Anda di halaman 1dari 22

FDC (FOOD DIETARY CULINARY)

“KASUS HEMODIALISA”
KALIMANTAN BARAT DAN PRANCIS

Disusun Oleh :

Nama : Nila Noviana


Nim : P0 5130217 033
Dosen penguji : Afriyana Silegar S.Gz.,M.Biomed

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

JURUSAN GIZI

TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul “Makalah Food Dietary Culinary pada Pasien Hemodialisa”

Makalah ini berisikan tentang berbagai informasi mengenai terapi Hemodialisa, menu masakan
modifikasi dari Kalimantan Barat dan Prancis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Amin.

Bengkulu, Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB I GAMBARAN KASUS ......................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................... 5
A. Pengertian Hemodialisa ............................................................................................................. 5
B. Mekanisme Hemodialisis............................................................................................................ 7
C. Fungsi Ginjal............................................................................................................................. 7
D. Struktur Anatomi Ginjal .............................................................................................................. 7
E. Tujuan Hemodialisa ................................................................................................................... 8
F. Prinsip yang Mendasari Kerja Hemodialisis.................................................................................. 8
G. Indikasi Hemodialisis ................................................................................................................. 8
H. Adekuasi Hemodialisis ............................................................................................................... 8
I. Komplikasi ................................................................................................................................ 9
BAB III ASUHAN GIZI ............................................................................................................... 10
A. Food History ........................................................................................................................... 10
B. Assesment.............................................................................................................................. 10
C. Diagnosa ................................................................................................................................ 12
D. Riwayat Client ......................................................................................................................... 12
E. Intervensi................................................................................................................................ 12
F. Frekuensi Makan..................................................................................................................... 13
G. Monitoring Dan Evaluasi .......................................................................................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................... 14
A. Resep Masakan Prancis .......................................................................................................... 14
B. Resep Masakan Kalimantan Barat ............................................................................................ 15
C. Analisis Resep ........................................................................................................................ 16
D. Pembahasan .......................................................................................................................... 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 20
A. Kesimpulan............................................................................................................................. 18
B. Saran ..................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 22

3
BAB I
GAMBARAN KASUS
Kasus Hemodialisa :

Nn.A 16 tahun seorang pelajar SMA ,BB 47 kg, TB 152 cm, didiagnosa dokter GGK terminal +
hemodialisa. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit keturunan serta penyakit lainnya seperti
yang diderita saat pasien mengatakan penyakitnya yang diderita sejak dia sakit. Pasien mengatakan sebelum
menderita penyakit ini kepalanya selalu pusing apabila melakukan kegiatan yang berat. Padien mengeluh
nyeri didaerah kepala. Pasien mengatakan pusing apabila melakukan aktivitas seperti berjalan. TD 110/80
mmHg, RR 20x/menit, Nadi 84x/menit, kesadaran CM. Saat ini pasien hanya mendapatkan pemeriksaan Lab
: Hb: 11 gr/dL, leukosit: 11.000/ml, trombosit: 450.000/ml, glukosa 117 mg/dL, kolesterol: 180 mg/dL, BUN:
55mg/dL, kreatinin: 16 mg/dL. Makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk hewani, sayur dan buah.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hemodialisa

Penyakit ginjal kronik (PGK) sebagai suatu proses patofisiologi yang menyebabkan kerusakan
struktural dan fungsional ginjal ini masih menjadi permasalahan serius di dunia kesehatan. Menurut National
Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) tahun 2003-2006 diperkirakan bahwa orang yang
berusia lebih dari 20 tahun di Amerika Serikat memiliki prevalensi menderita PGK sebesar 15,2%. (Aidillah
Mayuda, Shofa Chasani, Fanti Saktini. 2017)

Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita penyakit ginjal kronik yang cukup tinggi. Survei
oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) menunjukan bahwa telah terjadi penurunan fungsi ginjal
dengan proteinuria persisten atau penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) pada 12,5% atau 30 juta orang
dari total 240 juta rakyat Indonesia. Sedangkan 433 per 1 juta penduduk pasien PGK berlanjut menjadi End
Stage Renal Disease (ESRD). (Aidillah Mayuda, Shofa Chasani, Fanti Saktini. 2017)

