Anda di halaman 1dari 59

PENANGANAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

TERKONTROL DI WILAYAH SEKITAR KLINIK DOKTER


KELUARGA FK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG DENGAN PENDEKATAN PELAYANAN DOKTER
KELUARGA

Oleh :

Najwa Anggareni Kadir, S.Ked


71 2019 025

Pembimbing:
dr. Ardi Artanto, M.KK.,Sp.OK

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA DAN


KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus
Judul:

PENANGANAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TERKONTROL DI


WILAYAH SEKITAR KLINIK DOKTER KELUARGA FK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG DENGAN PENDEKATAN PELAYANAN
DOKTER KELUARGA

Oleh:

Najwa Anggraeni Kadir, S.Ked


712019025

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang

Palembang, September 2021


Menyetujui

Dr.Ardi Artanto, M.KK., Sp.OK

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir laporan kasus
yang berjudul “Penanganan pasien diabetes melitus tipe 2 terkontrol di wilayah
sekitar klinik dokter keluarga FK UMP dengan pendekatan pelayanan dokter
keluarga”, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir
zaman.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :

1. dr. Ardi Artanto, M.KK.,Sp. OK, selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik dan
penguji di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga dan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. Rekan-rekan co-assisten dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.

Semoga Tugas Akhir laporan kasus ini bermanfaat bagi pendidikan


mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, September 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMANPENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH ...................... iii
DAFTAR ISI. ............................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 3
1.4 Manfaat .............................................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus ................................................................................. 6
2.2 Kedokteran Keluarga ........................................................................ 22
2.3 Rumah Sakit ..................................................................................... 29
2.4 Home Visit ....................................................................................... 31
BAB III. LAPORAN KASUS
3.1 Identitas ............................................................................................ 38
3.2 Subejektif ......................................................................................... 39
3.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................. 40
3.4 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 40
3.5 Diagnosis Kerja ................................................................................ 40
3.6 Rencana Terapi ................................................................................. 40
3.7 Prognosis .......................................................................................... 41
BAB IV. PEMBAHASAN PEMBINAAN KELUARGA
4.1 Alasan Kunjungan dan Perawatan Rumah ......................................... 42
4.2 Karakteristik dengan Demografi Keluarga ........................................ 42
4.3 Konseling Keluarga .......................................................................... 47
4.4 Pemantauan dan Evaluasi.................................................................. 48
4.5 Analisis Kasus .................................................................................. 51
4.6 Diagnosis Kedokteran Keluarga ........................................................ 51

1
BAB V. PENUTUP
5.1 Simpulan ...................................................................................... 52
5.2 Saran ............................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN .................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mempelajari dinamika
kehidupan keluarga dalam lingkungannya, pengaruh penyakit dan keturunan
terhadap fungsi keluarga, pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan
berkembangnya penyakit serta permasalahan kesehatan keluarga, berbagai cara
pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi keluarga dalam keadaan
normal.1
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya
memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit
keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi
penderita atau keluarganya (home visit) agar tetap dalam kondisi kesehatan yang
baik.2 Home visite (kunjungan rumah) adalah Kedatangan petugas kesehatan ke
rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan
pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. Sedangkan
yang dimaksud dengan Home care (perawatan pasien di rumah) adalah Apabila
pertolongan kedokteran yang dilakukan di rumah tersebut tidak termasuk lagi
dalam kelompok pelayanan rawat jalan (ambulatory services), tetapi dalam
kelompok rawat inap (hospitalization).3
Jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) yang tercatat pada tahun 2013 di
seluruh dunia kurang lebih 382 juta orang hidup yang mana 44% belum
terdiagnosis dan diperkiran pada tahun 2035 akan meningkat sebesar 55% menjadi
592 juta orang. Populasi terbesar penderita DM berada di bagian pasifik barat,
termasuk Indonesia. Di Indonesia prevalensi Diabetes Melitus berjumlah sekitar
9,1 juta atau 5,7 % dari total penduduk pada tahun 2014. Jumlah tersebut untuk
penderita DM yang telah terdiagnosis, masih banyak penderita DM yang belum
terdiagnosis. Indonesia merupakan negara peringkat ke-5 dengan jumlah penderita

3
DM terbanyak pada tahun 2014 meningkat dari tahun tahun 2013 yang berada
diperingkat ke 7 penderita DM terbanyak di dunia dengan jumlah penderita 7,6
juta. Menurut Riskesdas tahun 2018 Jumlah penderita DM di Provinsi Sumatera
Selatan berjumlah 33.566 orang. Di kota Palembang jumlah penderita DM
sebanyak 6.590 orang .
Penatalaksanaan pasien DM dikenal dengan 4 pilar untuk mengontrol
kadar gula darah dalam perjalanan penyakit dan mencegah komplikasi. Empat
pilar tersebut adalah edukasi, terapi nutrisi, aktifitas fisik dan farmakologi.
Banyaknya penderita diabetes berdampak pada peningkatan biaya kesehatan
yang cukup besar serta menjadi salah satu ancaman kesehatan global
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk membahas Penanganan
Diabetes Melitus Tipe 2 terkontroln berdasarkan prinsip Pelayanan Kedokteran
Keluarga

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana upaya penanganan Diabetes Melitus Tipe 2 terkontrol berdasarkan
dengan prinsip pelayanan kedokteran keluarga di KDK FKUMP ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Memenuhi persyaratan ujian Kepanitraan Klinik Senior dibagian
Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus


1 Mahasiswa memahami prinsip pelayanan dokter keluarga.
2 Melakukan home visit pada pasien Diabetes Melitus di wilayah sekitar
klinik dokter keluarga FK UMP

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Untuk KDK

4
Sebagai bahan evaluasi kegiatan mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang dalam Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Keluarga di Klinik Kedokteran Keluarga Fakultas
Kedokteran Muhammadiyah Palembang.

1.4.2 Untuk Mahasiswa


Sebagai sarana pembelajaran dan pelatihan dalam upaya pelayanan
kesehatan dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga di
Klinik Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Muhammadiyah
Palembang.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus


2.1.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya
hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas
untuk memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target
tersebut. Abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
ditemukan pada penderita penyakit diabetes mellitus terjadi dikarenakan
kurangnya aktivitas insulin pada sel target1
Menurut PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) Tahun
2015. DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya4

2.1.2 Epidemiologi Diabetes Melitus


Jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) yang tercatat pada tahun 2013
di seluruh dunia kurang lebih 382 juta orang hidup yang mana 44% belum
terdiagnosis dan diperkiran pada tahun 2035 akan meningkat sebesar 55%
menjadi 592 juta orang.2
Populasi terbesar penderita DM berada di bagian pasifik barat, termasuk
Indonesia. Di Indonesia prevalensi Diabetes Melitus berjumlah sekitar berjumlah
9,1 juta atau 5,7 % dari total penduduk pada tahun 2014. Jumlah tersebut hanya
untuk penderita DM yang telah terdiagnosis dan masih banyak penderita DM
yang belum terdiagnosis. Indonesia merupakan negara peringkat ke-5 dengan
jumlah penderita DM terbanyak pada tahun 2014 meningkat dari tahun tahun
2013 yang berada diperingkat ke 7 penderita DM terbanyak di dunia dengan
jumlah penderita 7,6 juta. Menurut Riskesdas tahun 2018 Jumlah penderita DM
di Provinsi Sumatera Selatan berjumlah 33.566 orang. Di kota Palembang jumlah
penderita DM sebanyak 6.590 orang

