Anda di halaman 1dari 48

Laporan Kasus Home Visit

PENDEKATAN PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA PADA


PASIEN HIPERTENSI DERAJAT II TIDAK TERKONTROL
DI LINGKUNGAN KLINIK DOKTER KELUARGA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Oleh:
Melenia Rhoma Dona YS, S. Ked
71 2021 060

Penguji:
dr. Achmad Ridwan, MO, M.Sc

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus:
Pendekatan Pelayanan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Hipertensi Derajat II
Tidak Terkontrol Di Lingkungan Klinik Dokter Keluarga Universitas
Muhammadiyah Palembang

Oleh:
Melenia Rhoma Dona YS, S. Ked
71 2021 060

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Desember 2022


Menyetujui

dr. Achmad Ridwan, MO, M.Sc

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Pendekatan
Pelayanan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Hipertensi Derajat II Tidak Terkontrol Di
Lingkungan Klinik Dokter Keluarga Universitas Muhammadiyah Palembang”, sebagai
salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu
Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para
keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Saya menyadari bahwa dalam proses menyelesaikan laporan ini banyak kendala
yang dialami, namun berkat bantuan, bimbingan, kerja sama dari berbagai pihak dan
berkah Allah SWT sehingga kendala tersebut dapat diatasi. Saya ucapkan banyak terima
kasih kepada Pembimbing dan Penguji, yaitu dr. Achmad Ridwan, MO, M.Sc yang telah
membantu penyelesaian laporan ini.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dengan
segala kerendahan hati, Saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhir kata, Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Palembang, Desember 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2.1 Kunjungan Rumah (Home Visit) .................................................................. 3
2.2 Pendekatan Pelayanan Dokter Keluarga....................................................... 9
2.3 Hipertensi ................................................................................................... 13
BAB III LAPORAN KASUS………………………………………………..20
3.1 Identitas Pasien ........................................................................................... 20
3.2 Subjek ......................................................................................................... 20
3.3 Objektif ....................................................................................................... 23
3.4 Pemeriksaan penunjang .............................................................................. 25
3.5 Diagnosis .................................................................................................... 25
3.6 Tatalaksana ................................................................................................. 25
3.7 Prognosis .................................................................................................... 26
3.8 Analisis Kunjungan Rumah……………………………………………….27
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 37
4.1 Analisis Kasus ............................................................................................ 37

iv
4.2 Identifikasi Fungsi Keluarga ...................................................................... 37
4.3 Diagnosis Kedokteran Keluarga ................................................................. 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 41
LAMPIRAN .................................................................................................... 42

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mempelajari dinamika kehidupan
keluarga dalam lingkungannya, pengaruh penyakit dan keturunan terhadap fungsi
keluarga, pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya penyakit serta
permasalahan kesehatan keluarga, berbagai cara pendekatan kesehatan untuk
mengembalikan fungsi keluarga dalam keadaan normal. Prinsip utama pelayanan dokter
keluarga adalah secara holistic, perlu diketahui berbagai latar belakang pasien yang
menjadi tanggungannya, serta dapat selalu menjaga kesinambungan pelayanan
kedokteran yang dibutuhkan oleh pasien tersebut.1
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang
penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak
hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya
(home visit) agar tetap dalam kondisi kesehatan yang baik. Kunjungan rumah (home visit)
merupakan kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien untuk lebih mengenal
kehidupan pasien atau memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan pasien.2
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang.3 Data World Health
Organization (WHO) 2015, menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di dunia mencapai
sekitar 1,13 miliar individu, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah
penderita hipertensi diperkirakan akan terus meningkat mencapai 1,5 miliar individu pada
tahun 2025, dengan kematian mencapai 9,4 juta individu.4 Riset kesehatan dasar
(Riskesdas) 2013, menghasilkan prevalensi hipertensi pada usia ≥ 18 tahun di Indonesia
mencapai 25,8%, yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau memiliki riwayat
minum obat.4
2

Pada laporan kasus kali ini penulis akan membahas mengenai pasien atas nama Ny.J
berusia 44 tahun yang didiagnosis hipertensi derajat II tidak terkontrol. Prinsip pelayanan
dokter keluarga pada kasus ini adalah melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan
dengan memandang pasien sebagai individu yang utuh terdiri dari unsur biopsikososial,
serta penerapan prinsip pencegahan penyakit promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Proses
pelayanan dokter keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian
ilmu kedokteran terkini (evidence based medicine). Oleh karena itu, laporan kasus ini
dibuat sebagai bahan diskusi dan pembelajaran bagi calon dokter lulusan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui pendekatan kedokteran keluarga pada pasien hipertensi derajat
II tidak terkontrol di lingkungan Klinik Dokter Keluarga Universitas
Muhammadiyah Palembang

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi masalah-masalah pasien secara holistik.
2. Melakukan penatalaksanaan kasus kepada pasien secara komprehensif.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan referensi dan studi
kepustakaan tentang penatalaksanaan hipertensi derajat II tidak terkontrol
melalui pendekatan kedokteran keluarga.

1.3.2 Manfaat Praktisi


Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk melatih
keterampilan dan menambah pengalaman dalam pelayanan kesehatan dengan
menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kunjungan Rumah (Home Visit)


2.1.1 Definisi Kunjungan Rumah (Home Visit)
Kunjungan rumah (home visit) adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah
pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan memberikan pertolongan
kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. Ruang lingkup kegiatan
pada kunjungan rumah hanya untuk lebih mengenal kehidupan pasien serta
melakukan pertolongan kedokteran yang bersifat rawat jalan saja.5

2.1.2 Tujuan Dilakukan Kunjungan Rumah (Home Visit) dalam Kedokteran


Keluarga.5
1. Meningkatkan sistem pendukung yang ada agar efektif dan adekuat
sebagai upaya pencapaian kesehatan keluarga.
2. Meningkatan efektifitas pelayanan kesehatan pada keluarga khususnya
keluarga dengan masalah kesehatan spesifik ataupun ketidakmampuan.
3. Optimalisasi perkembangan kesehatan keluarga dan pendidikan kesehatan
terhadap pemeliharaan dan pencegahan penyakit.
4. Meningkatkan kekuatan fungsi dan hubungan keluarga, dan promosi
lingkungan yang sehat.

