Oleh :
Pembimbing:
dr. Ardi Artanto, M.KK.,Sp.OK
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Judul:
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir laporan kasus
yang berjudul “Penanganan pasien diabetes melitus tipe 2 terkontrol di wilayah
sekitar klinik dokter keluarga FK UMP dengan pendekatan pelayanan dokter
keluarga”, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir
zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Ardi Artanto, M.KK.,Sp. OK, selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik dan
penguji di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga dan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. Rekan-rekan co-assisten dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
1
BAB V. PENUTUP
5.1 Simpulan ...................................................................................... 52
5.2 Saran ............................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN .................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
DM terbanyak pada tahun 2014 meningkat dari tahun tahun 2013 yang berada
diperingkat ke 7 penderita DM terbanyak di dunia dengan jumlah penderita 7,6
juta. Menurut Riskesdas tahun 2018 Jumlah penderita DM di Provinsi Sumatera
Selatan berjumlah 33.566 orang. Di kota Palembang jumlah penderita DM
sebanyak 6.590 orang .
Penatalaksanaan pasien DM dikenal dengan 4 pilar untuk mengontrol
kadar gula darah dalam perjalanan penyakit dan mencegah komplikasi. Empat
pilar tersebut adalah edukasi, terapi nutrisi, aktifitas fisik dan farmakologi.
Banyaknya penderita diabetes berdampak pada peningkatan biaya kesehatan
yang cukup besar serta menjadi salah satu ancaman kesehatan global
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk membahas Penanganan
Diabetes Melitus Tipe 2 terkontroln berdasarkan prinsip Pelayanan Kedokteran
Keluarga
4
Sebagai bahan evaluasi kegiatan mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang dalam Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Keluarga di Klinik Kedokteran Keluarga Fakultas
Kedokteran Muhammadiyah Palembang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1.3 Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi etiologis diabetes menurut American Diabetes
Association 2018 dibagi dalam 4 jenis yaitu :
a) Diabetes Melitus Tipe I
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas
karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama
sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida
yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.
Faktor penyebab terjadinya DM Tipe I adalah infeksi virus atau
rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun
yang merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel β pada pankreas, secara
menyeluruh. Oleh sebab itu, pada tipe I, pankreas tidak dapat
memproduksi insulin.
b) Diabetes Melitus Tipe II
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin
tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi
resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi
insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih
tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal
tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya
glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan
mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa.
Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh kegagalan relatif sel β
pankreas dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β pankreas tidak
mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi
defensiesi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya
sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa
7
bersama bahan perangsang sekresi insulin lain
c) Diabetes Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi
glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada
trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan
meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional memiliki
risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu
5-10 tahun setelah melahirkan.
8
2.1.5 Patofisiologi
Diabetes melitus yang merupakan penyakit dengan gangguan
pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak
dapat bekerja secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi
kebutuhan atau keduanya. Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi
karena 3 hal yaitu pertama karena kerusakan pada sel-sel beta pankreas
karena pengaruh dari luar seperti zat kimia, virus dan bakteri. Penyebab
yang kedua adalah penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
dan yang ketiga karena kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk
mengatur kadar glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang
tinggi akan menstimulasi sel beta pankreas untuk mengsekresi insulin. Sel
beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal sehingga berakibat
pada kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar glukosa darah
tinggi. Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti
contoh penyakit autoimun dan idiopatik8,9
Resistensi insulin dan sekresi insulin yang tidak normal menjadi
kunci dari berkembangnya DM tipe 2. Obesitas, terutama tipe sentral,
sering ditemukan pada penderita DM tipe 2. Pada tahap awal, toleransi
glukosa hampir normal karena sel-sel B pankreas mengkompensasi
dengan meningkatkan produksi insulin. Ketika resistensi insulin dan
hiperinsulinemia kompensatorik terus terjadi, pankreas tidak mampu
mempertahankan keadaan hiperinsulinemia tersebut. Akibatnya, terjadi
gangguan toleransi glukosa, yang ditandai dengan peningkatan glukosa
darah setelah makan. Setelah itu, penurunan sekresi insulin dan
peningkatan produksi glukosa hati berlanjut pada diabetes berat dengan
hiperglikemia saat puasa dan kegagalan sel beta10
9
2.1.6 Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis pasti DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar
glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Berbagai
keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM
perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
1) Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2) Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita 4
3 Kadar gula plasma 2 jam TTGO ≥200mg/dL TTGO yang dilakukan dengan
standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75g
glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air
10
Gambar 1: Langkah-langkah diagnostik DM dan toleransi glukosa terganggu
11
2. Gejala Kronik Diabetes Melitus
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita diabetes melitus
adalah kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum,
rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur, biasanya sering
ganti kaca mata, gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi
dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau bayi lahir dengan berat 4 kg4
12
pendidikan pasien dan keluarganya.