6
2.1.3 Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi etiologis diabetes menurut American Diabetes
Association 2018 dibagi dalam 4 jenis yaitu :
a) Diabetes Melitus Tipe I
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas
karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama
sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida
yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.
Faktor penyebab terjadinya DM Tipe I adalah infeksi virus atau
rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun
yang merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel β pada pankreas, secara
menyeluruh. Oleh sebab itu, pada tipe I, pankreas tidak dapat
memproduksi insulin.
b) Diabetes Melitus Tipe II
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin
tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi
resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi
insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih
tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal
tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya
glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan
mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa.
Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh kegagalan relatif sel β
pankreas dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β pankreas tidak
mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi
defensiesi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya
sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa

7
bersama bahan perangsang sekresi insulin lain
c) Diabetes Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi
glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada
trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan
meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional memiliki
risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu
5-10 tahun setelah melahirkan.

d) Diabetes Melitus Tipe lain


DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel
beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan
sindrom genetik lain yang berkaitan dengan penyakit DM. Diabetes tipe ini
dapat dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan
HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ)5

2.1.4 Faktor Risiko Diabetes Melitus


Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat
diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American
Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko
yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM (first
degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan
berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM
gestasional dan riwayat lahir dengan beratbadan rendah (<2,5 kg) 5 Faktor
risiko yang dapatdiubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau
lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya
aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat 6,7

8
2.1.5 Patofisiologi
Diabetes melitus yang merupakan penyakit dengan gangguan
pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak
dapat bekerja secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi
kebutuhan atau keduanya. Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi
karena 3 hal yaitu pertama karena kerusakan pada sel-sel beta pankreas
karena pengaruh dari luar seperti zat kimia, virus dan bakteri. Penyebab
yang kedua adalah penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
dan yang ketiga karena kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk
mengatur kadar glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang
tinggi akan menstimulasi sel beta pankreas untuk mengsekresi insulin. Sel
beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal sehingga berakibat
pada kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar glukosa darah
tinggi. Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti
contoh penyakit autoimun dan idiopatik8,9
Resistensi insulin dan sekresi insulin yang tidak normal menjadi
kunci dari berkembangnya DM tipe 2. Obesitas, terutama tipe sentral,
sering ditemukan pada penderita DM tipe 2. Pada tahap awal, toleransi
glukosa hampir normal karena sel-sel B pankreas mengkompensasi
dengan meningkatkan produksi insulin. Ketika resistensi insulin dan
hiperinsulinemia kompensatorik terus terjadi, pankreas tidak mampu
mempertahankan keadaan hiperinsulinemia tersebut. Akibatnya, terjadi
gangguan toleransi glukosa, yang ditandai dengan peningkatan glukosa
darah setelah makan. Setelah itu, penurunan sekresi insulin dan
peningkatan produksi glukosa hati berlanjut pada diabetes berat dengan
hiperglikemia saat puasa dan kegagalan sel beta10

9
2.1.6 Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis pasti DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar
glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Berbagai
keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM
perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
1) Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2) Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita 4

Tabel 1 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus4


No Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus

1 Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥200mg/dL. Glukosa plasma


sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan wawktu makan terakhir ATAU

2 Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL Puasa


diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam ATAU

3 Kadar gula plasma 2 jam TTGO ≥200mg/dL TTGO yang dilakukan dengan
standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75g
glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air

10
Gambar 1: Langkah-langkah diagnostik DM dan toleransi glukosa terganggu

2.1.7 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus


1. Gejala Akut Penyakit Diabetes Melitus
Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita
lain bervariasi, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun
sampai saat tertentu. Pemula gejala yang ditunjukkan yaitu banyak
makan (poliphagia), banyak minum (polidipsi) dan banyak kencing
(poliuria). Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul
gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai
berkurang/berat badan turun dengan cepat (turun 5 – 10 kg dalam waktu
3-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak segera diobati, akan timbul rasa
mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma
diabetik4

11
2. Gejala Kronik Diabetes Melitus
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita diabetes melitus
adalah kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum,
rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur, biasanya sering
ganti kaca mata, gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi
dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau bayi lahir dengan berat 4 kg4

2.1.8 Tatalaksana Diabetes Melitus


Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas
hidup penyandang diabetes yang meliputi :
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati4
 Proses edukasi DM adalah:
1. Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari
terjadinya kecemasan.
2. Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal
yang sederhana dan dengan cara yang mudah dimengerti.
3. Melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan
melakukan simulasi.
4. Mendiskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan
keinginan pasien. Berikan penjelasan secara sederhana dan
lengkap tentang program pengobatan yang diperlukan oleh pasien
dan diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium.
5. Melakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat
diterima.
6. Memberikan motivasi dengan memberikan penghargaan.
7. Melibatkan keluarga/pendamping dalam proses edukasi.
8. Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat

12
pendidikan pasien dan keluarganya.
9. Gunakan alat bantu audio visual.

 Terapi Nutrisi Medis (TNM)


TNM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DMT2 secara
komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara menyeluruh
dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan
keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi TNM sebaiknya diberikan sesuai
dengan kebutuhan setiap penyandang DM. Prinsip pengaturan makan pada
penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum,
yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
masing-masing individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai
pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori,
terutama pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi
insulin atau terapi insulin itu sendiri.

 Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2
apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama
sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak
lebih dari 2 hari berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
glukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah 250 mg/dL
dianjurkan untuk menunda latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas
seharihari bukan termasuk dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk
selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga
dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan
berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50- 70%
denyut jantung maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang.

13
 Terapi Farmakologi
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral
dan bentuk suntikan
1) Obat Anti Hiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi
menjadi 5 golongan:
a. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
 Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama
meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Efek
samping utama adalah hipoglikemia dan peningkatan berat
badan. Hati-hati menggunakan sulfonilurea pada pasien
dengan risiko tinggi hipoglikemia (orang tua, gangguan faal
hati, dan ginjal)

 Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama
dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan
sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2
macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan
Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan
cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara
cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia
post prandial. Efek samping yang mungkin terjadi adalah
hipoglikemia.

b. Peningkatan sensitivitas terhadap insulin


 Metformin
Metformin mempunyai efek utama mengurangi
produksi glukosa hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki
ambilan glukosa di jaringan perifer. Metformin merupakan

14
pilihan pertama pada sebagian besar kasus DMT2. Dosis
Metformin diturunkan pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal (GFR 30- 60 ml/menit/1,73 m2 ). Metformin tidak
boleh diberikan pada beberapa keadaan sperti: GFR < 30
mL/menit/1,73 m2, adanya gangguan hati berat, serta pasien-
pasien dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit
serebrovaskular, sepsis renjatan, PPOK, gagal jantung. Efek
samping yang mungkin berupa gangguan saluran pencernaan
seperti halnya gejala dispepsia.