2.1.3 Manfaat Kunjungan Rumah


Terdapat beberapa manfaat home visit, yaitu:5
1. Dapat lebih meningkatkan hubungan dokter pasien.
2. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien.
3. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.
4. Dapat lebih meningkatkan kepuasaan pasien.
4

2.1.4 Faktor-Faktor Pendorong Kunjungan Rumah (Home Visit)


Faktor-faktor pendorong kunjungan rumah secara umum dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:5
1. Dapat meningkatkan usia hidup rata-rata anggota masyarakat.
2. Dapat meningkatkan biaya pelayanan rawat inap di rumah sakit.
3. Adanya desakan program asuransi kesehatan.

2.1.5 Tata cara Kunjungan Pasien di Rumah (Home Visit)


Prosedur kerja kunjungan rumah, yaitu:2
a. Hari pertama:
1. Mempelajari data-data pasien rawat jalan di klinik untuk memilih sasaran
keluarga yang akan dikunjungi.
2. Melakukan survei pasien yang akan dikunjungi pada hari kedua dan
membuat janji jadwal kunjungan yang akan dilakukan kemudian
dikonsultasikan kepada instruktur lapangan.
3. Mengidentifikasi dan membuat prioritas masalah yang ada di dalam keluarga
yang akan dikunjungi untuk persiapan penyuluhan pada saat pelaksanaan
kegiatan home visit.
4. Mengisi form-form pelaporan kegiatan home visit yang ada di klinik dokter
keluarga.
5. Mempersiapkan alat yang akan dipakai dalam home visit (stetoskop,
tensimeter, termometer, media penyuluhan).
b. Hari kedua:
1. Melaksanakan home visit sesuai dengan tata cara yang telah dipelajari
sebelumnya.
2. Mengisi form-form data home visit yang telah ditentukan.
3. Melaporkan secara lisan kegiatan yang telah dilaksanakan kepada pihak
klinik.
4. Membuat analisa atas data-data yang telah dikumpulkan.
5. Menyusun laporan akhir kegiatan.
5

c. Hari ketiga:
Mengumpulkan laporan akhir dan presentasi hasil kunjungan rumah.
Menurut PDKI (2006), tata cara kunjungan pasien di rumah dapat dibedakan atas
tiga macam, yaitu:
1. Untuk Mengumpulkan Data tentang Pasien
Tata cara yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a) Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi
b) Mengatur jadwal kunjungan
c) Mempersiapkan data yang akan dikumpulkan
d) Melakukan pengumpulan data
e) Melakukan pencatatan data
f) Menyampaikan penyuluhan kesehatan
2. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif Dokter Keluarga
Tata cara yang dilakukan mencakup enam kegiatan pokok sebagai berikut:
a) Mempersiapkan jadwal kunjungan
b) Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun kepada pasien
c) Mempersiapkan keperluan kunjungan
d) Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran
e) Mengisi rekam medis keluarga
f) Menyusun rencana tidak lanjut
3. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif Pasien Atau
Pihak Keluarga
Tata cara yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a) Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien
b) Mempersiapkan keperluan kunjungan
c) Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran
d) Mengisi rekam medis keluarga
e) Menyusun rencana tindak lanjut
6

2.1.6 Bentuk Keluarga.5


Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri,
atau suami-istri dan anak, atau ayah dengan anak atau ibu dengan anak. Bentuk
keluarga dibagi menjadi 9 macam yaitu sebagai berikut:

1. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, serta anak-anak kandung.

2. Keluarga besar (extended family)

Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak- anak kandung,
juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut garis vertikal (ibu, bapak,
kakek, nenek, mantu, cucu, cicit) dan ataupun menurut garis horizontal
(kakak, adik, ipar) yang dapat berasal dari pihak suami atau istri.

3. Keluarga campuran (blended family)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung atau tiri.

4. Keluarga menurut hukum umum (common law family)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam
perkawinan sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.

5. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)

Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai,
berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak
mereka tinggal bersama.

6. Keluarga hidup bersama (commune family)

Keluarga yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal bersama,
berbagi hal dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.

7. Keluarga serial (serial family)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin
telah mempunyai anak, tetapi kemudian bercerai dan masing- masing menikah
lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan masing- masing, semuanya
mengganggap sebagai satu keluarga.
7

8. Keluarga gabungan (composite family)

Keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak- anaknya atau
istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya yang hidupbersama.

9. Keluarga tinggal bersama (whabilation family)

Pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan.

2.1.7 Fungsi Keluarga dan Pengukuruan Fungsi Keluarga


Terdapat 9 fungsi keluarga, yaitu:5

1. Fungsi Holistik
Fungsi holistik adalah fungsi keluarga yang meliputi fungsi biologis, fungsi
psikologi, dan fungsi sosial–ekonomi. Fungsi biologis menunjukkan apakah di
dalam keluarga tersebut terdapat gejala–gejala penyakit yang menurun (herediter),
penyakit menular, maupun penyakit kronis. Fungsi psikologis menunjukkan
bagaimana hubungan antara anggota keluarga, apakah keluarga tersebut dapat
memecahkan masalah bersama. Fungsi sosio-ekonomi menunjukkan bagaimana
kondisi ekonomi keluarga, dan peran aktif keluarga dalam kehidupan sosial
bermasyarakat.
2. Fungsi Fisiologis

Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR score


adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga
yang lain. Adapun 5 fungsi pokok keluarga yang dinilai dalam APGAR keluarga
yaitu:
a) Adaptasi (Adaptation), yaitu menilai tingkat kepuasan anggota keluargadalam
menerima yang diperlukan dari anggota keluarga lainnya.
b) Kemitraan (Partnership), yaitu menilai tingkat kepuasan anggota keluarga
terhadap komunikasi dalam keluarga, musyawarah dalam mengambil
keputusan atau dalam penyelesaian masalah yang dihadapi dalam keluarga.
c) Pertumbuhan (Growth), yaitu menilai tingkat kepuasan anggota keluarga
8

terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkanpertumbuhan


dan kedewasaan setiap anggota keluarga.
d) Kasih Sayang (Affection), yaitu menilai tingkat kepuasan anggota keluarga
terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang terjalin dalam keluarga.
e) Kebersamaan (Resolve), yaitu menilai tingkat kepuasan anggota keluarga
terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan, dan ruang antar
keluarga.

