Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 1


BLOK KEDOKTERAN KELUARGA DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
“DOKTER KELUARGA”

DISUSUN OLEH :
SHAVIRA WIDYANASARI (019.06.0086)
KELOMPOK 11

Tutor : dr.Sulatun Hidayati,S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion)11 LBM 1 yang berjudul ‘DOKTER KELUARGA’
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa
(LBM) 1 yang berjudul ‘DOKTER KELUARGA’ meliputi seven jumps step yang
dibagi menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar
tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr.Sulatun Hidayati,S.Ked sebagai dosen fasilitator kelompok SGD 11
yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan
SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk menyusun
makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram,29 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Skenario LBM 1 ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2


2.1 Pembahasan Dokter Keluarga .................................................................... 3
2.2 Pembahasan Diagnosis Holistik.................................................................. .5
2.3 Pembahasan Genogram .............................................................................. 12
2.4 Pembahasan Tatalaksana Komprehensif ..................................................... 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 19


3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

iii
BAB I
SKENARIO LBM 1

Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke klinik dokter keluarga untuk


mengkonsultasikan keluhan yang dirasakannya. Dari hasil anamnesa diperoleh
informasi bahwa pasien sering kali mengeluh sakit kepala yang berat, pegal-
pegal di daerah punggung dan tengkuk. Keluhan ini dirasakan agak berkurang
setelah pasien minum obat parasetamol dan beristirahat, tetapi segera dirasakan
kembali bila efek obat sudah hilang. Pasien juga merasa mudah lelah bila
melakukan pekerjaan yang berat. Keluhan sudah dirasakan sejak 1 tahun yang
lalu dan semakin lama dirasa semakin sering dan semakin mengganggu
kegiatannya sehari-hari, dimana selain mengurus rumah tangganya, pasien juga
merupakan seorang pensiunan tentara. Pasien mulai mengkhawatirkan
keluhannya ini 6 bulan yang lalu setelah cucu pertamanya lahir dan berharap
dengan datang ke dokter keluhannya dapat teratasi sehingga kualitas hidupnya
dapat membaik dan bisa mengunjungi cucunya. Pasien merasa bahwa keluhan
yang dirasakannya akan terus bertambah berat bila ia tidak datang berobat ke
dokter.
Dari anamnesa lanjut, didapatkan informasi bahwa pasien memiliki riwayat
penyakit tekanan darah tinggi yang sudah diderita sejak lama, yaitu sekitar 10
tahun. Namun pasien jarang mengkonsumsi obat untuk penyakitnya, dan hanya
datang berobat jika ada keluhan seperti saat ini. Hal ini dikarenakan pasien
merasa bahwa meskipun divonis menderita tekanan darah tinggi, kondisi
tubuhnya masih cukup baik, dimana ia jarang sakit. Selain itu, pasien juga
berpendapat bahwa mengkonsumsi obat tekanan tinggi setiap hari tidak baik
bagi tubuhnya karena dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya
terutama bagi ginjalnya seperti yang pernah disampaikan oleh teman sesama
tentaranya. Pasien juga mengatakan bahwa ia jarang berobat jika tidak ada
keluhan karena Puskesmas yang berada di dekat rumahnya cukup jauh dan
pasien merasa cepat lelah jika mengantri lama.
Dari anamnesa mengenai pola hidupnya, Pasien mengaku bahwa ia gemar
mengkonsumsi daging, makanan yang asin, berlemak, serta minuman yang

