Oleh :
dr. Dyka Ja’far Hutama Putra
Pendamping :
dr. Ryan Ramdhan
KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.W
Usia : 25 tahun
Agama : Islam
Suku : Padang
B. RIWAYAT PERAWATAN
C. RIWAYAT PSIKIATRI
1
Alloanamnesis dilakukan kepada Suami pasien, Tn H, dekat dengan pasien dan dapat
dipercaya.
Keluhan Utama
Pasien merasakan cemas berlebih sekitar 1 tahun setelah lahiran. Segala hal di pikirkan.
Pasien setelah melahirkan merasa kesepian. Di rumah tidak ada keluarga yang di kenal.
Tinggal hanya dengan suami. Pasien merasa bingung untuk mengurus anak. Orang tua
pasien tinggal di padang sedangkan suami berkerja dan jarang pulang kerumah. Sekitar 1
bulan setelah lahiran, nenek pasien meninggal. Namun pasien tidak dapat pulang
kampung lantaran biaya. Pasien merasa tertekan, galau, kurang semangat dan malas
untuk melakukan aktivitas. Pasien merasa kesulitan untuk tidur. Pasien masih mau untuk
mengasuh anak nya. Pasien menyangkal bila ada bisikan dan bayangan. Tidak ada niat
untuk mengakhiri hidup
istri selalu mengeluh sulit tidur, memikirkan banyak hal, suami menyangkal bisa istri
berbicara sendiri. Istri malas mengerjakan pekerjaan rumah. Kadang sering merenung di
kamar. Istri masih mau mengasuh anak. Suami sibuk kerja kadang sabtu dan minggu
masih lembur kerja.
Tidak ada
Gangguan psikiatrik
Pasien tidak memiliki kelainan bawaan sejak lahir, tidak menderita sakit serius
sampai di rawat di RS. Pasien juga tidak memiliki riwayat kejang atau riwayat trauma
kepala.
2
Gangguan Medik
Pasien tidak memiliki penyakit HT, DM, Jantung
Gangguan Zat Psikoaktif
Menurut pengakuan pasien tidak merokok, tidak minum-minuman beralkohol dan
tidak memakai obat-obatan Narkoba.
Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat Perkembangan Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Pasien lahir dari
pernikahan yang sah, cukup bulan dalam kandungan ibu, dan lahir secara normal
ditolong oleh paraji dan saat lahir bayi langsung menangis. Kelahiran pasien
dikehendaki oleh kedua orang tuanya dan tidak ada penggunaan obat-obatan
selama masa kehamilan.
3
Pasien dapat bergaul dengan baik dengan teman – temannya. Pasien juga cukup
rajin beribadah. Pasien memiliki beberapa komunitas di lingkungannya.
Riwayat pendidikan
Pasien SD pada tahun 1998 di Padang. Pendidikan terakhir pasien adalah
SMA pada tahun 2007. Pasien tidak memiliki gangguan belajar, prestasi belajar
cukup baik. Orang tua pasien melarang untuk melanjutkan sekolahnya di SMA,
karena keterbatasan biaya. Kurang lebih 2 tahun pasien merantau ke cikarang
untuk bekerja.
Perkembangan motorik
Dalam perkembangan fisik baik dan normal, tidak ada cacat bawaan sejak
lahir. Dalam perkembangan kognitifnya tidak terlihat adanya gangguan (masih
dalam batas normal). Pasien mampu melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari
dengan baik seperti makan, minum, toilet, dan kebersihan diri.
Riwayat pernikahan
Sudah menikah dan pernikahan di restui oleh kedua orang tua dari pihak
suami maupun pihak pasien
4
Riwayat keagamaan
Pasien taat beribadah. Menurut teman pasien menjalankan ibadah shalat 5
waktu, jarang sekali membaca Al-Qur’an. Masih berpuasa ketika di bulan
Ramadhan. Pasien jarang mengikuti pengajian.