9. Gunakan alat bantu audio visual.
Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2
apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama
sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak
lebih dari 2 hari berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
glukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah 250 mg/dL
dianjurkan untuk menunda latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas
seharihari bukan termasuk dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk
selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga
dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan
berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50- 70%
denyut jantung maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang.
13
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral
dan bentuk suntikan
1) Obat Anti Hiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi
menjadi 5 golongan:
a. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama
meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Efek
samping utama adalah hipoglikemia dan peningkatan berat
badan. Hati-hati menggunakan sulfonilurea pada pasien
dengan risiko tinggi hipoglikemia (orang tua, gangguan faal
hati, dan ginjal)
Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama
dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan
sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2
macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan
Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan
cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara
cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia
post prandial. Efek samping yang mungkin terjadi adalah
hipoglikemia.
14
pilihan pertama pada sebagian besar kasus DMT2. Dosis
Metformin diturunkan pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal (GFR 30- 60 ml/menit/1,73 m2 ). Metformin tidak
boleh diberikan pada beberapa keadaan sperti: GFR < 30
mL/menit/1,73 m2, adanya gangguan hati berat, serta pasien-
pasien dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit
serebrovaskular, sepsis renjatan, PPOK, gagal jantung. Efek
samping yang mungkin berupa gangguan saluran pencernaan
seperti halnya gejala dispepsia.
Tiazolidindion (TZD).
Tiazolidindion merupakan agonis dari Peroxisome
Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-gamma),
suatu reseptor inti yang terdapat antara lain di sel otot, lemak,
dan hati. Golongan ini mempunyai efek menurunkan
resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein
pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa
di jaringan perifer. Tiazolidindion meningkatkan retensi
cairan tubuh sehingga dikontraindikasikan pada pasien
dengan gagal jantung (NYHA FC III-IV) karena dapat
memperberat edema/retensi cairan. Hati-hati pada gangguan
faal hati, dan bila diberikan perlu pemantauan faal hati secara
berkala. Obat yang masuk dalam golongan ini adalah
Pioglitazone.
15
usus) sehingga sering menimbulkan flatus. Guna mengurangi
efek samping pada awalnya diberikan dengan dosis kecil. Contoh
obat golongan ini adalah Acarbose.
16
Tabel 2. Obat antihiperglikemia oral
17
Obat Antihiperglikemia Suntik
Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan
kombinasi insulin dan agonis GLP-1.
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 5 jenis, yakni :
1) Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin)
2) Insulin kerja pendek (Short-acting insulin)
3) Insulin kerja menengah (Intermediateacting insulin)
4) Insulin kerja panjang (Long-acting insulin)
5) Insulin kerja ultra panjang (Ultra longacting insulin)
6) Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan kerja
cepat dengan menengah (Premixed insulin)
18
Tabel. 3 Farmakokinetik Insulin Eksogen Berdasarkan Waktu Kerja
(Time Course of Action)
19
Terapi Kombinasi
Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama dalam
penatalaksanaan DM, namun bila diperlukan dapat dilakukan bersamaan
dengan pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi sejak
dini. Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin selalu dimulai
dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan
respons kadar glukosa darah. Terapi kombinasi obat antihiperglikemia oral,
baik secara terpisah ataupun fixed dose combinotion, harus menggunakan dua
macam obat dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu
apabila sasaran kadar glukosa darah yang belum dicapai dengan kombinasi dua
macam obat, dapat diberikan kombinasi dua obat antihiperglikemia dengan
insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis dimana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga obat anti
hiperglikemia oral.