Hemodialisis (HD) adalah salah satu pilihan terapi pada pasien dengan ESRD. Penyakit ginjal kronik
terutama dengan terapi HD akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seperti aspek fisiologis,
psikologis dan sosial ekonomi. Hal tersebut tidak hanya berdampak pada diri sendiri tapi juga berdampak
pada keluarga dan masyarakat. (Aidillah Mayuda, Shofa Chasani, Fanti Saktini. 2017)

Proses terapi HD yang memerlukan waktu jangka panjang akan mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan. Pasien dapat mengalami gangguan konsentrasi, proses berpikir hingga gangguan dalam
hubungan sosial. Semua kondisi tersebut akan menyebabkan menurunnya kualitas hidup pasien. (Aidillah
Mayuda, Shofa Chasani, Fanti Saktini. 2017)

Kualitas hidup pasien menjadi hal yang harus diperhatikan baik oleh tenaga medis maupun keluarga
dan masyarakat. Kualitas hidup dapat diukur dengan kuesioner Kidney Disease Quality of Life Short Form 1.3
(KDQOL SFTM 1.3). Kuesioner ini terdiri dari 19 dimensi yang mencakup isi instumen SF-36 mengenai
kesehatan secara umum dan penyakit ginjal secara spesifik. Kuesioner ini telah banyak digunakan dan teruji
validitas dan reliabilitasnya. (Aidillah Mayuda, Shofa Chasani, Fanti Saktini. 2017)

Mengingat faktor lamanya menjalani HD mempengaruhi kualitas hidup pasien PGK, maka dari itu
penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup
pasien penyakit ginjal kronik khususnya di RSUP Dr.Kariadi Semarang. (Aidillah Mayuda, Shofa Chasani,
Fanti Saktini. 2017)

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan penyakit kronik yang progresif merusak ginjal sehingga
mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh yang berdampak pada semua sistem tubuh. PGK saat
ini menjadi salah satu penyakit yang banyak terjadi dan menjadi perhatian di dunia termasuk di Indonesia.

5
Jumlah penderita penyakit ini sangat banyak dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. World Health
Organization (WHO) merilis data pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal kronik di dunia pada tahun 2013
meningkat sebesar 50% dari tahun sebelumnya dan di Amerika angka kejadian gagal ginjal kronik meningkat
sebesar 50% pada tahun 2014 dan setiap tahun 200.000 orang Amerika menjalani hemodialisis. (Bayhakki,
Yesi Hasneli. 2017)

Angka kejadian gagal ginjal di dunia secara global lebih dari 500 juta orang dan yang harus
menjalani hemodialis sekitar 1,5 juta orang. Diperkirakan jumlah penderita PGK di Indonesia sekitar 70.000
orang dan yang menjalani hemodialisis 10.000 orang. Salah satu pilihan terapi untuk pasien PGK adalah
hemodialisis (HD). Hemodialisis dilakukan untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari
peredaran darah manusia, seperti kelebihan ureum, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran
semipermeabel. Pasien PGK menjalani proses hemodialisis sebanyak dua sampai tiga kali seminggu, dimana
setiap kali hemodialis rata-rata memerlukan waktu antara empat sampai lima jam. (Bayhakki, Yesi Hasneli.
2017)

Hemodialisis dipercaya dapat meningkatkan survival atau bertahan hidup pasien PGK. Kemampuan
bertahan hidup penderita PGK yang menjalani hemodialisis dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat
keparahan penyakit yang dialami, kondisi berbagai sistem tubuh yang terganggu oleh racun akibat PGK,
pengaturan intake cairan dan makanan, sampai kepatuhan mengikuti jadwal hemodialisis. Pasien
hemodialisis ada yang tidak lama bertahan hidup, namun ada juga yang bertahan hingga bertahun-tahun
hidup dengan menjalani hemodialisis. Sekitar 60% sampai 80% pasien hemodialisis meninggal karena
kelebihan cairan. (Bayhakki, Yesi Hasneli. 2017)

Kelebihan cairan pada pasien HD dapat menimbulkan komplikasi lanjut, seperti hipertensi, aritmia,
kardiomiopati, uremic pericarditis, efusi perikardial, gagal jantung, serta edema pulmonal, nyeri pleura, efusi
pleura, uremic pleuritis, uremic lung, dan sesak nafas. Indikator keberhasilan pasien HD mengelola cairan
adalah dengan mengontrol kenaikan berat badan. Peningkatan berat badan dalam waktu singkat dapat
berarti peningkatan jumlah cairan dalam tubuh. (Bayhakki, Yesi Hasneli. 2017)