1
manis dan tinggi karbohidrat, termasuk softdrink, yang beberapa kali dalam
seminggu dikonsumsinya. Menurut pasien, kebiasaan ini dimilikinya karena
sejak kecil ia tidak suka mengkonsumsi sayuran dan buahbuahan sehingga
pasien sangat menyukai daging Selain itu, pasien juga sering mengkonsumsi
gorengan serta makanan berlemak dan bersantan. Namun, sejak keluhan makin
sering dirasakan, Pasien mulai berusaha membatasi asupan garam, lemak dan
zat gulanya, dengan mulai menjaga pola makannya. Sementara itu, untuk pola
aktifitas fisiknya, pasien mengakui bahwa setelah pensiun ia jarang
berolahraga. Hal ini dikarenakan ia merasa badannya sangat lelah setiap kali
ingin berolahraga dan pasien sibuk mengurus rumah tangganya seorang diri.
Dari anamnesis lebih lanjut juga diperoleh keterangan bahwa istri pasien
sudah meninggal dunia 10 tahun yang lalu, akibat serangan jantung. Pasien
mempunyai tiga orang anak, yaitu dua orang anak perempuan dan satu orang
anak laki-laki. Anak pertama adalah anak perempuan yang saat ini sudah
menikah dan tinggal di kota lain dan baru melahirkan 6 bulan yang lalu. Anak
kedua adalah anak laki-laki, yang saat ini juga sudah bekerja sebagai tentara
namun ditugaskan di provinsi lain. Sementara anak bungsunya adalah anak
perempuan yang saat ini sedang kuliah di kota lain. Ayah dan Ibu Pasien sudah
meninggal lebih dari 30 tahun yang lalu. Pasien mengetahui bahwa kedua
orang tuanya juga mengidap penyakit kencing manis dan darah tinggi. Postur
tubuh kedua mendiang orang tuanya tidak jauh berbeda dengan pasien,
cenderung gemuk hingga obesitas. Sementara itu, kedua mertua pasien juga
sudah meninggal.
Pasien tinggal terpisah dari anak dan saudara-saudaranya Baik keluarga
orang tua maupun keluarga mertua pasien berasal dari kalangan terdidik
dengan status sosial ekonomi menengah ke atas. Di keluarga orang tua pasien,
kebiasaan tidak menjaga pola makan memang sudah ada sejak pasien kecil.
Sementara itu, di keluarga mertua pasien, kebiasaan hidupnya cukup baik,
hanya saja almarhum istri dan saudara-saudara ipar pasien yang laki-laki
berjumlah tiga orang, mempunyai kebiasaan merokok yang cukup berat.
Kedekatan hubungan di dalam keluarga pasien masih sangat erat dan semua
anggotanya saling memperhatikan walaupun terpisah jarak dan kota. Pasien

2
sampai mulai bisa mengatur pola makannya karena motivasi yang kuat dari
anak-anaknya dan keberadaan cucunya. Karena rasa cinta pasien kepada
keluarganyalah pasien akhirnya memutuskan untuk kembali berobat.
Hubungan pasien dengan keluarga orang tua pasien dan saudara kandungnya
juga baik. Demikian pula hubungan dengan keluarga mertua pasien dan
saudara iparnya.
Pasien saat ini sudah tidak bekerja, kesibukan pasien sehari-harinya
mengurus rumah dan berkebun. Jika keluar rumah pasien menggunakan
kendaraan roda empat yang disetirnya sendiri. Urusan pekerjaan di rumah
masih bisa dikerjakan dengan baik oleh pasien. Pasien masih mempunyai
waktu untuk bercengkerama dan berkomunikasi dengan anak-anaknya melalui
Telpon, terutama di hari-hari libur, seperti pada hari Minggu, liburan akhir
tahun, dan Idul Fitri. Terkadang anakanak pasien selalu datang mengunjungi
pasien Pasien sangat ingin mengunjungi cucunya, karena anak pertamanya
belum pernah berkunjung semenjak melahirkan.
b. Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien nampak khawatir, berat badan
pasien 100 kg, tinggi badan 158,5 cm (obesitas), dan tekanan darah 180/130
mmHg (HT stage 2). Pemeriksaan fisik lain masih dalam batas normal. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai trigliserida, kolesterol total, dan
LDL di atas normal, dan HDL dalam batas normal.Sebagai seorang dokter
keluarga dalam penstalaksanaan pasien, perlu melakukan pemeriksaan pasien
secara holistik dengan membuat genogram dari hasil identifikasi faktor resiko
eksternal, sehingga tatalaksana pasien dapat dilakukan secara komprehensif.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dokter Keluarga