 Tiazolidindion (TZD).
Tiazolidindion merupakan agonis dari Peroxisome
Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-gamma),
suatu reseptor inti yang terdapat antara lain di sel otot, lemak,
dan hati. Golongan ini mempunyai efek menurunkan
resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein
pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa
di jaringan perifer. Tiazolidindion meningkatkan retensi
cairan tubuh sehingga dikontraindikasikan pada pasien
dengan gagal jantung (NYHA FC III-IV) karena dapat
memperberat edema/retensi cairan. Hati-hati pada gangguan
faal hati, dan bila diberikan perlu pemantauan faal hati secara
berkala. Obat yang masuk dalam golongan ini adalah
Pioglitazone.

c. Penghambat Alfa Glukosidase


Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa
dalam usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar
glukosa darah sesudah makan. Penghambat glukosidase alfa tidak
digunakan pada keadaan: GFR≤30ml/min/1,73 m2 , gangguan
faal hati yang berat, irritable bowel syndrome. Efek samping
yang mungkin terjadi berupa bloating (penumpukan gas dalam

15
usus) sehingga sering menimbulkan flatus. Guna mengurangi
efek samping pada awalnya diberikan dengan dosis kecil. Contoh
obat golongan ini adalah Acarbose.

d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl PeptidaseIV)


Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja
enzim DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap
dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-
1 untuk meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi
glukagon bergantung kadar glukosa darah (glucose dependent).
Contoh obat golongan ini adalah Sitagliptin dan Linagliptin.

e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2)


Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat
antidiabetes oral jenis baru yang menghambat penyerapan
kembali glukosa di tubuli distal ginjal dengan cara menghambat
kinerja transporter glukosa SGLT-2. Obat yang termasuk
golongan ini antara lain: Canagliflozin, Empagliflozin,
Dapagliflozin, Ipragliflozin

16
Tabel 2. Obat antihiperglikemia oral

17
 Obat Antihiperglikemia Suntik
Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan
kombinasi insulin dan agonis GLP-1.
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 5 jenis, yakni :
1) Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin)
2) Insulin kerja pendek (Short-acting insulin)
3) Insulin kerja menengah (Intermediateacting insulin)
4) Insulin kerja panjang (Long-acting insulin)
5) Insulin kerja ultra panjang (Ultra longacting insulin)
6) Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan kerja
cepat dengan menengah (Premixed insulin)

18
Tabel. 3 Farmakokinetik Insulin Eksogen Berdasarkan Waktu Kerja
(Time Course of Action)

19
 Terapi Kombinasi
Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama dalam
penatalaksanaan DM, namun bila diperlukan dapat dilakukan bersamaan
dengan pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi sejak
dini. Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin selalu dimulai
dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan
respons kadar glukosa darah. Terapi kombinasi obat antihiperglikemia oral,
baik secara terpisah ataupun fixed dose combinotion, harus menggunakan dua
macam obat dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu
apabila sasaran kadar glukosa darah yang belum dicapai dengan kombinasi dua
macam obat, dapat diberikan kombinasi dua obat antihiperglikemia dengan
insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis dimana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga obat anti
hiperglikemia oral.

20
Gambar 2 Algoritma Penatalaksanaan DM Tipe 2

2.1.9 Komplikasi Diabetes Melitus


Kondisi kadar gula darah tetap tinggi akan timbul berbagai
komplikasi. Komplikasi pada diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu
komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi akut meliputi:
Ketoasidosis diabetic, hiperosmolar non ketotik, dan hiperglikemia.
Sedangkan yang termasuk komplikasi kronik adalah,
makroangiopati, mikroangiopati dan neuropati. Makroangiopati terjadi pada
pembuluh darah besar (makrovaskular) seperti jantung, darah tepi dan otak.

21
Mikroangipati terjadi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskular) seperti
kapiler retina mata, dan kapiler ginjal4

2.2 Kedokteran Keluarga


2.2.1 Definisi
Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan
mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang
generalis yang menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran
tanpa adanya pembatasan usia, gender, ataupun jenis penyakit.9
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh
yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, di mana
tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan
umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak boleh oleh organ tubuh atau jenis
penyakit tertentu saja.13
Prinsip pelayanan atau pendekatan kedokteran keluarga adalah sebagai
berikut.12
a. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
b. Pelayanan yang kontinu.
c. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan.
d. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif.
e. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya.
f. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya.Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan
hukum.
g. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan.
h. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu.

22
2.2.2 Karakteristik Pelayanan Kedokteran Keluarga
Pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik
menurut Ikatan Dokter Indonesia melalui Muktamar ke-18 di Surakarta
yaitu :12
a. Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang per orang, tetapi
sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota
masyarakat sekitarnya.
b. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan
sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang
disampaikan.
c. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan
derajat kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit
dan mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin.
d. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.
e. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan
tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan
lanjutan.

Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan


pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan
kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan.
Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang
membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, gender,
ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter keluarga adalah
dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam
lingkup komunitas dari individu tersebut.Tanpa membedakan ras, budaya,
dan tingkatan sosial.Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk
menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan
memerhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi, dan psikologis pasien.
Dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang
komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya.12

23
Menurut WONCA (1991) dokter keluarga adalah dokter yang
mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang
mencari pelayanan kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain
bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua
orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan
usia, gender, ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter keluarga
adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan
dalam lingkup komunitas dari individu tersebut.Tanpa membedakan ras,
budaya, dan tingkatan sosial.Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk
menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan
memerhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi, dan psikologis pasien.
Dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang
komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya. 12
Pelaksana pelayanan dokter keluarga dikenal dengan dokter keluarga
(family doctor, family physician). Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
mendefinisikan dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit
tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara
pasif, tapi bila perlu aktif mengunjungi penderita dan keluarganya. 12

2.2.3 Fungsi-fungsi Keluarga


2.2.3.1 Penentuan Sehat/Tidaknya Keluarga (APGAR)
Tingkat kepuasan anggota keluar dapat dinilai dengan APGAR keluarga.
APGAR keluarga merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengukur sehat tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rosen,
Geyman, dan Leyton. Lima fungsi pokok yang dinilai dalam tingkat
kesehatan keluarga sebagai berikut.12
1. Adaptasi (Adaptation)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan
yang diperlukannya dan anggota keluarga lainnya.

24
2. Kemitraan (Partnership)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi,
turun rembuk dalam mengambil keputusan dan atau menyelesaikan
suatu masalah yang sedang dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.
3. Pertumbuhan (Growth)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang
diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau
kedewasaan setiap anggota keluarga.
4. Kasih sayang (Affection)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta
interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.
5. Kebersamaan (Resolve)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan
dalam membagi waktu, kekayaan, dan ruang antar keluarga.

2.2.3.2 Fungsi Patologis (SCREEM)


Fungsi patologis keluarga dinilai dengan mengunakan SCREEM score
dengan rincian sebagai berikut
1. Social (melihat bagaimana interaksi dengan tetangga sekitar)
2. Culture ( melihat bagaimana kepuasan keluarga terhadap budaya, tata
krama, dan perhatian terhadap sopan santun)
3. Religius (melihat ketaatan anggota keluarga dalam menjalankan
ibadah sesuai dengan ajaran agamanya)
4. Economic (melihat status ekonomi anggota keluarga)
5. Educational (melihat tingkat pendidikan anggota keluarga)
6. Medical ( melihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai)

2.2.3.3 Fungsi Hubungan Antarmanusia


Menunjukkan baik atau tidaknya hubungan interaksi antaranggota
keluarga (Interaksi dua arah baik digambarkan dengan garis penuh, tidak
baik digambarkan garis putus-putus)

25
2.2.3.4 Fungsi Keturunan (genogram)
Fungsi keturunan (genetik) dinilai dari genogram keluarga.
Menunjukkan adanya penyakit keturunan ataukah penyakit menular
dalam keluarga. Apabila keduanya tidak ditemukan, berarti dalam
keadaan baik.