Peningkatan berat badan yang mengindikasikan kelebihan cairan dikenal dengan Interdialytic Weight
Gain (IDWG). IDWG merupakan peningkatan volume cairan yang dimanifestasikan dengan peningkatan berat
badan sebagai dasar untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk selama periode interdialitik. Menurut
Neuman (2013), IDWG yang dapat ditoleransi oleh tubuh tidak lebih dari 3% berat badan kering. Berat badan
kering ialah berat badan dimana tidak ada tanda-tanda klinis retensi cairan . Semakin tinggi IDWG maka
semakin besar jumlah kelebihan cairan dalam tubuh pasien dan semakin tinggi risiko komplikasi. Penelitian
Istanti (2014) menunjukkan bahwa semakin meningkat umur pasien, maka IDWG semakin menurun. Namun,
masih banyak pasien yang IDWGnya meningkat sejalan dengan peningkatan umur. Bagi pasien HD, semakin
meningkat umur berarti semakin lama menjalani hemodialisis. (Bayhakki, Yesi Hasneli. 2017)

6
B. Mekanisme Hemodialisis

Penyebab kerusakan ginjal pada PGK adalah multifaktorial dan kerusakannya bersifat ireversibel.
Penyebab PGK pada pasien hemodialisis baru di Indonesia adalah glomerulopati primer 14%, nefropati
diabetika 27%, nefropati lupus/SLE 1%, penyakit ginjal hipertensi 34%, ginjal polikistik 1%, nefropati asam
urat 2%, nefropati obstruksi 8%, pielonefritis kronik/PNC 6%, lain-lain 6%, dan tidak diketahui sebesar 1%.
Penyebab terbanyak adalah penyakit ginjal hipertensi dengan persentase 34 %.(Sitifa Aisara, Syaiful Azmi,
Mefri Yanni. 2018)

Mekanisme dasar terjadinya PGK adalah adanya cedera jaringan. Cedera sebagian jaringan ginjal
tersebut menyebabkan pengurangan massa ginjal, yang kemudian mengakibatkan terjadinya proses adaptasi
berupa hipertrofi pada jaringan ginjal normal yang masih tersisa dan hiperfiltrasi. Namun proses adaptasi
tersebut hanya berlangsung sementara, kemudian akan berubah menjadi suatu proses maladaptasi berupa
sklerosis nefron yang masih tersisa. Pada stadium dini PGK, terjadi kehilangan daya cadang ginjal, pada
keadaan dimana basal laju filtrasi glomerulus (LFG) masih normal atau malah meningkat. Secara perlahan
tapi pasti akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif. Pada sepertiga penderita PGK mengeluhkan
gejala berupa kekurangan energi (76%), pruritus (74%), mengantuk (65%), dyspnea (61%), edema (58%),
nyeri (53%), mulut kering (50%), kram otot (50%), kurang nafsu makan (47%), konsentrasi yang buruk (44%),
kulit kering (42%), gangguan tidur (41%), dan sembelit (35%). Pasien PGK dengan ureum darah kurang dari
150 mg/dl, biasanya tanpa keluhan maupun gejala. Gambaran klinis akan terlihat nyata bila ureum darah
lebih dari 200 mg/dl karena konsentrasi ureum darah merupakan indikator adanya retensi sisa-sisa
metabolisme protein di dalam tubuh. Uremia menyebabkan gangguan fungsi hampir semua sistem organ,
seperti gangguan cairan dan elektrolit, metabolik-endokrin, neuromuskular, kardiovaskular dan paru, kulit,
gastrointestinal, hematologi serta imunologi. (Sitifa Aisara, Syaiful Azmi, Mefri Yanni. 2018)

C. Fungsi Ginjal
a. Mengeksresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh
b. Mengeksresikan gula kelebihan gula dalam darah.
c. Membantu keseimbangan air dalam tubuh
d. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah.(Emma
Veronika Hutagaol.2016)