a. Definisi
Dokter Keluarga adalah dokter yang berprofesi khusus sebagai Dokter
Praktik Umum yang menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Strata
Pertama (pelayanan kesehatan primer) dengan menerapkan prinsip-prinsip
Kedokteran Keluarga. Pelayanan kedokteran keluarga terdiri dari berbagai
macam aspek yaitu holistic, komprehensif, terpadu, berkesinambungan, ada
kemitraan kerja, ilmiah, memperhatikan kemampuan sosial dan perasaan
pasien, pasien sebagai komponen dari keluarga, mampu memberikan
layanan kesehatan strata pertama, dan mampu melakukan rujukan yang
tepat dan cepat. Pelayanan dokter keluarga haruslah memenuhi berbagai
macam standar pelayanan paripurna, pelayanan medis, menyeluruh dan
terpadu (Azwar, 2015).
b. Fungsi
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, efektif dan efisien,
sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Meningkatkan peranserta keluarga dan masyarakat peserta agar
berperilaku hidup sehat.
3. Menjalin kerjasama dengan semua fasilitas kesehatan dalam rangka
rujukan.
4. Menjaga agar sumberdaya yang terbatas digunakan seefisien
mungkin.
5. Menjaga hubungan baik dan terbuka dengan para pelaku jaminan
pemeliharaan kesehatan masyarakat lainnya.
c. Prinsip Pelayanan
Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti
anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip-prinsip ini dalam
banyak terbitannya. Prinsip-prinsip ini juga merupakan simpulan untuk
dapat meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan

4
pelayanan kedokteran. Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan kedokteran
keluarga adalah memberikan/mewujudkan:
1) Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2) Pelayanan yang kontinu
3) Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4) Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5) Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integrasi dari
keluarganya.
6) Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya.
7) Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.
8) Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan.
9) Pelayanan yang sadar biaya dan mutu.
Dengan melihat pada prinsip pelayanan yang harus dilaksanakan,
maka disusun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter untuk
dapat disebut sebagai dokter keluarga.
d. Perbedaan Dokter Keluarga dengan Dokter Umum
Tabel 2.1 Perbedaan Dokter Keluarga dan Dokter Umum
DOKTER PRAKTER DOKTER
UMUM KELUARGA

Cakupan Terbatas Lebih luas


Pelayanan
Sifat Pelayanan Sesuai keluhan Menyeluruh, paripurna,
bukan sekedar yang di
keluhkan

Cara Pelayanan Kasus per kasus dengan Kasus per kasus dengan
pengamatan sesaat berkesinambungan
sepanjang hayat

Jenis Pelayanan Lebih kuratif hanya untuk Lebih kearah


penyakit tertentu pencegahan, tanpa

5
mengabaikan pengobatan
dan rehabilitas

Peran Keluarga Kurang dipertimbangkan Lebih diperhatikan dan


dilibatkan

Promotif dan Tidak jadi perhatian Jadi perhatian utama


pencegahan
Hubungan Dokter-pasien Dokter-pasien-teman
Dokter-Pasien sejawat-konsultan

2.2 Diagnosis Holistik


Diagnosa holistik adalah tata cara diagnosa yang memperhatikan
berbagai aspek yang dimungkinkan menyebabkan penyakit pada pasien yang
bersangkutan. Diagnosis Holistik merupakan kegiatan untuk mengidentifikasikan
dan menentukan dasar dan penyebab (disease), luka (injury), serta kegawatan yang
diperoleh dari keluhan riwayat penyakit pasien, pemeriksaan penunjang dan
penilaian internal dan eksternal dalam kehidupan pasien dan keluarganya. Dalam
pendekatan holistik, dipercayai bahwa kesehatan seseorang tidak hanya bergantung
pada apa yang sedang terjadi secara fisik pada tubuh seseorang, tetapi juga terkait
dengan kondisi psikologi, emosi, sosial, spiritual, dan lingkungan. (Nur et al., 2019)

Dasar-dasar diagnosis holistik terangkum dalam “The Mandala of Health


Theory” mengenai 5 aspek yang harus dinilai, berikut ini pembahasan mengenai
diagnosis holistik sesuai kasus yang terdapat pada skenario :

1) Aspek Personal
- Harapan
Pasien berharap dengan datang ke dokter bahwa keluhannya
akan teratasi dan dapat sembuh.
- Kecemasan
Pasien merasakan kekawathiran apabila keluhan yg dirasakan
tidak segera diperiksakan ke dokter dan segera diatasi maka akan
dapat memperberat keadaan pasien.

