tinggal.

d. Riwayat Masa Pubertas dan Remaja


Hubungan sosial
Sikap pasien terhadap orang tua, saudara kandung, kerabat, dan tetangga
cukup baik. Pasien kurang dekat dengan keluarganya dan cenderung tertutup.

3
Pasien dapat bergaul dengan baik dengan teman – temannya. Pasien juga cukup
rajin beribadah. Pasien memiliki beberapa komunitas di lingkungannya.

Riwayat pendidikan
Pasien SD pada tahun 1998 di Padang. Pendidikan terakhir pasien adalah
SMA pada tahun 2007. Pasien tidak memiliki gangguan belajar, prestasi belajar
cukup baik. Orang tua pasien melarang untuk melanjutkan sekolahnya di SMA,
karena keterbatasan biaya. Kurang lebih 2 tahun pasien merantau ke cikarang
untuk bekerja.

Perkembangan motorik
Dalam perkembangan fisik baik dan normal, tidak ada cacat bawaan sejak
lahir. Dalam perkembangan kognitifnya tidak terlihat adanya gangguan (masih
dalam batas normal). Pasien mampu melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari
dengan baik seperti makan, minum, toilet, dan kebersihan diri.

Perkembangan emosi dan fisik


Pasien dinilai memiliki emosi yang cenderung diam ketika marah, kadang
senang dan kadang juga sedih.
Riwayat psikoseksual
Pasien tidak mempunyai riwayat gangguan psikososeksual. Pasien mulai
menyukai lawan jenis pada umur 15 tahun.

e. Riwayat Masa Dewasa


Riwayat pekerjaan
Pasien sudah tidak bekerja saat ini. Sebelumnya pasien pernah bekerja
pabrik di cikarang

Riwayat pernikahan
Sudah menikah dan pernikahan di restui oleh kedua orang tua dari pihak
suami maupun pihak pasien

4
Riwayat keagamaan
Pasien taat beribadah. Menurut teman pasien menjalankan ibadah shalat 5
waktu, jarang sekali membaca Al-Qur’an. Masih berpuasa ketika di bulan
Ramadhan. Pasien jarang mengikuti pengajian.

Riwayat aktivitas sosial


Pasien kurang bergaul baik dengan tetangga sekitar, teman. Pasien jarang
mengikuti kegiatan di lingkungan kontrakannya, karena dulu pasien hanya bekerja
dan kemudian pulang.

Riwayat hukum
Pasien tidak pernah bermasalah secara hukum.

Riwayat Keluarga
Pasien saat ini sudah menikah dan baru memiliki anak yang pertama.
Pasien pergi merantau dari keluarganya yang tinggal di padang. Pasien tinggal
mengontrak suami yang bekerja. Pasien awalnya dekat dengan keluarganya.
Namun saat pasien pulang kampung sebelum akhirnya menikah, pasien
merasakan kedekatan bersama keluarga. Pasien dekat dengan kakaknya. Apabila
ada masalah pasien lebih sering menceritakannya ke ibu nya. Menurut pasien,
tidak ada yang mengalami penyakit kejiwaan dari keluarga nya

f. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal mengontrak dengan suaminya. Pasien sudah tidak bekerja
semenjak melahirkan, setiap harinya pasien hanya mengasuh anak di rumah seorang diri.
Pasien tidak pernah pergi berlibur ataupun jalan jalan bersama suami karena suami sibuk
bekerja.

g. Mimpi, Khayalan dan Sistem Penilaian (value system)

Mimpi : tidak ada

Khayalan : tidak ada

Sistem Penilaian : Pasien dapat membedakan hal yang baik dan buruk.

5
D. STATUS MENTAL

Deskripsi Umum

Penampilan

Pasien seorang perempuan usia 25 tahun, dengan tinggi kira-kira 160 cm dan perkiraan
berat badan 65 Kg. Pasien berkulit sawo matang, berpakaian bersih dan rapih.
Menggunakan kerudung, dan memakai sandal. Cara berjalan pasien tampak tegak.

