Oleh
Putri Oktaria, S.Ked
712019061
Pembimbing:
dr. Ardi Artanto, M.KK.,Sp.OK
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus:
Pendekatan Pelayanan Kedokteran Keluarga Pada Pasien
Hypertensive Heart Disease Di Lingkungan Klinik
Dokter Keluarga Universitas Muhammadiyah
Palembang
Oleh:
Putri Oktaria, S.Ked
712019061
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Menyetujui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Pendekatan Pelayanan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Hypertensive Heart
Disease di Lingkungan Klinik Dokter Keluarga Universitas Muhammadiyah
Palembang”sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Salawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir
zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai
bahan pertimbangan perbaikan di masa mendatang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................3
1.3.1. Tujuan Umum.......................................................................3
1.3.2. Tujuan Khusus......................................................................3
1.4. Manfaat Penulisan..........................................................................3
1.4.1. Bagi Mahasiswa....................................................................3
1.4.2. Bagi Puskesmas....................................................................3
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Analisa kasus..................................................................................60
4.2. Identifikasi Fungsi Keluarga..........................................................60
4.3. Diagnosis Kedokteran Keluarga.....................................................71
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................73
LAMPIRAN..............................................................................................................75
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
keluarga dalam proses menegakkan diagnosis suatu penyakit serta menatalaksana
masalah kesehatan merupakan bentuk partisipasi aktif pada pelayanan dan
perawatan kesehatan 3.
Salah satu penyakit yang hingga kini masih menjadi perhatian khusus dalam
dunia kesehatan adalah Hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia. Seseorang
dikatakan mengalami hipertensi apabila nilai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau diastolik ≥90 mmHg pada pemeriksaan yang berulang. Penyakit ini disebut
sebagai silent killer karena penyakit ini mematikan namun sering kali tidak
menunjukkan gejala (asimptomatik) 3. Menurut WHO sebanyak 1,13 miliar
orang di dunia menyandang hipertensi yang 2/3 di antaranya tinggal di negara
dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah. Selain itu, hipertensi
merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia, dan menyebabkan
setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung. WHO mengestimasikan
prevalensi hipertensi secara global saat ini sebesar 22% dari total penduduk dunia,
dan dari sejumlah penyandang hipertensi tersebut hanya kurang dari seperlima
5
yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah . Diketahui
sebanyak 50-60% penderita hipertensi akan mengalami risiko gagal jantung 6.
Salah satu dampak dari kurangnya pengendalian terhadap tekanan darah tinggi
yaitu dapat mengalami Hypertensive Heart Disease (HHD). HHD adalah suatu
penyakit yang berkaitan dengan dampak skunder pada pada jantung akibat dari
hipertensi sistemik dalam jangka lama dan berkepanjangan. Keadaan ini merujuk
pada hipertensi yang tidak terkendali sehingga membuat perubahan struktur
miokard, pembuluh darah dan sistem konduksi jantung. Perubahan-perubahan ini
dapat menyebabkan komplikasi berupa left ventricle hypertrophy (LVH), penyakit
arteri koroner, gangguan sistem konduksi jantung, disfungsi sistolik dan diastolik
sehingga akan bermanifestasi klinis sebagai angina (nyeri dada), infark miokard,
aritmia jantung dan gagal jantung kongestif 7. Jumlah penderita ini hingga kini
belum diketahui secara pasti namun dari beberapa studi kasus disebutkan
penderita hipertensi akan berkembang menjadi penyakit jantung 6.
Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada
hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence based medicine). Oleh karena
2
itu, laporan kasus ini dibuat sebagai bahan diskusi dan pembelajaran bagi calon
dokter lulusan fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pendekatan kedokteran keluarga pada pasien dengan
hypertensive heart disease di lingkungan Klinik Dokter Keluarga
Universitas Muhammadiyah Palembang
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa memahami prinsip-prinsip pelayanan kedokteran
keluarga dalam mengatasi masalah Hypertensive Heart Disease.
2. Memahami cara-cara untuk melakukan home visit
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana pembelajaran dan pelatihan dalam upaya pelayanan
kesehatan dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga
Klinik Dokter Keluarga Universitas Muhammadiyah Palembang.
1.4.2 Manfaat Bagi Klinik Dokter Keluarga
Mengetahui pendekatan kedokteran keluarga pada pasien dengan
Hypertension Heart Disease di lingkungan Klinik Dokter Keluarga
Universitas Muhammadiyah Palembang
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistolik (TDS)
≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥90 mmHg. Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan
yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal8,9.
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan
darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh
pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung
penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain
dan lain-lain10.
2. Epidemiologi
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan
peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia dengan jumlah penduduk
sekitar 260 juta adalah 34,1% dibandingkan 27,8% pada Riskesdas tahun
2013. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
4
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis 8,9.
3. Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang
potensial12.
5
13.
b. Hipertensi sekunder
6
Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan
menaikkan tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat
diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan
atau mengobati / mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya
sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi
sekunder 13.
4. Faktor Risiko
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain:
a. Genetik
Genetik adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi.
Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler
dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.
b. Obesitas
B
erat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Prevalensi tekanan darah
tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas)
adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan
prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki
IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional).
Perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan
berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin
7
dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-
14.
angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal
c. Jenis kelamin
P
revalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause salah satunya adalah penyakit jantung koroner. Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor
pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas
wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut
dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita
14.
umur 45-55 tahun
d. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin
akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan
jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun
meningkat 14.
e. Kurang olahraga
O
lahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk
8
hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila
jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya
kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan
darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.
Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung
lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa
14.
semakin besar pula kekakuan yang mendesak arteri
g. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna
dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis.
5. Klasifikasi
Hampir semua consensus/pedoman utama baik dari dalam
walaupun luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan
hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
9
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang.
Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi
dasar penentuan diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat
keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar
penentuan tatalaksana hipertensi 15.
10
6. Patofisiologi
kondisi tersebut tubuh akan kekurangan untuk suplai oksigen dan nutrisi
11
menyebabkan terjadinya penurunan curah jantung. Selain itu, tekanan
darah dipengaruhi oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada
cardiac output (CO) atau curah jantung (CJ) dan TPR (total peripheral
NaCl meningkat, maka ginjal akan merespons agar eksresi garam keluar
bersama urine ini juga akan meningkat. Tetapi bila upaya mengeksresi
12
Gambar 1. Patofisiologi Hipertensi14
progresif 15.
13
Gambar 2. Autoregulasi tekanan darah terkait dengan sistem RAA.
14
Persarafan autonom ada dua macam, yang pertama ialah sistem saraf
simpatis, yang mana saraf ini yang menstimulasi saraf viseral (termasuk
tidak dipengaruhi oleh kesadaran otak, akan tetapi terjadi secara otomatis
15
Gambar 4. Faktor-Faktor penyebab aktivasi sistem saraf simpatis 15
miokard, yang akan bermanifestasi klnik sebagai angina atau miokard infark,
7. Manifestasi Klinis
Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba,
tengkuk terasa pegal dan lain-lain 16.
16
mengacu pada perubahan pada ventrikel kiri, atrium kiri, dan arteri
koroner sebagai akibat dari peningkatan tekanan darah kronis. Hipertensi
meningkatkan beban kerja pada jantung yang menginduksi perubahan
struktural dan fungsional pada miokardium. Perubahan ini termasuk
hipertrofi ventrikel kiri, yang dapat berkembang menjadi gagal jantung 16.
HHD adalah istilah yang ditetapkan untuk menyebutkan penyakit jantung
secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia
jantung, penyakit jantung koroner dan penyakit jantung kronis (CHF) yang
disebabkan karena peningkat tekanan darah, baik secara langsung maupun
tidak langsung 15.
2. Epidemiologi
Hipertensi adalah salah satu patologi yang paling umum di Amerika
mempengaruhi sekitar 75 juta orang dewasa atau satu dari tiga orang
dewasa AS. Dari pasien yang didiagnosis dengan hipertensi, hanya 54%
yang memiliki kontrol tekanan darah yang memadai. Prevalensi global
hipertensi adalah 26,4% yang menyumbang 1,1 miliar orang, namun hanya
satu dari lima orang yang memiliki tekanan darah yang baik. Satu studi
menemukan bahwa hipertensi berkepanjangan akhirnya menyebabkan
gagal jantung dengan waktu rata-rata 14,1 tahun 16.
Meta-analisis telah menunjukkan hubungan antara tekanan darah tinggi
dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular yang meningkat secara
substansial dengan usia.