6
- Persepsi pasien terhadap penyakitnya
Pasien merasa takut dengan keluhan yg dialami, keluhan dirasa
berat apabila tidak datang ke dokter, pasien merasa beliau akan
dapat mengatasi keluhan apabila datang ke dokter.
2) Aspek Klinis
 Umur : 65 thn
 Pekerjaan : Pensiunan Tentara
a. Anamnesis
- Alasan pasien datang : Sakit kepala berat dan pegal-pegal daerah
punggung hingga tekuk
- Secred Seven
 Lokasi
Sakit kepala dan pegal daerah punggung, mudah lelah
jika pekerjaan terlalu berat.
 Onset
1 tahun terakhir dan semakin memberat setiap hari.
 Kualitas
Tidak dijelaskan.
 Kuantitas
Menganggu kegiatan sehari-hari.
 Kronologi
Tidak dijelaskan, kemungkinan karena kebiasaan pola
makan dan gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu
keluhan selama kurang lebih 1 tahun ini.
 Faktor modifikasi
Ketika meminum parasetamol dan istirahat keadaan
pasien membaik dan ketika efek obat hilang maka
sakitnya dirasakan kembali.
 Keluhan penyerta
Tidak dijelaskan

7
- Fundamental Four
 Penyakit sekarang
Mengalami sakit kepala dan pegal-pegal daerah
punggung, merasa mudah lelah dan memberat setiap
harinya selama kurang lebih 1 tahun terakhir.
 Riwayat kesehatan sebelumnya
Tidak dijelaskan detail namun pasien memiliki Riwayat
hipertensi sekitar 15 tahun yang lalu dan jarang
mengonsumsi obat.
 Riwayat kesehatan keluarga
 Tidak dijelaskan secara detail namun riwayat
almarhumah istri dan saudara saudara ipar pasien
yang laki laki berjumlah 3 orang mempunyai
kebiasaan merokok yang cukup berat.
 Mempunyai Riwayat diabetes melitus
 Memiliki kebiasaan tidak menjaga pola makan
 Riwayat pribadi dan sosial
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan perokok.
b. Pemeriksaan Fisik
KU : pasien nampak kawathir
BB : 100 kg
TB : 158,5 cm
TD : 180/130 mmHg
c. Pemeriksaan Penunjang
Trigliserida : diatas normal
Kolesterol total : diatas normal
LDL : diatas normal
HDL : Normal
a. Diagnosis Utama : Sindrome Metabolik
Pada skenario didapatkan 3 tanda dari 5 tanda untuk menegakkan
diagnosis sindrome metabolik yaitu hipertensi, hipertrigliserdemia dan
obesitas

8
b. Diagnosis Banding :
Berdasarkan kasus pada skenario diagnosis banding yang mendekati
yaitu hipertensi sekunder dan dislipidemia
3) Aspek Risiko Internal
 Umur : 65 tahun
Kemungkinan menderita penyakit degeneratif.
 Jenis kelamin : laki-laki
Cenderung dapat menyebabkan obesitas sentral biasanya didapatkan
lingkar pinggang > 90, namun pada skenario memang belum
dilakukan pemeriksaan lingkar perut, tetapi berdasarkan jenis
kelamin biasanya laki-laki cenderung menderita obesitas sentral
(Aulia, 2016)
 Penyakit keturunan : tidak dijelaskan detail
 Pekerjaan : pensiunan tentara
Pasien hanya mengeluh jika melakukan pekerjaan yang berat maka
pasien mudah lelah namun data pada skenario belum cukup
menggambarkan jenis pekerjaan pasien.
 Gaya hidup :
 Pasien memiliki kebiasaan tidak menjaga pola makan sejak
kecil
 Pasien senang mengkonsumsi daging,makanan yang banyak
mengandung lemak, garam, tinggi karbohidrat serta minuman
yang manis dan tinggi karbohidrat seperti soft drink,dan juga
pasien tidak suka menkonsumsi sayur sayuran dan buah
buahan.
4) Aspek Risiko Eksternal
a. Dinamika Keluarga
 Bentuk keluarga
o Patrilinear
Keturunan sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ayah.