Perilaku dan aktivitas psikomotor

(Wawancara pertama tanggal 29/10/2018, Pukul 11.00 WIB)

Pasien tampak sedih. Perhatian pasien kurang, konsentrasi pasien kurang. Setiap diberi
pertanyaan pasien diam sejenak kemudian menjawab sambil menangis.

Pembicaraan (speech)

Cara berbicara : spontan

Volume berbicara : rendah

Kecepatan berbicara: sedang

Gangguan berbicara : tidak ada afasia, tidak ada disartria, tidak ada ekolakia.

a. Alam Perasaan

 Mood : depresif
 Afek : sempit
 Kesesuaian : sesuai

b. Gangguan Persepsi

 Halusinasi
o Auditorik : tidak ada
o Visual : tidak ada
o Taktil : Tidak ada

6
o Gustatorik : Tidak ada
 Ilusi : Tidak ada
c. Gangguan Pikir
 Bentuk : Realistik, koheren, ide bunuh diri(-)
 Proses Pikir
o Produktivitas : Baik
o Kontinuitas
 Blocking : Tidak ada
 Assosiasi longgar : Tidak ada
 Inkoherensia : Tidak ada
 Word salad : Tidak ada

 Neologisme : Tidak ada


 Flight of Idea : Tidak ada
 Sirkumstansial : Tidak ada

 Isi pikir
o Gangguan isi pikiran
 Waham
 Bizarre : Tidak ada
 Persekutorik/paranoid : Tidak ada
 Curiga : Tidak ada
 Kejar : Tidak ada
 Referensi : Tidak ada
 Kebesaran : Tidak ada
 Thought of insertion : Tidak ada
 Thought of broadcasting : Tidak ada
 Thought of withdrawal : Tidak ada
 Delution of influence :Tidak ada
 Obsesi : Tidak ada
 Kompulsi : Tidak ada
 Preokupasi pikiran :tidak Ada

7
d. Sensorium dan Kognitif

 Kesadaran : Compos mentis


 Orientasi : Baik
o Waktu ( pasien mampu menyatakan sekarang ini siang/sore/malam)
o Tempat ( pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang berada di RS)
o Orang ( pasien tahu bahwa ia ke RSUD Kab. bekasi berobat dengan dokter
Psikiatri)
 Daya ingat : Baik
o Daya ingat jangka panjang (pasien dapat mengingat tempatnya
bersekolah saat sd dan smp)
o Daya ingat jangka pendek (pasien dapat mengingat saat ke rumah sakit
dengan kendaraan apa)
o Daya ingat yang baru-baru ini terjadi ( pasien dapat mengingat terakhir
minta rujukan ke puskesmas sebelumnya)
o Daya ingat segera (pasien dapat mengingat nama dokter yang wawancara
saat itu, dan dapat mengulang dengan baik nama dokter spesialis jiwa “
Dokter Hendrik”)
 Konsentrasi : konsentrasi kurang
e. Daya Nilai

 Daya nilai sosial : Baik


Menurut pasien mencuri adalah perbuatan tidak baik.

 Uji daya nilai : Baik


Misalnya jika pasien menemukan dompet (dengan identitas pemilik) dijalan
dan terdapat uang Rp. 1.000.000,- ia akan mengembalikan dompet beserta uang
tersebut ke kantor Polisi.

 Daya nilai realitas: Tidak terganggu


f. Reality Test Ability (RTA) : Tidak terganggu
Pasien memiliki gangguan waham, halusinasi.
g. Tilikan : Tilikan derajat IV

