Oleh:
Nabilah Apriliani, S.Ked
71 2019 043
Pembimbing:
dr. H. Trisnawarman, Sp.KKLP, M.Kes
1
2
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Vertigo di Lingkungan Klinik
Dokter Keluarga Universitas Muhammadiyah Palembang
Oleh:
Nabilah Apriliani, S.Ked
71 2019 043
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang/Puskesmas Sei Baung Kota Palembang periode
6 September 2021 s.d. 19 September 2021.
KATA PENGANTAR
3
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Pendekatan
Kedokteran Keluarga Pada Pasien Vertigo Di Lingkungan Klinik Dokter Keluarga
Universitas Muhammadiyah Palembang”. sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang/Puskesmas Kampus Kota
Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Saya menyadari bahwa dalam proses menyelesaikan laporan ini banyak kendala
yang dialami, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan
berkah Allah SWT sehingga kendala tersebut dapat diatasi. Saya ucapkan banyak terima
kasih kepada Pembimbing, yaitu dr. H. Trisnawarman, Sp.KKLP, M.Kes yang telah
membantu penyelesaian laporan ini.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dengan
segala kerendahan hati, Saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhir kata, Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
4
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................1
1.2. Tujuan............................................................................................2
1.3. Manfaat..........................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Vertigo...........................................................................................3
2.1.1. Anatomi Alat keseimbangan Tubuh ..........................................3
2.1.2. Fisiologi .....................................................................................9
2.1.3. Definisi........................................................................................11
2.1.4. Epidemiologi...............................................................................11
2.1.5. Etologi ........................................................................................13
2.1.6.Klasifikasi ...................................................................................15
2.1.7. Patofisiologi................................................................................20
2.1.8.Gejala Klinis................................................................................25
2.1.9. Diagnosis.....................................................................................38
2.1.10 Pemeriksaan Penunjang ............................................................38
2.1.11 Diagnosis Banding ....................................................................39
2.1.12. Terapi .......................................................................................40
2.2 Dokter Keluarga................................................................................47
2.2.1 Definisi Dokter Keluarga.............................................................47
2.2.2 Karakteristik Dokter Keluarga.....................................................48
2.2.3 Prinsip Dokter Keluarga..............................................................51
2.2.4.Pengaruh Keluarga Terhadap Kesehatan.....................................54
2.2.5 Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan Keluarga...............................55
2.2.6 Penentuan Sehat/Tidaknya Keluarga...........................................56
2.2.7 Pola Pikir dan Pola Tindak Dokter Keluarga...............................56
2.2.8 Bentuk dan Fungsi Keluarga........................................................58
5
system saraf perifer), dan sentral vestibular (berasal dari system saraf pusat) dan
kondisi lain. 93% pasien pada Iprimary care mengalami BPPV, acute vestibular
neuronitis, atau menire disease.2
Karena pasien dengan dizziness seringkali sulit menggambarkan gejala
mereka, menetukan penyebab akan menjadi sulit. Penting untuk membuat sebuah
pendekatan menggunakan pengetahuan dari kunci anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan temuan radiologis akan membantu dokter unutk menegakkan diagnosis dan
member terapi yang tepat untu pasien.3
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membahas
masalah ini dalam sebuah laporan kasus ilmiah. Mengingat jumlah penderita
Vertigo terus meningkat dan besarnya biaya perawatan terutama oleh karena
komplikasinya, maka upaya yang paling baik dilakukan adalah dengan pendekatan
kedokteran keluarga pada pasien Vertigo untuk menerapkan pencegahan,
penanggulangan dan pengobatan penyakit Vertigo yang sesuai prinsip kedokteran
keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.1. Vertigo
.1.1. Anatomi Alat Keseimbangan Tubuh
Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan keseimbangan tubuh
yaitu : sistem vestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik. Sistem
vestibular meliputi labirin (aparatus vestibularis), nervus vestibularis dan
vestibular sentral. Labirin terletak dalam pars petrosa os temporalis dan dibagi
atas koklea (alat pendengaran) dan aparatus vestibularis (alat keseimbangan).
Labirin yang merupakan seri saluran, terdiri atas labirin membran yang berisi
endolimfe dan labirin tulang berisi perilimfe, dimana kedua cairan ini
mempunyai komposisi kimia berbeda dan tidak saling berhubungan.4
8
Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga
pasang kanalis semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang
disebut sakulus dan utrikulus. Sakulus dan utrikulus masing-masing
mempunyai suatu penebalan atau makula sebagai mekanoreseptor khusus.
Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis
adalah saluran labirin tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus
semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus
semisirkularis terletak saling tegak lurus.4
Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis
kedelapan (yaitu,nervus vestibularis, bagian nervus vestibulokokhlearis), dan
nuklei vestibularis di bagian otak, dengan koneksi sentralnya. Labirin terletak
di dalam bagian petrosus os tempolaris dan terdiri dari utrikulus, sakulus, dan
tigan kanalis semisirkularis. Labirin membranosa terpisah dari labirin tulang
oleh rongga kecil yang terisi dengan perilimf; organ membranosa itu sendiri
berisi endolimf. Urtikulus, sakulus, dan bagian kanalis semisirkularis yang
melebar (ampula) mengandung organ reseptor yang berfungsi untuk
mempertahankan keseimbangan. 4
2.1.2. Fisiologi
Alur perjalanan informasi berkaitan dengan fungsi AKT melewati
tahapan sebagai berikut.5
a. Tahap Transduksi.
Rangsangan gerakan diubah reseptor (R) vestibuler (hair ceel), R.
visus (rod dan cone cells) dan R proprioseptik, menjadi impuls saraf. Dari
ketiga R tersebut, R vestibuler menyumbang informasi terbesar disbanding
dua R lainnya, yaitu lebih dari 55%.
Mekanisme transduksi hari cells vestibulum berlangsung ketika
rangsangan gerakan membangkitkan gelombang pada endolyimf yang
mengandung ion K (kalium). Gelombang endolimf akan menekuk rambut
sel (stereocilia) yang kemudian membuka/menutup kanal ion K bila
tekukan stereocilia mengarah ke kinocilia (rambut sel terbesar) maka
timbul influks ion K dari endolymf ke dalam hari cells yang selanjutnya
akan mengembangkan potensial aksi. Akibatnya kanal ion Ca (kalsium)
13
akan terbuka dan timbul ion masuk ke dalam hair cells. Influks ion Ca
bersama potensial aksi merangsangn pelepasan neurotransmitter (NT) ke
celah sinaps untuk menghantarkan (transmisi) impuls ke neuron
berikutnya, yaitu saraf aferen vestibularis dan selanjutnya menuju ke pusat
AKT.
b. Tahap Transmisi
Impuls yang dikirim dari haircells dihantarkan oleh saraf aferen
vestibularis menuju ke otak dengan NT-nya glutamate
Normal synoptic transmition
Iduktion of longtem potentiation
c. Tahap Modulasi
Modulasi dilakukan oleh beberapa struktur di otak yang diduga
pusat AKT, antara lain:
Inti vestibularis
Vestibulo-serebelum
Inti okulo motorius
Hipotalamus
Formasio retikularis
Korteks prefrontal dan limbik
Struktur tersebut mengolah informasi yang masuk dan memberi
respons yang sesuai.
Manakala rangsangan yang masuk sifatnya berbahaya maka akan
disensitisasi. Sebaliknya, bila bersifat biasa saja maka responsnya adalah
habituasi (1).
d. Tahap Persepsi. Tahap ini belum diketahui lokasinya
2.1.4. Epidemiologi
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan
prevalensi sebesar 7 %. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki
epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness.
Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh
pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness
vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi
mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding pria
(2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren. 2
2.1.5. Etiologi
Pada vertigo tipe sentral, etiologi umumnya adalah gangguan vaskuler
dan berasal dari supratentorial (trauma dan epilepsy) dan infratentorial
(insufisiensi vertebrobasilar). Sedangkan pada vertigo tipe perifer, etiologinya
idiopatik. Biasanya vertigo jenis perifer berhubungan dengan manifestasi
patologis di telinga. 6
Beberapa penyebab vertigo perifer yaitu idiopatik 49%, trauma 18%,
labirintis viral 15%, lain-lain (sindrom Méniere 2%, pascaoperasi non telinga
2%, ototoksisitas 2%, otitis sifilitika 1%, dan lainnya). 6
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler
sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII
sampai ke korteks.
Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab vertigo
serta lokasi lesi. 6
1. Labirin, telinga dalam :
a. BPPV (vertigo posisional paroksisimal benigna)
b. pasca trauma
c. penyakit menieTvre
d. labirinitis (viral, bakteri)
e. toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
f. oklusi peredaran darah di labirin
g. fistula labirin
2. Saraf otak ke VIII
a. neuritis iskemik (misalnya pada DM)
b. infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)
c. neuritis vestibular
d. neuroma akustikus
e. tumor lain di sudut serebelo-pontin
3. Telinga luar dan tengah
a. Otitis media
b. Tumor
2.1.6. Klasifikasi
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi.: 2
a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum
b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis
vestibulocochlear (N. VIII)
c. Medical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah , gula
darah yang rendah, atau gangguan metabolic karena pengobatan atau
infeksi sistemik.
c. Tanda neurologis
Penting juga untuk mengklasifikasikan vertigo menjadi akut dan kronik.
Vertigo akut biasanya memiliki mekanisme yang tunggal sedangkan vertigo
kronik memiliki mekanisme multifaktorial. Dizziness yang kronik lebih sering
terjadi pada usia tua karena insiden penyakit komorbid yang lebih besar. 7
VERTIGO SENTRAL
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak
atau di serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah
terdapat gejala lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia,
parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.5
18
VERTIGO PERIFER
Lamanya vertigo berlangsung :9
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik Paling sering
disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh
perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian
mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun
dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di telinga atau
oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang
secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam. Dapat
dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun
(tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu. Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke
unit darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah
yang menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung
beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak
terganggu pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin
dijumpai nistagmus.
Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan
nystagmus. Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya nvolunter,
bolak balik, ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk
reaksi dari refleks vestibulo oculer terhadap aksi tertentu. Nystagmus bisa
bersifat fisiologis atau patologis dan manifes secara spontan atau dengan
rangsangan alat bantu seperti test kalori, tabung berputar, kursi berputar,
kedudukan bola mata posisi netral atau menyimpang atau test posisional atau
gerakan kepala.5
Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai
beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring
diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak
sama sekali. Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam yaitu :
1. Vertigo spontan
Vertigo ini timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul
dariPenyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab
tekanan Endolimfa yang meninggi. Vertigo spontan komponen cepatnya
mengarah ke jurusanlirikan kedua bola mata.
2. Vertigo posisi
Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul
karenaperangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau
pada kelainanservikal. Debris ialah kotoran yang menempel pada kupula
kanalis semi- sirkularis.
3. Vertigo kalori
Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini penting
ditanyakanpada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan
perasaan vertigo inidengan serangan yang pernah dialaminya. Bila sama,
maka keluhan vertigonya adalahbetul, sedangkan bila ternyata berbeda,
maka keluhan vertigo sebelumnya patutdiragukan.7
2.1.7. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat
kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem
optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis
dengan nuklei
21
Gejala nonspesifik berupa giddiness dan light headness. Istilah ini tidak
terlalu memiliki makna pada penggunaan biasanya. Jarang dignkan pada pasien
dengan disfungsi telinga namun sering digunakan pada pasien vertigo yang
berhubungan dengan problem medic. 12
Suatu informasi penting yang didapatkna dari anamnesis dapat
digunakan untuk membedakan perifer atau sentral meliputi:2
Karekteristk dizziness
Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi
berputar, atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau liht headness, atau
hanya suatu perasaan yang berbeda (kebingungan)
Keparahan
Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute
vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam
beberapa hari kedepan. Pada Ménière’s disease, pada awalnya keparahan
biasanya meningkat dan kemudian berkurang setelahnya. Sedangakan pasien
mengeluh vertigo ynag menetap dan konstan mungkin memilki penyebab
psikologis. 3
onset dan durasi vertigo
Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan, semakin
lama durasi vertigo maka kemungkinan kea rah vertigo sentral menjadi lebih
besar. Vertigo perifer umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo
sentral kecuali pada cerebrovascular attack. Perbedaan onset dan durasi
maisng-masing penyebab vertigo dapat dilihat pada table 2.4. 2
Vertigo sentral biasanya berkembang bertahap (kecuali pada vertigo
sentral yang berasal dari vascular misalnya CVA). Lesi sentral biasanya
menyebabkan tanda neurologis tambahan selain vertigonya, menyebabkan
ketidakseimbnagan yang parah, nystagmus murni vertical, horizontal atau
torsional dan tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada objek.