9
o Monogami
Keluarga yang terdapat seorang suami dan seorang istri.
o Single Family
istrinya sudah meninggal.
o Equalitarium
Keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan
ibu.
 Siklus keluarga
o Tahap ekspansi
Anggota keluarga bertambah (ekspansi) karena lahirnya
anak-anak
 Tahap keluarga dengan anak remaja (pada
skenario anak pertama dan anak kedua pasien
sudah berada di bangku kuliah)
 Tahap keluarga dengan anak sekolah (pada
skenario anak terakhir pasien masih duduk di
bangku sekolah dasar)
 Tingkat kesejahteraan keluarga
o Keluarga sejahtera tahap III (keluarga dapat memenuhi
kebutuhan dasar, sosial psikologi dan pengembangan
karena pada skenario nampak bahwa pasien berasal dari
keluarga dengan ekonomi yang cukup baik)
b. Fungsi keluarga
- Secara ekonomi : baik karena pasien dari kalangan terdidik
dengan keadaan ekonomi yang menengah ke atas
- Secara sosial : interaksi dengan sanak saudara dan lingkungan
nampak baik
- Secara psikologi : pasien nampak kawathir karena keluhan yang
dirasakan, namun pasien mendapat dukungan yang baik dari
anak-anak dan keberadaan cucunya. Hal ini juga yang membantu
pasien untuk menjaga pola makannya.

10
c. Interaksi keluarga
Pada scenario nampak bahwa pasien memiliki hubungan yang baik
antar anggota keluarga. Pasien masih mempunyai waktu untuk
bercengkerama dan berkomunikasi dengan anak-anaknya di hari-
hari libur.
Digambarkan melalui tabel APGAR Keluarga sebagai berikut :

Tabel 2.2 APGAR Keluarga

No. Indikator Keterangan Skor


1. Adaptasi (Adaptation) Kepuasan anggota keluarga dalam 2
menerima bantauan yang diperlukannya
dan anggota keluarga lainnya.
2. Kemitraan (Partnership) Kepuasan anggota keluarga terhadap 2
berkomunikasi, urun rembuk dalam
mengambil keputusan dan atau
menyelesaikan suatu masalah yang sedang
dihadapi dengan anggota keluarga
lainnya.
3. Pertumbuhan (Growth) Kepuasan anggota keluarga terhadap 2
kebebasan yang diberikan keluarga dalam
mematangkan pertumbuhan dan atau
kedewasaan setiap anggota keluarga.
4. Kasih Sayang (Affection) Kepuasan anggota keluarga terhadap 2
kasih sayang serta interaksi emosional
yang berlangsung dalam keluarga.
5. Kebersamaan (Resolve) Kepuasan anggota keluarga terhadap 2
kebersamaan dalam membagi waktu,
kekayaan dan ruang antar keluarga.
Total 10

11
Keterangan :

 Skor penilaian untuk masing – masing kategori adalah:


 0 : jarang/tidak sama sekali
 1 : kadang – kadang
 2 : selalu/sering
 Interpretasi Total Hasil Penilaian
 7-10 : sehat, dalam arti setiap anggota keluarga saling mendukung
satu sama lain.
 4-6 : kurang sehat dalam arti hubungan antar anggota keluarga masih
perlu untuk ditingkatkan
 0-3 : sama sekali tidak sehat, dalam arti sangat memerlukan banyak
perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar anggota
keluarga.