Pada pasien usia 45-54 tahun - 36,1% pria, 33,2% wanita
Pada pasien usia 55-64 tahun - 57,6% pria dan 55,5% wanita
Pada pasien usia 65-74 tahun- 63,6% pria dan 65,8% wanita
Pada pasien berusia 75 tahun atau lebih, 73,4% pria dan 81,2% Wanita
Hipertensi sedikit lebih sering terjadi pada wanita dan meningkatkan
risiko gagal jantung (3 kali lipat) dibandingkan dengan pria (2 kali lipat).
Wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah yang tidak terkontrol dan
penelitian terbaru menunjukkan kelas obat antihipertensi tertentu mungkin
kurang efektif pada Wanita 16.
17
Tekanan darah sistolik (BP) meningkat seiring bertambahnya usia;
peningkatan ini lebih nyata pada pria daripada wanita sampai wanita
mencapai menopause, ketika tekanan darah mereka meningkat lebih tajam
dan mencapai tingkat yang lebih tinggi daripada pria. Dengan demikian,
prevalensi hipertensi lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita yang
lebih muda dari 55 tahun, tetapi tingkat lebih tinggi pada wanita yang
lebih tua dari 55 tahun. Prevalensi penyakit jantung hipertensi mungkin
mengikuti pola yang sama dan dipengaruhi oleh beratnya peningkatan
tekanan darah 17.
Meskipun frekuensi pasti LVH tidak diketahui, angkanya berdasarkan
temuan elektrokardiografi (EKG) adalah 2,9% untuk pria dan 1,5% untuk
wanita. Tingkat LVH berdasarkan temuan ekokardiografi adalah 15-20%.
Dari pasien tanpa LVH, 33% memiliki bukti disfungsi diastolik LV
asimtomatik 17.
Kelompok etnis tertentu juga diketahui memiliki kecenderungan lebih
tinggi untuk hipertensi. Prevalensi hipertensi di antara populasi Afrika
Amerika adalah yang tertinggi dari semua kelompok etnis di dunia pada
45,0% untuk laki-laki dan 46,3% untuk perempuan. Angka ini 34,5%
untuk laki-laki Kaukasia dengan 32,3% untuk perempuan dan 28,9% di
antara laki-laki Hispanik dengan 30,7% untuk perempuan. Selain tingkat
hipertensi tertinggi, orang kulit hitam Amerika memiliki risiko lebih tinggi
terkena gagal jantung, tekanan darah rata-rata lebih tinggi yang
berkembang pada usia lebih dini, dan kurang dapat menerima pengobatan.
Semua faktor ini berkontribusi pada peningkatan kematian dan beban
penyakit yang lebih tinggi 16.
3. Etiologi
Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan seiring
dengan berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan pada otot-
otot jantung. Karena jantung memompa darah melawan tekanan pada
pembuluh darah yang meningkat maka ventrikel kiri akan membesar dan
jumlah darah yang dipompa setiap menitnya akan berkurang. Tanpa
18
dilakukannya terapi, gejala gagal jantung akan makin terlihat 18.
Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama bagi penyakit jantung
yang dapat menimbulkan penyakit jantung iskemik (menurunnya suplai
darah untuk otot jantung sehingga menyebabkan nyeri dada atau angina)
akibat peningkatan kebutuhan suplai oksigen yang dibutuhkan otot jantung
yang menebal 18.
Tekanan darah tinggi juga berpengaruh terhadap penebalan dinding
pembuluh darah yang akan mendorong terjadinya arterosklerosis sehingga
meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Penyakit jantung
hipertensi adalah penyebab utama penyakit dan kematian akibat hipertensi
18
.
4. Faktor Risiko
Faktor risiko hypertensive heart disease adalah sebagai berikut:
- Faktor risiko utama yaitu terjadinya hipertensi. Namun risiko ini akan
bertambah meningkat apabila:
- Obesitas
- Kurangnya olahraga
- Merokok
- Mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol
- Riwayat keluarga mengalami hal serupa
- Penyakit ini lebih sering dialami perempuan dibandingkan laki-laki
5. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit jantung hipertensi adalah interaksi kompleks dari
berbagai faktor hemodinamik, struktural, neuroendokrin, seluler, dan
molekuler. Faktor-faktor ini memainkan peran integral dalam
perkembangan hipertensi dan komplikasinya; namun, peningkatan tekanan
darah (BP) itu sendiri dapat memodulasi faktor-faktor ini 17.
Obesitas telah dikaitkan dengan hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri
(Left Ventricular Hypertension) dalam berbagai studi epidemiologi,
didapatkan sebanyak 50% pasien obesitas memiliki beberapa derajat
19
hipertensi dan sebaliknya yaitu sebanyak 60-70% pasien dengan hipertensi
dapat mengalami obesitas 17.
Peningkatan tekanan darah menyebabkan perubahanpada struktur dan
fungsi jantung dalam dua cara yaitu secara langsung dengan peningkatan
afterload, dan secara tidak langsung dengan perubahan neurohormonal dan
vaskular terkait 17.
20
reseptor angiotensin I, akan menyebabkan pertumbuhan interstitium dan
komponen matriks sel. Singkatnya, perkembangan LVH ditandai dengan
hipertrofi miosit dan oleh ketidakseimbangan antara miosit dan
interstitium dari struktur rangka miokard.
Berbagai pola LVH telah dijelaskan, termasuk remodeling konsentris,
LVH konsentris, dan LVH eksentrik. LVH konsentris adalah peningkatan
ketebalan LV dan massa LV dengan peningkatan tekanan dan volume
diastolik LV yang umumnya diamati pada orang dengan hipertensi.
Keadaan ini diketahui sebagai penanda prognosis buruk pada pasien.
Perbandingan LVH konsentris dengan LVH eksentrik yaitu ketebalan LV
meningkat tidak merata tetapi di tempat tertentu, seperti septum 17.
Meskipun perkembangan LVH awalnya memainkan peran protektif
dalam menanggapi peningkatan tekanan dinding untuk mempertahankan
curah jantung yang memadai, kemudian mengarah pada pengembangan
diastolik dan, akhirnya, disfungsi miokard sistolik 17.
Valvular Disease
Meskipun penyakit katup tidak menyebabkan penyakit jantung
21
hipertensi, hipertensi kronis dan berat dapat menyebabkan dilatasi akar
aorta, yang menyebabkan insufisiensi aorta yang signifikan. Beberapa
derajat insufisiensi aorta yang tidak signifikan secara hemodinamik sering
ditemukan pada pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol.
Peningkatan tekanan darah yang akut dapat menonjolkan derajat
insufisiensi aorta. Selain menyebabkan regurgitasi aorta, hipertensi juga
diduga mempercepat proses sklerosis aorta dan menyebabkan regurgitasi
mitral 17.
Gagal Jantung
Gagal jantung adalah komplikasi umum dari peningkatan tekanan darah
kronis. Pasien dengan hipertensi termasuk dalam salah satu kategori
berikut:
Tanpa gejala tetapi berisiko mengalami gagal jantung: Stadium A atau
B, menurut klasifikasi American College of Cardiology
(ACC)/American Heart Association (AHA), tergantung pada apakah
mereka telah berkembang menpenyakit jantung struktural sebagai
konsekuensi dari hipertensi atau tidak.
Menderita gagal jantung simtomatik: Stadium C atau D, menurut
klasifikasi ACC/AHA
22
Gambar 6. Klasifikasi Gagal Jantung
Disfungsi Diastolik
Disfungsi diastolik sering terjadi pada orang dengan hipertensi. Selain
peningkatan afterload, faktor lain yang dapat berkontribusi terhadap
perkembangan disfungsi diastolik termasuk penyakit arteri koroner yang
menyertai, penuaan, disfungsi sistolik, dan kelainan struktural seperti
fibrosis dan LVH. Disfungsi sistolik asimtomatik biasanya mengikuti 17.
Dissinkroni diastolik LV awal dapat dikaitkan dengan remodeling LV
dan berkontribusi terhadap disfungsi diastolik LV pada pasien dengan
hipertensi. Tingkat disfungsi diastolik tampaknya berkorelasi dengan
peningkatan keparahan hipertensi 17.
Disfungsi Sistolik
Kemudian dalam perjalanan penyakit, LVH gagal untuk
mengkompensasi dengan meningkatkan curah jantung dalam menghadapi
peningkatan BP, dan rongga LV mulai melebar untuk mempertahankan
curah jantung. Saat penyakit memasuki tahap akhir, fungsi sistolik LV
semakin menurun. Hal ini menyebabkan peningkatan lebih lanjut dalam
aktivasi sistem neurohormonal dan renin-angiotensin, yang menyebabkan
peningkatan retensi garam dan air dan peningkatan vasokonstriksi perifer.
Akhirnya, LV yang sudah terganggu menjadi kewalahan, dan pasien
berkembang ke tahap disfungsi sistolik simtomatik 17.