8
Pasien memahami bahwa dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak mengetahui
faktor penyebabnya

E. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


1. RTA : terganggu
2. Mood : depresif
3. Afek : luas, sesuai
4. Gangguan persepsi : tidak ada
5. Gangguan bentuk pikir : realistik, koheren
6. Gangguan proses pikir : tidak ada
7. Gangguan isi pikir : tidak ada
8. Tilikan : Tilikan derajat 4
9. Faktor stressor : ”Interpersonal Relationships”
Setahun yang lalu pasien melahirkan anak pertama nya. Pasien merasa cemas dan
banyak yang dipikirkan bagaimana cara mengurus anak pertama nya. Saat setelah
melahirkan pasien lebih sering melamun. Pasien ingin sekali bertemu orang tuanya di
kampung. Terlebih lagi saat nenek pasien meninggal. Awalnya pasien sedih saat tahu
kabar itu. Namun pasien tidak bisa pulang kampung karena kendala hal biaya. Pasien
merasa kesepian di rumah hanya berdua dengan anak pasien. Pasien tidak pernah
jalan jalan dan berlibur bersama suami dikarenakan suami sibuk bekerja. Dan kadang
hari sabtu dan minggu suami masih masuk kerja untuk ambil lembur.

F. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan PPDGJ-III kasus ini digolongkan kedalam :

• AKSIS I : F53.0 GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU YANG


BERHUBUNGAN DENGAN MASA NIFAS YTK

Klasifikasi ini hanya digunakan untuk gangguan jiwa yang


berhubungan dengan masa nifas (tidak lebih dari 6 minggu setelah

9
persalinan), yang tidak memenuhi kriteria di tempat lain. Termasuk
post partum depression YTT

Kriteria diagnostik berdasarkan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual


of Mental Disorder 1994 fourth edition). Menggunakan depresi berat. Dikatakan bahwa
gangguan depresi berat bila sedikitnya ada lima gejala selama periode 2 minggu
pengamatan yang disertai perubahan fungsi berupa :

1. Alam perasaan terdepresi atau mudah tersinggung atau


2. Hilangnya minat atau kesenangan disertai sedikitnya 4 gejala berikut
o Anak gagal mencapai berat badan yang diharapkan.
o insomnia atau hipersomnia setiap hari.
o Retardasi psikomotor atau agitasi
o Kelelahan atau kehilangan tenaga setiap hari.
o Rasa tidak berdaya atau rasa bersalah yang tidak wajar.
o Tidak mampu berfikir atau berkonsentrasi.
o Fikiran akan kematian yang berulang (recurrent)
3. Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.
4. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga.
 AKSIS II : Diagnosis tertunda
 AKSIS III : Belum ada diagnosis
 AKSIS IV : Masalah Interpersonal Relationship “merasa kehilangan dan kesepian”
 AKSIS V :
GAF SCALE Pemeriksaan 70-61
 Beberapa gejala ringan (mood depresi dan insomnia ringan) atau beberapa kesulitan
dalam kehidupan sosial, pekerjaan, atau fungsi pendidikan, namun secara umum fungsi
cukup bsik, memiliki hubungan interpersonal yang berarti.

10
G. MULTIAKSIAL
AKSIS I : F53.0 Gangguan Mental Dan Perilaku Yang Berhubungan Dengan Masa
Nifas YTK
AKSIS II : Diagnosis tertunda
AKSIS III: Belum ada diagnosis
AKSIS IV : Masalah Interpersonal Relationship
AKSIS V : Global Assesment of Functioning (GAF) Scale 70-61

H. DAFTAR MASALAH
Organobiologik : tidak ditemukan
Psikologi : Depresif
Sosial : Hubungan dengan suami kurang komunikasi dan hiburan, merasa kesepian dan
kehilangan.
Keluarga : Pasien sudah 3 tahun tidak bertemu dengan keluarga.

I. PROGNOSIS

Faktor - faktor yang mendukung kearah prognosis baik:

 Pasien memiliki motivasi untuk dapat ditangani dan sembuh.


 suami pasien mendukung pengobatan pasien.