Riwayat hukum
Pasien tidak pernah bermasalah secara hukum.
Riwayat Keluarga
Pasien saat ini sudah menikah dan baru memiliki anak yang pertama.
Pasien pergi merantau dari keluarganya yang tinggal di padang. Pasien tinggal
mengontrak suami yang bekerja. Pasien awalnya dekat dengan keluarganya.
Namun saat pasien pulang kampung sebelum akhirnya menikah, pasien
merasakan kedekatan bersama keluarga. Pasien dekat dengan kakaknya. Apabila
ada masalah pasien lebih sering menceritakannya ke ibu nya. Menurut pasien,
tidak ada yang mengalami penyakit kejiwaan dari keluarga nya
Sistem Penilaian : Pasien dapat membedakan hal yang baik dan buruk.
5
D. STATUS MENTAL
Deskripsi Umum
Penampilan
Pasien seorang perempuan usia 25 tahun, dengan tinggi kira-kira 160 cm dan perkiraan
berat badan 65 Kg. Pasien berkulit sawo matang, berpakaian bersih dan rapih.
Menggunakan kerudung, dan memakai sandal. Cara berjalan pasien tampak tegak.
Pasien tampak sedih. Perhatian pasien kurang, konsentrasi pasien kurang. Setiap diberi
pertanyaan pasien diam sejenak kemudian menjawab sambil menangis.
Pembicaraan (speech)
Gangguan berbicara : tidak ada afasia, tidak ada disartria, tidak ada ekolakia.
a. Alam Perasaan
Mood : depresif
Afek : sempit
Kesesuaian : sesuai
b. Gangguan Persepsi
Halusinasi
o Auditorik : tidak ada
o Visual : tidak ada
o Taktil : Tidak ada
6
o Gustatorik : Tidak ada
Ilusi : Tidak ada
c. Gangguan Pikir
Bentuk : Realistik, koheren, ide bunuh diri(-)
Proses Pikir
o Produktivitas : Baik
o Kontinuitas
Blocking : Tidak ada
Assosiasi longgar : Tidak ada
Inkoherensia : Tidak ada
Word salad : Tidak ada
Isi pikir
o Gangguan isi pikiran
Waham
Bizarre : Tidak ada
Persekutorik/paranoid : Tidak ada
Curiga : Tidak ada
Kejar : Tidak ada
Referensi : Tidak ada
Kebesaran : Tidak ada
Thought of insertion : Tidak ada
Thought of broadcasting : Tidak ada
Thought of withdrawal : Tidak ada
Delution of influence :Tidak ada
Obsesi : Tidak ada
Kompulsi : Tidak ada
Preokupasi pikiran :tidak Ada
7
d. Sensorium dan Kognitif
8
Pasien memahami bahwa dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak mengetahui
faktor penyebabnya
F. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan PPDGJ-III kasus ini digolongkan kedalam :
9
persalinan), yang tidak memenuhi kriteria di tempat lain. Termasuk
post partum depression YTT
10
G. MULTIAKSIAL
AKSIS I : F53.0 Gangguan Mental Dan Perilaku Yang Berhubungan Dengan Masa
Nifas YTK
AKSIS II : Diagnosis tertunda
AKSIS III: Belum ada diagnosis
AKSIS IV : Masalah Interpersonal Relationship
AKSIS V : Global Assesment of Functioning (GAF) Scale 70-61
H. DAFTAR MASALAH
Organobiologik : tidak ditemukan
Psikologi : Depresif
Sosial : Hubungan dengan suami kurang komunikasi dan hiburan, merasa kesepian dan
kehilangan.
Keluarga : Pasien sudah 3 tahun tidak bertemu dengan keluarga.