2.2.3.5 Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan)


Fungsi perilaku meliputi pengetahuan tentang kesehatan, sikap sadar
akan pentingnya kesehatan, dan tindakan yang mencerminkan pola hidup
sehat.

2.2.3.6 Fungsi non perilaku (Lingkungan,pelayanan kesehatan, keturunan)


Fungsi perilaku meliputi lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan meliputi :
1. Kepedulian memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan
2. Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
3. Jarak dengan puskesmas / rumah sakit

2.2.3.7 Fungsi indoor


Fungsi indoor ini menunjukkan gambaran lingkungan dalam rumah
apakah telah memenuhi syarat-syarat kesehatan. Penilaian meliputi lantai,
dinding, ventilasi, pencahayaan, sirkulasi udara, sumber air bersih, jarak
jamban dengan rumah, serta pengelolaan sampah dan limbah.

2.2.3.8 Fungsi outdoor


Menunjukkan gambaran lingkungan luar rumah apakah telah
memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalnya jarak rumah dengan jalan
raya, tingkat kebisingan, serta jarak rumah sungai dan tempat
pembuangan sampah umum.

26
2.2.4 Bentuk Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami-sitri, atau suami-istri dan anak, atau ayah dengan anak atau ibu
dengan anak.12
Bentuk keluarga dibagi menjadi 9 macam yaitu sebagai berikut.
1. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, serta anak-anak kandung.
2. Keluarga besar (extended family)
Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak-anak
kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut garis
vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit) dan ataupun
menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang dapat berasal dari
pihak suami atau istri.
3. Keluarga campuran (blended family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak-
anak tiri.
4. Keluarga menurut hukum umum (common law family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam
perkawinan sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
5. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah
bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah,
serta anak-anak mereka tinggal bersama.
6. Keluarga hidup bersama (commune family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal
bersama, berbagi hal dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan
bersama.
7. Keluarga serial (serial family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah mempunyai anak, tetapi kemudian bercerai dan
masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan

27
pasangan masing-masing, semuanya mengganggap sebagai satu
keluarga.
8. Keluarga gabungan (composite family)
Keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-
anaknya atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya yang
hidup bersama.
9. Keluarga tinggal bersama (whabilation family)
Pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan.

2.2.5 Pengaruh Kesehatan Terhadap Keluarga


a. Penyakit keturunan
1) Interaksi antara faktor genetik (fungsi reproduksi) dan faktor
lingkungan (fungsi-fungsi keluarga lainnya).
2) Muncul dalam perkawinan (tahap awal dan siklus kehidupan
keluarga).
3) Perlu marriage counseling dan screening
b. Perkembangan bayi dan anak
Jika dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan fungsi-fungsi yang
sakit akan mengganggu perkembangan fisik dan perilaku.
c. Penyebaran penyakit
1. Penyakit infeksi
2. Penyakit neurosis
d. Pola penyakit dan kematian
Hidup membujang atau bercerai mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian.
e. Proses penyembuhan penyakit
Penyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada keluarga dengan
fungsi keluarga yang sehat lebih baik dibandingkan pada keluarga
dengan fungsi keluarga sakit.9

28
2.3 Rumah Sehat
2.3.1 Definisi
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan,halaman dan area
sekitarnya yang dipakai sebagaitempat tinggal dan sarana pembinaan
keluarga. Rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan
rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan
individu.12

2.3.2 Kriteria Rumah Sehat


Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman
meliputi parameter sebagaiberikut:12
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran
sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah
gempa, dan sebagainya.
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir
(TPA) sampah atau bekas tambang.
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah
kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.
2. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari
gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan
sebagai berikut:
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg/m3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.
3. Kebisingan dan getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .

29
4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg;
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg;
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg;
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg.
5. Prasarana dan sarana lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga
dengankonstruksi yang aman dari kecelakaan.
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan
vector penyakit.
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi
jalan tidakmengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak
membahayakan pejalan kakidan penyandang cacat, jembatan
harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak
menyilaukan mata.
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air
yang memenuhi persyaratan kesehatan.
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus
memenuhipersyaratan kesehatan.
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi
syarat kesehatan.
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan,
komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan,
kesenian, dan lain sebagainya.
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan
penghuninya.
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak
terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan
keracunan.

30
6. Vektor penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat;
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan
kelestarian alam.12

2.4 Home Visite


2.4.1 Definisi
Home visite (kunjungan rumah) adalah Kedatangan petugas kesehatan ke
rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan
pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. Sedangkan
yang dimaksud dengan Home care (perawatan pasien di rumah) adalah Apabila
pertolongan kedokteran yang dilakukan di rumah tersebut tidak termasuk lagi
dalam kelompok pelayanan rawat jalan (ambulatory services), tetapi dalam
kelompok rawat inap (hospitalization).12

2.4.2 Alasan Kunjungan Rumah dan Perawatan di Rumah


1. Untuk lebih mengenal kehidupan pasien Pelayanan dokter keluarga
adalah pelayanan kedokteran menyeluruh, karena itu diperlukan
tersedianya data yang lengkap tentang keadaan pasien, sehingga
dapat mengetahui kehidupan pasien secara lebih lengkap. Untuk
dapat mengumpulkan data ini dapat dilakukan dengan kunjungan ke
rumah pasien.
2. Untuk melakukan pertolongan kedokteran Salah satu karakteristik
pokok pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang
berkesinambungan. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kedokteran
yang seperti ini, pelayanan dokter keluarga yang baik harus bersifat

31
aktif, dalam arti, jika memang diperlukan, melakukan kunjungan dan
atau merawat pasien di rumah pasien.
3. Karena keadaan kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk
datang ke tempat praktik Keadaan yang tidak memungkinkan
tersebut banyak macamnya, yaitu:
a. Karena menderita penyakit akut yang tidak memungkinkan
pasien untuk dibawa ke tempat praktik atau kalau dibawa
dan kebetulan menderita penyakit men ular dapat
membahayakan orang lain
b. Karena menderita penyakit kronis, terutama apabila dialami
oleh orang yang telah lanjut usia
c. Karena menderita penyakit stadium terminal yang telah tidak
ada harapan untuk hidup lagi

4. Sebagai tindak lanjut pelayanan rawat inap di rumah sakit. Dokter


keluarga yang baik dapat melakukan pelayanan tindak lanjut ini,
sedemikian rupa sehingga keadaan kesehatan pasien kembali
pada keadaan semula serta dapat melakukan kegiatan rutin sehari-
hari. Pada akhir-akhir ini, pelayanan tindak lanjut rawat inap
melalui kunjungan rumah dan atau perawatan di rumah, tampak
makin bertambah penting. Penyebab utama adalah karena
mahalnya biaya perawatan di rumah sakit, sehingga pasien karena
kesulitan biaya, meskipun belum sembuh sempurna telah
meminta untuk dipulangkan.12

2.4.3 Manfaat Kunjungan Rumah dan Perawatan di Rumah


1. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien Adanya
peningkatan pemahaman yang seperti ini mudah dimengerti, karna
memanglah dilakukannya kunjungan dan atau perawatan pasien dirumah
tersebut, dokter akan banyak memperoleh keterangan tentang asien yang
dimaksud.