Tabel 2.4. Perbedaan Durasi gejala untuk berbagai Penyebab verigo
Durasi episode Kemungkinan Diagnosis
Beberapa detik Peripheral cause: unilateral loss of vestibular function;
late stages of acute vestibular neuronitis
25
Faktor Pencetus
Faktor pencetus dan dapat mempersempit diagnosis banding pada vertigo
vestibular perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi, penyebab
yang paling mungkin adalah BPPV. Infeksi virus yang baru pada saluran
pernapasan atas kemungkinan berhubungan dnegan acute vestibular neutritis
atau acute labyrhinti. Faktor yang mencetuskan migraine dapat menyebabkan
vertigo jika pasien vertigo bersamaan dengan migraine. Vertigo dapat
disebabkan oleh fistula perilimfatik Fistula perimfatik dapat disebabkn oleh
trauma baik langsung ataupun barotraumas, mengejan. Bersin atau gerakan
yang mengakibatkan telinga ke bawah akan memprovokasi vertigo pada pasien
dengan fistula perilimfatik. Adanya fenomena Tullio’s (nistagmus dan vertigo
yang disebabkan suara bising pada frekuensi tertentu) mengarah kepada
penyebab perifer.
Stess psikis yang berat dapat menyebabkan vertigo, menanyakan tentang
stress psikologis atau psikiatri terutama pada pasien yang pada anamsesis tidak
cocok dengan penyebab fisik vertigo manapun. 3
Gejala Penyerta
Gejala penyerta berupa penurunan pendnegaran, nyeri, mual, muntah dan
gejala neurologis dapat membantu membedakan diagnosis peneybab vertigo.
26
Riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan migraine, kejang, menire disease, atau
tuli pada usia muda perlu ditanyakan.
Riwayat pengobatan
Beberapa obat dapat menginduksi terjadinya vertigo melipti obat-obatab
yang ototoksik, obat anti epilepsy, antihipertensi, dan sedative.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan dan
leher dan system cardiovascular.
Nistagmus
Pemeriksaan neurologis dengan perhatian khusus pada:
- Posturografi: Tes Romberg yang dipertajam, past-pointing test,
Manuever Nylen-Barany atau Dix-Hallpike
- Tes kalori
27
- Saraf-saraf kranial
- Fungsi Motorik dan sensorik
Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium: darah lengkap, profil lipid, asam urat, dan hemostasis
- Foto Rontgen servikal
- Neurofisiologi sesuai indikasi: EEG
(elektroensefalografi), ENG (elektronistagmografi), EMG
(elektromiografi), dan audiometri
- Neuroimaging: CT scan, MRI, arteriografi.
Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan neurologic meliputi :
a. pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli
sensorineural, nistagmus. Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi
nucleus vestibular atau vermis cerebellar. Nistagmus horizontal yang
spontan dengan atau tanpa nistagmus rotator konsisten dengan acute
vestibular neuronitis.
b. Gait test
1. Romberg’s sign
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan
namun masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral
memilki instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan.
walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah vestibular atau
propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo.
Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan
tidak berhubungan dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness
(tidak hanya erbatas pada vertigo) misalnya drug related vertigo,
seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event.3
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula
dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi
demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak
dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau
suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup
28
b. Test hiperventilasi
Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya
normal. Pasien diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu
diperiksa nistagmus dan tanyakan pasien apakah prosedur ersebut menginduksi
terjadinya
vertigo. Jika pasien merasakan vertigo tanpa nistagmus maka didiagnosis
sebagai sindrom hiperventilasi. Jika nistagmus terjadi setelah hiperventilais
menandakan adanya tumor pada nervus VIII. 5
31
c. Tes Kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita
diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar
bejana lateral di labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat
dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimf). Tabung
suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran
no 15 diisi dengan air bersuhu 30ºC (kira- kira 7º di bawah suhu badan) air
disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian
gendang telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik.
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah
gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri
(karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat,
demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus
berlangsung dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap
penderita. Biasanya antara ½ - 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2
dites.
Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus
pada kedua sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita
sedemikian 5 mL air es diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga
lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada keadaan normal hal ini akan
mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5 menit. Bila tidak timbul
nistagmus, dapat disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik. Bila ini juga tidak
menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak berfungsi.
Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal
hipoaktif atau tidak berfungsi.
d. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut
dapat dianalisis secara kuantitatif.
e. Posturografi
32
Fungsi Pendengaran
Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli
konduktif dan tuli perseptif
Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone
Decay.
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan kepala dan leher meliputi :
1. Pemeriksaan membrane timpani untuk menemukan vesikel (misalnya
herpes zoster auticus (Ramsay Hunt Syndrome)) atau kolesteaatoma .