Bila pertanyaan dijawab sering atau selalu maka nilanya 2, kadang-kadang nilai
1, jarang atau tidak nilai 0. Bila hasil penjumlahan kelima nilai diatas, yaitu:
Tabel 2.1. Interpretasi Apgar Score

7-10 Fungsi keluarga baik


4-6 F Fungsi keluarga kurang baik
0-3 Fungsi keluarga tidak baik

3. Fungsi Patologis
Fungsi patologis keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM (Social
Cultural Religion Economic Education Medical), yaitu:

a) Apakah antara anggota keluarga saling memberi perhatian, saling membantu


kalau ada kerepotan masing-masing. Apakah interaksi dengan tetangga sekitarnya
juga berjalan baik dan tidak ada masalah (Social).

b) Apakah keluarga puas terhadap budaya yang berlaku di daerah itu (Culture).

c) Apakah keluarga taat dalam beragama (Religion).

d) Apakah status ekonomi keluarga cukup (Economic).

e) Apakah pendidikan tergolong cukup (Education).

f) Apakah dalam mencari pelayanan kesehatan mudah dan ada alattransportasi


(Medical).
9

4. Fungsi Hubungan Antar Manusia

Menunjukkan baik atau tidaknya hubungan atau interaksi antar anggota


keluarga (Interaksi dua arah baik digambarkan dengan garis penuh, tidak baik
digambarkan dengan garis putus – putus).
5. Fungsi Keturunan (Genogram)
Genogram adalah gambar silsilah keluarga. Secara konseptual, genogram
berarti suatu model grafis yang menggambarkan asal-usul klien dalam tiga
generasi, yakni generasi dirinya, orangtuanya,dan kakek-neneknya.
6. Fungsi Perilaku (Pengetahuan, sikap, tindakan)
Fungsi perilaku meliputi pengetahuan tentang kesehatan, sikap sadar akan
pentingnya kesehatan, dan tindakan yang mencerminkan pola hidup sehat.
7. Fungsi Non Perilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)
Fungsi non perilaku meliputi lingkungan dan pelayanan kesehatan, yaitu :
a) Kepedulian memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan
b) Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
c) Jarak dengan Puskesmas atau Rumah Sakit
8. Fungsi Indoor
Fungsi indoor merupakan gambar lingkungan di dalam rumah apakah telah
memenuhi syarat–syarat kesehatan. Penilaian meliputi dinding, lantai, ventilasi,
pencahayaan, sirkulasi udara, sumber air bersih, pengelolaan sampah dan limbah,
serta jarak jamban dengan rumah.
9. Fungsi Outdoor
Fungsi outdoor merupakan gambar lingkungan di luar rumah apakah telah
memenuhi syarat–syarat kesehatan. Penilaian meliputi tingkat kebisingan, jarak
rumah dengan jalan raya atau sungai serta pembuangan sampah umum.

2.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga


2.2.1 Definisi
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya
10

memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit
keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi
penderita atau keluarganya (home visit) agar tetap dalam kondisi kesehatan yang
baik. Kunjungan rumah (home visit) merupakan kedatangan petugas kesehatan
ke rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien atau memberikan
pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien.2
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh
yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, di mana
tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh
golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak boleh oleh organ tubuh atau
jenis penyakit tertentu saja. Adapun ciri-ciri profesi dokter keluarga sebagai
berikut:5
1. Mengikuti pendidikan dokter sesuai standar nasional.
2. Pekerjaannya berlandaskan etik profesi.
3. Mengutamakan panggilan kemanusiaan daripada keuntungan.
4. Pekerjaannya legal melalui perizinan.
5. Anggota-anggotanya belajar sepanjang hayat.
6. Anggota-anggotanya bergabung dalam suatu organisasi profesi.
7. Melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang, melainkan sebagai
anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakatsekitarnya.
8. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan
perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi
jumlah keseluruhan keluhan yang di sampaikan.
9. Mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat seoptimal
mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal sertamengobati sedini
mungkin.
11

2.2.2 Karakteristik Pelayanan Kedokteran Keluarga


Karakteristik pelayanan kedokteran keluarga menurut IDI melalui Muktamar ke-18
di Surakarta, yaitu:5
1. Melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang, tetapi sebagai anggota
satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya.
2. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian
kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan
keluhan yang disampaikan.
3. Mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit serta mengobati penyakit
sedini mungkin.
4. Mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha
memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.
5. Menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan
bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.

2.2.3 Prinsip Dokter Keluarga.5


Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO
dan WONCA. Prinsip-prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat
meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan
kedokteran. Prinsip pelayanan atau pendekatan kedokteran keluarga adalah
memberikan atau mewujudkan sebagai berikut:
1. Pelayanan komprehensif dan holistik.
2. Pelayanan yang kontinu.
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan.
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif.
5. Pelayanan personal bagi pasien sebagai bagian integral dari keluarganya.
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
tempat tinggalnya.
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika, moral dan hukum.
8. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu.
12