Faktor - faktor yang mendukung kearah prognosis buruk: sulit bertemu dengan keluarga
pasien karena kendala biaya, semakin sibuk suami dalam mencari nafkah

Kesimpulan prognosisnya adalah:


Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

J. PENATALAKSANAAN
Rawat jalan

11
Pengobatan:

Farmakoterapi
Elizac 20mg 1-0-0

Alprazolam 0,5mg 0-0-1

Vit B6 1x1

Terapi Psikoterapi
– Suportif
• Memotivasi pasien agar selalu meminum obat secara teratur.
• Memberitahu pasien untuk sebisa mungkin kontak dengan keluarga
• Memberitahu pasien agar masalahnya tidak dipendam sendiri
• Mengisi waktu dengan hal – hal positif.
• Terapi rekreasi: Olahraga atau pergi berlibur dengan keluarga atau teman
– teman
• Edukasi kepada suami.
– Suami dan keluarga
• Memotivasi pasien untuk menceritakan masalah yang terjadi kepada suami
maupun keluarga, agar keluarga dapat berperan serta dalam mendukung
kesembuhan pasien
• Memberitahu suami pasien untuk terus memantau kondisi pasien
• Memberitahu suami pasien untuk meluangkan waktu berlibur bersama
– Religius
• Memotivasi pasien agar selalu taat beragama dan beribadah.
• Rajin mempelajari ilmu-ilmu agama.

12
13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.3. DEPRESI POSTPARTUM


2.3.1. Definisi dan Epidemiologi
Depresi postpartum adalah depresi berat yang biasa timbul mulai 1-2 dan 4 minggu
setelah melahirkan. Depresi postpartum sangat umum terjadi pada ibu yang baru melahirkan,
khususnya melahirkan anak pertama (Minirth dan Meier, 2001). Namun dapat terjadi pada anak
kedua dan ketiga. Wanita yang mengalami depresi postpartum memiliki risiko untuk
mendapatkan episode berulang pada persalinan selanjutnya (Tomb, 2004).
Depresi postpartum serupa dengan depresi mayor atau minor lainnya yang dapat timbul
kapan saja. Dianggap depresi postpartum jika mulai dalam tiga sampai enam bulan setelah
melahirkan (Lenovo et al, 2009).
Insiden depresi postpartum sedang atau berat atau gangguan bipolar postpartum berkisar
dari 30-200 per 1000 kelahiran hidup (Strigtht, 2005). Depresi postpartum mengenai sekitar 10%
dari semua ibu baru (Curtis, 2000).
Beberapa kelompok wanita memiliki kemungkinan yang jauh lebih besar mengalami
depresi selama masa nifas. Remaja dan wanita yang memiliki riwayat penyakit depresif memiliki
risiko depresi postpartum sekitar 30%. Hampir 70% wanita yang memiliki riwayat depresi
postpartum akan kembali mengalami gangguan ini. Jika seorang wanita memiliki riwayat depresi
postpartum dan saat ini mengalami blues, kemungkinan wanita tersebut menderita depresi mayor
akan meningkat menjadi 85% (Leveno et al, 2009).

2.3.2. Etiologi
Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya depresi postpartum adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor predisposisi meliputi riwayat psikosis puerperium, gangguan bipolar
(sebelumnya disebut sebagai manik-depresif), delirium dan halusinasi, perubahan suasana
hati yang cepat agitasi atau bingung dan potensial bunuh diri atau membunuh anaknya.
2. Depresi postpartum dengan atau tanpa psikosis dilihat dari tiga perspektif, yaitu:

14
• Teori biologis, meliputi perubahan fungsi hipotalamus, kemungkinan berhubungan
dengan pengaruh hormonal yang berubah.
• Teori psikologis, meliputi sistem pendukung yang buruk, stres psikologis atau
memiliki hubungan yang kurang baik dengan pasangannya.
• Teori sosiokultural, meliputi tingkat kepuasan sosial yang rendah, dukungan, dan
kontrol baik di rumah maupun peran sebagai sebagai orang tua (Strigtht, 2005).
3. Sensitivitas individual ibu terhadap perubahan hormon juga dapat menjadi faktor
penyebab. Penyebab lain yang mungkin adalah adanya riwayat keluarga tentang depresi,
kurang dukungan keluarga setelah melahirkan, isolasi dan keletihan kronis (Curtis, 2000).
4. Faktor demografi yaitu umur ibu saat kehamilan dan melahirkan yang sering dikaitkan
dengan kesiapan mental untuk menjadi seorang ibu.
5. Faktor pengalaman, depresi postpartum lebih sering ditemukan pada perempuan yang
baru pertama kali melahirkan (primipara)
6. Faktor pendidikan, perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan
konflik peran antara dorongan untuk bekerja dengan peran sebagai ibu rumah tangga
yang harus mengurus anak-anak (Kruckman, 2001 dalam Soep, 2009)