Dekompensasi
Apoptosis, atau kematian sel terprogram yang dirangsang oleh
23
hipertrofi miosit dan ketidakseimbangan antara stimulan dan inhibitornya
dianggap memainkan peran penting dalam transisi dari tahap
terkompensasi ke tahap dekompensasi. Pasien dapat menjadi simtomatik
selama tahap asimtomatik dari disfungsi sistolik atau diastolik LV, karena
perubahan kondisi afterload atau adanya gangguan lain pada miokardium
(misalnya, iskemia, infark). Peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba
dapat menyebabkan edema paru akut tanpa harus mengubah fraksi ejeksi
ventrikel kiri 17.
Umumnya, perkembangan dilatasi atau disfungsi LV asimtomatik atau
simtomatik menandakan penurunan status klinis yang cepat dan
peningkatan risiko kematian yang nyata. Selain disfungsi LV, penebalan
ventrikel kanan (RV) dan disfungsi diastolik juga berkembang sebagai
akibat dari penebalan septum dan disfungsi LV 17.
Iskemik Miokard
Pasien dengan angina memiliki prevalensi hipertensi yang tinggi.
Hipertensi merupakan faktor risiko untuk perkembangan penyakit arteri
koroner. Perkembangan iskemia pada pasien hipertensi bersifat
multifaktorial 17.
Hal terpenting pada pasien dengan hipertensi, angina dapat terjadi
tanpa adanya penyakit arteri koroner epikardial. Peningkatan afterload
sekunder akibat hipertensi menyebabkan peningkatan tegangan dinding
ventrikel kiri dan tekanan transmural, yang mengganggu aliran darah
koroner selama diastol. Selain itu, mikrovaskuler di luar arteri koroner
epikardial telah terbukti disfungsional pada pasien dengan hipertensi, dan
mungkin tidak dapat mengkompensasi peningkatan kebutuhan metabolik
dan oksigen 17.
6. Manifestasi Klinis
Pada tahap awal seperti hipertensi pada umumnya, kebanyakan pasien
tidak memiliki keluhan. Bila simptomatik maka biasanya disebabkan oleh:
1) Peningkatan tekanan darah itu sendiri seperti berdebar debar, rasa
melayang dan impoten
24
2) Penyakit jantung/hipertensi vaskuler seperti cepat capek, sesak nafas,
sakit dada (iskemia miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua kaki
atau perut. Gangguan vaskuler lainnya adalah epistaksis, hematuria,
pandangan kabur karena perdarahan retina, dan transient cerebral
ischemic.
3) Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder. Polidipsoa, polyuria
dan kelemahan otot 15.
7. Cara Mendiagnosis
a. Anamnesis
Gejala penyakit jantung hipertensi tergantung pada durasi, tingkat
keparahan, dan jenis penyakit. Selain itu, pasien mungkin atau mungkin
tidak menyadari adanya hipertensi, itulah sebabnya hipertensi
dinobatkan sebagai silent killer. Pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri
(LVH) saja tidak menunjukkan gejala sama sekali, kecuali jika LVH
mengarah pada perkembangan disfungsi diastolik dan gagal jantung 17.
Gejala gagal jantung termasuk dispnea saat beraktivitas dan tidak
beraktivitas (New York Heart Association [NYHA] kelas I-IV);
ortopnea; dispnea nokturnal paroksismal; kelelahan (lebih sering terjadi
pada disfungsi sistolik); edema pergelangan kaki dan penambahan berat
badan; sakit perut sekunder akibat kongesti dan distensi hepar 17.
Pasien dapat datang dengan edema paru akut karena dekompensasi
tiba-tiba pada disfungsi sistolik atau diastolik LV. Dekompensasi ini
dapat disebabkan oleh faktor pencetus seperti peningkatan akut tekanan
darah (BP), diet yang tidak bijaksana, atau iskemia miokard. Pasien 17.
Selain itu pasien dapat datang dengan keluhan nyeri dada (angina)
sebagai tanda adanya iskemik miokardial. Angina, komplikasi yang
sering terjadi pada penyakit jantung hipertensi, tidak dapat dibedakan
dari penyebab iskemia miokard lainnya. Gejala khas angina termasuk
nyeri dada substernal yang berlangsung kurang dari 15 menit. Nyeri
sering digambarkan sebagai berikut 17:
1) Adanya beban, tekanan, dan/atau tekanan yang menyebar ke leher,
25
rahang, punggung atas, atau lengan kiri.
2) Diprovokasi oleh aktivitas emosional atau fisik
3) Dan diringankan dengan istirahat atau nitrogliserin sublingual.
Namun, pasien juga dapat hadir dengan gejala atipikal tanpa nyeri
dada, seperti dispnea saat beraktivitas atau kelelahan yang berlebihan,
yang biasa disebut dengan angina ekuivalen. Pasien wanita, khususnya,
lebih mungkin untuk hadir secara atipikal 17.
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda fisik penyakit jantung hipertensi tergantung pada
kelainan jantung yang dominan dan durasi dan tingkat keparahan
penyakit jantung hipertensi. Temuan dari pemeriksaan fisik mungkin
sepenuhnya normal pada tahap awal penyakit, atau pasien mungkin
memiliki tanda-tanda klasik pada pemeriksaan 17.
Selain temuan umum yang berhubungan langsung dengan tekanan
darah tinggi (BP), pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan petunjuk
etiologi potensial hipertensi, seperti obesitas truncal dan striae pada
sindrom Cushing, bruit arteri ginjal pada stenosis arteri ginjal, dan
massa abdomen pada penyakit ginjal polikistik 17.
Nadi
Denyut nadi tampak normal pada tahap awal penyakit jantung
hipertensi. Irama jantung teratur jika pasien dalam irama sinus; namun
menjadi tidak teratur tidak teratur jika pasien dalam keadaan fibrilasi
atrium. Denyut jantung adalah sebagai berikut 17:
a) Normal pada pasien dengan irama sinus
b) Tidak normal pada gagal jantung dekompensasi
c) Takikardi pada pasien dengan gagal jantung dan pada pasien dengan
fibrilasi atrium dan respon ventrikel yang cepat
Volume nadi biasanya normal, tetapi menurun pada pasien dengan
disfungsi ventrikel kiri (LV). Temuan tambahan mungkin termasuk
keterlambatan radial-femoral jika etiologi hipertensi adalah koarktasio
26
aorta17.
Tekanan Darah
Tekanan darah sistolik dan/atau diastolik meningkat (>140/90mm
Hg). Rata-rata tekanan darah dan tekanan nadi juga meningkat secara
umum. Tekanan darah pada ekstremitas atas mungkin lebih tinggi dari
pada ekstremitas bawah pada pasien dengan koarktasio aorta. Tekanan
darah mungkin normal pada saat evaluasi jika pasien dalam pengobatan
antihipertensi yang memadai atau jika pasien memiliki disfungsi LV
lanjut dan LV tidak dapat menghasilkan volume sekuncup dan curah
jantung yang cukup untuk menghasilkan peningkatan tekanan darah 17.
Pembuluh Darah
Pada pasien dengan gagal jantung, vena jugularis dapat distensi.
Gelombang yang dominan tergantung pada tingkat keparahan gagal
jantung dan lesi terkait lainnya 17.
Jantung
Impuls apikal dipertahankan dan tidak bergeser pada pasien tanpa
disfungsi LV sistolik yang signifikan tetapi dengan LVH. S4 presistolik
dapat dirasakan. Kemudian dalam perjalanan penyakit, ketika terjadi
disfungsi sistolik LV yang signifikan, impuls apikal dipindahkan ke
lateral, karena dilatasi LV. Di ventrikel kanan, pengangkatan terjadi di
akhir perjalanan gagal jantung jika terjadi hipertensi pulmonal yang
signifikan 17.
S1 normal dalam intensitas dan karakter. S2 pada batas sternal
kanan atas terdengar keras karena komponen aorta yang menonjol (A2);
itu dapat memiliki perpecahan terbalik atau paradoks karena
peningkatan afterload atau blok cabang bundel kiri terkait (LBBB). S4
sering teraba dan terdengar, menyiratkan adanya kekakuan, ventrikel
yang tidak patuh karena kelebihan tekanan kronis dan hipertrofi LV
(LVH). S3 biasanya tidak ada pada awalnya, tetapi terdengar pada gagal
27
jantung, baik sistolik atau diastolic 17.
Murmur diastolik decrescendo awal dari insufisiensi aorta dapat
terdengar di sepanjang daerah mid-parasternal ke parasternal kiri,
terutama pada peningkatan tekanan darah akut, sering menghilang
setelah tekanan darah terkontrol dengan lebih baik. Selain itu, murmur
sistolik awal hingga midsistolik pada sklerosis aorta biasanya terdengar.
Murmur holosistolik pada regurgitasi mitral dapat ditemukan pada
pasien dengan gagal jantung lanjut dan anulus mitral yang melebar 17.