9. Pelayanan yang dapat diaudit dan dipertangungjawabkan.

2.2.4 Anamnesis Holistik dan Diagnosis Holistik Pada Dokter Keluarga.6


1. Aspek anamnesis holistik meliputi:
a) Personal social history
b) Family assessment tools: genogram, family map, family life cycle, family
lifeline, family APGAR (Adaptation, Partnership, Growth, Affection, and
Resolve), dan family SCREEM (Social, Cultural, Religion, Economic,
Education, and Medical).
c) Risk Factor
d) Disease and illness
2. Aspek diagnosis holistik meliputi :
a) Aspek 1 (aspek individu): keluhan utama, harapan, kekhawatiran pasien
ketika datang
b) Aspek 2 (aspek klinik): diagnosis klinis dan diagnosis bandingnya
c) Aspek 3 (aspek internal): faktor internal pasien yg memicu penyakit atau
masalah kesehatannya, (misal: usia, perilaku kesehatan,persepsi kesehatan,
dan sebagainya).
d) Aspek 4 (aspek eksternal pasien): dokter menulis (keadaan keluarga,
lingkungan psikososial & ekonomi keluarga, keadaan lingkungan rumah &
pekerjaan yang memicu atau menjadi hazard pada penyakit/masalah ini
atau kemungkinan dapat menghambat penatalaksanaan penyakit atau
masalah kesehatan yang ada.
e) Aspek 5 (aspek fungsional): dokter menilai derajat fungsional pasien pada
saat ini. Derajat fungsional pasien yaitu:
- Derajat 1, yaitu pasien tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup
mandiri.
- Derajat 2, yaitu mampu melakukan pekerjaan aktivitas sehari-hari di luar
ataupun di dalam rumah tetapi aktivitas kantor mulai berkurang, mandiri
merawat diri
- Derajat 3, yaitu perawatan diri masih dilakukan namun hanya dapat
13

melakukan pekerjaan atau aktivitas ringan


- Derajat 4, yaitu dalam keadaan tertentu masih bisa merawat diri tetapi
sebagian besar aktivitas hanya duduk dan berbaring, tak melakukan aktivitas
kerja, dan tergantung pada keluarga
- Derajat 5, yaitu perawatan diri oleh orang lain, tak dapat melakukan
kegiatan

Gambar 2.1 The Mandala of Health: A Model of Human Ecosystem

2.3 Hipertensi
2.3.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
tiga kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat
atau tenang. Penyakit ini disebut sebagai silent killer karena penyakit ini mematikan
namun sering kali tidak menunjukkan gejala (asimptomatik).3

2.3.2 Epidemiologi Hipertensi


Data World Health Organization (WHO) 2015, menunjukkan bahwa prevalensi
hipertensi di dunia mencapai sekitar 1,13 miliar individu, artinya 1 dari 3 orang di
dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penderita hipertensi diperkirakan akan terus
meningkat mencapai 1,5 miliar individu pada tahun 2025, dengan kematian mencapai
9,4 juta individu.3 World Health Organization (WHO) memperkirakan, Usia 31-35
tahun dominan mengalami hipertensi dikarenakan seiring dengan bertambahnya usia,
14

tekanan darah cenderung meningkat. Dimana kecendrungan peningkatan tekanan


darah cenderung pada usia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia 60 tahun keatas.7
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, menghasilkan prevalensi hipertensi pada
usia ≥ 18 tahun di Indonesia mencapai 25,8%, yang terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan dan atau memiliki riwayat minum obat.3
Jenis kelamin laki – laki lebih sering mengalami hipertensi dibandingan
perempuan dikarenakan pada dewasa laki–laki cenderung melakukan pola hidup
yang kurang sehat seperti merokok. Pada wanita cenderung meningkat pada usia
yang lebih tua karena terjadinya menopause. Menopause menyebabkan kadar
estrogen menurun, dimana fungsi estrogen sebagai pelindung sistem kardiovaskular
berkurang.7

2.3.3 Patogenesis Hipertensi


Resistensi tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(curah jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh
dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate. Artinya berbagai kelainan
pada komponen-komponen tersebut akan mengakibatkan perubahan tekanan darah.
Hipertensi terjadi ketika stroke volume meningkat, heart rate meningkat, atau
tahanan perifer meningkat.8
Pengendalian agar ketiga sistem tersebut tetap normal, terdapat empat sistem
yang bertanggung jawab, yaitu sistem baroreseptor arteri dan pengaturan volume
cairan tubuh oleh ginjal. Baroreseptor arteri terletak di sinus arteri carotis dan di
aorta. Fungsi baroreseptor ini adalah sebagai pendeteksi adanya perubahan tekanan
darah. Ketika merasakan adanya perubahan tekanan darah, baroreseptor ini akan
mengirimkan stimulus ke otak, sehingga otak dapat mengirimkan impuls ke jantung,
ginjal dan pembuluh darah sistemik agar tekanan darah dapat kembali normal.8
Pengaturan volume cairan tubuh oleh ginjal bekerja dengan dua cara, yaitu
pengaturan produksi urin dan pengaturan sistem hormon renin-angiotensin-
aldosteron. Ketika tekanan darah berubah, hal tersebut dapat mempengaruhi sel
juxtaglomerular di ginjal sehingga produksi renin juga ikut berubah. Renin berfungsi
untuk mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I yang kemudian akan
15

berubah menjadi angiotensin II dengan bantuan angiotensin converting enzim.


Angiotensin II ini akan memiliki efek ke tiga organ, yaitu arteriola, hipofisis posterior
dan adrenal yang masing-masing berfungsi untuk meningkatkan atau menurunkan
tahanan perifer, produksi ADH dan aldosterone.8
Ketika tekanan darah meningkat, respon tubuh adalah menurunkan sekresi
renin yang pada akhirnya akan menurunkan sekresi ADH dan aldosteron, sehingga
produksi urin meningkat. Sebaliknya ketika tekanan darah turun, respon tubuh adalah
meningkatkan sekresi renin yang pada akhirnya akan meningkatkan sekresi ADH dan
aldosteron, sehingga produksi urin berkurang.8

2.3.4 Klasifikasi Hipertensi


Dalam American Heart Association (AHA) tahun 2013 mengklasifikasikan
hipertensi sebagai berikut:9

Tabel 2.2. Klasifikasi Hipertensi.

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal 120-129 80-84

Prehipertesi 130-139 84-89

Hipertensi derajat I 140-159 90-99

Hipertensi derajat II 160-179 100-109

Hipertensi derajat III ≥ 180 ≥110

Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu:10,11

1. Hipertensi essensial (primer), yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya


(idiopatik). Jenis hipertensi ini meliputi 90% dari seluruh kasus hipertensi.
Meskipun penyebab pastinya tidak diketahui, terdapat beberapa faktor risiko yang
16

berkaitan dengan terjadinya hipertensi primer, seperti genetik, laki-laki berusia ≥


35 tahun, menopause, diet tinggi garam atau lemak, obesitas, merokok, stress dan
alkohol.
2. Hipertensi non esensial (sekunder), yaitu peningkatan tekanan darah disebabkan
kelainan organik lain, misalnya gagal ginjal kronik, hipertiroid, gagal jantung dan
tumor adrenal.