20
Gambar 2 Algoritma Penatalaksanaan DM Tipe 2
21
Mikroangipati terjadi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskular) seperti
kapiler retina mata, dan kapiler ginjal4
22
2.2.2 Karakteristik Pelayanan Kedokteran Keluarga
Pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik
menurut Ikatan Dokter Indonesia melalui Muktamar ke-18 di Surakarta
yaitu :12
a. Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang per orang, tetapi
sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota
masyarakat sekitarnya.
b. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan
sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang
disampaikan.
c. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan
derajat kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit
dan mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin.
d. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.
e. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan
tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan
lanjutan.
23
Menurut WONCA (1991) dokter keluarga adalah dokter yang
mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang
mencari pelayanan kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain
bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua
orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan
usia, gender, ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter keluarga
adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan
dalam lingkup komunitas dari individu tersebut.Tanpa membedakan ras,
budaya, dan tingkatan sosial.Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk
menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan
memerhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi, dan psikologis pasien.
Dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang
komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya. 12
Pelaksana pelayanan dokter keluarga dikenal dengan dokter keluarga
(family doctor, family physician). Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
mendefinisikan dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit
tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara
pasif, tapi bila perlu aktif mengunjungi penderita dan keluarganya. 12
24
2. Kemitraan (Partnership)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi,
turun rembuk dalam mengambil keputusan dan atau menyelesaikan
suatu masalah yang sedang dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.
3. Pertumbuhan (Growth)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang
diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau
kedewasaan setiap anggota keluarga.
4. Kasih sayang (Affection)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta
interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.
5. Kebersamaan (Resolve)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan
dalam membagi waktu, kekayaan, dan ruang antar keluarga.
25
2.2.3.4 Fungsi Keturunan (genogram)
Fungsi keturunan (genetik) dinilai dari genogram keluarga.
Menunjukkan adanya penyakit keturunan ataukah penyakit menular
dalam keluarga. Apabila keduanya tidak ditemukan, berarti dalam
keadaan baik.
26
2.2.4 Bentuk Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami-sitri, atau suami-istri dan anak, atau ayah dengan anak atau ibu
dengan anak.12
Bentuk keluarga dibagi menjadi 9 macam yaitu sebagai berikut.
1. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, serta anak-anak kandung.
2. Keluarga besar (extended family)
Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak-anak
kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut garis
vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit) dan ataupun
menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang dapat berasal dari
pihak suami atau istri.
3. Keluarga campuran (blended family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak-
anak tiri.
4. Keluarga menurut hukum umum (common law family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam
perkawinan sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
5. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah
bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah,
serta anak-anak mereka tinggal bersama.
6. Keluarga hidup bersama (commune family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal
bersama, berbagi hal dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan
bersama.
7. Keluarga serial (serial family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah mempunyai anak, tetapi kemudian bercerai dan
masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan
27
pasangan masing-masing, semuanya mengganggap sebagai satu
keluarga.
8. Keluarga gabungan (composite family)
Keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-
anaknya atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya yang
hidup bersama.
9. Keluarga tinggal bersama (whabilation family)
Pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan.
28
2.3 Rumah Sehat
2.3.1 Definisi
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan,halaman dan area
sekitarnya yang dipakai sebagaitempat tinggal dan sarana pembinaan
keluarga. Rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan
rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan
individu.12
29
4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg;
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg;
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg;
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg.
5. Prasarana dan sarana lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga
dengankonstruksi yang aman dari kecelakaan.
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan
vector penyakit.
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi
jalan tidakmengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak
membahayakan pejalan kakidan penyandang cacat, jembatan
harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak
menyilaukan mata.
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air
yang memenuhi persyaratan kesehatan.
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus
memenuhipersyaratan kesehatan.
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi
syarat kesehatan.
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan,
komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan,
kesenian, dan lain sebagainya.
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan
penghuninya.
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak
terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan
keracunan.
30
6. Vektor penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat;
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan
kelestarian alam.12
31
aktif, dalam arti, jika memang diperlukan, melakukan kunjungan dan
atau merawat pasien di rumah pasien.