I. PROGNOSIS
Faktor - faktor yang mendukung kearah prognosis buruk: sulit bertemu dengan keluarga
pasien karena kendala biaya, semakin sibuk suami dalam mencari nafkah
J. PENATALAKSANAAN
Rawat jalan
11
Pengobatan:
Farmakoterapi
Elizac 20mg 1-0-0
Vit B6 1x1
Terapi Psikoterapi
– Suportif
• Memotivasi pasien agar selalu meminum obat secara teratur.
• Memberitahu pasien untuk sebisa mungkin kontak dengan keluarga
• Memberitahu pasien agar masalahnya tidak dipendam sendiri
• Mengisi waktu dengan hal – hal positif.
• Terapi rekreasi: Olahraga atau pergi berlibur dengan keluarga atau teman
– teman
• Edukasi kepada suami.
– Suami dan keluarga
• Memotivasi pasien untuk menceritakan masalah yang terjadi kepada suami
maupun keluarga, agar keluarga dapat berperan serta dalam mendukung
kesembuhan pasien
• Memberitahu suami pasien untuk terus memantau kondisi pasien
• Memberitahu suami pasien untuk meluangkan waktu berlibur bersama
– Religius
• Memotivasi pasien agar selalu taat beragama dan beribadah.
• Rajin mempelajari ilmu-ilmu agama.
12
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.2. Etiologi
Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya depresi postpartum adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor predisposisi meliputi riwayat psikosis puerperium, gangguan bipolar
(sebelumnya disebut sebagai manik-depresif), delirium dan halusinasi, perubahan suasana
hati yang cepat agitasi atau bingung dan potensial bunuh diri atau membunuh anaknya.
2. Depresi postpartum dengan atau tanpa psikosis dilihat dari tiga perspektif, yaitu:
14
• Teori biologis, meliputi perubahan fungsi hipotalamus, kemungkinan berhubungan
dengan pengaruh hormonal yang berubah.
• Teori psikologis, meliputi sistem pendukung yang buruk, stres psikologis atau
memiliki hubungan yang kurang baik dengan pasangannya.
• Teori sosiokultural, meliputi tingkat kepuasan sosial yang rendah, dukungan, dan
kontrol baik di rumah maupun peran sebagai sebagai orang tua (Strigtht, 2005).
3. Sensitivitas individual ibu terhadap perubahan hormon juga dapat menjadi faktor
penyebab. Penyebab lain yang mungkin adalah adanya riwayat keluarga tentang depresi,
kurang dukungan keluarga setelah melahirkan, isolasi dan keletihan kronis (Curtis, 2000).
4. Faktor demografi yaitu umur ibu saat kehamilan dan melahirkan yang sering dikaitkan
dengan kesiapan mental untuk menjadi seorang ibu.
5. Faktor pengalaman, depresi postpartum lebih sering ditemukan pada perempuan yang
baru pertama kali melahirkan (primipara)
6. Faktor pendidikan, perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan
konflik peran antara dorongan untuk bekerja dengan peran sebagai ibu rumah tangga
yang harus mengurus anak-anak (Kruckman, 2001 dalam Soep, 2009)
• Suasana hati yang tertekan atau kehilangan minat hampir sepanjang hari
15
• Berkurang kemampuan untuk berpikir dan mengambil keputusan
• Tidak mempunyai pengalaman merawat orang lain; misalnya saudara kandung, di masa
anak-anak atau remaja.
• Memiliki keluarga yang tidak stabil atau kasar di masa anak-anak atau remaja.
• Tidak memiliki dukungan positif dari suami selama dan setelah melahirkan.
• Terputus dari saudara dekat atau teman yang dapat merawat bayi dari waktu ke waktu.
16
Skrining rutin untuk depresi postpartum dapat menggunakan alat pemeriksaan psikiatrik
yang disebut Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang didisain oleh Cox, Holden dan
Sagovsky. Edinburgh Postnatal Depression Scale dapat digunakan pada ibu yang sedang rawat
inap, home visit, atau pada 6-8 minggu setelah melahirkan. Edinburgh Postnatal Depression
Scale terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit (Cox, Holden dan
Sagovsky, 1987).