2.3.5 Faktor Risiko.11


Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis
kelamin, etnis dan riwayat keluarga. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
meliputi stres, obesitas dan nutrisi.

1. Usia
Usia mempengaruhi faktor risiko terkena hipertensi dengan kejadian paling tinggi
pada usia 30-40 tahun.
2. Jenis Kelamin
Komplikasi hipertensi meningkat pada seseorang dengan jenis kelamin laki-laki.
3. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan hipertensi memberikan risiko terkena hipertensi
sebanyak 75%.
4. Obesitas
Meningkatnya trigliserida atau kolesterol meninggikan risiko terjadinya
hipertensi.
5. Diet
Meningkatnya risiko dengan diet sodium tinggi, risiko meninggi pada masyarakat
industri dengan tinggi lemak, diet tinggi kalori.
6. Merokok
Risiko terjadinya hipertensi dihubungkan dengan jumlah rokok dan lamanya
merokok.
17

7. Stress
Stress dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang pendek, tetapi
kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan darah dalam waktu yang
panjang.

8. Aktivitas Fisik
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah.

2.3.6 Penegakan Diagnosis.12


Hipertensi adalah the silent killer. Pada umumnya penderita hipertensi tidak
mempunyai keluhan, penderita baru mempunyai keluhan setelah mengalami
komplikasi sesuai organ terkait yang dirusak. Penilaian awal diperoleh dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, darah rutin, spesimen pagi dan EKG 12-lead saat
istirahat.

1. Anamnesis:
a) Durasi hipertensi
b) Riwayat terapi hipertensi sebelumnya dan efek sampingnya bila ada
c) Riwayat hipertensi dan kardiovaskular pada keluarga
d) Kebiasaan makan dan psikososial
e) Faktor risiko lainnya: kebiasaan merokok, perubahan BB, dislipidemia,
diabetes, kurang aktivitas fisik.
f) Bukti hipertensi sekunder: riwayat penyakit ginjal, perubahan penampilan,
kelemahan otot, tidur tidak teratur, mengorok, somnolen di siang hari, gejala
hipo atau hipertiroidisme, riwayat konsumsi obat yang dapat menaikkan
tekanan darah.
g) Bukti kerusakan organ target: riwayat TIA, stroke, buta sementara, penglihatan
kabur tiba-tiba, angina, infark miokard, gagal jantung, disfungsi seksual.
2. Pemeriksaan fisik:
a) Pengukuran TB dan BB, tanda vital
b) Auskultasi pengukuran TD
18

c) Palpitasi leher apabila terdapat pembesaran kalenjar tiroid


d) Palpasi pulsasi arteri femoralis, pedis
e) Auskultasi bruit karotis dan abdomen
f) Funduskopi
g) Evaluasi gagal jantung dan pemeriksaan neurologis
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Urinalisis
b) Tes fungsi ginjal
c) Ekskresi albumin
d) Serum BUN
e) Kreatinin
f) Elektrolit

2.3.7 Tatalaksana.13
Tujuan pengobatan pasien hipertensi, yaitu:
1. Target tekanan darah <150/90, untuk individu dengan diabetes, gagal ginjal, dan
individu dengan usia >60 tahun <140/90.
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.

a) Non Farmakologi
- Modifikasi gaya hidup
Tabel 2.3. Modifikasi Gaya Hidup pada Hipertensi
Turunkan berat badan Target indeks massa tubuh (IMT) < 25 kg/m2
Diet rendah garam < 6 gr NaCl/hari
Adaptasi menu diet DASG (Dietary Perbanyak buah, sayur, produk susu rendah
Approaches to Stop Hypertension) lemak jenuh
Membatasi konsumsi alkohol Bagi peminum alkohol, konsumsi ≤ 2
gelas/hari pada pria dan ≤ 1 gelas/hari pada
wanita
Aktivitas fisik Aerobik rutin, seperti jalan cepat selama 30
menit/hari
19

- Follow up pengukuran tekanan darah


Tabel 2.4 Follow up tekanan darah.
TD insial (mmHg) Rekomendasi follow-up

Normal Periksa ulang dalam 2 tahun

Pre-hipertensi Periksa ulang dalam 1 tahun

Hipertensi stage 1 Konfirmasi dalam 2 bulan

Hipertensi stage 2 Evaluasi atau rujuk ke pelayanan kesehatan


dalam waktu 1 bulan, apabila TD lebih tinggi
(misal >180/110 mmHg), evaluasi dan terapi
segera atau dalam waktu 1 minggu bergantung
kondisi klinis dan komplikasi

b) Farmakologis:
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6
bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2.
Obat-obatan yang dapat digunakan yaitu:
- Pemberian B blocker pada pasien unstable angina atau non-ST elevated
myocardial infark (NSTEMI) atau STEMI harus memperhatikan kondisi
hemodinamik pasien. B blocker hanya diberikan pada kondisi hemodinamik
stabil.
- Pemberian ACE-1 atau angiotensin receptor blocker (ARB) pada pasien
NSTEMI atau STEMI apabila hipertensi persisten, terdapat infark miokard
anterior, disfungsi ventrikel kiri, gagal jantung, atau pasien menderita diabetes
dan PJK.
- Pemberian antagonis aldosterone pada pasien disfungsi ventrikel kiri bilaterjadi
gagal jantung berat.
20

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
Nama : Ny. J
Usia : 44 Tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 29 Agustus 1978
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Asisten rumah tangga
Status : Menikah
Alamat :Jl.KH Bhalqi Lr Banten III, Seberang Ulu II, Palembang.