3. Karena keadaan kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk
datang ke tempat praktik Keadaan yang tidak memungkinkan
tersebut banyak macamnya, yaitu:
a. Karena menderita penyakit akut yang tidak memungkinkan
pasien untuk dibawa ke tempat praktik atau kalau dibawa
dan kebetulan menderita penyakit men ular dapat
membahayakan orang lain
b. Karena menderita penyakit kronis, terutama apabila dialami
oleh orang yang telah lanjut usia
c. Karena menderita penyakit stadium terminal yang telah tidak
ada harapan untuk hidup lagi
32
2. Dapat lebih meninggkatkan hubungan dokter-pasien Sama halnya dengan
pemahaman, peningkattan hubungan dokterpasien ini adalah juga sebagai
hasil dari dilakukanya kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah..
3. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan
pasien Dengan demikian meningkatnya pemahaman dokter tentang
keadaan pasien, dan atau makin baiknya hubungan dokter-pasien, berarti
sekaligus akan meningkatkan pula pemahaman dokter tentang kebutuhan
serta tuntutan kesehatan pasien.
4. Dapat lebih meningkatkan kepuasaan pasien Pelayanan kedokteran yang
dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien, apalagi jika
disertai dengan hubungan doter-pasien yang baik, pasti mempunyai
peranan yang amat besar dalam lebih meningkatkan kepuasaan pasien
(patient satisfaction).12
33
dokter-pasien menjadi buruk, yang tentu saja akan merugikan pasien
sendiri.
34
pelayanan dokter keluarga. Kedua, atas inisiatif pasien yang memerlukan
pertolongan kedokteran dari dokter keluarga. Tata cara kunjungan rumah
dibedakan atas tiga macam, yaitu:
a. Untuk mengumpulkan data tentang pasien Jika tujuan kunjungan
rumah adalah untuk mengumpulkan data tentang pasien, tata cara
yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1) Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi
Apabila ada kemampuan, seyogianya dokter keluarga dapat
melakukan kunjungan rumah kepada semua keluarga yang
menjadi tanggung jawabnya, terutama apabila keluarga tersebut
merupakan pasien baru. Tetapi apabila kemampuan tersebut
tidak dimiliki, kunjungan rumah untuk pengumpulan data cukup
dilakukan terhadap keluarga yang sangat membutuhkan saja,
yaitu keluarga yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi
(high risk family).
2) Mengatur jadwal kunjungan Untuk menghindari kunjungan
rumah yang sia-sia, perlu dilakukan pengaturan jadwal
kunjungan rumah yang sebaikbaiknya.
3) Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan Macam
data minimal yang patut dikumpulkan adalah tentang keadaan
rumah dan lingkungan pemukiman pasien, struktur keluarga,
fungsi keluarga serta interaksi anggota keluarga dalam
menjalankan fungsi keluarga. Data minimal ini disebut juga data
dasar (data base) keluarga atau disebut juga sebagai profil
keluarga.
4) Melakukan pengumpulan data, apabila ketiga persiapan diatas
telah selesai, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan rumah
serta mengumpulkan data sesuai dengan yang telah
direncanakan. Kumpulkanlah data tersebut selengkap-
lengkapnya.
5) Melakukan pencatatan data Catatan data dasar pasien ini
biasanya dilakukan dalam rekam medis khusus yang disebut
35
dengan nama rekam medis keluarga.
6) Menyampaikan nasihat dan atau penyuluhan kesehatan Saat
kunjungan rumah dianjurkan untuk menyampaikan nasihat dan
ataupun dilakukan penyuluhan kesehatan sesuai dengan hasil
temuan.
b. Untuk memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif dokter
keluarga Jika tujuan kunjungan rumah adalah untuk
mengumpulkan data tentang pasien, tata cara yang ditempuh adalah
sebagai berikut:
1) Mempersiapkan jadwal kunjungan Mempersiapkan jadwal
kunjungan yang berisikan daftar nama pasien yang akan
dikunjungi sesuai dengan tanggal dan jam kunjungan yang telah
ditetapkan dan disepakati oleh pasien. Ada baiknya jadwal
kunjungan tersebut disusun satu minggu sekali.
2) Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun kepada
pasien Jika keadaan memungkinkan ada baiknya jadwal
kunjungan tersebut disampaikan kepada pasien yang akan
dikunjungi.