Paru-paru
Temuan pada pemeriksaan dada mungkin normal atau mungkin
termasuk tanda-tanda kongesti paru, seperti ronki, penurunan suara
napas, dan redup pada perkusi karena efusi pleura 17.
Abdomen
Pemeriksaan abdomen dapat mengungkapkan bruit arteri renalis
pada pasien dengan hipertensi sekunder akibat stenosis arteri renalis,
massa aneurisma aorta abdomen yang mengembang dan berdenyut,
serta hepatomegali dan asites akibat gagal jantung kongestif (CHF) 17.
Ekstremitas
Edema pergelangan kaki dapat terjadi pada pasien dengan gagal jantung
lanjut 17.
28
sebelumnya, seperti arteriovenous nicking 17.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam menetapkan
etiologi hipertensi, mengukur tingkat keparahan kerusakan organ target,
dan memantau efek samping terapi. Tes yang akan dipesan tergantung
pada penilaian klinis mengenai etiologi hipertensi 17.
Rekomendasi dari Seventh Report of the Joint National Committee
(JNC7) tentang Pencegahan, Deteksi, Evaluasi, dan Pengobatan
Tekanan Darah Tinggi termasuk melakukan pemeriksaan laboratorium
dasar berikut sebelum memulai pengobatan untuk hipertensi 17:
a) Elektrokardiogram
b) Urinalisis
c) Kadar glukosa darah dan hematokrit
d) Kalium serum, kreatinin (atau perkiraan laju filtrasi glomerulus
[GFR] yang sesuai), dan pengukuran kalsium
e) Profil lipid setelah puasa 9 hingga 12 jam - Termasuk kolesterol
high density lipoprotein (HDL), kolesterol low-density lipoprotein
(LDL), dan trigliserida
f) Tes opsional - Termasuk pengukuran ekskresi albumin urin atau
rasio albumin/kreatinin
8. Tatalaksana
Terapi obat direkomendasikan bagi individu dengan tekanan darah
140/90 mmHg. Derajat keuntungan yang diperoleh dari agen-agen
antihipertensif berhubungan dengan besarnya reduksi tekanan darah.
Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 10-12 mmHg dan tekanan darah
diastolik sebesar 5-6 mmHg bersama-sama memberikan reduksi risiko
sebesar 35-40% untuk stroke dan 12-16% untuk CHD dalam 5 tahun dari
mula penatalaksanaan. Risiko gagal jantung berkurang sebesar >50%.
29
Terdapat variasi yang nyata dalam respon individual terhadap kelas-kelas
agen antihipertensif yang berbeda, dan besarnya respon terhadap agen
tunggal apapun dapat dibatasi oleh aktivasi mekanisme counter-regulasi
yang melawan efek hipotensif dari agen tersebut. Pemilihan agen-agen
antihipertensif, dan kombinasi agen-agen, harus dilakukan secara
individual, dengan pertimbangan usia, tingkat keparahan hipertensi,
faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular lain, kondisi komorbid, dan
pertimbangan praktis yang berkenaan dengan biaya, efek samping, dan
frekuensi pemberian obat 19,20.
Diuretik
Diuretik thiazide dosis-rendah sering digunakan sebagai agen lini
pertama, sendiri atau dalam kombinasi dengan obat antihipertensif lain.
Thiazide menghambat pompa Na+ /Cldi tubulus konvultus distal sehingga
meningkatkan ekskresi natrium. Dalam jangka panjang, mereka juga dapat
berfungsi sebagai vasodilator. Thiazide bersifat aman, memiliki efikasi
tinggi, dan murah serta mengurangi kejadian klinis. Mereka memberikan
efek penurunan-tekanan darah tambahan ketika dikombinasikan dengan
beta blocker, ACE inhibitor, atau penyekat reseptor angiotensin.
Sebaliknya, penambahan diuretik terhadap penyekat kanal kalsium adalah
kurang efektif. Dosis biasa untuk hydrochlorothiazide berkisar dari 6.25
hingga 50 mg/hari. Karena peningkatan insidensi efek samping metabolik
(hipokalemia, resistansi insulin, peningkatan kolesterol), dosis yang lebih
tinggi tidaklah dianjurkan. Dua diuretik hemat kalium, amiloride dan
triamterene, bekerja dengan menghambat kanal natrium epitel di nefron
distal. Agenagen ini adalah agen antihipertensif yang lemah namun dapat
digunakan dalam kombinasi dengan thiazide untuk melindungi terhadap
hipokalemia. Target farmakologis utama untuk diuretik loop adalah
kotransporter Na+ -K + -2Cl- di lengkung Henle ascenden tebal. Diuretik
loop umumnya dicadangkan bagi pasien hipertensif dengan penurunan
kecepatan filtrasi glomerular [kreatinin serum refleksi >220 mol/L (>2.5
mg/dL)], CHF, atau retensi natrium dan edema karena alasan-alasan lain
30
seperti penatalaksanaan dengan vasodilator yang poten, seperti monoxidil
19,20
.
Penyekat Renin-Angiotensin
Penyekat sistem renin-angiotensin ACE inhibitor mengurangi
produksi angiotensin II, meningkatkan kadar bradikinin, dan mengurangi
aktivitas sistem saraf simpatis. Penyekat reseptor angiotensin II
menyediakan blokade reseptor AT1 secara selektif, dan efek angiotensin II
pada reseptor AT2 yang tidak tersekat dapat menambah efek hipotensif.
Kedua kelas agen-agen ini adalah agen antihipertensif yang efektif yang
dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau dalam kombinasi dengan
diuretik, antagonis kalsium, dan agen-agen penyekat alfa. Efek samping
ACE inhibitor dan penyekat reseptor angiotensin antara lain adalah
insufisiensi ginjal fungsional karena dilatasi arteriol eferen ginjal pada
ginjal dengan lesi stenotik pada arteri renalis. Kondisi-kondisi predisposisi
tambahan terhadap insufisiensi ginjal yang diinduksi oleh agen-agen ini
antara lain adalah dehidrasi, CHF, dan penggunaan obat-obat antiinflamasi
non steroid. Batuk kering terjadi pada ~15% pasien, dan angioedema
paling sering terjadi pada individu yang berasal dari Asia dan lebih lazim
terjadi pada orang Afrika Amerika dibanding orang Kaukasia.
Hiperkalemia yang disebabkan hipoaldosteronisme merupakan efek
samping yang kadang terjadi baik pada penggunaan ACE inhibitor
maupun penyekat reseptor angiotensin 19,20.
Angiotensin Aldosteron
Spironolakton adalah antogonis aldosteron nonselektif yang dapat
digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan diuretik thiazide. Ia
adalah agen yang terutama efektif pada pasien dengan hipertensi esensial
rendah-renin, hipertensi resistan, dan aldosteronisme primer. Pada pasien
dengan CHF, spironolakton dosis rendah mengurangi mortalitas dan
perawatan di rumah sakit karena gagal jantung ketika diberikan sebagai
31
tambahan terhadap terapi konvensional dengan ACE inhibitor, digoxin,
dan diuretik loop. Karena spironolakton berikatan dengan reseptor
progesteron dan androgen, efek samping dapat berupa ginekomastia,
impotensi, dan abnormalitas menstruasi. Efek-efek samping ini dihindari
oleh agen yang lebih baru, eplerenone, yang merupakan antagonis
aldosteron selektif. Eplerenone baru-baru ini disetujui di US untuk
penatalaksanaan hipertensi 19,20.
Beta Blocker
Penyekat reseptor adrenergik mengurangi tekanan darah melalui
penurunan curah jantung, karena reduksi kecepatan detak jantung dan
kontraktilitas. Mekanisme lain yang diajukan mengenai bagaimana beta
blocker mengurangi tekanan darah adalah efek pada sistem saraf pusat,
dan inhibisi pelepasan renin. Beta blocker terutama efektif pada pasien
hipertensif dengan takikardia, dan potensi hipotensif mereka dikuatkan
oleh pemberian bersama diuretik. Pada dosis yang lebih rendah, beberapa
beta blocker secara selektif menghambat reseptor 1 jantung dan kurang
memiliki pengaruh pada reseptor2 pada sel-sel otot polos bronkus dan
vaskular; namun tampak tidak terdapat perbedaan pada potensi
antihipertensif beta blocker kardio selektif dan non kardio selektif. Beta
blocker tertentu memiliki aktivitas simpatomimetik intrinsik, dan tidaklah
jelas apakah aktivitas ini memberikan keuntungan atau kerugian dalam
terapi jantung. Beta blocker tanpa aktivitas simpatomimetik intrinsik
mengurangi tingkat kejadian kematian mendadak (sudden death),
mortalitas keseluruhan, dan infark miokardium rekuren 19,20.