Tanggal kunjungan rumah I : Kamis, 1 Desember 2022


Tanggal kunjungan rumah II : Jumat, 2 Desember 2022
Tanggal kunjungan rumah III : Sabtu, 3 Desember 2022

3.2 Subjektif
Autoanamnesis dengan penderita tanggal 1 Desember 2022 pukul 14.00
1. Keluhan Utama
Pasien sering merasa nyeri kepala sejak 3 hari yang lalu.
2. Keluhan Tambahan
Nyeri dan tegang bagian tengkuk sejak 3 hari yang lalu.
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien mengeluh dengan keluhan nyeri kepala sejak 3 hari yang lalu, nyeri
kepala disertai pusing, nyeri kepala menjalar hingga ke tengkuk dan kadang
terasa tegang. Keluhan dirasakan secara tiba-tiba dan terus menerus, keluhan
sering dirasakan sejak bangun tidur pagi hari hingga malam hari.
21

Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya pasien
mengetahui menderita hipertensi pada saat dilakukan pemeriksaan diri karena
mengeluh nyeri kepala dan didapatkan tekanan darahnya 170/100 mmHg lalu
kemudian pasien diberikan obat hipertensi oleh dokter di Klinik Kedokteran
Keluarga.
Dalam kesehariannya pasien mengatakan sering mengkonsumsi makanan
yang tinggi garam dan tinggi lemak. Pasien juga jarang berolahraga. Pasien
pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya dan hanya minum obat jika
terdapat keluhan. Obat yang biasa dikonsumsi pasien yaitu obat amlodipin 5 mg
1x/hari pada malam hari. Pasien kontrol ke Klinik Kedokteran Keluarga jika obat
sudah habis dan juga memeriksakan tekanan darah jika pasien memiliki keluhan.
Pasien hanya mengkonsumsi obat jika terdapat keluhan dan berhenti minum obat
jika keluhan sudah hilang karena pasien sudah merasa sehat. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit lain. Pasien mengatakan bahwa ayah pasien memiliki
penyakit serupa yaitu hipertensi yang sudah dialami sejak 7 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit asma, penyakit jantung dan lain-lain disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Compos mentis, Tekanan darah 160/100, HR 86x/m, RR 20x/m.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi : (+) sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat diabetes melitus : (-)
Riwayat alergi obat : (-)
Riwayat asma : (-)
Riwayat penyakit jantung : (-)
Riwayat penyakit TB Paru : (-)
5. Riwayat Penyakit Keluarga/ Lingkungan
Riwayat hipertensi : (+) Ayah pasien.
Riwayat diabetes mellitus : (-)
Riwayat asma : (-)
Riwayat : (-)
Riwayat TB paru : (-)
22

Riwayat kusta : (-)


6. Riwayat Pengobatan
Pasien tidak teratur mengonsumsi obat, pasien hanya minum obat saat terdapat
keluhan.
7. Riwayat Kebiasaan
Dalam kesehariannya pasien mengaku sering mengkonsumsi makanan tinggi
garam dan makanan tinggi lemak. Makanan yang telah disajikan sebelum
dikonsumsi akan ditaburi garam kembali agar terasa lebih asin. Pasien
mengatakan jarang berolahraga. Pasien memiliki kebiasaan minum kopi di pagi
hari. Kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol disangkal.
8. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai asisten rumah tangga dengan tingkat aktivitas ringan.
9. Riwayat Hygiene
a) Pasien mandi dua kali sehari dengan air sumur dan menggunakan sabun
serta shampoo.
b) Pasien mengganti pakaian setiap hari.
c) Pasien menggunakan handuk dan pakaian sendiri, tidak bercampur dengan
anggota keluarga yang lain.
10. Riwayat Nutrisi
Pasien makan tiga kali sehari sebanyak 1 piring setiap kali makan dengan
nasi putih dan lauk seperti ikan, ayam, telur, tahu, tempe, dan sayuran. Makanan
yang dikonsumsi oleh penderita juga di konsumsi oleh anggota keluarga yang
lain. Pasien sering minum kopi di pagi hari, selain itu pasien juga sering
mengkonsumsi makan makanan tinggi garam dan juga makanan berlemak.
BB = 65 kg
TB = 150 cm
IMT = BB : (TB)2 = 65 : (1,5)2 = 28,8 (obesitas1).
11. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal dirumah milik sendiri di daerah perumahan dengan
kepadatan penduduk yang cukup baik. Pasien tinggal dirumah satu tingkat
dengan jumlah penghuni 4 orang yang terdiri dari pasien, suami pasien dan 2
23

anak pasien dengan rumah berukuran 7x10 m. Lantai tersusun dari semen.
Dinding rumah terbuat dari batu bata. Atap rumah terbuat dari seng. Terdapat
jendela dan ventilasi di setiap ruangan. Rumah cukup mendapatkan pencahayaan
sinar matahari dan tidak terasa lembab. Sumber air berasal dari air sumur.
Didalam kamar mandi memiliki bak mandi penampung air. Kebersihan rumah
diluar dan didalam rumah terlihat cukup baik.
Kesan:
Sosial : Baik
Ekonomi : Cukup
Lingkungan : Cukup

12. Riwayat Keluarga

Genogram

Keterangan:
: Laki-laki meninggal : Laki-laki

: Perempuan hipertensi : Perempuan

3.3 Objektif
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 86 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
24

Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 °C
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 150 cm
IMT : 28,8 (obesitas 1)

Keadaan Spesifik

Kepala : normocephali, rambut hitam tidak mudah dicabut.


- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
- Telinga : nyeri tekan (-/-), sekret (-/-)
- Mulut : mukosa bibir kering (-), stomatitis (-), tonsil T1-T1
- Leher : pembesaran KGB (-) JVP tidak meningkat.
Thoraks
- Paru : Tidak ada kelainan
- Inspeksi : simetris, retraksi (-/-)
- Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri sama
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung : Tidak ada kelainan

- Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat

- Palpasi : iktus cordis tidak teraba, thrill (-)

- Perkusi batas jantung

Atas : ICS 2 linea parasternalis dextra et sinistra

Bawah : ICS 6 linea axilaris anterior sinistra

- Auskultasi: BJ I dan II (+) normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Tidak ada kelainan


- Inspeksi : datar
- Palpasi : lemas, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
25

- Perkusi : timpani, nyeri ketok CVA (-)


- Auskultasi : bising usus (+) normal

Genitalis : Tidak ada pemeriksaan

Ekstremitas : akral hangat, edema tungkai (-/-), CRT < 2”.