32
2. Dapat lebih meninggkatkan hubungan dokter-pasien Sama halnya dengan
pemahaman, peningkattan hubungan dokterpasien ini adalah juga sebagai
hasil dari dilakukanya kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah..
3. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan
pasien Dengan demikian meningkatnya pemahaman dokter tentang
keadaan pasien, dan atau makin baiknya hubungan dokter-pasien, berarti
sekaligus akan meningkatkan pula pemahaman dokter tentang kebutuhan
serta tuntutan kesehatan pasien.
4. Dapat lebih meningkatkan kepuasaan pasien Pelayanan kedokteran yang
dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien, apalagi jika
disertai dengan hubungan doter-pasien yang baik, pasti mempunyai
peranan yang amat besar dalam lebih meningkatkan kepuasaan pasien
(patient satisfaction).12

2.4.4 Masalah Kunjungan Rumah dan Perawatan di Rumah


1. Terbatasnya pertolongan kedokteran yang di dapat Masalah pokok
pertama yang sering ditemukan adalah terbatasnya pertolongan
kedokteran yang dapat dilakukan pada waktu kunjungan rumah. Untuk
dapat memberikan pertolongan kedokteran yang lengkap, diperlukan
antara lain peralatan yang lengkap pula. Tentu mudah dipahami karena
karena peralatan kedokteran yang lengkap tidak mungkin dibawa pada
waktu kunjungan rumah, menyebabkan pertolongan kedokteran yang
dapat dilakukan akan sangat terbatas sekali. Apalagi jika secara
kebetulan berhadapan dengan penyakit yang cukup serius yang
sebelumnya tidak diketahui.

2. Panggilan kunjungan rumah yang tidak diperlukan Masalah pokok kedua


yang sering dihadapi adalah adanya panggilan kunjungan rumah dari
pasien atau keluarga pasien yang sebenarnya tidak diperlukan. Terjadinya
peristiwa yang seperti ini tentu saja tidak diinginkan. Jika ditinjau dari
sudut pandang dokter, hanya membuang waktu dan tenaga. Apabila
berlanjut sampai menimbulkan rasa kesal, dapat membuat hubungan

33
dokter-pasien menjadi buruk, yang tentu saja akan merugikan pasien
sendiri.

3. Ketergantungan pasien atau keluarga yang berlebihan Maksud


dilakukannya kunjungan rumah antara lain untuk memberikan
pertolongan kedokteran sesuai dengan keperluan pasien. Tentu amat
diharapkan dengan pertolongan kedokteran yang dilakukan tersebut
sekaligus dapat ditingkatkan pula kemandirian pasien memelihara
kesehatannya. Sayangnya untuk beberapa pasien atau keluarga tertentu,
kemandirian yang diharapkan ini tidak pernah muncul sehingga pasien
atau keluarga tersebut akhirnya sangat tergantung dengan dokter, yang
tentu saja apabila banyak ditemukan, akan memberatkan pekerjaan
dokter Untuk menghindari terjadinya masalah pertama dan kedua, sangat
dianjurkan kiranya dokter dapat mengumpulkan data selengkapnya
tentang keadaan pasien sebelum melakukan kunjungan rumah. Dengan
lengkapnya keterangan tersebut. disatu pihak dokter dapat
mempersiapkan diri sebelum berkunjung ke rumah. Dipihak lain, dapat
secara bijaksana menolak melakukan kunjungan, jika memang keadaan
penyakit pasien tidak memerlukannya. Sedangkan untuk menghindari
terjadinya masalah ketiga, tidak ada upaya lain yang dapat dilakukan,
kecuali melalukan pendidikan kesehatan tentang hak dan kewajiban
pasien terhadap diri dan atau penyakitnya sendiri, pada setiap kali
berkomunikasi dengan pasien.

4. Tata Cara Kunjungan Rumah dan Perawatan di Rumah Tata cara


kunjungan dan perawatan pasien di rumah mencakup bidang yang amat
sangat luas. Jika ditinjau dari tenaga pelaksana, dapat dibedakan atas dua
macam. Pertama, dilakukan sendiri oleh dokter yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga. Kedua, dilakukan oleh petugas kesehatan
khusus, lazimnya tenaga paramedis, yang telah mendapatkan pelatihan.
Jika ditinjau dari pihak mengambil inisiatif, juga dibedakan atas dua
macam. Pertama, atas inisiatif dokter keluarga yang melaksanakan

34
pelayanan dokter keluarga. Kedua, atas inisiatif pasien yang memerlukan
pertolongan kedokteran dari dokter keluarga. Tata cara kunjungan rumah
dibedakan atas tiga macam, yaitu:
a. Untuk mengumpulkan data tentang pasien Jika tujuan kunjungan
rumah adalah untuk mengumpulkan data tentang pasien, tata cara
yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1) Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi
Apabila ada kemampuan, seyogianya dokter keluarga dapat
melakukan kunjungan rumah kepada semua keluarga yang
menjadi tanggung jawabnya, terutama apabila keluarga tersebut
merupakan pasien baru. Tetapi apabila kemampuan tersebut
tidak dimiliki, kunjungan rumah untuk pengumpulan data cukup
dilakukan terhadap keluarga yang sangat membutuhkan saja,
yaitu keluarga yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi
(high risk family).
2) Mengatur jadwal kunjungan Untuk menghindari kunjungan
rumah yang sia-sia, perlu dilakukan pengaturan jadwal
kunjungan rumah yang sebaikbaiknya.
3) Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan Macam
data minimal yang patut dikumpulkan adalah tentang keadaan
rumah dan lingkungan pemukiman pasien, struktur keluarga,
fungsi keluarga serta interaksi anggota keluarga dalam
menjalankan fungsi keluarga. Data minimal ini disebut juga data
dasar (data base) keluarga atau disebut juga sebagai profil
keluarga.
4) Melakukan pengumpulan data, apabila ketiga persiapan diatas
telah selesai, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan rumah
serta mengumpulkan data sesuai dengan yang telah
direncanakan. Kumpulkanlah data tersebut selengkap-
lengkapnya.
5) Melakukan pencatatan data Catatan data dasar pasien ini
biasanya dilakukan dalam rekam medis khusus yang disebut

35
dengan nama rekam medis keluarga.
6) Menyampaikan nasihat dan atau penyuluhan kesehatan Saat
kunjungan rumah dianjurkan untuk menyampaikan nasihat dan
ataupun dilakukan penyuluhan kesehatan sesuai dengan hasil
temuan.
b. Untuk memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif dokter
keluarga Jika tujuan kunjungan rumah adalah untuk
mengumpulkan data tentang pasien, tata cara yang ditempuh adalah
sebagai berikut:
1) Mempersiapkan jadwal kunjungan Mempersiapkan jadwal
kunjungan yang berisikan daftar nama pasien yang akan
dikunjungi sesuai dengan tanggal dan jam kunjungan yang telah
ditetapkan dan disepakati oleh pasien. Ada baiknya jadwal
kunjungan tersebut disusun satu minggu sekali.
2) Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun kepada
pasien Jika keadaan memungkinkan ada baiknya jadwal
kunjungan tersebut disampaikan kepada pasien yang akan
dikunjungi.
3) Mempersiapkan keperluan kunjungan Sebelum berkunjung ke
tempat pasien, dokter harus mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan, sesuai dengan pertolongan kedokteran yang akan
dilakukan. Jangan lupa membawa rekam medis keluarga untuk
pasien yang akan dikunjungi tersebut.
4) Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran Sesuai
dengan tanggal dan jam yang telah ditetapkan dalam jadwal
kunjungan, dokter keluarga berkunjung ke tempat pasien serta
melakukan pertolongan kedokteran sesuai dengan keperluan
pasien. Dapat pula diberikan nasihat atau penyuluhan kesehatan
yang ada hubungannya dengan kesehatan pasien.
5) Mengisi rekam medis keluarga Mencatat semua hasil temuan
serta tindakan kedokteran yang dilakukan pada rekam medis
keluarga. Isilah rekam medis keluarga dengan lengkap.