Sepuluh pertanyaan pada EPDS adalah cara yang bernilai dan efisien untuk
mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko untuk depresi postpartum, mudah dijalankan dan
telah terbukti menjadi alat skrining yang efektif (Cox, Holden dan Sagovsky, 1987). Setiap
pertanyaan memiliki empat respon yang mungkin, yang dinilai dari 0 sampai 3. Nilai skor
maksimum EPDS adalah 30, jika skor rendah maka lebih baik. Di United Kingdom, jika skor
EPDS 9-10 maka direkomendasikan untuk menjalani skrining selanjutnya. Pada wanita yang
mendapatkan total skor EPDS lebih dari 10, berisiko tinggi untuk terjadinya depresi postpartum
(Wisner, Parry, dan Piontek, 2002).
Edinburgh Postnatal Depression Scale sudah di-translate dalam berbagai bahasa dan di
validasi di berbagai negara diantaranya Arab, Cina, Belanda, Perancis, Jerman, Jepang,
Norwegia, Vietnam, Malaysia. Edinburgh Postnatal Depression Scale dalam bahasa Indonesia
sudah diterjemahkan (Department of Health Government of Western Australia, 2006).
Penerjemahan EPDS ke dalam bahasa Indonesia sudah dilakukan dan telah divalidasi di
Jakarta. Hasil studi tersebut membuktikan bahwa instrumen dalam bahasa Indonesia lebih sahih
dan reliable untuk digunakan pada wanita Indonesia (Kusumadewi, Sari, 2009).
2.3.6 Penatalaksanaan
Secara umum ada dua jenis pengobatan untuk depresi (Joy, Saju. 2010):
Talk Therapy
Melibatkan pembicaraan dengan seorang psikolog, terapis, atau pekerja sosial untuk
belajar mengubah cara pasien depresi dalam berpikir, merasa, dan bertindak.
Terapi Medis
17
Dokter akan memberikan resep obat antidepresan. Obat-obatan ini dapat membantu
meredakan gejala depresi. Pemberian obat antidepresan juga terbukti bekerja untuk pengobatan
depresi postpartum, tetapi penting untuk dicatat bahwa obat ini akan mempengaruhi ASI yang
dikonsumsumsi oleh si bayi. Ada beberapa antidepresan yang tersedia saat ini dengan efek
samping minimal pada bayi.
Metode-metode pengobatan dapat digunakan sendiri atau secara bersamaan. Jika ibu
mengalami depresi, maka akan sangat memengaruhi bayinya. Pengobatan yang ditangani dengan
segera sangat penting bagi ibu maupun bayi.
Menyembuhkan ibu hamil dari depresi pasca melahirkan, bukan saja memerlukan terapi
kelompok dengan panduan psikiater yang benar. Tapi juga membutuhkan asupan nutrisi yang
dapat membuat pemulihan tubuh ibu berlangsung lebih cepat dan tepat. Menurut Jill Mallory, ibu
hamil di Amerika kekurangan lemak omega-3. Asam lemak omega-3 adalah DHA atau
docosahexaenoic acid yang dapat ditemukan umumnya pada ikan tuna dan salmon, maupun
ganggang laut.
Dalam penelitian lain yang jauh sebelumnya dilakukan, plasenta terbukti mendorong
perpindahan DHA dari ibu pada bayi. Menurut Mallory, hal ini terjadi karena lemak tersebut
diserap bayi untuk pertumbuhan otak dan mata, sehingga pada wanita pasca melahirkan perlu
mengembalikan kadar tersebut dalam tubuh. Hal ini mejeleaskan bagaimana penurunan depresi
dapat dilakukan dengan menaikkan asupan DHA pada ibu, dan jumlah DHA dalam ASI
berhubungan dengan depresi postpartum dan terutama mengkonsumsi ikan yang bermanfaat
(Joy, Saju. 2010).