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan pemeriksaan

3.5 Diagnosis Kerja

Hipertensi derajat II tidak terkontrol

3.6 Tatalaksana
1. Promotif

Upaya promotif dilakukan dengan cara memberikan edukasi kepada pasien dan
semua anggota keluarga tentang:

a) Gambaran umum penyebab, gejala, tatalaksana, serta komplikasinya.

b) Upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan dengan cara menerapkan


hidup sehat, seperti mengurangi makanan berminyak dan pedas, diet yang sehat
(atur pola makan, batasi konsumsi tinggi garam, konsumsi makanan rendah
karbohidrat, rendah lemak), aktivitas fisik teratur (rutin berolahraga dengan
olahraga 3x seminggu dengan frekuensi 30 menit setiap kaliolahraga seperti
senam dan jalan kaki), istirahat yang cukup, hindari stres, serta rutin konsumsi
obat setiap hari.

c) Memberikan pemahaman mengenai penyakitnya, misalnya pentingnya


menjalani kontrol rutin ke dokter, minum obat teratur, mengatur pola diet.

d) Menimbulkan rasa simpati dan empati dari anggota keluarganya sehingga


dukungan fisik dan psikis mereka menjadi maksimal.
26

2. Preventif

Upaya preventif dilakukan dengan cara memberikan informasi kepada pasien


mengenai upaya pencegahan yang dapat dilakukan pasien agar tidak mencetuskan
dan tidak memperparah kondisi pasien, yaitu:
a) Menjaga pola makan, misalnya dengan makan tepat waktu, konsumsi makanan
yang bergizi, kurangi konsumsi makanan dalam porsi berlebih.
b) Mengurangi makanan yang pedas dan berminyak, mengurangi makanan tinggi
garam dan gula.
c) Meningkatkan aktivitas fisik, misalnya dengan rutin berolahraga ringan
minimal selama 30 menit.
3. Kuratif

a) Terapi non-farmakologis
- Membatasi konsumsi makanan tinggi garam, berminyak, dan pola
makan teratur 3 tiga kali dalam sehari.
- Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga 30-45menit/hari
sebanyak 3-4 kali seminggu
b) Terapi Farmakologi

- Amlodipine 5mg 1x/hari.


4. Rehabilitatif

a) Kontrol ke fasilitas kesehatan untuk menilai efek pengobatan walaupun


penyakit dianggap sembuh.

b) Mengidentifikasi disabilitas yang muncul akibat komplikasi kronik hipertensi.

c) Istirahat yang cukup dan anjuran untuk kontrol rutin sebagai monitoring
untuk mencegah keadaan yang lebih buruk.

3.6 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
27

3.7 Analisis Kunjungan Rumah (Home Visit)


Home visit dilakukan ke rumah pasien yang beralamat Jl. KH Bhalqi Lr. banten 3,
Seberang Ulu II, Palembang.

1. Karakteristik Demografi Keluarga


Nama Kepala Keluarga : Tn. M
Alamat : Jl. KH Bhalqi Lr. banten 3, Seberang Ulu II, Palembang.
Bentuk Keluarga : Keluarga inti (nuclear family).

Tabel 3.1 Daftar Nama Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah
No Nama Kedudukan JK Umur Pendidikan Pekerjaan
1. Tn. M Suami L 53 tahun SD Pedagang
2. Ny. J Istri P 44 tahun SD ART
3. An.A Anak L 16 tahun SMA Siswa
4. An.S Anak P 12 tahun SMP Siswa

2. Identifikasi Fungsi Keluarga


a) Fungsi fisiologis (APGAR) dalam keluarga (dinilai sesuai jumlah orang
yang tinggal di rumah)

Tabel 3.2 Apgar Score Tn. M Terhadap Keluarga


APGAR Score Tn. M Terhadap Sering/ Kadang- Jarang/
Keluarga Selalu kadang Tidak
Saya puas dengan
keluarga saya karena
masing-masing
A anggota keluarga sudah √ .
menjalankan
kewajiban sesuai
dengan seharusnya.
Saya puas dengan
keluarga saya karena
dapat membantu
P √
memberikan solusi
terhadap permasalahan
yang saya hadapi.
Saya puas dengan
kebebasan yang
G √ .
diberikan keluarga saya
untuk mengembangkan
28

kemampuan yang saya


miliki.
Saya puas dengan
kehangatan / kasih
A √
sayang yang diberikan
keluarga saya.
Saya puas dengan
waktu yang disediakan
R √
keluarga untuk
menjalin kebersamaan
Total 10

Tabel 3.3 Apgar Score Ny. J Terhadap Keluarga


APGAR Score Ny. J Terhadap Sering/ Kadang- Jarang/
Keluarga Selalu kadang Tidak
Saya puas dengan
keluarga saya karena
masing-masing
A anggota keluarga sudah √ .
menjalankan
kewajiban sesuai
dengan seharusnya.
Saya puas dengan
keluarga saya karena
dapat membantu
P √
memberikan solusi
terhadap permasalahan
yang saya hadapi.
Saya puas dengan
kebebasan yang
diberikan keluarga saya
G √ .
untuk mengembangkan
kemampuan yang saya
miliki.
Saya puas dengan
kehangatan / kasih
A √
sayang yang diberikan
keluarga saya.
Saya puas dengan
waktu yang disediakan
R √
keluarga untuk
menjalin kebersamaan
Total 10

Tabel 3.4 Apgar Score An. A Terhadap Keluarga


APGAR Score An.A Terhadap Sering/ Kadang- Jarang/
Keluarga Selalu kadang Tidak
29

Saya puas dengan


keluarga saya karena
masing-masing
A anggota keluarga sudah √ .
menjalankan
kewajiban sesuai
dengan seharusnya.
Saya puas dengan
keluarga saya karena
dapat membantu
P √
memberikan solusi
terhadap permasalahan
yang saya hadapi.
Saya puas dengan
kebebasan yang
diberikan keluarga saya
G √ .
untuk mengembangkan
kemampuan yang saya
miliki.
Saya puas dengan
kehangatan / kasih
A √
sayang yang diberikan
keluarga saya.
Saya puas dengan
waktu yang disediakan
R √
keluarga untuk
menjalin kebersamaan
Total 10