2. Hennebert sign (vertigo atau nistagmus yangterjadi ketika mendorong
tragus dan meatus akustikus eksternus pada siis yang bermasalah)
mengindikasikan fistula perikimfatik .2
33
Pemeriksaan Cardiovascular
Perubahan orthostatic pada tekanan darah sistolik (misalnya turun 20
mmHg atau lebih) dan nadi (misalnya meningkat 10 denyutan per menit) pada
pasien dengan vertigo dapat menentukan masalah dehidrasi dan disfungsi
otonom.
2.1.9. Diagnosis
34
keempat
Acoustic neuroma Medication induced Migraine
vertigo e.g
aminoglycosides
Acute cochleo- Cervical spondylosis Multiple sklerosis
vestibular
dysfunction
Syphilis (rare) Following flexion- Aura epileptic attack-
extension injury terutama temporal lobe
epilepsy
Obat-obatan- misalnya,
phenytoin, barbiturate
2.1.12. Terapi
Medikasi12
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali
merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali
menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi.
Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.
Beberapa golongan yang sering digunakan :12
1. ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat,
difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo
juga memiliki aktivitas anti- kholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat
anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat
antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada
penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang
positif.
Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan
sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek
samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash”
di kulit.
Betahistin Mesylate (Merislon). Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3
kali sehari per oral.
36
Terapi fisik12
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita
yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan
deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak
banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan
untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri
terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan latihan ialah :
- Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium
untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
- Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
- Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan Contoh latihan :
- Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
- Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi,
gerak miring).
39
- Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan
mata tertutup.
- Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata
tertutup.
- Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
- Jalan menaiki dan menuruni lereng.
- Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
- Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam.
Keterangan Gambar:
Ambil posisi duduk.
Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik
posisi duduk.
Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing
gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali.
40
Terapi Spesifik12
BPPV
Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi bat-obatan. Vertigo dapat
membaik dengan maneuver rotasi kepala hal ini akan mmemindahkan deposit
kalsium yang bebas ke belakang vestibule,. Manuver ini meliputi reposisi
kanalit berupa maneuver epley, modifikasi maneuver epley. Pasien perlu tetap
tegak selama 24 jam setelah reposisi kanalit utnuk mencegah deposit kalsium
kembali ke kanalis semisirkularis.
Meniere disease
Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet rendah
garam dan diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini kurang efektif dalam
mengobati ketulian dan tinnitus.
Pada kasus yang jarang intervensi bedah seperti dekompresi dengan shunt
endolimfatik atau cochleosacculoctomy dibutuhkan jika penyakit ini resisten
terhadap pengobatan diuretic dan diet.
Iskemik Vascular
Terap TIA dan stroke meliputi mencegah terjadinya ulangan kejadian
melalui control tekanan darah, menurunkan level kolesterol, mengurangi
merokok, menginhibisi fungsi platelet (misalnya aspirin, clopidogrel) dan
terkadang antikoagulasi (warfarin).
Vertigo akut yang disebabkan oleh stroke pada batang otak atau
cerebellum diobati dengan obat-oabat yang mensupresi vestibular dan
41
tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif,
tapi bila perlu aktif mengunjungi penderita dan keluarganya.13
Sedangkan Kolese Dokter Indonesia menterjemahkan secara kimiawi
sebagai berikut:14
1. Dokter keluarga adalah dokter yang dididik secara khusus untuk bertugas
di lini terdepan sistem pelayanan kesehatan, bertugas mengambil langkah
awal penyelesaian semua masalah yang mungkin dipunyai pasien.
2. Melayani individu dalam masyarakat tanpa memandang jenis
penyakitnya ataupun karakter personal dan sosialnya dan memanfaatkan
semua sumber daya yang tersedia dalam sistem pelayanan kesehatan
untuk semaksimal mungkin kepentingan pasien.
3. Berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari
pencegahan, diagnosis, pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif,
menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu biomedis, psikologi medis dan
sosiologi medis.
Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi, digunakan
konsep Mandala of Health. Dipahami bahwa dokter tidak dapat melihat pasien
hanya fisiknya saja. Karena setiap manusia juga terdiri dari fisik, jiwa dan
spiritnya. Setiap manusia tinggal bersama manusia lain dan juga berinteraksi
dengan lingkungannya (fisik, tempat tinggal, pekerjaan, lingkungan sosial,
budaya dan sebagainya). Karena itu pada saat pasien mengeluh gangguan
kesehatan, perlu dikaji faktor-faktor disekitarnya yang mungkin memicu atau
menyebabkan gejala tersebut muncul selain kemungkinan masalah pada
biomediknya.