Bagi wanita yang didiagnosis depresi postpartum, pengobatan dengan obat antidepresan
butuh pertimbangan. Selektif inhibitor reuptake serotonin harus dicoba pertama kali karena obat
tersebut dikaitkan dengan risiko rendah efek toksik pada pasien overdosis, serta dengan
kemudahan administrasi. Namun, jika pasien sebelumnya telah memiliki respon positif terhadap
obat tertentu dari setiap kelas antidepresan, obat tersebut harus dipertimbangkan.
18
BAB V
KESIMPULAN
Depresi merupakan suatu perasaan sedih tertekan. Depresi termasuk dalam gangguan
mood yang utama. Pada pasien depresi akan merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan
bersalah, kesulitan konsentrasi, hilangnya nafsu makan dan berpikir tentang kematian atau bunuh
diri.
Depresi postpartum adalah depresi berat yang biasa timbul mulai 1-2 dan 4 minggu
setelah melahirkan. Depresi postpartum sangat umum terjadi pada ibu yang baru melahirkan,
khususnya melahirkan anak pertama.
Insiden depresi postpartum sedang atau berat atau gangguan bipolar postpartum berkisar
dari 30-200 per 1000 kelahiran hidup. Depresi postpartum mengenai sekitar 10% dari semua ibu
baru.
Antara 8-12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi
sangat tertekan. Depresi yang terdeteksi secara klinis biasa muncul pada 6-12 minggu pertama
postpartum. Dengan alasan itu, ibu diminta untuk mengisi kuesioner setelah melahirkan
19
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun., 2009. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Baihaqi, MIF.dkk, 2007. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: PT.
Refika Aditama.
Cox, J.L., Holden, J.M., & Sagovsky, R., 1987. British Journal of Psychiatry: Detection of
Postnatal Depression. Development of the 10-item Edinburgh Postnatal Depression
Scale. Volume 150: 782-786.
Curtis, Glade B., 2000. Kehamilan di Atas Usia 30. Jakarta: Arcan.
Department of Health, Government of Western Australia, 2006. Using the Edinburgh Postnatal
Depression Scale EPDS Translated into languages Other Than English.
Dewi EP. 2008. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kejadian Depresi Pada Ibu
Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali. Available from:
http://etd.eprints.ums.ac.id/438/ [Accesed April 2013].
Joy, Saju. 2010. Postpartum Depression. Available from: www.medscape.com [Accesed April
2013].
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher.
Kruckman., 2001. Maternity Nursing: Family, Newborn and Womens Health Care, Education
(18th ed). Philadelpia: Lippincott.
Miyake, Yoshihiro., Tanaka, Keiko., Sasaki, Satosi & Hirota, Yoshio. 2010. Employment,
income, and education and risk of postpartum depression: The Osaka Maternal and
Child Health Study. Journal of Affective Disorder. Volume: 130 h-133-137.
20
Nielsen, D., Videbech, P., Hedegaard, M., Dalby, J. & Secher, N.J., 2000. Postpartum
depression: identification of women at risk. BJOG: An International Journal of
Obstetrics & Gynaecology, 107: 1210–1217.
Sadock, B.J., Sadock, V.A., 2003. Synopsis Psychiatry. Behavioral Sciences/ Clinical
Psychiatry. Ninth Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Sari, Laila Sylvia., 2009. Sindroma Depresi Pasca Melahirkan Di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6370 [Accesed April 2013].
Sari, Maya Eka., 2010. Perbedaan Risiko Depresi Postpartum Antara Ibu Primipara Dengan
Multipara Di RSIA ‘Aisyiyah Klaten. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/9449/
[Accesed Maret 2013].
Stevens, Lise M., 2002. The Journal of the American Medical Assosiation.Volume: 287. No. 6.
Wisner, K.L., Parry, B.L., & Piontek, C.M., 2002. New England Journal of Medicine:
Postpartum Depression.Volume 347:194-199.
21
22