Maka dapat disimpulkan pada kasus diskenario nilai APGAR total yaitu 10
yang berarti keluarga tersebut sehat, setiap anggota saling mendukung satu sama
lain.

5) Aspek Fungsional
Pada Aspek Fungsional pasien masih terolong skala 1 dimana kemampuan
pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari, baik secara fisik maupupun
emosional masih tergolong baik

Berdasarkan 5 aspek diatas maka kondisi pasien pada skenario akan dijelaskan
secara singkat melalui “The Mandala of Health” yang merupakan sebuah model
yang menggambarkan ekosistem manusia sebagai keterkaitan jaringan yang
kompleks, dimana setiap komponennya memiliki potensi yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia.

12
Pasien semangat melakukan pengobatan dan
sudah mulai menjaga pola makannya.

Gambar 2.1 Model The Mandala of Health pada pasien


2.3 Genogram
Genogram merupakan suatu alat bantu berupa peta skema (visual map) dan
silsilah keluarga keluarga pasien keluarga pasien yang berguna bagi pemberi
layanan kesehatan untuk segera mendapatkan informasi tentang (Rangka., 2015):
a. Nama, umur, pekerjaan anggota keluarga pasien
b. Hubungan antar anggota keluarga (status menikah, riwayat perkawinan,
anak-anak, keluarga satu rumah, hubungan emosional)
c. Kualitas hubungan antar anggota keluarga (jarak atau konflik antar anggota
keluarga)
d. Siklus kehidupan keluarga (tahun lahir, tahun meninggal)
e. Riwayat sakit di dalam keluarga (penyakit - penyakit spesifik)

Genogram diisi sejak kunjungan pertama anggota keluarga dan selalu


dilengkapi setiap ada informasi baru tentang anggota keluarga pada kunjungan-
kunjungan selanjutnya. Adapun genogram berdasarkan skenario sebagai berikut.

13
Gambar 2.1 Genogram Keluarga

Keterangan :

: Laki – laki yang sudah meninggal


: Perempuan yang sudah meninggal
: Pasien
: Laki – laki yang merokok
: Istri Pasien
: Perempuan
: Laki – laki

2.4 Tatalaksana Komprehensif


Penatalaksanaan komprehensif mencakup semua level tatalaksana melalui 3
pendekatan sebagai berikut.
a. Patient-centered approach
- Aspek klinis :
o Statin, pemberian terapi farmakologi yang bertujuan untuk
menurunkan kadar LDL darah diberikan pada pasien yang

14
mempunyai risiko tinggi setelah tatalaksana dengan diet dan
aktivitas fisik yang tidak berhasil (Rini., 2015). Pemberian
gemfibrozil dapat memperbaiki profil lipid dan juga bermakna
menurunkan risiko kardiovaskuler. Fenobarbiturat secara khusus
digunakan untuk menurunkan trigliserida dan meningkatkan
kolesterol HDL sehingga menunjukkan perbaikan lipid yang
sangat efektif (Sudoyo dkk., 2017).
o Sibutramin dan orsilat, pemberian untuk menurunkan berat badan
pasien guna mengatasi obesitas (Sudoyo dkk., 2017).
o ACE inhibitor sebagai lini pertama pada penyandang hipertensi
dengan sindroma metabolik. Bila tidak ada toleransi ACE
inhibitor maka diberikan ARB (angiostensin reseptor blocker),
serta pemberian diuretik dosis rendah yang dikombinasi dengan
regimen lain dapat lebih bermanfaat dibandingkan dengan efek
sampingnya (Sudoyo dkk, 2017).
- Aspek personal :
Berdasarkan skenario dikatakan bahwa pasien mengalami
kekhawatiran akan penyakit yang dideritanya bila tidak dibawa ke
dokter. Untuk mengatasi hal tersebut dokter hendaknya menjelaskan
secara detail penyakit yang sedang dialami pasien dan komplikasi yang
mungkin dapat terjadi, terapi yang diberikan, dan bagaimana hasil dari
terapi tersebut. Sehingga pasien dapat mengatasi kecemasannya terhadap
penyakit yang dideritanya.