2.3.3. Gambaran Klinis


Gejala pada depresi postpartum adalah sebagai berikut (Leveno et al, 2009; Syafrudin
dan Hamidah, 2009; Stevens, 2002):
• Merasa sedih

• Suasana hati yang tertekan atau kehilangan minat hampir sepanjang hari

• Penurunan atau peningkatan berat badan

• Kehilangan nafsu makan

• Sulit tidur atau terlalu banyak tidur

• Rasa lelah dan tidak bersemangat

• Iritabilitas dan kemurungan

• Tidak memperhatikan bayi

• Merasa tidak berharga atau merasa bersalah

15
• Berkurang kemampuan untuk berpikir dan mengambil keputusan

• Pikiran bunuh diri atau membunuh bayi

2.3.4 Perjalanan penyakit


Perjalanan alami penyakit adalah dengan adanya perbaikan bertahap dalam waktu enam
bulan setelah persalinan. Kemungkinan untuk pulih sempurna umumnya baik. Hampir 15%
wanita mengalami perjalanan penyakit monofasik disertai pemulihan total, dan separuhnya
memperlihatkan perjalanan multifasik dengan rata-rata 2,5 episode depresi per pasien dan
akhirnya pulih sempurna.
Pada sebagian kasus depresi postpartum dapat bersifat asimtomatik sampai berbulan-
bulan, bahkan sampai bertahun-tahun, keadaan ini dapat mempengaruhi kualitas hubungan antara
ibu dan anaknya. Ibu yang mengalami depresi terbukti kurang berinteraksi sosial dan bermain
dengan anaknya (Leveno et al, 2009)

2.3.5. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)


Antara 8-12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi
sangat tertekan. Depresi yang terdeteksi secara klinis biasa muncul pada 6-12 minggu pertama
postpartum. Dengan alasan itu, ibu diminta untuk mengisi kuesioner setelah melahirkan
(Syafrudin dan Hamidah, 2009).
Ibu yang rentan mengalami depresi postpartum adalah sebagai berikut (Syafrudin dan
Hamidah, 2009):
• Mempunyai riwayat keluarga atau riwayat pribadi yang mengalami depresi.

• Tidak mempunyai pengalaman merawat orang lain; misalnya saudara kandung, di masa
anak-anak atau remaja.

• Memiliki keluarga yang tidak stabil atau kasar di masa anak-anak atau remaja.

• Tidak memiliki dukungan positif dari suami selama dan setelah melahirkan.

• Pernah didiagnosis menderita depresi selama kehamilan.

• Terputus dari saudara dekat atau teman yang dapat merawat bayi dari waktu ke waktu.