3) Mempersiapkan keperluan kunjungan Sebelum berkunjung ke
tempat pasien, dokter harus mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan, sesuai dengan pertolongan kedokteran yang akan
dilakukan. Jangan lupa membawa rekam medis keluarga untuk
pasien yang akan dikunjungi tersebut.
4) Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran Sesuai
dengan tanggal dan jam yang telah ditetapkan dalam jadwal
kunjungan, dokter keluarga berkunjung ke tempat pasien serta
melakukan pertolongan kedokteran sesuai dengan keperluan
pasien. Dapat pula diberikan nasihat atau penyuluhan kesehatan
yang ada hubungannya dengan kesehatan pasien.
5) Mengisi rekam medis keluarga Mencatat semua hasil temuan
serta tindakan kedokteran yang dilakukan pada rekam medis
keluarga. Isilah rekam medis keluarga dengan lengkap.
36
6) Menyusun rencana tindak lanjut Jika memang perlu pelayanan
rawat rawat inap di rumah sakit, bicarakan kepada pasien
dengan sebaik-baiknya.
c. Untuk memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif pasien
atau pihak keluarga Jika pihak yang mengambil inisiatif adalah
pasien atau keluarganya, yang biasanya terjadi apabila menderita
penyakit yang bersifat mendadak (acute), tata cara yang ditempuh
adalah sebagai berikut:
1) Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien Jika
panggilan melalui anggota keluarga, pertanyaan dapat langsung
ditanyakan kepada anggota keluarganya. Jika panggilan diterima
melalui telepon, usahakanlah berbicara langsung dengan pasien
yang memerlukan pertolongan kedokteran di rumah tersebut.
2) Mempersiapkan keperluan kunjungan Mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan pertolongan kedokteran
yang diperkirakan akan dilakukan. Bawalah semua alat dan
ataupun obat yang diperlukan. Jangan lupa membawa rekam
medis keluarga untuk pasien yang akan memperoleh
pertolongan kedokteran tersebut.
3) Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran
Mengunjungi rumah pasien serta melakukan pertolongan
kedokteran sesuai keperluan pasien, termasuk pemberian nasihat
atau penyuluhan kesehatan yang ada hubungannya dengan
kesehatan pasien.
4) Mengisi rekam medis keluarga Mencatat semua hasil temuan
serta tindakan kedokteran yang dilakukan pada rekam medis
keluarga. Isilah rekam medis keluarga dengan lengkap.
5) Menyusun rencana tindak lanjut Bersama pasien menyusun
rencana pelayanan tindak lanjut yang perlu dilakukan. Jika
memang perlu pelayanan rawat rawat inap di rumah sakit,
bicarakan kepada pasien dengan sebaik-baiknya.12
37
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Tn. AN
Umur : 52 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Kayuagung, 4 januari 1969
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Satpam
Status : Menikah
Alamat : jln yatarpena 1 no 07/1225
3.2 Subjektif
Autoanamnesis dengan penderita pada tanggal 27 September 2021
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke KDK FK UMP untuk kontrol DM serta mengambil obat
38
Penurunan berat badan tidak ada. Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan
sering minum-minuman yang manis seperti es tebu setiap hari, makan seperti
biasa nasi dengan porsi 1 piring dalam 1 hari makan 2-3x, dan jarang olah raga.
Pasien juga mengatakan bahwa meminum obat antidiabetes secara
teratur. Obat yang diminum pasien adalah Metformin 2x500 mg dan Pasien
juga di berikan edukasi untuk menjaga pola makan, mengurangi konsumsi
makanan yang mengandung gula berlebih serta memperbanyak aktivitas fisik.
Pasien kontrol ke Klinik Dokter Keluarga FK UMP apabila obat habis atau jika
memiliki keluhan.
Pasien mengatakan ada riwayat penyakit serupa yang diderita oleh orang
tua pasien. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi penyakit asma, jantung
dan lain-lain disangkal.
E. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan sering minum-minuman yang manis
seperti es tebu setiap hari, makan seperti biasa nasi dengan porsi 1 piring
dalam 1 hari makan 2-3x, dan jarang olah raga.
F. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja Satpam
39
G. Riwayat Obat yang Dikonsumsi
Pasien mengkonsumsi obat antidiabetik sejak 2 tahun yang lalu yaitu
Metformin 2x500 mg
2,89
Kesan : Obesitas tipe 2
= 26,64
Keadaan Spesifik
Kepala : TAK
Thoraks
- Paru : TAK
- Jantung : TAK
Abdomen : TAK
Genitalis : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2’’
40
1 Gula Darah Sewaktu 200 mg/dL <180 mg/dL
3.6 Terapi
Metformin 500 mg 2x1
3.7 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
41
BAB IV
PEMBAHASAN PEMBINAAN KELUARGA
Tabel 4.1. Daftar nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket.
42
Saya puas dengan waktu yang disediakan
R
keluarga untuk menjalin kebersamaan
Total 10
43
Kesimpulan:
Fungsi fisiologis keluarga dapat dikatakan sehat. Waktu untuk berkumpul
dengan anggota keluarga lainnya dapat dikatakan baik, dan komunikasi
tetap terjaga.
2. Fungsi patologis
Tabel 4.6. SCREEM Keluarga AN
Sumber Patologis
44
3. Genogram Keluarga
Genogram
Keterangan:
= Pasien DM = Meninggal
= Perempuan
= Menikah
= Meninggal
4. Fungsi Perilaku
a. Pencegahan Penyakit
Agar keluarga tidak terkena penyakit yang sama dikarenakan ada faktor
genetik dengan pasien, keluarga di anjurkan untuk menjaga pola makanan
yang bergizi dan berolahraga secara teratur. Serta pasien dianjurkan untuk
minum obat secara teratur dan mengatur pola makan serta melakukan
olahraga.
b. Gizi Keluarga
Pasien makan tiga kali sehari sebanyak 1 piring setiap kali makan
dengan ayam, tahu, tempe dan sayur yang paling sering dikonsumsi. Pasien
kadang – kadang mengkonsumsi daging, dan susu sekitar 1 minggu sekali.
45
5. Fungsi Non Perilaku ( Lingkungan, pelayanan Kesehatan, Keturunan)
Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Kebersihan dan sanitasi lingkungan rumah pasien sudah cukup baik
meskipun ada beberapa barang didekat ruang tamu yang sedikit berantakan.
Ventilasi dan sirkulasi udara cukup baik di rumah pasien.
6. Fungsi Indoor
1. Gambaran rumah
Pasien merupakan seorang kepala keluarga (suami) yang tinggal bersama
istri dan anaknya. Lantai rumah pasien dilapisi keramik. Dinding rumah
terbuat dari semen dan atap rumah terbuat dari genting. Terdapat ruang
tamu, ruang keluarga. 3 kamar tidur, 1 ruang dapur, 1 ruang makan, dan 2
kamar mandi yang memiliki jamban jongkok. Sumber air berasal dari air
sumur. Ventilasi udara rumah berasal dari 3 jendela diruang tamu, 2
jendela di ruang keluarga, ventilasi pada ruang keluarga dan ruang tamu.
Pencahayaan di dalam rumah baik dan sirkulasi udara di rumah baik
namun tata letak barang-barang masih sedikit berantakan
2. Denah Rumah
4 5 6 7
2 1
1. Ruang Tamu
2. Ruang Keluarga
3. Kamar Tidur VC
4. Kamar Tidur Tn.AN dan Ny.F
5. Kamar tidur
6. Toilet
7. Ruang Dapur
46
7. Fungsi Outdoor
Rumah keluarga AN berukuran 14x9 m2. Rumah tersebut berada di suatu
pemukiman padat penduduk dan di daerahnya layak huni. Rumah berada di
pinggir jalan.
Pasien merupakan seorang kelapa keluarga yang sehari-hari sebagai
satpam. Sumber penghasilan untuk keluarga didapatkan dari uang pekrerjaan
sebagai satpam yang dimiliki oleh pasien dan terkadang pasien dapat uang
dari anak yang telah bekerja. Penghasilan pasien dari uang pekerjaan sekitar
3.000.000/bulan Uang biasanya digunakan untuk kepentingan sehari-hari.
Pasien hidup bersama istri dan anaknya dan memiliki perlengkapan rumah
tangga, peralatan elektronik seperti televisi, AC dan kipas angin.