36
6) Menyusun rencana tindak lanjut Jika memang perlu pelayanan
rawat rawat inap di rumah sakit, bicarakan kepada pasien
dengan sebaik-baiknya.
c. Untuk memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif pasien
atau pihak keluarga Jika pihak yang mengambil inisiatif adalah
pasien atau keluarganya, yang biasanya terjadi apabila menderita
penyakit yang bersifat mendadak (acute), tata cara yang ditempuh
adalah sebagai berikut:
1) Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien Jika
panggilan melalui anggota keluarga, pertanyaan dapat langsung
ditanyakan kepada anggota keluarganya. Jika panggilan diterima
melalui telepon, usahakanlah berbicara langsung dengan pasien
yang memerlukan pertolongan kedokteran di rumah tersebut.
2) Mempersiapkan keperluan kunjungan Mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan pertolongan kedokteran
yang diperkirakan akan dilakukan. Bawalah semua alat dan
ataupun obat yang diperlukan. Jangan lupa membawa rekam
medis keluarga untuk pasien yang akan memperoleh
pertolongan kedokteran tersebut.
3) Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran
Mengunjungi rumah pasien serta melakukan pertolongan
kedokteran sesuai keperluan pasien, termasuk pemberian nasihat
atau penyuluhan kesehatan yang ada hubungannya dengan
kesehatan pasien.
4) Mengisi rekam medis keluarga Mencatat semua hasil temuan
serta tindakan kedokteran yang dilakukan pada rekam medis
keluarga. Isilah rekam medis keluarga dengan lengkap.
5) Menyusun rencana tindak lanjut Bersama pasien menyusun
rencana pelayanan tindak lanjut yang perlu dilakukan. Jika
memang perlu pelayanan rawat rawat inap di rumah sakit,
bicarakan kepada pasien dengan sebaik-baiknya.12

37
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
Nama : Tn. AN
Umur : 52 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Kayuagung, 4 januari 1969
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Satpam
Status : Menikah
Alamat : jln yatarpena 1 no 07/1225

Tanggal kunjungan rumah I : Senin, 27 September 2021


Tanggal kunjungan rumah II : Selasa, 28 September 2021

3.2 Subjektif
Autoanamnesis dengan penderita pada tanggal 27 September 2021

A. Keluhan Utama
Pasien datang ke KDK FK UMP untuk kontrol DM serta mengambil obat

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak ± 2 tahun yang lalu, pasien mengatakan sering merasa badannya
cepat lelah. Pasien juga mengatakan awalnya pasien mengeluh banyak minum.
Pasien juga mengatakan sering terbangun pada malam hari karena hendak
kencing, sebanyak kurang lebih 10 kali. Pasien mengatakan untuk nafsu makan
masih normal seperti biasa. Pasien juga mengatakan sering mengantuk.

38
Penurunan berat badan tidak ada. Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan
sering minum-minuman yang manis seperti es tebu setiap hari, makan seperti
biasa nasi dengan porsi 1 piring dalam 1 hari makan 2-3x, dan jarang olah raga.
Pasien juga mengatakan bahwa meminum obat antidiabetes secara
teratur. Obat yang diminum pasien adalah Metformin 2x500 mg dan Pasien
juga di berikan edukasi untuk menjaga pola makan, mengurangi konsumsi
makanan yang mengandung gula berlebih serta memperbanyak aktivitas fisik.
Pasien kontrol ke Klinik Dokter Keluarga FK UMP apabila obat habis atau jika
memiliki keluhan.
Pasien mengatakan ada riwayat penyakit serupa yang diderita oleh orang
tua pasien. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi penyakit asma, jantung
dan lain-lain disangkal.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Hipertensi : Tidak ada
Riwayat Diabetes Melitus : Ada
Riwayat alergi obat : Tidak ada
Riwayat asma : Tidak ada

D. Riwayat Penyakit Keluarga/ Lingkungan


Riwayat Hipertensi : Tidak ada
Riwayat Diabetes Melitus : Ada
Riwayat asma : Tidak ada
Riwayat TBC : Tidak ada

E. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan sering minum-minuman yang manis
seperti es tebu setiap hari, makan seperti biasa nasi dengan porsi 1 piring
dalam 1 hari makan 2-3x, dan jarang olah raga.

F. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja Satpam

39
G. Riwayat Obat yang Dikonsumsi
Pasien mengkonsumsi obat antidiabetik sejak 2 tahun yang lalu yaitu
Metformin 2x500 mg

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 87 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Lingkar perut : 110 cm
Berat Badan : 77 kg
Tinggi Badan : 170 cm
77

2,89
Kesan : Obesitas tipe 2
= 26,64

Keadaan Spesifik
Kepala : TAK
Thoraks
- Paru : TAK
- Jantung : TAK
Abdomen : TAK
Genitalis : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2’’

3.4 Pemeriksaan Laboratorium


No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

40
1 Gula Darah Sewaktu 200 mg/dL <180 mg/dL

3.5 Diagnosis Kerja


Diabetes Melitus Tipe 2 terkontrol

3.6 Terapi
 Metformin 500 mg 2x1

3.7 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

41
BAB IV
PEMBAHASAN PEMBINAAN KELUARGA

4.1. Alasan Kunjungan dan Perawatan di Rumah

1. Untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan untuk mendapatkan data-data


mengenai penyakit pasien.
2. Untuk melakukan pertolongan kedokteran khususnya pelayanan kedokteran
keluarga.

4.2. Karakteristik Demografi Keluarga

Nama Kepala Keluarga : Tn. AN( pasien)

Alamat : jln yatarpena 1 no 07/1225

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 4.1. Daftar nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket.

1. AN Kepala Keluarga L 52 tahun SMA Satpam -

2. F Istri P 50 tahun SMP IRT -


3. VC Anak L 27 tahun S1 Wiraswasta -

1. Fungsi fisiologis (APGAR) dalam keluarga


Tabel 4.2. APGAR Score Tn. AN. Terhadap Keluarga
Sering/ Kadan Jarang/
APGAR Score Tn. AN terhadap keluarga selalu g- tidak
kadang
Saya puas dengan keluarga saya karena masing-
A masing anggota keluarga sudah menjalankan 
kewajiban sesuai dengan seharusnya.
Saya puas dengan keluarga saya karena dapat
P 
membantu memberikan solusi terhadap
permasalahan yang saya hadapi.
Saya puas dengan kebebasan yang diberikan
G 
keluarga saya untuk mengembangkan kemampuan
yang saya miliki.
Saya puas dengan kehangatan / kasih sayang yang
A 
diberikan keluarga saya.