16
Skrining rutin untuk depresi postpartum dapat menggunakan alat pemeriksaan psikiatrik
yang disebut Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang didisain oleh Cox, Holden dan
Sagovsky. Edinburgh Postnatal Depression Scale dapat digunakan pada ibu yang sedang rawat
inap, home visit, atau pada 6-8 minggu setelah melahirkan. Edinburgh Postnatal Depression
Scale terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit (Cox, Holden dan
Sagovsky, 1987).
Sepuluh pertanyaan pada EPDS adalah cara yang bernilai dan efisien untuk
mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko untuk depresi postpartum, mudah dijalankan dan
telah terbukti menjadi alat skrining yang efektif (Cox, Holden dan Sagovsky, 1987). Setiap
pertanyaan memiliki empat respon yang mungkin, yang dinilai dari 0 sampai 3. Nilai skor
maksimum EPDS adalah 30, jika skor rendah maka lebih baik. Di United Kingdom, jika skor
EPDS 9-10 maka direkomendasikan untuk menjalani skrining selanjutnya. Pada wanita yang
mendapatkan total skor EPDS lebih dari 10, berisiko tinggi untuk terjadinya depresi postpartum
(Wisner, Parry, dan Piontek, 2002).
Edinburgh Postnatal Depression Scale sudah di-translate dalam berbagai bahasa dan di
validasi di berbagai negara diantaranya Arab, Cina, Belanda, Perancis, Jerman, Jepang,
Norwegia, Vietnam, Malaysia. Edinburgh Postnatal Depression Scale dalam bahasa Indonesia
sudah diterjemahkan (Department of Health Government of Western Australia, 2006).
Penerjemahan EPDS ke dalam bahasa Indonesia sudah dilakukan dan telah divalidasi di
Jakarta. Hasil studi tersebut membuktikan bahwa instrumen dalam bahasa Indonesia lebih sahih
dan reliable untuk digunakan pada wanita Indonesia (Kusumadewi, Sari, 2009).

2.3.6 Penatalaksanaan
Secara umum ada dua jenis pengobatan untuk depresi (Joy, Saju. 2010):
Talk Therapy
Melibatkan pembicaraan dengan seorang psikolog, terapis, atau pekerja sosial untuk
belajar mengubah cara pasien depresi dalam berpikir, merasa, dan bertindak.

Terapi Medis

17
Dokter akan memberikan resep obat antidepresan. Obat-obatan ini dapat membantu
meredakan gejala depresi. Pemberian obat antidepresan juga terbukti bekerja untuk pengobatan
depresi postpartum, tetapi penting untuk dicatat bahwa obat ini akan mempengaruhi ASI yang
dikonsumsumsi oleh si bayi. Ada beberapa antidepresan yang tersedia saat ini dengan efek
samping minimal pada bayi.
Metode-metode pengobatan dapat digunakan sendiri atau secara bersamaan. Jika ibu
mengalami depresi, maka akan sangat memengaruhi bayinya. Pengobatan yang ditangani dengan
segera sangat penting bagi ibu maupun bayi.
Menyembuhkan ibu hamil dari depresi pasca melahirkan, bukan saja memerlukan terapi
kelompok dengan panduan psikiater yang benar. Tapi juga membutuhkan asupan nutrisi yang
dapat membuat pemulihan tubuh ibu berlangsung lebih cepat dan tepat. Menurut Jill Mallory, ibu
hamil di Amerika kekurangan lemak omega-3. Asam lemak omega-3 adalah DHA atau
docosahexaenoic acid yang dapat ditemukan umumnya pada ikan tuna dan salmon, maupun
ganggang laut.
Dalam penelitian lain yang jauh sebelumnya dilakukan, plasenta terbukti mendorong
perpindahan DHA dari ibu pada bayi. Menurut Mallory, hal ini terjadi karena lemak tersebut
diserap bayi untuk pertumbuhan otak dan mata, sehingga pada wanita pasca melahirkan perlu
mengembalikan kadar tersebut dalam tubuh. Hal ini mejeleaskan bagaimana penurunan depresi
dapat dilakukan dengan menaikkan asupan DHA pada ibu, dan jumlah DHA dalam ASI
berhubungan dengan depresi postpartum dan terutama mengkonsumsi ikan yang bermanfaat
(Joy, Saju. 2010).
Bagi wanita yang didiagnosis depresi postpartum, pengobatan dengan obat antidepresan
butuh pertimbangan. Selektif inhibitor reuptake serotonin harus dicoba pertama kali karena obat
tersebut dikaitkan dengan risiko rendah efek toksik pada pasien overdosis, serta dengan
kemudahan administrasi. Namun, jika pasien sebelumnya telah memiliki respon positif terhadap
obat tertentu dari setiap kelas antidepresan, obat tersebut harus dipertimbangkan.