Agen Simpatolitik
Agonis simpatetik yang bekerja secara sentral mengurangi resistansi
perifer dengan menghambat aliran simpatis. Mereka terutama berguna
pada pasien dengan neuropati otonom yang memiliki variasi tekanan darah
yang luas karena denervasi baroreseptor. Kerugian agen ini antara lain
somnolens, mulut kering, dan hipertensi rebound saat penghentian.
32
Simpatolitik perifer mengurangi resistansi perifer dan konstriksi vena
melalui pengosongan cadangan norepinefrin ujung saraf. Walaupun
merupakan agen antihipertensif yang potensial efektif, kegunaan mereka
dibatasi oleh hipotensi orthostatik, disfungsi seksual, dan berbagai
interaksi obat 19,20.
Vasodilator Langsung
Agen-agen ini mengurangi resistensi perifer, lazimnya mereka tidak
dianggap sebagai agen lini pertama namun mereka paling efektif ketika
ditambahkan dalam kombinasi yang menyertakan diuterik dan beta
blocker. Hydralazine adalah vasodilator direk yang poten yang memiliki
efek antioksidan dan penambah NO, dan minoxidil merupakan agen yang
amat poten dan sering digunakan pada pasien dengan insufisiensi ginjal
yang refrakter terhadap semua obat lain. Hydralazine dapat menyebabkan
sindrom miriplupus, dan efek samping minoxidil antara lain adalah
hipertrikosis dan efusi perikardial 19,20.
33
9. Prognosis
Resiko komplikasi tergantung pada seberapa besar hipertropi ventrikel
kiri. Semakin besar ventrikel kiri, semakin besar kemungkinan kompilkasi
terjadi. Pengobatan hipertensi dapat mengurangi kerusakan pada ventrikel
kiri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu
seperti ACE-Inhibitor, Beta-blocker, dan diuretik spinorolakton dapat
mengatasi hipertropi ventrikel kiri dan memperpanjang kemungkinan
hidup pasien dengan gagal jantung akibat penyakit jantung hipertensi.
Bagaimanapun juga, penyakit jantung hipertensi adalah penyakit yang
serius yang memiliki resiko kematian mendadak 18.
34
mencangkup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya adalah
untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu,
keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan,
ekonomi dan sosial budaya 1.
35
1. Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang per orang, tetapi
sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota
masyarakat sekitarnya.
2. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan
sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang
disampaikan.
3. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan
mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin.
4. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.
5. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan
tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan
lanjutan.
Kolese Dokter Indonesia (KDI, 2003) menterjemahkan secara kimiawi
sebagai berikut 1:
1. Dokter keluarga adalah dokter yang dididik secara khusus untuk
bertugas di lini terdepan sistem pelayanan kesehatan, bertugas
mengambil langkah awal penyelesaian semua masalah yang mungkin
dipunyai pasien.
2. Melayani individu dalam masyarakat tanpa memandang jenis
penyakitnya ataupun karakter personal dan sosialnya dan
memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dalam sistem
pelayanan kesehatan untuk semaksimal mungkin kepentingan pasien.
3. Berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari
pencegahan, diagnosis, pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif,
menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu biomedis, psikologi medis
dan sosiologi medis.
36
sekali. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua
macam:
Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah adalah sama dengan
tujuan pelayanan kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada
umumnya, Yakini terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota
keluarga1.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah sebagai berikut 1:
a) Terpenuhnya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang
lebih efektif
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran kainnya, pelayanan
dokter keluarga memang lebih efektif. Ini disebabkan karena dalam
menangani suatu masalah kesehatan, perhatian tidak hanya
ditunjukkan pada keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada pasien
sebagai manusia seutuhnya dan bahkan sebagai bagian dari anggota
keluarga dengan lingkungannya masing-masing. Dengan
diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan
suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan
karena itu penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula
diharapkan lebih memuaskan.
37
biaya kesehatan. Hal yang smaa juga ditemukan pada pelayanan yang
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Karena salah stau
keuntungan dari pelayanan yang seperti ini ialah dapat dihindarkannya
tindakan dan atau pemeriksaan kedokteran yang berulang-ulang, yang
besar peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan .
38
Kegiatan yang dilaksanakan
Ruang lignkuip pertama dari pelayanan dokter keluarga adalah
menyangkut kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan yang dimaksudkan
disini adalah pelayanan yang diselenggarakan. Berbeda pelayanan yang
diselenggarakan oleh berbagai spesialis kedokeran lainnya, pelayanan
yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus memenuhi satu syarat
pokok. Berupa pelayanan kedokteran menyeluruh (comprehensive medical
services) 1.
Sasaran Pelayanan
Ruang lingkup kedua dari pelayanan dokter keluarga yang
menyangkut sasaran, yakni kepada siapa pelayanan dokter keluarga
tersebut ditujukan. Sesuai batasan yang dimiliki, sasasran yang
dimaksudkan disini adalah keluarga sebagai suatu unit. Keluarga sebagai
unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai strategis dalam
pembangunan kesehatan, karena setiap masalah individu merupakan
masalah keluarga dan sebaliknya. Kesehatan keluarga meliputi kesehatan
suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya1.
Setiap individu sejak lahir berada dalam suatu kelompok, terutama
kelompok keluarga. Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk
dipengaruhi atau mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh
karena pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan dan norma
sosial tertentu, maka perilaku setiap individu anggota kelompok
berlangsung dalam suatu jaringan normative. Adapun diketahui Sembilan
fungsi keluarga, yaitu1:
a) Fungsi holistik
Fungsi holistik adalah fungsi keluarga yang meliputi fungsi biologis,
psikologis dan sosial-ekonomi. Fungsi biologis menunjukkan apakah
di dalam kelurga tersebut terdapat gejala-gejala penyakit menurun,
penyakit menular, maupun penyakit kronis. Fungsi psikologis
menunjukkan bagaimana hubungan antara anggota keluarga, apakah
keluarga tersebut dapat memcahkan masalah bersama. Fungsi
39
sosialekonomi menunjukkan bagaimana kondisi ekonomi keluarga,
dan peran aktif keluarga dalam kehidupan sosial bermasyarakat 1.
Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi,
digunakan konsep Mandala of Health. Dipahami bahwa dokter tidak
dapat melihat pasien hanya fisiknya saja. Karena setiap manusia juga
terdiri dari fisik, jiwa dan spiritnya. Setiap manusia tinggal bersama
manusia lain dan juga berinteraksi dengan lingkungannya (fisik,
tempat tinggal, pekerjaan, lingkungan sosial, budaya dan sebagainya).
Karena itu pada saat pasien mengeluh gangguan kesehatan, perlu dikaji
faktor-faktor disekitarnya yang mungkin memicu atau menyebabkan
gejala tersebut muncul selain kemungkinan masalah pada
biomediknya. Pendekatan penegakan diagnosis berupa pendekatan
multi aspek, yaitu 23:
Diagnosis holistik, terdiri dari:
1. Aspek 1 (aspek individu): keluhan utama, harapan, kekhawatiran
pasien ketika datang
2. Aspek 2 (aspek klinik): diagnosis klinis dan diagnosis bandingnya
3. Aspek 3 (aspek internal): faktor internal pasien yg memicu
penyakit/masalah kesehatannya, (misal: usia, perilaku kesehatan,
persepsi kesehatan, dan sebagainya).
4. Aspek 4 (aspek eksternal pasien): dokter menulis (keadaan
keluarga, lingkungan psikososial & ekonomi keluarga, keadaan
lingkungan rumah & pekerjaan yang memicu atau menjadi hazsard
pada penyakit/masalah ini atau kemungkinan dapat menghambat
penatalaksanaan penyakit/masalah kesehatan yang ada
5. Aspek 5 (aspek fungsional): dokter menilai derajat fungsional
pasien pada saat ini.
Begitu pula pada saat perencanaan penatalaksanaan masalah
kesehatan, dengan memperhitungkan faktor-faktor disekitar pasien,
dokter perlu memiliki perencanaan pencegahan mulai dari pencegahan
primer, sekunder, tersier untuk pasien dan keluarganya 23.
40
Gambar 7. Mandala of Health
b) Fungsi fisiologis
Fungsi fisiologis keluarga diukur menggunakan APGAR score yang
digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang
setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yag lain. APGAR score meliputi 22:
1) Adaptasi (Adaptation) Menilai tingkat kepuasan
anggota keluarga dalam menerima yang diperlukan dari
anggota keluarga lainnya.
2) Kemitraan (Partnership) Menilai tingkat kepuasan
anggota keluarga terhadap komonikasi dalam keluarga,
musyawarah dalam mengambil keputusan atau dalam
penyelesaian masalah yang dihadapi dalam keluarga.
3) Pertumbuhan (Growth) Menilai tingkat kepuasan
anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan
keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan
kedewasaan setiap anggota keluarga.