Sosial : harmonis
Ekonomi : Menengah yang mana tergolong dalam keluarga sejahtera III
47
Pada kunjungan pertama, hal yang dilakukan yaitu melengkapi status pasien,
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pembuatan perangkat penilaian keluarga,
membuat diagnosis holistik sesuai dengan pendekatan kedokteran keluarga,
termasuk profil kesehatan keluarga.
Kunjungan rumah kedua, hal yang dilakukan yaitu melakukan manajemen
komprehensif kepada pasien dan keluarga (edukasi/konseling terhadap masalah
yang telah dianalisis), memfollow-up keadaan pasien serta menanyakan dan
menjelaskan lagi ke pasien mengenai penyakitnya dan apa saja yang harus
dilakukan pasien. Lalu, dilihat apakah pasien sudah mampu mengatasi masalah-
masalah yang ada.
48
GAYA HIDUP
Jarang berolahraga.
FAMILY
PERILAKU KESEHATAN LINKUNGAN PSIKO-SOSIAL-
Pasien jarang berolahraga EKONOMI
Pendapatan suami hanya dapat
memenuhi kebutuhan primer.
Pendapatan keluarga menengah
ke bawah. Kehidupan sosial baik.
PELAYANAN
LINGKUNGAN KERJA
KESEHATAN
bekerja karena seorang
Jarak rumah dan KDK lumayan
dekat, pasien mengambil obat Pasien, laki laki, 52 satpam . Tidak ada
kencing manis ke KDK tahun, mengalami keluhan masalah dengan
LINGKUNGAN FISIK
FAKTOR BIOLOGI
Terdapat anggota keluarga Cukup. Tidak ada masalah
yang menderita penyakit (DM) yang ditemukan
yaitu orantua pasien.
Komunitas -- Pemukiman
cukup padat dengan sanitasi
cukup baik
49
1. Aspek Personal
Alasan : Penderita datang dengan keluhan badan cepet lelah serta
kontrol dan ingin mengambil obat.
Kekhawatiran : Penderita takut sakitnya tidak sembuh dan semakin
parah.
Harapan : Penderita dan keluarga berharap penyakitnya dapat
Terkontrol
2. Aspek Klinis
Diagnosis kerja yang ditegakkan adalah Diabetes Melitus Tipe 2
3. Aspek Internal
Masalah perilaku berupa perbaikan pola makan serta jarang berolahraga
5. Skala Fungsional
Skala fungsional pasien derajat 1 yakni pasien tidak memiliki keterbatasan
beraktifitas dan masih dapat melakukan pekerjaan sendiri.
50
4.6 Analisis Kasus
Berdasarkan hasil home visit yang telah dilakukan, didaptakan pasien
atan nama TN.AN dengan diagnosa Diabetes Melitus Tipe-2 yang terkontrol
pasien diberikan obat metformin 500mg 2x sehari, pasien mengatakan
mempunyai kebiasaan sering minum-minuman yang manis seperti es tebu
setiap hari, makan seperti biasa nasi dengan porsi 1 piring dalam 1 hari makan
2-3x, dan jarang olah raga.
Penyebab keadaan ini adalah dari usia, dari pola makan yang suka
mengomsumsi manis yang berlebihan dan juga jarang olahraga. Diagnosis
Diabetes Melitus pada pasien ini ditegakkan dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan gula darah.
51
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Telah dibuat laporan kasus pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan
prinsip kedokteran keluarga.
2. Melakukan pelayanan kesehatan dengan prinsip kedokteran keluarga
3. Melakukan home visit dan membuat diagnosa mandala of health.
5.2 Saran
1. Bagi Pasien
Pasien diharapkan untuk rutin mengujungi Klinik Dokter Keluarga agar
mendapatkan penyuluhan serta edukasi mengenai penyakit Diabetes mellitus
dan Hiperkolesterolemia dengan cara mengikutin Program Wellness, kontrol
rutin kesehatan berkala. Dan diharapkan pasien lebih sadar akan
kesehatannya agar tidak menimbulkan komplikasi yang parah.
52
DAFTAR PUSTAKA
53
LAMPIRAN
54
Gambar 4. Dapur
55
56