42
Saya puas dengan waktu yang disediakan
R 
keluarga untuk menjalin kebersamaan
Total 10

Tabel 4.3. APGAR Score Ny. F terhadap Keluarga


Sering/ Kadan Jarang/
APGAR Score Ny.F terhadap keluarga
selalu g- tidak
kadang
Saya puas dengan keluarga saya karena masing-
A masing anggota keluarga sudah menjalankan 
kewajiban sesuai dengan seharusnya.
Saya puas dengan keluarga saya karena dapat
P 
membantu memberikan solusi terhadap permasalahan
yang saya hadapi.
Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga
G 
saya untuk mengembangkan kemampuan yang saya
miliki.
Saya puas dengan kehangatan / kasih sayang yang
A 
diberikan keluarga saya.
Saya puas dengan waktu yang disediakan
R 
keluarga untuk menjalin kebersamaan
Total 10

Tabel 4.4. APGAR Score Tn.VC terhadap Keluarga


Sering Kadan Jarang/
APGAR Score Tn.VC terhadap keluarga / selalu g- tidak
kadang
Saya puas dengan keluarga saya karena masing-masing
A anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai 
dengan seharusnya.
Saya puas dengan keluarga saya karena dapat
P 
membantu memberikan solusi terhadap permasalahan
yang saya hadapi.
Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga
G 
saya untuk mengembangkan kemampuan yang saya
miliki.
Saya puas dengan kehangatan / kasih sayang yang
A 
diberikan keluarga saya.
Saya puas dengan waktu yang disediakan
R 
keluarga untuk menjalin kebersamaan
Total 10

APGAR Score keluarga


= (10+10+10)/3= 10

43
Kesimpulan:
Fungsi fisiologis keluarga dapat dikatakan sehat. Waktu untuk berkumpul
dengan anggota keluarga lainnya dapat dikatakan baik, dan komunikasi
tetap terjaga.

2. Fungsi patologis
Tabel 4.6. SCREEM Keluarga AN
Sumber Patologis

Membina hubungan yang baik dengan tetangga sekitarnya.


Keluarga AN aktif dalam kegiatan kemasyarakatan seperti
Social kerja bakti, dll. Tetangga AN juga sering mengunjungi -
keluarga AN

Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat


dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun
Culture di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. -
Sering mengikuti acara-acara yang bersifat kondangan,
sunatan, dan lain-lain.

Religious Dalam keluarga ini pemahaman agama baik. Keluarga ini


melakukan shalat 5 waktu, dan sering membaca Al-Quran
-

Economic Status ekonomi keluarga ini tergolong menengah dan


kebutuhan primer tercukupi -

Educational Latar belakang pendidikan tergolong menengah. Keluarga


-
dapat menonton tv, namun tidak berlangganan koran.

Bila ada anggota keluarga yang sakit, segera dibawa ke


Medical -
Rumah Sakit/ Puskesmas. Keluarga menggunakan BPJS untuk
pembiayaan kesehatan.

Kesimpulan : Tidak ada gangguan fungsi patologis pada keluarga.

44
3. Genogram Keluarga
Genogram

Keterangan:

= Pasien DM = Meninggal

= Perempuan

= Menikah

= Meninggal

4. Fungsi Perilaku
a. Pencegahan Penyakit
Agar keluarga tidak terkena penyakit yang sama dikarenakan ada faktor
genetik dengan pasien, keluarga di anjurkan untuk menjaga pola makanan
yang bergizi dan berolahraga secara teratur. Serta pasien dianjurkan untuk
minum obat secara teratur dan mengatur pola makan serta melakukan
olahraga.

b. Gizi Keluarga
Pasien makan tiga kali sehari sebanyak 1 piring setiap kali makan
dengan ayam, tahu, tempe dan sayur yang paling sering dikonsumsi. Pasien
kadang – kadang mengkonsumsi daging, dan susu sekitar 1 minggu sekali.

45
5. Fungsi Non Perilaku ( Lingkungan, pelayanan Kesehatan, Keturunan)
Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Kebersihan dan sanitasi lingkungan rumah pasien sudah cukup baik
meskipun ada beberapa barang didekat ruang tamu yang sedikit berantakan.
Ventilasi dan sirkulasi udara cukup baik di rumah pasien.

6. Fungsi Indoor
1. Gambaran rumah
Pasien merupakan seorang kepala keluarga (suami) yang tinggal bersama
istri dan anaknya. Lantai rumah pasien dilapisi keramik. Dinding rumah
terbuat dari semen dan atap rumah terbuat dari genting. Terdapat ruang
tamu, ruang keluarga. 3 kamar tidur, 1 ruang dapur, 1 ruang makan, dan 2
kamar mandi yang memiliki jamban jongkok. Sumber air berasal dari air
sumur. Ventilasi udara rumah berasal dari 3 jendela diruang tamu, 2
jendela di ruang keluarga, ventilasi pada ruang keluarga dan ruang tamu.
Pencahayaan di dalam rumah baik dan sirkulasi udara di rumah baik
namun tata letak barang-barang masih sedikit berantakan

2. Denah Rumah

4 5 6 7

2 1

1. Ruang Tamu
2. Ruang Keluarga
3. Kamar Tidur VC
4. Kamar Tidur Tn.AN dan Ny.F
5. Kamar tidur
6. Toilet
7. Ruang Dapur

46
7. Fungsi Outdoor
Rumah keluarga AN berukuran 14x9 m2. Rumah tersebut berada di suatu
pemukiman padat penduduk dan di daerahnya layak huni. Rumah berada di
pinggir jalan.
Pasien merupakan seorang kelapa keluarga yang sehari-hari sebagai
satpam. Sumber penghasilan untuk keluarga didapatkan dari uang pekrerjaan
sebagai satpam yang dimiliki oleh pasien dan terkadang pasien dapat uang
dari anak yang telah bekerja. Penghasilan pasien dari uang pekerjaan sekitar
3.000.000/bulan Uang biasanya digunakan untuk kepentingan sehari-hari.
Pasien hidup bersama istri dan anaknya dan memiliki perlengkapan rumah
tangga, peralatan elektronik seperti televisi, AC dan kipas angin.
Sosial : harmonis
Ekonomi : Menengah yang mana tergolong dalam keluarga sejahtera III

4.3. Konseling Keluarga


1 Memberikan nasehat kepada pasien mengenai penyakitnya
2 Memberikan nasehat untuk selalu rutin minum obat
3 Memberikan nasehat agar tidak putus obat
4 Memberikan nasehat untuk makan makanan yang bergizi dan mengurangi
makanan yang mengandung gula
5 Memberikan nasehat untuk berolahraga atau mengikuti senam prolanis

4.4. Pemantauan dan Evaluasi


Pada tanggal 25 September 2021 pasien datang ke Klinik Dokter Keluarga
FK UMP untuk memeriksakan kesehatannya. Saat itu pasien diberikan terapi
medikamentosa yaitu Metformin 500 mg dan Edukasi. Home visite pertama
dilakukan pada tanggal 27 September 2021, Home visite kedua dilakukan pada
tanggal 28 September 2021

47
Pada kunjungan pertama, hal yang dilakukan yaitu melengkapi status pasien,
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pembuatan perangkat penilaian keluarga,
membuat diagnosis holistik sesuai dengan pendekatan kedokteran keluarga,
termasuk profil kesehatan keluarga.
Kunjungan rumah kedua, hal yang dilakukan yaitu melakukan manajemen
komprehensif kepada pasien dan keluarga (edukasi/konseling terhadap masalah
yang telah dianalisis), memfollow-up keadaan pasien serta menanyakan dan
menjelaskan lagi ke pasien mengenai penyakitnya dan apa saja yang harus
dilakukan pasien. Lalu, dilihat apakah pasien sudah mampu mengatasi masalah-
masalah yang ada.