Pendekatan penegakan diagnosis berupa pendekatan multi aspek, yaitu:
Diagnosis holistik, terdiri dari:
1. Aspek 1 (aspek individu): keluhan utama, harapan, kekhawatiran pasien
ketika datang
2. Aspek 2 (aspek klinik): diagnosis klinis dan diagnosis bandingnya
3. Aspek 3 (aspek internal): faktor internal pasien yg memicu
penyakit/masalah kesehatannya, (misal: usia, perilaku kesehatan, persepsi
kesehatan, dan sebagainya).
45
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah mempunyai anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-
masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan masing-
masing, semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.
8. Keluarga gabungan (composite family)
Keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya
atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya yang hidup bersama.
9. Keluarga tinggal bersama (whabilation family)
Pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan.
Fungsi Keluarga
Terdapat 8 fungsi keluarga dan berikut penjelasannya antara lain:13
1. Fungsi Keagamaan
2. Fungsi Sosial Budaya
3. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
4. Fungsi Perlindungan
5. Fungsi Reproduksi
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
7. Fungsi Ekonomi
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan
2. SCREEM
SCREEM (Social Cultural Religion Economic Education Medical).
Jika APGAR family untuk melihat fungsi keluarga secara fisiologis, maka
SCREEM adalah untuk melihat fungsi keluarga secara patologis13
Apakah antara anggota keluarga saling memberi perhatian, saling
membantu kalau ada kerepotan masing-masing.Apakah interaksi dengan
tetangga sekitarnya juga berjalan baik dan tidak ada masalah (Social).
Apakah keluarga puas terhadap budaya yang berlaku di daerah itu
(Culture).
Apakah keluarga taat dalam beragama (Religion).
Apakah status ekonomi keluarga cukup (Economic)
Apakah pendidikan tergolong cukup (Education)
55
b. Penyakit neurosis
4. Pola penyakit dan kematian
Hidup membujang atau bercerai mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian.
5. Proses penyembuhan penyakit
Penyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada keluarga dengan
fungsi keluarga yang sehat lebih baik dibandingkan pada keluarga dengan
fungsi keluarga sakit
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas
Nama : Ny. R
Umur : 53 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 10 Juli 1968
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Status : Menikah
Alamat : Jl. KH Balqi, lorong bersama, Kelurahan 14 Ulu,
Plaju, Palembang
Agama : Islam
3.2. Anamnesis
Autoanamnesis dengan penderita pada Senin, 13 September 2021 Pukul
16.00 WIB, di rumah pasien.
3.2.1. Keluhan Utama
Pusing seperti berputar.
3.2.2. Keluhan Tambahan
57
Tidak ada
3.2.3. Riwayat Perjalanan Penyakit
± 10 tahun yang lalu, mengalami keluhan pusing seperti berputar.
Keluhan dipengaruhi oleh gerakan. Keluhan dirasakan bila pasien sedang
kurang beristirahat dan ada faktor stressor.
Awalnya Os berobat ke klinik swasta dan praktik dokter, lalu Os
berobat di KDK. UMP dan sedang dalam proses untuk mengganti faskes
tingkat I BPJS nya di KDK UMP.
Os mendapatkan obat Betahistin 6 mg yang dikonsumsi 3 x sehari. Os.
Juga mendapatkan edukasi mengatur pola hidup yang baik, sepeti dengan
istirahat yang cukup dan manajemen stress yang baik. Dalam 2 bulan terakhir
kondisi tubuh Os membaik keluhan-keluhan sebelumnya tidak lagi dirasakan.
Saran
Sebaiknya Os menjaga pola hidup yang baik, sepeti dengan istirahat yang
cukup dan manajemen stress yang baik.
60
Keterangan:
: Perempuan Vertigo
: Laki-laki vertigo
: Os
Gambar 3.1. Genogram
3.3.5. Penatalaksanaan
1. Promotif
a. Memberikan informasi kepada pasien mengenai gambaran umum
tentang penyakit vertigo sehingga pasien mengerti bagaimana cara
mencegah agar kadar gula tidak tinggi.
b. Memberikan informasi kepada pasien bahwa pengobatan vertigo harus
di minum secara teratur dan jangan sampai terlewatkan.
c. Menjelaskan kepada keluarga pasien untuk menjaga pola hidup karena
anak-anak pasien beresiko untuk menderita vertigo juga.