D. Struktur Anatomi Ginjal

Ginjal orang dewasa panjangnya 12 sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150
gram. Sembilan puluh lima persen (95%) orang dewasa memiliki jarak antar kutub ginjal antara 11-15 cm.
Perbedaan panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk ginjal merupakan tanda
yang penting karena kebanyakan penyakit ginjal dimanifestasikan dengan perubahan struktur. (Emma
Veronika Hutagaol.2016)

7
E. Tujuan Hemodialisa

Tujuan dilaksanakannya terapi hemodialisis adalah untuk mengambil zat- zat nitrogen yang bersifat
toksik dari dalam tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan
ketubuh pasien. (Emma Veronika Hutagaol.2016)

F. Prinsip yang Mendasari Kerja Hemodialisis

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Pada difusi
toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan, dengan cara bergerak dari darah yang memiliki kosentrasi
tinggi ke cairan dialisat yang memiliki konsentrasi rendah. Pada osmosis air yang berlebihan pada tubuh akan
dikeluarkan dari tubuh dengan menciptakan gradien tekanan dimana air bergerak dari tubuh pasien ke cairan
dialisat. Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi
pada mesin dialisis. (Emma Veronika Hutagaol.2016)

G. Indikasi Hemodialisis

Hemodialisis diindikasikan pada pasien dalam keadaan akut yang memerlukan terapi dialisis jangka
pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan gagal ginjal tahap akhir yang
memerlukan terapi jangka panjang/permanen. Secara umum indikasi dilakukan hemodialisis pada penderita
gagal ginjal (Emma Veronika Hutagaol.2016)adalah:

a. Laju filtrasi glomerulus kurang dari 15 ml/menit


b. Hiperkalemia
c. Kegagalan terapi konservatif
d. Kadar ureum lebih dari 200 mg/dl
e. Kreatinin lebih dari 65 mEq/L
f. Kelebihan cairan
g. Anuria berkepanjangan lebih dari 5 kali.

H. Adekuasi Hemodialisis

Setelah pasien melakukan hemodialisis pertama dan dilanjutkan dengan hemodialisis rutin maka,
penting melakukan pengkajian untuk menentukan apakah pasien telah mendapatkan hemodialisis yang
adekuat atau tidak. Pengkajian hemodialisis harus meliputi (Emma Veronika Hutagaol.2016) :

a. Gejala pasien
b. Hasil Pemeriksaan Darah
c. Berat Badan Ideal dan Manajemen Cairan
d. Kinetik Modelling
e. Urea Reduction Ratio

8
I. Komplikasi

Komplikasi yang dapat diakibatkan oleh pelaksanaan terapi hemodialisis adalah (Emma Veronika
Hutagaol.2016):

a. dapat terjadi selama dialisis ketika cairan dikeluarkan


b. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi jika udara
memasuki sistem vaskuler pasien.
c. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya sirkulasi
darah diluar tubuh.
d. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis selama produk akhir metabolisme
meninggalkan kulit.
e. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan serebral dan
muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadi lebih besar jika
terdapat gejala uremia yang berat.
f. Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dan cepat meninggalkan ruang
ekstrasel.
g. Mual dan muntah merupakan hal yang sering terjadi

9
BAB III
ASUHAN GIZI
A. ASSESMENT
1. FOOD HISTORY (FH)
- Makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk hewani, sayur dan buah
- Mendapatkan obat oral yaitu captropil 12,5 mg (2x1)

Recall Makan

E (kkal ) P (gram) L (gram) Kh (gram)

Hasil 1.080 kkal 51 gr 18 gr 180 gr

Kebutuhan 1.789,4 kkal 67,10 gr 39,76 gr 290,77 gr

% kebutuhan 60,35 % 76,00 % 45,27 % 61,90 %

Keterangan Kurang Kurang Buruk Kurang

2. Antropometri Data (AD)


BB : 47 kg
TB : 152 cm
UMUR : 16 tahun
𝐵𝐵 47
IMT : 𝑇𝐵2 = 1,522
= 20,34 𝑘𝑔/𝑚2

3. Biokimia Data (BD)


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
Hb 11 gr/Dl 12-14 gr/dL Rendah
Leukosit 11.000/ml 5.000-10.000/ml Tinggi
Trombosit 450.000/ml 150-400rb/ml Tinggi
Glukosa 117 mg/Dl 140 mg/dL Rendah
Kolesterol 180 mg/dL 200 mg/dL Rendah
BUN 55 mg/dL 7-20 mg/dL Tinggi
Kreatinin 16 mg/dL <1,5 mg/dL Tinggi