4) Kasih Sayang (Affection) Menilai tingkat kepuasan
anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi
emosional yang terjalin dalam keluarga.
41
5) Kebersamaan (Resolve) 9 Menilai tingkat kepuasan
anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam
membagi waktu, kekayaan, dan ruang antar keluarga.
Skor untuk masing-masing kategori adalah:
0 = jarang/tidak sama sekali
1= kadang-kadang
2=sering/selalu
Terdapat tiga kategori penilaian, yaitu nilai rata-rata ≤ 5 berarti kurang,
6-7 cukup dan 8-10 adalah baik.
c) Fungsi patologis
Fungsi patologis keluarga dinilai menggunakan SCREEM score
dengan rincian sebagai berikut 22:
Apakah antara anggota keluarga saling memberi perhatian,
saling membantu kalau ada kerepotan masing-
masing.Apakah interaksi dengan tetangga sekitarnya juga
berjalan baik dan tidak ada masalah (Social).
Apakah keluarga puas terhadap budaya yang berlaku di
daerah itu (Culture).
Apakah keluarga taat dalam beragama (Religion).
Apakah status ekonomi keluarga cukup (Economic)
Apakah pendidikan tergolong cukup (Education)
Apakah dalam mencari pelayanan kesehatan mudah dan ada
alat transportasi (Medical)
42
Menunjukkan adanya penyakit keturunan ataukah penyakit menular dalam
keluarga. Apabila keduanya tidak ditemukan, berarti dalam keadaan baik 1.
h) Fungsi indoor
Fungsi indoor ini menunjukkan gambaran lingkungan dalam rumah
apakah telah memenuhi syarat kesehatan. Penilaian meliputi lantai,
dinding, ventilasi, pencahayaan, sirkulasi udara, sumber air bersih, jarak
jamban dengan rumah serta pengelolaan sampah dan limbah 1.
i) Fungsi outdoor
Menunjukkan gambaran lingkungan luar rumah apakah telah
memenuhi syarat-syarat kesehatan, masalkan jarak rumah dengan jalan
raya, tingkat kebisingan, serta jarak rumah dengan sungai dan tempat
pembuangan sampah umum 1.
7. Bentuk Keluarga
43
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami-istri, atau suami-istri dan anak, atau ayah dengan anak atau ibu
dengan anak.
1. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, serta anak-anak kandung.
2. Keluarga besar (extended family)
Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak-anak
kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut garis
vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit) dan ataupun
menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang dapat berasal dari
pihak suami atau istri
3. Keluarga campuran (blended family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak-
anak tiri.
4. Keluarga menurut hukum umum (common law family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam
perkawinan sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
5. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah
bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah,
serta anak-anak mereka tinggal bersama.
6. Keluarga hidup bersama (commune family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal
bersama, berbagi hal dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan
bersama.
7. Keluarga serial (serial family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah mempunyai anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-
masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan
masing-masing, semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.
8. Keluarga gabungan (composite family)
44
Keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-
anaknya atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya yang hidup
bersama.
9. Keluarga tinggal bersama (whabilation family)
Pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan.
8. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga adalah sebagai berikut 24:
- Fungsi keagamaan
- Fungsi sosial budaya
- Fungsi cinta dan kasih sayang
- Fungsi perlindungan
- Fungsi reproduksi
- Fungsi sosialisasi dan Pendidikan
- Fungsi ekonomi
- Fungsi pembinaan lingkungan
45
- Kepentingan dari hubungan suami istri dalam perkawinan menjadi
nyata apabila pendekatan keluarga selalu diusahakan.
- Pertumbuhan kebutuhan untuk masing-masing individu anggota
keluarga selalu mendapatkan dorongan dalam suasana yang
membesarkan hati.
- Nilai – nilai spiritual dan keagamaan kepercayaan kepada Tuhan
dan spiritual diketahui berhubungan dengan kepositifan kesehatan
keluarga.
46
misalnya dalam bentuk sumbangan materil dan keuangan, serta secara
aktif menjadi pengurus lembaga di masyarakat yang ada.
5. Keluarga sejahtera tahap III plus
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya
serta memiliki kepedulian dan kesertaan yang tinggi dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga disekitarnya.
47
kehidupan pasien secara lebih lengkap. Untuk dapat mengumpulkan data
ini tidak ada upaya lain yang dapat dilakukan kecuali melakukan
kunjungan ke rumah pasien
2) Untuk memberikan pertolongan kedokteran
Telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik pokok pelayanan
dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang berkesinambungan.
Untuk dapat mewujudkan pelayanan kedokteran yang seperti ini, tentu
tidak cukup jika pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan hanya
bersifat pasif, dalam arti hanya menanti pasien berkunjung ke tempat
praktek saja. Pelayanan dokter keluarga yang baik harus bersifat aktif,
dalam arti, jika memang diperlukan, melakukan kunjungan dan atau
merawat pasien di rumah pasien.
Banyak alasan kenapa pertolongan kedokteran perlu dilakukan melalui
kunjungan dan ataupun perawatan di rumah tersebut. Dua di antaranya
yang dipandang mempunyai peranan yang amat penting, yakni:
a) Karena keadaan kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk
datang ke tempat praktek
Alasan pertama perlunya dilakukan pertolongan kedokteran melalui
kunjungan dan atau perawatan di rumah adalah karena keadaan
kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk datang berobat ke tempat
praktek, atau kalau tetap dipaksakan, akan lebih memperberat keadaan
pasien. Keadaan yang tidak memungkinkan tersebut banyak
macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam, yakni :
Karena menderita penyakit akut yang tidak memungkinkan pasien
untuk dibawa ke tempat praktek, atau kalau dibawa dan kebetulan
menderita penyakit menular, dapat membahayakan orang lain.
Karena menderita penyakit kronis, terutama apabila dialami oleh
orang yang telah lanjut usia
Karena menderita penyakit stadium terminal yang telah tidak ada
harapan untuk hidup lagi.
48
Alasan kedua perlunya dilakukan pertolongan kedokteran melalui
kunjungan dan atau perawatan di rumah adalah untuk menindaklanjuti
pelayanan rawat inap bagi pasien yang baru saja keluar dari rumah sakit.
Dokter keluarga yang baik seyogyanya dapat melakukan pelayanan tindak
lanjut ini, sedemikian rupa sehingga keadaan kesehatan pasien kembali
pada keadaan semula serta dapat melakukan kegiatan rutin sehari - hari.
Pada akhir - akhir ini, pelayanan tindak lanjut rawat inap melalui
kunjungan dan atau perawatan di rumah, tampak semakin bertambah
penting. Penyebab utamanya adalah karena mahalnya biaya perawatan di
rumah sakit, sehingga pasien karena kesulitan biaya, meskipun belum
sembuh sempurna telah minta untuk segera dipulangkan.
49
pasien.
- Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien Pelayanan kedokteran
yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien,
apalagi jika disertai dengan hubungan dokter - pasien yang baik, pasti
mempunyai peranan yang amat besar dalam lebih meningkatkan
kepuasan pasien (patient satisfaction). Sesuatu yang pada akhir - akhir
ini telah disepakati sebagai salah satu tolok ukur yang paling penting
dari pelayanan kesehatan yang bermutu.
b. Hari II :
1. Melaksanakan kunjungan rumah (home visit) sesuai dengan
tata cara yang telah dipelajari sebelumnya.
50
2. Mengisi form-form data kunjungan rumah yang telah
ditentukan
3. Melaporkan secara lisan kegiatan yang telah
dilaksanakan kepada instruktur atau pihak puskesmas
4. Membuat analisa atas data-data yang telah dikumpulkan.
5. Menyusun laporan akhir kegiatan.
c. Hari III:
1. Mengumpulkan laporan akhir dan presentasi hasil kunjungan
rumah.
Menurut PDKI (2006), tata cara kunjungan pasien di rumah
dapat dilakukan sendiri oleh dokter yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga dan dapat dilakukan petugas kesehatan
khusus, yaitu tenaga paramedis yang telah mendapatkan pelatihan 25.