2. Preventif
Memberikan informasi kepada pasien mengenai upaya pencegahan yang
dapat dilakukan pasien agar tidak mencetuskan dan tidak memperparah
kondisi pasien, yaitu:
1) Menjaga pola hidup yang baik, misalnya dengan istirahat yang cukup
dan manajemen stress yang baik
2) Melakukan aktivitas fisik ringan, misalnya dengan rutin berolahraga
ringan minimal selama 30 menit sehari.
63
3.3.6. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam: dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Tabel 3.1. Daftar nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
Keduduka Umur Pendidika
No Nama L/P Pekerjaan
n (Tahun) n
1 Tn. S Ayah L 62 SMP Buruh
64
Genogram
Keterangan:
: Perempuan Vertigo
: Laki-laki vertigo
: Os
Gambar 3.2. Genogram
Sumber Patologis
baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-
hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih
diikuti.
Religious Dalam keluarga ini pemahaman agama baik. -
Keluarga ini melakukan shalat 5 waktu dan
sering mengikuti pengajian.
Economic Status ekonomi keluarga ini tergolong -
menengah . Kebutuhan primer dapat tercukupi,
walaupun kebutuhan sekunder tidak semuanya
tercukupi.
Educational Latar belakang pendidikan tergolong rerata. -
Keluarga dapat menonton tv, namun tidak
berlangganan koran.
Medical Bila ada anggota keluarga yang sakit, berusaha -
untuk dibawa ke puskesmas, keluarga tidak
mempunyai asuransi untuk pembiayaan
kesehatan
Kesan : Tidak terdapat keadaan patologi dari keluarga Ny. R
Denah rumah
3.9. Saran dan Masukan yang Diberikan untuk Pasien dan Keluarga
1. Menganjurkan untuk mengatur pola makan yang dilakukan pasien, mengatur
diet rendah kalori, rendah karbohidrat dan rendah lemak, serta mengurangi
konsumsi gula yang dimakan pasien sehari-hari.
2. Menganjurkan pasien untuk berolahraga secara teratur, minimal 30 menit dan
dilakukan minimal 3x dalam seminggu.
70
GAYA HIDUP
Jarang berolahraga
FAMILY
PERILAKU KESEHATAN LINKUNGAN PSIKO-
Berobat jika ada SOSIAL-EKONOMI
keluhan Pendapatan keluarga
cukup memenuhi
kebutuhan primer
Kehidupan sosial baik
PELAYANAN
KESEHATAN
Jarak rumah dengan LINGKUNGAN KERJA
Pasien Perempuan, Tidak ada kelainan
KDK dekat 53 tahun mengeluh
pusing seperti
berputar
Komunitas
Pemukiman padat dengan
sanitasi cukup baik
Pada point 1, alasan kedatangan pasien adalah sering pusing seperti berputar. Pasien
berharap keluhan yang dialami dapat teratasi dan tidak ada komplikasi dari penyakit
yang diderita.
Pada point ke II, diagnosis kerja yang ditegakan adalah Vertigo.
Pada point ke III, didapatkan masalah perilaku dari pasien yang dahulunya sering
makan-makanan tinggi karbohidrat, tinggi gula serta jarang berolahraga.
Pada point ke IV, fungsi keluarga diketahui baik, lingkungan psikososial-ekonomi
pasien baik, kebersihan dan kerapian lingkungan rumah juga baik.
72
BAB IV
PEMBINAAN DOKTER KELUARGA
d. Sanitasi Dasar
1. Sumber air bersih
76
Sumber air berasal dari air PDAM untuk kebutuhan mandi, masak dan
minum.
2. Jamban Keluarga
Pasien memiliki jamban keluarga di rumahnya (WC jongkok).
3. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Limbah rumah tangga semua disalurkan kesaluran air dan tidak tampak
genangan limbah.
4. Kandang
Tidak mempunyai kandang
DENAH RUMAH
2. Fungsi Afektif
Hubungan antara ibu dengan anak, anak dengan anak, dan dengan keluarga
lainnya yang tinggal serumah maupun tidak serumah berlangsung baik.
Dalam keluarga ini, juga diketahui terdapat pemenuhan secara psikologi
pada semua anggota keluarga.
3. Fungsi Sosial
Pasien akrab dengan seluruh anggota keluarganya dan tetangganya.
Permasalahan antar keluarga dapat diselesaikan dengan cara musyawarah
dengan ibu keluarga sebagai pengambil keputusan akhir dan hubungan
kekeluargaan tetap berjalan dengan baik sampai sekarang. Dalam
pandangan terhadap suatu masalah, keluarga ini menganggap masalah hal
yang harus dihadapi dan diselesaikan bersama.