10
4. Klinis dan Fisik (PD)
Klinis Hasil Nilai Normal Keterangan
TD 110/80 mmHg 120/80 mmHg Rendah
RR 20x/menit 20-24x/menit Normal
Nadi 84x/menit 60-80x/menit Cepat

 Fisik
- Mengeluh nyeri didaerah kepala
- Pusing apabila melakukan aktivitas berjalan

B. DIAGNOSA
Domain Problem Etiologi Sign
NC.2.2 Perubahan nilai lab Berkaitan dengan penyakit Ditandai dengan
terkait gizi yang diderita kreatinin 16 mg/dL (tinggi)
NI.1.2 Asupan energi tidak Berkaitan dengan penyakit Ditandai dengan hasil recall
Adekuat yang diderita 60,35% (1080 kkal)

C. RIWAYAT CLIENT
 Riwayat personal : seotang pelajar SMA, tidak pernah mengalami penyakit keturunan serta
penyakit lainnya seperti yang diderita saat ini, sebelum menderita penyakit ini kepalanya
selalu pusing apabila melakukan kegiatan yang berat.
 Riwayat medis : saat ini hanya mendapatkan obat oral yaitu captropil 12,5 mg (2x1)

D. INTERVENSI
1. Rencana Terapi Diet
a. Diet : Diet dialisis 1 (60 gr protein)
b. Prinsip diet : TETP, Cairan dibatasi
c. Tujuan Diet :
1. Memberikan asupan energi sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan BB
Normal
d. Syarat diet :
 Energi diberikan sesuai kebutuhan pasien sebesar 1789,4 kkal
 Protein diberikan 15% yaitu 67,10 gram/hari
 Lemak diberikan 20% yaitu 39,76 gram/hari
 Karbohidrat diberikan 65% yaitu 290,77 gram/hari
 Vitamin

11
Vit. B6 = 1,2 mg
Vit. B9 = 400 mg
Vit. C = 75 mg
 Mineral
Fosfor = 1200 mg
Ca = 1200 mg
K = 4700 mg
 Cairan = 500-750ml
e. Bentuk makanan : Makanan biasa
f. Route Pemberian : Oral

 Perhitungan Kebutuhan Energi


REE = (22,2 x BB kg) + 746
= (22,2 x 47 kg) + 746
= 1043,4 + 746
= 1789,4 kkal
 Perhitungan Zat Gizi
15% x 1789,4
Protein = = 67,10 𝑔𝑟
4
20% x 1789,4
Lemak = 9
= 39,76 𝑔𝑟
65% x 1789,4
Karbohidrat = = 290,77 𝑔𝑟
4

 Bahan makanan yang dianjurkan dan Bahan makanan yang dibatasi


o Bahan makanan yang dianjurkan
- Sumber karbohidrat : Nasi, roti putih, mie, makaroni, spaghetti, sagu, lontong,
bihun, jagung
- Sumber protein hewani :Telur, ayam tanpa kulit, daging tanpa lemak, ikan segar
kecuali tongkol, susu (khusus untuk penyakit gagal ginjal kronik dengan dialisis)
- Sayur-sayuran : Ketimun, terung, tauge, buncis, kangkung, kacang panjang, kol,
kembang kol, selada, wortel, jamur
- Buah-buahan : Nanas, papaya, jambu biji, sawo, pear, strawberry, apel, anggur,
jeruk manis
- Lain-lain : Makanan yang dibuat dari tepung-tepungan, gula, madu, sirup, jam,
permen, dll
o Bahan makanan yang dibatasi
- Sumber karbohidrat : Singkong, kentang, ubi kuning, havermut, roti susu, tepung
tapioca

12
- Sumber protein hewani : Ikan sardine, ikan tongkol
- Sumber protein nabati : Kacang kedele, kacang hijau, kacang merah, kacang
tanah
- Sayur-sayuran : Peterseli, kapri, kailan, daun singkong, paprika, bayam, daun
pepaya, jantung pisang, kelapa, kembang kol, seledri batang, tomat
- Buah-buahan : Alpokat, pisang, belimbing, durian, nangka
- Lain-lain : Susu bubuk, susu skim, susu coklat, coklat, saus, the, garam berkalium