- Aspek risiko internal :


o Junk food, makanan berlemak, makanan tinggi karbohidrat :
dokter memberikan terapi non farmakologi berupa edukasi
kepada pasien terkait efek dari mengonsumsi Junk food, makanan
berlemak, makanan tinggi karbohidrat yang sering dikonsumsi
pasien terhadap penyakit yang diderita dan komplikasi yang
dapat terjadi. Dokter menyarankan pasien untuk melangsungkan

15
diet rendah karbohidrat dan rendah lemak serta menghindari
makanan cepat saji.
o Kurang aktivitas fisik : dokter memberikan edukasi berupa saran
melakukan olahraga ringan untuk membantu dalam proses terapi
sindrom metabolik yang dapat mengatasi obesitas yang
dideritanya.
- Pre dan Post Hospital :
Dokter meninjau lebih lanjut kondisi pasien sebelum datang ke
layanan kesehatan dengan cara melakukan anamnesis yang lengkap
terhadap pasien sesuai dengan rangkaian pada penjelasan aspek personal
sebelumnya. Dokter juga melakukan pemantauan keberhasilan terapi
yang diberikan dengan meninjau kondisi pasien setelah pulang dari
layanan kesehatan hal ini dapat juga dilihat setelah pasien melakuka
check-up selanjutanya. Kedua hal tersebut dilakukan guna menilai
kondisi pasien sebelum datang dan setelah datang dari layanan
kesehatan.
- Continuum of Care :
Continuum of Care dalam hal ini diperlukan terapi yang
berkelanjutan dan rutin dilakukan untuk memantau kondisi
perkembangan efektifitas terapi yang diberikan kepada pasien. Sehingga
dokter menyarankan pasien untuk rutin melakukan cek up untuk
mengetahui perkembangan terapi yang diberikan terhadap penyakitnya
serta hal ini dapat meminimalisir komplikasi yang mungkin terjadi.
b. Family Focused
- Aspek risiko eksternal :

Berdasarkan skenario dikatakan bahwa hampir semua keluarga pasien


kurang menjaga pola makan. Walaupun pasien sudah berhenti saat ini
namun riwayat kebiasaan yang dilakukan pasien dan keluarganya sejak
lama memerlukan perhatian khusus dan diberikan edukasi untuk
menurunkan kebiasaan

16
c. Community oriented
Community oriented yang dimasud merupakan identifikasi apakah penyakit
pasien juga merupakan masalah kesehatan komunitas. Berdasarkan skenario
tidak perlu dilakukan community oriented karena bukan merupakan
penyakit komunitas.

Demikianlah penatalaksanaan komprehensif yang dapat diberikan kepada


pasien, adapun penjabaran level tatalaksana sebagai berikut :

a. Primary Prevention : Dokter juga mengedukasi keluarga pasien untuk tetap


mejaga pola hidup sehat berupa menjaga pola hidup sehat dengan tidak
merokok, diet rendah lemak dan kalori, olahraga teratur, serta istirahat yang
cukup, agar tidak terkena sindrom metabolik seperti yang sudah dialami
pasien dan penyakit lainnya (Sudoyo dkk., 2017).
b. Secondary Prevention : dokter melakukan edukasi kepada pasien terkait
pencegahan komplikasi yang dapat terjadi berupa menjaga pola hidup sehat
dengan tidak merokok, diet rendah lemak dan kalori, olahraga teratur, serta
istirahat yang cukup dan mengkonsumsi obat secara rutin dan tepat dosis
(Sudoyo dkk., 2017).
c. Kuretif : dokter memberikan terapi farmakologis dan nonfarmakologis
sesuai dengan diagnosis penyakit yang diderita pasien yaitu sindrom
metabolik. Penjelasan pengobatan yang diberikan sudah dijelaskan dibagian
penatalaksanaan komprehensif pada bahasan sebelumnya.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami maka dapat disimpulkan bahwa