Jika ditinjau dari pihak yang mengambil inisiatif, kunjungan
pasien di rumah dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, atas
inisiatif dokter keluarga yang melaksanakan pelayanan dokter
keluarga. Kedua, atas inisiatif pasien yang memerlukan pertolongan
kedokteran dari dokter keluarga. Hanya saja, terlepas dari kategori
tenaga yang akan melaksanakan dan atau para pihak yang
mengambil inisiatif, suatu kunjungan pasien di rumah yang baik
memang harus mengikuti suatu tata cara tertentu. Tata cara yang
dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam hal, yaitu 4:
A. Untuk Mengumpulkan Data tentang Pasien
Jika tujuan kunjungan rumah adalah untuk mengumpulkan data
tentang pasien, tata cara yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi
2. Mengatur jadwal kunjungan
3. Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan
4. Melakukan pengumpulan data
5. Melakukan pencatatan data
6. Menyampaikan nasehat dan atau penyuluhan kesehatan
51
B. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif Dokter
Keluarga Jika tujuan kunjungan rumah tersebut adalah untuk
memberikan pertolongan
kedokteran atas inisiatif dokter keluarga, maka tata cara yang
dilakukan mencakup enam kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Mempersiapkan jadwal kunjungan
2. Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun kepada
pasien
3. Mempersiapkan keperluan kunjungan
4. Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran
5. Mengisi rekam medis keluarga
6. Menyusun rencana tidak lanjut
52
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 62 Tahun
Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 2 Mei 1959
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Status : Menikah
Alamat : Jl. KH Balqi, Lorong bersama, Kel 14 Ulu
3.2 Subjektif
Autoanamnesis dengan penderita pada Sabtu, 10 Oktober 2021 Pukul
15.30 WIB, di rumah pasien
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke klinik dokter keluarga universitas Muhammadiyah
untuk melakukan kontrol darah dan mengambil obat rutin.
53
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pada ±1 tahun yang lalu, pasien sering mengeluh kepala terasa berat
dan terasa sakit serta mimisan terutama terjadi saat beraktifitas di cuaca
panas atau kelelahan. Keluhan kepala berat yang menjalar hingga ke leher
dirasakan terus menerus, dengan karakteristik berdenyut yang hilang
timbul, keluhan ini mereda setelah pasien beristirahat. Untuk keluhan mata
kabur, mual dan muntah, nyeri kepala yang tidak tertahankan, dan
kelemahan pada anggota tubuh disangkal. Selain itu untuk keluhan sesak,
nyeri pada dada maupun kelelahan saat berjalan disangkal.
Selanjutnya untuk keluhan mimisan dirasakan bersamaan ketika nyeri
kepala. Mimisan terjadi kurang lebih selama sepuluh menit, menurut
keterangan pasien, mimisan mereda setelah pasien menyumbat hidung
menggunakan daun sirih selama kurang lebih lima menit. Keadaan ini
terus berulang sekitar 2 kali dalam satu bulan. Untuk keluhan luka yang
lambat berhenti, perdarahan pada gusi, lebam kebiruan pada tubuh
disangkal. BAB dan BAK seperti biasa, untuk BAB berdarah maupun
BAK berdarah disangkal.
Kebiasaan sehari-hari pasien jarang berolahraga, dan kurang menjaga
pola makan. Sebelum sakit, pasien gemar mengonsumsi makanan asin dan
makanan berlemak serta gorengan.
Menurut pasien pada keluarga tidak ada yang mengalami keluhan
serupa. Untuk riwayat penyakit asma, jantung, alergi, dan lain-lain
disangkal. Pasien sebelumnya berupaya berobat ke dokter di rumah sakit
Muhammadiyah Palembang dan didiagnosis oleh dokter sebagai penyakit
jantung hipertensi. Sejak saat itu pasien rajin melakukan kontrol tekanan
darah setiap satu bulan sekali di klinik dokter keluarga universitas
Muhammadiyah, rutin mengonsumsi obat yang diberikan dan mengurangi
makan makanan berlemak maupun makanan asin.
54
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi : Ada
Riwayat diabetes melitus : Tidak ada
Riwayat asma : Tidak ada
Riwayat alergi obat : Tidak ada
E. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan asin dan berlemak
serta gorengan. Pasien juga mengaku memiliki kebiasaan merokok sudah
sekitar ± 30 tahun yang lalu dan dapat meghabiskan 1 bungkus rokok/hari.
Namun pasien mengaku sudah berhenti merokok 1 tahun terakhir. Pasien
juga jarang berolahraga rutin. Tetapi sekarang pasien sudah mulai
mengatur pola makan dan menambah aktivitas fisik.
F. Riwayat Pekerjaan
Pasien merupakan seorang buruh
G. Riwayat Nutrisi
Pasien makan tiga kali sehari sebanyak 1 piring setiap kali makan dengan
ikan, tahu, tempe, telur dan sayur yang paling sering dikonsumsi ditambah
makanan ringan berupa gorengan serta minum ± 8 gelas/hari. Pasien
55
kadang – kadang mengkonsumsi daging dan ayam. Pasien mengkonsumsi
kopi sebanyak 1 gelas kecil setiap pagi dan sore hari. Pasien lebih
menyukai makanan yang memiliki rasa asin.
H. Riwayat Higiene
1. Pasien mandi dua kali sehari
2. Pasien mengganti pakaian setiap hari.
3. Pasien menggunakan handuk dan pakaian sendiri, tidak
bercampur dengan orang lain.
Kesan
Sosial : Harmonis
Ekonomi : Menengah kebawah
Lingkungan : Cukup Baik
Saran
Sebaiknya Pasien menjaga pola hidup yang baik, seperti dengan istirahat
yang cukup dan manajemen stress yang baik.
J. Riwayat Keluarga
Genogram
57
3.3 Objektif
A. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 160/80 mmHg
Nadi : 72x/menit, regular isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
Berat badan : 70 cm
Tinggi badan : 165 cm
IMT : 25,19 (overweight)
B. Keadaan Spesifik
Kepala : Normochepali, rambut hitam tidak udah dicabut
Mata : Edema palpebra (-/-), konnungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
refleks cahaya (+), pupil isokor (+)
Hidung : Septum deviasi (-), polip (-), sekret (-), epitaksis (-), mukosa
edema
(-), mukosa pucat (-)
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), tonsil TI-TI tenang, perdarahan gusi
(-), lidah kotor (-), tremor lidah (-), faring hiperemis (-), uvula di
tengah.
Telinga : sekret (-), nyeri tekan (-)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax
Inspeksi : Simetris, statis dan dinamis, retraksi sela iga (-)
Palpasi : Krepitasi (-), stem fremitus (+/+) normal, nyeri tekan (-)
Perkusi : Nyeri ketuk (-), sonor (+/+) normal
Auskultasi : Suara vesikuler (+/+) normal, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
58
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis (-)
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba , thrill (-)
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, striae (-), spider nevi (-), caput medusa (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen, nyeri ketok (-), shifting dullnes
(-).
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
3.5 Tatalaksana
a. Promotif
Memberikan edukasi kepada pasien dan semua anggota keluarga tentang:
Penyakitnya dan komplikasi. Penyakit ini adalah penyakit yang
sangat berbahaya apabila tidak di tatalaksana secara komprehensif.
59
Upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan. Cara hidup sehat:
diet yang sehat, aktivitas fisik teratur, istirahat cukup, hindari stres.
Pengobatan terhadap penyakitnya (terutama mengenai cara
penggunaan obat dengan cara yang benar dan lama pengobatannya).
Pentingnya ketaatan menggunakan obat, karena penyakit ini tidak
dapat sembuh namun dapat dikontrol.
b. Preventif
Memberikan informasi kepada pasien mengenai upaya pencegahan yang
dapat dilakukan pasien agar tidak memperparah keadaan pasien, yaitu:
Menjaga pola makan dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang
Menurangi konsumsi makanan tinggi garam dan tinggi lemak
Meningkatkan aktivitas fisik misalnya dengan rutin berolahraga
ringan minimal 30 menit, 3 kali seminggu
Memanfaatkan waktu luang untuk beristirahat
Mengelolah emosional
Rutin memeriksaan keadaannya ke Klinik Dokter Keluarga
Universitas Muhammadiyah
c. Kuratif
Terapi Non-Farmakologi
Melakukan aktivitas fisik berolahraga minimal 30 menit sebanyak 3x
seminggu
Terapi Farmakologi
Valsartan 80 mg tablet per oral 1x1
Adalat Oros tablet per oral 1x1
d. Rehabilitatif
60
Rutin melakukan kontrol ke Klinik Dokter Keluarga walaupun saat
pasien merasakan tidak ada keluhan
Mengidentifikasi disabilitas/hendaya akibat yang ditimbulkan dari
komplikasi hypertensive heart disease
3.6 Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
61
APGAR Score Tn. Sering/ Kadang- Jarang/
MN Terhadap Selalu kadang Tidak
Keluarga
Saya puas dengan
keluarga saya
karena masing-
masing anggota
A keluarga sudah .
menjalankan
kewajiban sesuai
dengan
seharusnya.
G kebebasan yang .
diberikan keluarga
saya untuk
Saya puas dengan
kehangatan / kasih
A
sayang yang
diberikan keluarga
saya.
62
R Saya puas dengan
waktu yang
disediakan
keluarga untuk
menjalin
kebersamaan
Total 10
63
Kepuasan atau
kebanggaan terhadap
budaya cukup baik, hal
ini dapat dilihat dari
pergaulan sehari-hari
Culture -
dalam keluarga maupun
di lingkungan. Tn. S
sering mengikuti
kegiatan yang ada
disekitar perumahan.