E. FREKUENSI MAKAN
MP : 25% X 1789,4 = 447,35 kkal
SP : 10% X 1789,4 = 178,94 kkal
MS : 30% X 1789,4 = 536,82 kkal
SS : 10% X 1789,4 = 178,94 kkal
MM : 25% X 1789,4 = 447,35 kkal

F. MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring Target Ket


Asupan Makanan Memberikan asupan sesuai Setiap hari
kebutuhan untuk menjaga BB
normal, memberikan makanan
yang mengandung tinggi
antioksida yang berguna untuk
proses penyembuhan.
Biokimia Menormalkan hasil lab Na hingga
mencapai nilai normal
Klinis/Fisik Dapat mengurangi keluhan
pasien yaitu mual muntah, perut
kembung, sakit perut dan kram

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. RESEP MASAKAN PRANCIS

MOULES MARINIERES (PRANCIS)

Moules marinieres adalah hidangan Prancis dari wilayah Normandia. Secara harfiah, namanya
berarti kerang ala pelaut. Moules marinieres dianggap makanan cepat saji di perancis, tetapi dimasak dengan
gaya tertentu layaknya gourmet.
Persiapan: 10 menit
Pemasakan: 5 menit
Jumlah porsi: 4 orang
Bahan :
 1,2 kg kerang bouchot
 60 gr bawang merah
 40 gr mentega
 10 cl anggur putih kering
 1/4 ikat peterseli pipih
 Lada giling
Untuk dekorasi :
 Beberapa helai peterseli datar
Peralatan :
 panci
Langkah-langkah :
1. Bersihkan cetakan dan bilas dengan cepat dengan air dingin.
2. Masukkan kerang dalam panci, tambahkan mentega, bawang merah dipotong kecil-kecil dan
peterseli cincang. Tambahkan anggur putih dan lada.
3. Masak dengan api besar dengan tutupnya. Segera setelah kerang terbuka, angkat panci dari api.
4. Taruh kerang di piring dan taburi dengan jus memasak. Hiasi dengan banyak hidangan peterseli dan
nikmatilah

14
MOULES MARINIERES MODIFIKASI (PRANCIS)

Persiapan: 10 menit
Pemasakan: 5 menit
Jumlah porsi: 4 orang
Bahan :
 1,2 kg kerang bouchot
 60 gr bawang merah
 40 gr mentega
 10 cl anggur putih kering
 1/4 ikat peterseli pipih
 Lada giling
 75 gr Putih telur
Untuk dekorasi :
 Beberapa helai peterseli datar
Peralatan :
 panci
Langkah-langkah :
1. Bersihkan cetakan dan bilas dengan cepat dengan air dingin.
2. Masukkan kerang dalam panci, masukkan putih telur, tambahkan mentega, bawang merah dipotong
kecil-kecil dan peterseli cincang. Tambahkan anggur putih dan lada.
3. Masak dengan api besar dengan tutupnya. Segera setelah kerang terbuka, angkat panci dari api.
4. Taruh kerang di piring dan taburi dengan jus memasak. Hiasi dengan banyak hidangan peterseli dan
nikmatilah

15
B. RESEP MASAKAN KALIMANTAN BARAT

RESEP NASI TOMAT SEDAP NIKMAT (KALBAR)

Nasi tomat ternyata merupakan makanan khas Kalimantan Barat yang banyak disukai karena enak
dan mudah membuatnya. Selain enak dan mudah membuatnya, makanan ini juga kaya akan manfaat yang
baik untuk tubuh.Tomat sendiri memiliki beragam kandungan yang berguna untuk memelihara fungsi organ
tubuh dan memperlancar segala sistem yang sedang berjalan. Kandungan yang paling banyak adalah
Vitamin c dan air sehingga sangat baik untuk tubuh apalagi untuk kecantikan wajah karena bisa mengecilkan
pori-pori. Selain itu tomat juga sering digunakan sebagai sambal lalapan dan menjadi salah satu bumbu dapur
yang tidak bisa terlewatkan. Seperti namanya “nasi tomat”, makanan ini merupakan kombinasi beras dan
tomat yang kemudian dimasak secara bersamaan.