4.5 Diagnosis Holistik

Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi, digunakan konsep


Mandala of Health.
Berdasarkan konsep mandala of health , didapatkan beberapa aspek yang
berhubungan dengan kesehatan pasien , yaitu:

48
GAYA HIDUP

Pola hidup yang tidak sehat


 Suka mengkonsumsi
minum-minuman manis.

Jarang berolahraga.
FAMILY
PERILAKU KESEHATAN LINKUNGAN PSIKO-SOSIAL-
Pasien jarang berolahraga EKONOMI
Pendapatan suami hanya dapat
memenuhi kebutuhan primer.
Pendapatan keluarga menengah
ke bawah. Kehidupan sosial baik.

PELAYANAN
LINGKUNGAN KERJA
KESEHATAN
bekerja karena seorang
Jarak rumah dan KDK lumayan
dekat, pasien mengambil obat Pasien, laki laki, 52 satpam . Tidak ada
kencing manis ke KDK tahun, mengalami keluhan masalah dengan

sering merasa cepat lelah pekerjaan

LINGKUNGAN FISIK
FAKTOR BIOLOGI
Terdapat anggota keluarga Cukup. Tidak ada masalah
yang menderita penyakit (DM) yang ditemukan
yaitu orantua pasien.

Komunitas -- Pemukiman
cukup padat dengan sanitasi
cukup baik

49
1. Aspek Personal
Alasan : Penderita datang dengan keluhan badan cepet lelah serta
kontrol dan ingin mengambil obat.
Kekhawatiran : Penderita takut sakitnya tidak sembuh dan semakin
parah.
Harapan : Penderita dan keluarga berharap penyakitnya dapat
Terkontrol

2. Aspek Klinis
Diagnosis kerja yang ditegakkan adalah Diabetes Melitus Tipe 2

3. Aspek Internal
Masalah perilaku berupa perbaikan pola makan serta jarang berolahraga

4. Aspek Psikososial, Keluarga dan Lingkungan


Pasien akrab dengan seluruh anggota keluarganya dan tetangganya.
Permasalahan antar keluarga dapat diselesaikan dengan cara musyawarah
dengan kepala keluarga sebagai pengambil keputusan akhir dan hubungan
kekeluargaan tetap berjalan dengan baik sampai sekarang. Dalam pandangan
terhadap suatu masalah, keluarga ini menganggap masalah hal yang harus
dihadapi dan diselesaikan bersama. Untuk segi ekonomi, pendapatan pasien
dapat memenuhi kebutuhan primer. Pendapatan keluarga menengah.

5. Skala Fungsional
Skala fungsional pasien derajat 1 yakni pasien tidak memiliki keterbatasan
beraktifitas dan masih dapat melakukan pekerjaan sendiri.

50
4.6 Analisis Kasus
Berdasarkan hasil home visit yang telah dilakukan, didaptakan pasien
atan nama TN.AN dengan diagnosa Diabetes Melitus Tipe-2 yang terkontrol
pasien diberikan obat metformin 500mg 2x sehari, pasien mengatakan
mempunyai kebiasaan sering minum-minuman yang manis seperti es tebu
setiap hari, makan seperti biasa nasi dengan porsi 1 piring dalam 1 hari makan
2-3x, dan jarang olah raga.
Penyebab keadaan ini adalah dari usia, dari pola makan yang suka
mengomsumsi manis yang berlebihan dan juga jarang olahraga. Diagnosis
Diabetes Melitus pada pasien ini ditegakkan dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan gula darah.

4.7 Diagnosis Kedokteran Keluarga


1) Diagnosis kerja
Diabetes Melitus Tipe-2 Terkontrol
Bentuk keluarga Nuclear Family
2) Fungsi keluarga yang terganggu
Tidak ada
3) Faktor yang mempengaruhi
Gaya hidup pasien (pola makan yang tidak sehat dan jarang olahraga)
4) Faktor yang dipengaruhi
Gula darah meningkat

51
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan
1. Telah dibuat laporan kasus pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan
prinsip kedokteran keluarga.
2. Melakukan pelayanan kesehatan dengan prinsip kedokteran keluarga
3. Melakukan home visit dan membuat diagnosa mandala of health.

5.2 Saran
1. Bagi Pasien
Pasien diharapkan untuk rutin mengujungi Klinik Dokter Keluarga agar
mendapatkan penyuluhan serta edukasi mengenai penyakit Diabetes mellitus
dan Hiperkolesterolemia dengan cara mengikutin Program Wellness, kontrol
rutin kesehatan berkala. Dan diharapkan pasien lebih sadar akan
kesehatannya agar tidak menimbulkan komplikasi yang parah.

2. Bagi Klinik Dokter Keluarga


Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat
melalui edukasi upaya promotif dan preventif kesehatan masyarakat secara
langsung yaitu berkunjung kerumah pasien serta sebagai pengawasan minum
obat pasien

52
DAFTAR PUSTAKA

1. Anggraini, et al. 2015. Buku Ajar Kedokteran Keluarga. Website:


http://repository.unimus.ac.id/290/1/BUKU ajar kedokteran keluarga.pdf.
2. Kerner, W. and Brückel, J. (2014). Definition, Classification and Diagnosis of
Diabetes Mellitus. Exp Clin Endocrinol Diabetes, 122(07), pp.384-386
3. Kemenkes RI. RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) 2013. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil Riskesdas 2013.pdf
4. Da Rocha Fernandes, J., Ogurtsova, K., Linnenkamp, U., Guariguata, L., Seuring,
T., Zhang, P., Makaroff, L. E. IDF Diabetes Atlas estimates of 2014 global health
expenditures on diabetes. Diabetes Research and Clinical Practice, 117, 48–54.
2016. https://doi.org/10.1016/j.diabres.2016.04.016
5. PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia, PERKENI, Jakarta.
6. ADA. Standart of Medical Care in Diabetes 2014. Diabetes Care, 35(1).
care.diabetesjournals.org
7. Yaturu, S. Obesity and type 2 diabetes. Journal of DiabetesMellitus. 2011; 1(4);10-
6.
8. Waspadji S. Kaki diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi kelima. Jakarta:
Interna publishing, 2009.h.1961.
9. Fatimah RN. Diabetes melitus tipe 2. Jurnal Majority. 2015;4(5):93–101.
10. National Institute for Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK).
(2014). Cause of diabetes. NIH Publication.
11. Maitra, A., & Abbas, A. K. The endocrine system. Robbins and Cotran Pathologic
Basis of Disease (9th ed.). Philadelphia: Elsevier Saunders. 2009
12. Novo Nordisk. (2013). Changing Diabetes in Indonesia . The Blueprint for Change.
13. Prasetyawati, AE. 2010. Kedokteran Keluarga. Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia.
14. Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Pemukiman. http://www.bphn.go.id/data/documents/92uu004.pdf. Diakses pada
tanggal 20 Maret 2021.

53
LAMPIRAN

Gambar 1. Tampak ruangan tamu Tn.AN

Gambar 2. Anamnesis bersama Tn.AN

54
Gambar 4. Dapur

Gambar 5. Kamar Mandi

55
56

Anda mungkin juga menyukai