Status ekonomi
keluarga ini tergolong
Economic -
menengah. Kebutuhan
primer dan sekunder
dapat
tercukupi. Walaupun
kebutuhan sekunder
tidak semuanya
tercukupi.
Latar belakang
Educational pendidikan tergolong -
kurang. Keluarga dapat
menonton TV. Namun
64
tidak belangganan
koran.
Bila terdapat anggota
keluarga yang mengeluh
Medical sakit, biasanya langsung -
dibawa ke tempat faskes
pertama BPJS pasien.
65
Sumber air berasal dari PDAM untuk mandi yang airnya cukup jernih dan
juga untuk kebutuhan masak dan minum. Tata letak barang-barang di
rumah cukup baik. Kebersihan baik didalam maupun diluar rumah terlihat
baik.
Kerapian tata letak barang-barang di rumah cukup baik. Kebersihan
baik didalam maupun diluar rumah telihat baik. Terdapat tempat sampah
diteras dan didapur. Setiap hari sampah akan dibuang ke bak pembuangan
sampah yang berjarak ± 20 meter dari rumah.
Fungsi outdoor
Ukuran rumah keluarga Tn. S adalah 8 x 3 meter Lingkungan tempat
tinggal merupakan satu pemukiman yang tidak padat. Untuk sampai ke
rumah Tn. S, memasuki jalan yang tidak terlalu sempit. Diluar rumah ada
halaman. Jarak rumah dengan jalan raya sekitar 700 m, tidak bising, jarak
rumah ke Seotic-tank 5 m.
Denah Rumah
66
Gambar. Denah rumah Tn.S
E. Pembinaan Keluarga
a. Edukasi terhadap pasien
Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi
dan edukasi tentang penyakit yang diderita, faktor risiko,
gejala, dampak, faktor penyebab, cara pengobatan, prognosis
dan risiko yang memperberat agar os tetap taat meminum obat
dan rutin kontrol ke dokter.
Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi os untuk
terus minum obat secara teratur dan rutin kontrol ke dokter
serta memiliki semangat untuk sembuh, sehingga kualitas
hidup pasien dapat meningkat.
Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi penderita
untuk pola makan yang sehat, serta berkeinginan untuk
67
sembuh.
G. Diagnosis Holistik
Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi, digunakan
68
konsep Mandala of Health. Diagnosis holistic yang ditegakan pada
pasien adalah sebagai berikut :
GAYA HIDUP
Pasien mengkonsumsi
makanan mengandung
tinggi garam dan tinggi
lemak
Family
LINKUNGAN PSIKO-SOSIAL-EKONOMI
PERILAKU
Pendapatan keluarga cukup memenuhi
KESEHATAN
kebutuhan primer
Pasien ke KDK rutin
Kehidupan sosial baik
terutama jika ada keluhan
dan saat obat habis
LINGKUNGAN KERJA
Tidak ada kelainan
PELAYANAN KESEHATAN
Jarak rumah dengan KDK dekat
LINGKUNGAN
FISIK
FAKTOR BIOLOGI Lingkungan rumah baik ;
Tidak ada riwayat lantai tidak licin, barang
hipertensi dalam dirumah tersusun rapi
keluarga
KOMUNITAS
Permukiman cukup padat, sanitasi baik
69
Berdasarkan hasil wawancara, adapun diagnostik holistik dari Tn. S
adalah sebagai berikut:
Aspek I (individu)
Keluhan utama Tn. S adalah sering alami sakit kepala dan kepala yang
terasa berat hingga ke leher. Tn. S berharap penyakit yang diderita tetap
pada kondisi yang stabil agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
baik. Tidak ada kekhawatiran yang dirasakan Tn.MN
Aspek II (Klinik)
Diagnosis klinis dari Tn. S yaitu hypertensive heart disease
Fungsi Keluarga
1. Fungsi biologis
Tn.S memiliki dua orang anak yaitu laki-laki dan perempuan. Fungsi
70
biologis Tn.MN masih bagus.
2. Fungsi sosial
Tetangga di sekitar rumah tempat tinggal keluarga Tn. S bersikap baik
dan ramah, sehingga Tn. S tetap merasa nyaman dan senang berada di
lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu, Tn. S masih aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan yang diadakan di sekitar tempat tinggal.
3. Fungsi Psikologis
Pada saat terdiagnosis Tn. S tidak merasa tertekan dengan diagnosis
penyakit yang dideritanya. Menurut pengakuannya, Tn. S menjalani
kehidupan sehari- harinya dengan santai dan menikmati setiap kegiatan
yang dijalani bersama keluarga dan orang di sekitarnya. Keluarga
mengaku tetap memberikan dukungan kepada Tn. S dan selalu
membantu dalam melakukan kegiatan. Dukungan keluarga inilah yang
menyebabkan Tn. S tidak merasa tertekan.
71
BAB IV
PEMBAHASAN
5. Fungsi Ekonomi
Tn. S berkerja sebagai seorang buruh. Fungsi ekonomi pada keluarga Tn. S
cukup. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari berasal dari Tn S.
6. Fungsi Religius
Semua anggota keluarga menjalankan ibadah dengan taat dan baik
7. Fungsi Pendidikan
Pasien tamatan SMP.
2. Gizi Keluarga
Gizi keluarga dinilai sudah cukup baik dimana telah menerapkan pola gizi
seimbang yang terdiri dari karbohidrat (nasi), protein (ikan, ayam,daging,
tempe atau tahu), serat (sayur dan buah-buahan)
74
Pola hidup pasien
e. Faktor yang dipengaruhi
Tekanan darah yang meningkat dan tidak terkontrol dalam jangka waktu yang
lama sehingga berkomplikasi pada penebalan otot jantung.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah hypertensive heart disease. Hal ini
diakibatkan oleh faktor gaya hidup yang gemar mengonsumsi makanan asin dan
tinggi lemak, dan gorengan serta jarang berolahraga. Fungsi Keluarga pada
pasien ini tergolong baik dan semua anggota keluarga saling mendukung. Pada
pasien ini tidak terdapat fungsi patologis, sehingga dapat disimpulkan keluarga
pasien ini tergolong sehat.
Untuk penanganan kasus ini bukan hanya dari terapi farmakologis saja tetapi
juga diperlukan edukasi pada pasien dengan menggunakan metode pendekatan
dokter keluarga. Salah satunya dengan menggunakan prinsip pelayanan yang
holistik dan komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif dan
kolaboratif, penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral
keluarga, mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat
tinggal, menjunjung tinggi etika dan hukum, dapat diaudit dan
dipertanggungjawabkan, serta sadar biaya dan sadar mutu.
5.2 Saran
1) Pasien
Diharapkan pasien lebih sadar akan kesehatannya dan lebih sering
memeriksakan kesehatannya secara rutin ke Klinik Dokter Keluarga agar
dapat penyuluhan dan edukasi mengenai penyakitnya untuk mencegah agar
75
tidak menimbulkan komplikasi yang lebih parah dikemudian hari.
2) Klinik Dokter Keluarga
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat
melalui edukasi dalam upaya promotif dan preventif kesehatan masyarakat
secara langsung yaitu berkunjung kerumah pasien serta sebagai pengawas
minum obat pasien
DAFTAR PUSTAKA
76
10. Kambayana. Hyperurcemia and Factors Relating in the Community of Balinese
Population. An epidemiological survey. In press. 2010
11. Irmalita, et al. Standar pelayanan medik RS Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita. Pusat Jantung Nasional. Jakarta. 2009
14. Gray, et al. Hipertensi. Lecturer Notes Kardiologi. Edisi ke-4. Erlangga.
Jakarta. 2005
15. Panggabean, Marulam M. Penyakit Jantung Hipertensi. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing. 2014
16. Gery dan Mahesh. Hypertensive Heart Disease. Treasure Island: StarPealrs
Publishing. 2021
17. Kamran, dkk. Hypertensive Heart Disease. Medscape. 2020.
(https://emedicine.medscape.com/article/162449-overview#a3, diakses pada 14
September 2021)
18. Miller. Hypertensive Heart Disease Treatment.
(https://www.umms.org/ummc/ency/article/000153.htm, diakses pada 14
September 2021)
19. Baim, Donald S. Hypertensive vascular disease in: Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 7th Ed. USA. The Mcgraw-Hill Companies, Inc. 2008. p.
241
77
20. Katzung, betram.Farmakologi dasar dan klinik.Edisi VI. Jakarta : EGC. 1997. h.
245
21. Prasetyawati, A.K. 2010. Kedokteran Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
LAMPIRAN
Halaman Depan
Ruang Tamu
78
Ruang Tengah
Kamar Mandi
Kamar Tidur
Dapur
79
Anamesis
Pemeriksaan Tanda Vital
80