Bahan-bahan/bumbu-bumbu :

 300 gram beras


 1 buah bawang bombay cincang
 50 gram daging giling
 30 gram jamur kancing, dipotong menjadi 2 bagian
 50 gram mix vegetable
 2 lembar bayleaf
 1/2 sendok makan garam
 1/2 sendok teh merica bubuk
 1/2 sendok teh oregano
 1/2 sendok teh basil
 150 ml air tomat, dari 200 gram tomat dan 75 ml air, buang bijinya, lalu di blender
 350 ml kaldu sapi dari rebusan tulang sapi
 2 sendok makan minyak zaitun untuk menumis

Cara Pengolahan :

16
1. Tumis bawang bombay sampai harum. Tambahkan daging giling. Aduk sampai berubah warna.
2. Masukkan beras, bayleaf, garam, dan merica bubuk. Aduk rata.
3. Tuang air tomat dan kaldu sapi. Aduk rata. Masak sampai meresap. Masukkan jamur kancing, mix
vegetable, oregano, dan basil. Aduk rata.
4. Kukus 45 menit di atas api sedang sampai matang.
5. Untuk 5 porsi

RESEP NASI TOMAT SEDAP NIKMAT MODIFIKASI (KALBAR)

Bahan-bahan/bumbu-bumbu :

 150 gram beras


 1 buah bawang bombay cincang
 25 gram daging giling
 15 gram jamur kancing, dipotong menjadi 2 bagian
 25 gram mix vegetable
 1 lembar bayleaf
 1/2 sendok makan garam
 1/2 sendok teh merica bubuk
 1/2 sendok teh oregano
 1/2 sendok teh basil
 75 ml air tomat, dari 100 gram tomat dan 35 ml air, buang bijinya, lalu di blender
 175 ml kaldu sapi dari rebusan tulang sapi
 2 sendok makan minyak zaitun untuk menumis
 75 gr putih telur

Cara Pengolahan :

1. Tumis bawang bombay sampai harum. Tambahkan daging giling. Aduk sampai berubah warna.
2. Masukkan beras, bayleaf, garam, dan merica bubuk. Aduk rata.

17
3. Tuang air tomat dan kaldu sapi. Aduk rata. Masak sampai meresap. Masukkan putih telur, jamur
kancing, mix vegetable, oregano, dan basil. Aduk rata.
4. Kukus 45 menit di atas api sedang sampai matang.
5. Untuk 3 porsi

C. ANALISIS RESEP
 Menu 1 hari Prancis

 Nilai gizi 1 resep luar negeri

Bahan makanan BB E P L KH Kalium


Kerang 500 515,1 71,5 13,5 22 805
Mentega 40 284 0,1 32,2 0 2,8
anggur 10 3 0 0 0,8 5,8
Putih telur 75 37,5 7,9 0 0,8 107,3
Total 839,6 79,5 45,8 23,5 920,8

 Nilai gizi 1 porsi luar negeri

Nama menu Jumlah porsi E P L KH Kalium

4 209,9 19,875 11,45 5,87 230,2

18
 Menu 1 hari Kalimantan Barat

 Nilai gizi 1 resep Kalimantan barat

Bahan makanan BB E P L KH Kalium


beras 150 541,3 10,1 0,9 119,3 121,5
daging sapi 25 67,2 6,2 4,5 0 85
jamur 15 4,1 0,3 0,1 0,8 53,4
tomat 100 21 0,9 0,3 4,6 222
minyak 10 86,2 0 10 0 0
Putih telur 75 37,5 7,9 0 0,8 107,3
Total 757,3 25,4 15,8 125,4 589,2