Diagnositik holistik pada skenario meliputi 5 aspek yaitu:

1) Aspek Personal : pasien usia 65 tahun mengalami sakit kepala berat dan
pegal-pegal daerah punggung sejak 1,tahun terakhir ini dan menganggu
aktivitas sehari-hari, pasien berharap ketika datang ke dokter maka
keluhannya dapat diatasi dan pasien merasa kawathir dengan keluhan yang
dirasakan memberat apabila tidak segera ke dokter. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan BB 100 kg (obesitas), TB 158,5 cm, TD 180/130 mmHg
(Hipertensi derajat II), dari hasil laboratorium didapatkan trigliserida,
kolesterol total, dan LDL diatas normal, serta HDL dalam batas normal

2) Aspek Klinis : berdasarkan kondisi yang dialami oleh pasien kelompok kami
mengajukan diagnosis untuk pasien yaitu Sindrome Metabolik dengan
diagnosis banding Hipertensi Sekunder dan Dislipidemia

3) Aspek Risiko Internal : laki-laki cenderung mengalami obesitas sentral, gaya


hidup pasien kurang baik karena senang mengkonsumsi daging, banyak
mengandung lemak, dan tinggi karbohidrat.

4) Aspek Risiko Ekternal : secara keseluruhan keadaan pasien dengan keluarga


dan lingkungan sekitar nampak baik dengan skor APGAR yaitu 10

5) Aspek Fungsional : Skala 1 dimana pasien merasa terganggu dengan aktivitas


sehari-hari karena merasakan gejala yang semakin memberat akan tetapi
masih bisa beraktivitas sendiri.

Berdasarkan keadaan yang dialami pasien maka tatalaksana komprehensif


yang diberikan yaitu pemberian sibutramin, orsilat, ACE Inhibitor sebagai
terapi farmakologi untuk mengatasi tanda dan gejala yang dialami oleh pasien.
Selain itu juga edukasi pada pasien mengenai menjaga pola makan sangat

18
penting walaupun saat ini pasien sudah memulai untuk menjaganya namun
edukasi ini tetap perlu dilakukan mengingat pasien dan keluarganya memiliki
riwayat yang sama dalam waktu yang cukup lama serta pasien nampak kawathir
dengan keluhan yang dialami. Oleh sebab itu selain terapi farmakologi, perlu
dilakukan edukasi kepada pasien dan keluarganya, memberikan saran untuk
menjaga pola makan, olahraga teratur, dan istirahat yang cukup, hal ini
dilakukan sebagai terapi non farmakologi pada pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abrori, 2015. Perbedaan antara Dokter dan Dokter Keluarga. Vol. 2. No. 5.
Bandung : Unisba
Aulia Dewi, Mardiana & Galuh Nita. 2016. Obesitas Sentral dan Kadar Kolesterol
Darah Total. Vol.9. No.1. Semarang : UNNES

Azwar, A. 2015. Pemanfaatan Dokter Keluarga dalam Pelayanan Kesehatan


Indonesia. Disampaikan pada Semiloka Standarisasi Pelayanan dan
Pelatihan Dokter Keluarga. Jakarta : PB IDI.
Nur, N. N., Larasati, T. A., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2019).
Penatalaksanaan Holistik dan Komprehensif Tuberkulosis Paru Kasus Baru
pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Holistic and Comprehensive
Management of New Case Pulmonary Tuberculosis on Patient With Type 2
Diabetes Mellitus. 6(Dm), 881–888.

Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI)., 2012. Profil Kesehatan Provinsi


DKI Jakarta. Departemen Kesehatan. No.48 pp 110
Rangka, Itsar Bolo. 2015. Genogram dan Pendekatan Naratif dalam Konseling
untuk Membantu Arah Pilihan Karir Siswa. Apeca Mid Year International
Workshop

Rini, Sandra. 2015. Sindrom Metabolik. J Majority. Volume 4 Nomor 4

Sudoyo dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Interna
Publishing; Jakarta Pusat

20
21

Anda mungkin juga menyukai