18
BAB V

KESIMPULAN

Depresi merupakan suatu perasaan sedih tertekan. Depresi termasuk dalam gangguan
mood yang utama. Pada pasien depresi akan merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan
bersalah, kesulitan konsentrasi, hilangnya nafsu makan dan berpikir tentang kematian atau bunuh
diri.
Depresi postpartum adalah depresi berat yang biasa timbul mulai 1-2 dan 4 minggu
setelah melahirkan. Depresi postpartum sangat umum terjadi pada ibu yang baru melahirkan,
khususnya melahirkan anak pertama.
Insiden depresi postpartum sedang atau berat atau gangguan bipolar postpartum berkisar
dari 30-200 per 1000 kelahiran hidup. Depresi postpartum mengenai sekitar 10% dari semua ibu
baru.
Antara 8-12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi
sangat tertekan. Depresi yang terdeteksi secara klinis biasa muncul pada 6-12 minggu pertama
postpartum. Dengan alasan itu, ibu diminta untuk mengisi kuesioner setelah melahirkan

19
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun., 2009. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Baihaqi, MIF.dkk, 2007. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: PT.
Refika Aditama.

Barclay, Laurie., 2008. Medscape Medical News: Prevalence of Self-Reported Postpartum


Depresisive Symptoms Ranges From 11,7to 20,4%, 57 (14); 361-366.

Cox, J.L., Holden, J.M., & Sagovsky, R., 1987. British Journal of Psychiatry: Detection of
Postnatal Depression. Development of the 10-item Edinburgh Postnatal Depression
Scale. Volume 150: 782-786.

Curtis, Glade B., 2000. Kehamilan di Atas Usia 30. Jakarta: Arcan.

Department of Health, Government of Western Australia, 2006. Using the Edinburgh Postnatal
Depression Scale EPDS Translated into languages Other Than English.

Dewi EP. 2008. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kejadian Depresi Pada Ibu
Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali. Available from:
http://etd.eprints.ums.ac.id/438/ [Accesed April 2013].

Halverson, Jerry L., 2011. Depression. Available from: http://emedicine.


medscape.com/article/286759-overview. [Accesed 22 April 2013].

Joy, Saju. 2010. Postpartum Depression. Available from: www.medscape.com [Accesed April
2013].

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher.

Kruckman., 2001. Maternity Nursing: Family, Newborn and Womens Health Care, Education
(18th ed). Philadelpia: Lippincott.

Miyake, Yoshihiro., Tanaka, Keiko., Sasaki, Satosi & Hirota, Yoshio. 2010. Employment,
income, and education and risk of postpartum depression: The Osaka Maternal and
Child Health Study. Journal of Affective Disorder. Volume: 130 h-133-137.

20
Nielsen, D., Videbech, P., Hedegaard, M., Dalby, J. & Secher, N.J., 2000. Postpartum
depression: identification of women at risk. BJOG: An International Journal of
Obstetrics & Gynaecology, 107: 1210–1217.

Sadock, B.J., Sadock, V.A., 2003. Synopsis Psychiatry. Behavioral Sciences/ Clinical
Psychiatry. Ninth Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Sari, Laila Sylvia., 2009. Sindroma Depresi Pasca Melahirkan Di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6370 [Accesed April 2013].

Sari, Maya Eka., 2010. Perbedaan Risiko Depresi Postpartum Antara Ibu Primipara Dengan
Multipara Di RSIA ‘Aisyiyah Klaten. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/9449/
[Accesed Maret 2013].

Seminum, Yustinus., 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Stevens, Lise M., 2002. The Journal of the American Medical Assosiation.Volume: 287. No. 6.

Syafrudin., Hamidah., 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Tomb, David A., 2004. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Wisner, K.L., Parry, B.L., & Piontek, C.M., 2002. New England Journal of Medicine:
Postpartum Depression.Volume 347:194-199.

21
22

Anda mungkin juga menyukai