 Nilai gizi 1 porsi Kalimantan barat

Nama menu Jumlah porsi E P L KH Kalium

5 151,46 5,08 3,16 25,08 117,84

19
D. PEMBAHASAN
 Alasan modifikasi

Pada menu moules marinieres asal Prancis dan nasi tomat sedap nikmat asal Kalimantan Barat,
ditambahkan putih telur kakena putih telur baik untuk menstabilkan kadar fosfor >2,0 mg/dl. Putih telur
dianjurkan untuk dikonsumsi sebanyak 225 gram dalam sehari selama jangka waktu 6 minggu agar dapat
menstabilkan fosfos yang ada didalam tubuh. Karena dalam sehari pasien biasanya makan 3x, maka sekali
makan pasien sebaiknya mengkonsumsi putih telur sebanyak 75 gram. Hubungan hemodialisa dengan fosfor,
pasien GGK yang menjalani hemodialisa diberikan diet protein tinggi karena pasien hemodialisa banyak
kehilangan protein pada saat dialisis. Salah satu penyebab kematian Pasien GGK yang menjalani HD adalah
hiperfosfatemia (tingginya kadar fosfor di dalam darah akibat dari penurunan fungsi ginjal).Diet tinggi protein
pada HD dapat mengakibatkan hiperfosfatemia karena adanya gangguan metabolisme mineral yang
berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Makanan dengan kandungan protein tinggi
merupakan sumber utama dari fosfor. Protein merupakan komponen penting pada terapi pasien dengan
GGK, maka pasien dianjurkan memilih makanan dengan rasio fosfor-protein yang rendah untuk menjaga
kadar fosfor darahnya tetap stabil. Protein hewani memiliki rasio perbandingan yang lebih rendah
diabndingkan protein nabati (lebih kurang 11 mg fosfor per 1 g protein).Asupan makanan dengan rasio
perbandingan antara fosfor- protein yg rendah seperti putih telur.

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pada pasien hemodialisa diberikan diet protein tinggi yaitu 1,2-1,5 gram/kg BB.
2. Diberikan putih telur untuk menstabilkan fosfor karena peningkatan fosfor akan mengakibatkan
gangguan metabolisme mineral yang berhubungan dengan penuruunan laju filtrasi glomerulo
ginjal,
3. Hubungan hemodialisa dengan fosfor : pasien GGK yang menjalani hemodialisa diberikan diet
protein tinggi karena pasien hemodialisa banyak kehilangan protein pada saat dialisis. Salah
satu penyebab kematian Pasien GGK yang menjalani HD adalah hiperfosfatemia (tingginya
kadar fosfor di dalam darah akibat dari penurunan fungsi ginjal).Diet tinggi protein pada HD
dapat mengakibatkan hiperfosfatemia karena adanya gangguan metabolisme mineral yang
berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Makanan dengan kandungan
protein tinggi merupakan sumber utama dari fosfor. Protein merupakan komponen penting pada
terapi pasien dengan GGK, maka pasien dianjurkan memilih makanan dengan rasio fosfor-
protein yang rendah untuk menjaga kadar fosfor darahnya tetap stabil. Protein hewani memiliki
rasio perbandingan yang lebih rendah diabndingkan protein nabati (lebih kurang 11 mg fosfor
per 1 g protein).Asupan makanan dengan rasio perbandingan antara fosfor- protein yg rendah
seperti putih telur.

B. SARAN
1. Modifikasi pada menu moules marinieres sebaiknya kerang dipisahkan dari cangkangnya agar
putig telur yang dijadikan modifikasi tercampur dengan kerang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aidillah Mayuda, Shofa Chasani, Fanti Saktini.2017. Hubungan Antara Lama Hemodialisis Dengan Kualitas
Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik (Studi Di Rsup Dr.Kariadi Semarang). Tembalang-Semarang : Jurnal
Kedokteran Diponegoro.

Putri Wahyuni, Saptino Miro Eka Kurniawan.2018. Hubungan Lama Menjalani Hemodialisis dengan Kualitas
Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan Diabetes Melitus di RSUP Dr. M Djamil Padang.Padang : Artikel
Penelitian.

Sitifa Aisari, Syaiful Azmi, Mefri Yanni.2018. Gambaran Klinis Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang.Padang : Artikel Penelitian

Bayhakki, Yesi Hasneli.2017. Hubungan Lama Menjalani Hemodialisis dengan Inter-Dialytic Weight Gain
(IDWG) pada Pasien Hemodialisis.Universitas Riau. JKP - Volume 5 Nomor 3

Emma Veronika Hutagaol . 2017. Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Terapi Hemodialisa Melaluipsychological Intervention Di Unit Hemodialisa Rs Royal Prima Medan
Tahun 2016.Medan : Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1

Syauqy Ahmad, Susetyowati, Suhardi.2012. Asupan Protein Dan Fosfor, Rasio Fosfor-Protein, Dan Kadar
Fosfor Darah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Hemodialisis.Yogyakarta:Jurnal Klinik Indonesia

22

Anda mungkin juga menyukai