4. Fungsi Penguasaan Masalah
Manajemen keluarga dalam menghadapi masalah internal atau eksternal
baik. Pembuatan keputusan akhir dalam menghadapi masalah eksternal dan
internal dan proses pengambilan keputusan berlangsung secara musyawarah
di antara semua anggota keluarga.
5. Fungsi Ekonomi
Ny. R merupakan seorang pedagang sayur di pasar.
6. Fungsi Religius
Semua anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik.
7. Fungsi Pendidikan
Pasien memiliki riwayat pendidikan sampai dengan jenjang Sekolah
Menengah Pertama di Palembang.
Bila terdapat anggota keluarga yang mengeluh sakit, biasanya langsung dibawa
ke puskesmas.
Interpretasi Nilai APGAR dan SCREEM Keluarga
APGAR Score keluarga dinilai dari
APGAR Score Ny. R = 10
Kesimpulan : Keluarga dapat dinilai baik.
Fungsi fisiologis keluarga dapat dikatakan sehat. Waktu untuk berkumpul
dengan anggota keluarga lainnya dapat dikatakan cukup baik, komunikasi tetap
terjaga.
79
tidur
11 Olah raga min. 3x seminggu Tidak
12 Jamban keluarga Ya
13 Air bersih dan bebas jentik Ya
14 Tersedia tempat sampah di dalam/di luar rumah Ya
15 SPAL Ya
16 Ventilasi Ya
17 Kepadatan Ya
18 Seluruh lantai rumah di semen atau ubin atau kayu Ya
Tabel 4.1. Prilaku hidup bersih dan sehat
Klasifikasi:
Sehat I : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” antara 2-5 pertanyaan.
Sehat II : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” antara 6-10 pertanyaan.
Sehat III : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” antara 12-16 pertanyaan.
Sehat IV : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” No 18 pertanyaan.
Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS pada pasien ini adalah 17,
masuk dalam klasifikasi Sehat IV. Keluarga masih memiliki perilaku
kurang sehat yaitu jarang olahraga.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Diagnosis pada pasien ini adalah Vertigo yang dipengaruhi oleh salah satunya
adalah faktor genetik.
82
2. Untuk penanganan kasus ini bukan hanya dari terapi farmakologis saja tetapi
juga diperlukan edukasi pada pasien dengan menggunakan metode pendekatan
dokter keluarga. Salah satunya dengan menggunakan prinsip pelayanan yang
holistik dan komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif
dan kolaboratif, penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral
keluarga, mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
tempat tinggal, menjunjung tinggi etika dan hukum, dapat diaudit dan
dipertanggung jawabkan, serta sadar biaya dan sadar mutu.
3. Ny. R pertama kali didiagnosis vertigo di klinik lain ± 10 tahun yang lalu dand
didapatkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan penunjang.
Ny. R sering datang ke KDK UMP untuk berobat dan diberikan edukasi
terhadap pencegahan komplikasi vertigo. Setelah ± 10 tahun menjalani
pengobatan telah terjadi perbaikan. Dengan dilakukannya edukasi berupa
pengetahuan preventif dan promotif kepada Ny. R diharapkan perubahan dalam
pola dan gaya hidup. Ny. R masih bisa melakukan pekerjaannya sebagai
pedagang sayur dan tetap melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
5.2. Saran
1. Mahasiswa
Lebih memahami dan aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan
baik pada keluarga maupun lingkungannya, serta lebih sering berhubungan
dengan masyarakat khususnya dalam keluarga untuk menindak lanjuti suatu
penyakit yang dialami oleh keluarga tersebut dengan pendekatan metode dokter
keluarga.
2. Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat
melalui edukasi dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat.
3. Pasien
Pasien diharapkan untuk rutin mengunjungi KDK FK UMP agar mendapat
pengobatan dan penyuluhan mengenai penyakit Vertigo diantara lain terbagi
atas pengertian, penyebab, tanda dan gejela serta pengobatan vertigo,
83
memberikan gizi yang baik dan seimbang, menyediakan perumahan yang sehat
dan bersih. Pasien juga diharapkan untuk menjaga pola makan dan mengurangi
mengkonsumsi makanan tinggi garam,lemak dan kolesterol dan juga
mengurangi aktivutas seperti perpindahan posisi secara tiba-tiba yang sering
memicu serangan vertigo.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran Foto
86
Kamar Tidur
Dapur