Tabel 3.5 Apgar Score An. S Terhadap Keluarga


APGAR Score An. S Terhadap Sering/ Kadang- Jarang/
Keluarga Selalu kadang Tidak
Saya puas dengan
keluarga saya karena
masing-masing
A anggota keluarga sudah √ .
menjalankan
kewajiban sesuai
dengan seharusnya.
Saya puas dengan
keluarga saya karena
dapat membantu
P √
memberikan solusi
terhadap permasalahan
yang saya hadapi.
Saya puas dengan
kebebasan yang
G √ .
diberikan keluarga saya
untuk mengembangkan
30

kemampuan yang saya


miliki.
Saya puas dengan
kehangatan / kasih
A √
sayang yang diberikan
keluarga saya.
Saya puas dengan
waktu yang disediakan
R √
keluarga untuk
menjalin kebersamaan
Total 10

APGAR Score keluarga Tn. M dinilai berdasarkan 4 anggota keluarga, yaitu:


(10+10+10+10)/4 = 10

b) Fungsi Patologis (SCREEM)


Tabel 3.6 SCREEM Keluarga Tn. M
Sumber Patologis
Interaksi sosial Tn. M dengan
keluarga dan tetangga terjaga,
Social juga sehari- hari sering bertegur -
sapa dengan tetangga sekitar
rumah.
Kepuasan atau kebanggaan
terhadap budaya cukup baik, hal
ini dapat dilihat dari pergaulan
Culture sehari-hari dalam keluarga -
maupun di lingkungan. Tn. M
sering mengikuti kegiatan yang
ada disekitar perumahan.
Dalam keluarga ini pemahaman
agama baik. Tn. M selalu sholat 5
Religious -
waktu di rumah, dan mengikuti
pengajian bersama temannya.
Status ekonomi keluarga ini
tergolong menengah. Kebutuhan
Economic -
primer dan sekunder dapat
tercukupi.
Latar belakang pendidikan
Educational -
tergolong cukup.
Bila ada anggota keluarga yang
sakit, segera dibawa berobat.
Medical -
Keluarga menggunakan BPJS
untuk pembiayaan kesehatan.
31

Berdasarkan penilaian SCREEM keluarga Tn. M didapatkan kesimpulan:


Keluarga Tn. M tidak memiliki fungsi patologis baik dari segi sosial, budaya,
agama, ekonomi, edukasi maupun pengobatan.

3. Kesimpulan Permasalahan Fungsi Keluarga


Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga dapat dinilai baik fungsi fisiologis
keluarga dikatakan sehat. Waktu untuk berkumpul dengan anggota keluarga
lainnya baik, komunikasi tetap terjaga. Anggota keluarga lain selalu siap
membantu apabila salah satu dari anggota keluarga mengalami masalah.

4. Identifikasi Lingkungan Rumah


Keadaan Rumah dan Lingkungan :
a) Ukuran : 7 x 10 m
b) Ruang tamu : 1 ruang
c) Ruang keluarga : 1 ruang
d) Kamar tidur : 1 ruang
e) Kamar mandi/WC : 1 ruang
f) Dapur : 1 Ruang
g) Dinding rumah : Batu bata
h) Ventilasi : Ada
i) Septik tank : Menggunakan septic tank.
j) Sumur/sumber air lain : Ada
k) Tempat pembuangan sampah : Ada
l) Lantai rumah : Semen
32

Denah Rumah

Kamar
Mandi
Dapur

Ruang Keluarga Kamar Tidur

Ruang tamu
Bagian Depan

Gambar 3.1 Denah Rumah Pasien

5. Daftar Masalah dan Pembinaan Keluarga


a) Masalah Organobiologik
Tidak ditemukan masalah organobiologik pada penderita.
b) Masalah Psikologik
Tidak ditemukan masalah psikologik pada penderita.
c) Masalah Dalam Keluarga
Tidak ditemukan masalah keluarga pada penderita

6. Pembinaan Keluarga
a) Edukasi Terhadap Pasien
- Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi dan edukasi
tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, dampak, faktor
penyebab, cara pengobatan, prognosis dan risiko yang memperberat agar os
tetap taat meminum obat dan rutin kontrol ke dokter.
33

- Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi os untuk terus minum


obat secara teratur dan rutin kontrol ke dokter serta memiliki semangat
untuk sembuh, sehingga kualitas hidup pasien dapat meningkat.
- Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi penderita untuk pola
makan yang sehat, serta berkeinginan untuk sembuh.
b) Edukasi Terhadap Keluarga
- Informasi dan edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien, gejala,
kemungkinan penyebab, dampak, faktor-faktor pemberat, dan prognosis
sehingga keluarga dapat memberikan dukungan kepada penderita.
- Meminta keluarga untuk mendukung penderita, mengajak penderita
berinteraksi dan beraktivitas.
- Meminta keluarga untuk mengingatkan pasien minum obat secara teratur.
- Memberikan pengertian pada keluarga agar menjaga suasana hubungan
sosial dan keluarga dalam suasana yang harmonis.

7. Pemantauan dan Evaluasi


Home visite pertama dilakukan pada tanggal 1 Desember 2022, Home visit
kedua dilakukan pada tanggal 2 Desember 2022, dan home visit ketiga dilakukan
pada tanggal 3 Desember 2022.
Pada kunjungan pertama, hal yang dilakukan yaitu melengkapi status
pasien, melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pembuatan perangkat
penilaian keluarga, membuat diagnosis holistik sesuai dengan pendekatan
kedokteran keluarga, termasuk profil kesehatan keluarga.
Kunjungan rumah kedua, hal yang dilakukan yaitu melakukan manajemen
komprehensif kepada pasien dan keluarga (edukasi/konseling terhadap masalah
yang telah dianalisis).
Kunjungan rumah ketiga, hal yang dilakukan yaitu memfollow-up
keadaan pasien serta menanyakan dan menjelaskan lagi ke pasien mengenai
penyakitnya dan apa saja yang harus dilakukan pasien. Lalu, dilihat apakah
pasien sudah mampu mengatasi masalah-masalah yang ada.
34

8. Diagnosis Holistik
Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi, digunakan
konsep Mandala of Health adalah sebagai berikut :

Gaya Hidup

Pasien mengkonsumi kopi,


makanan tinggi garam dan
lemak serta jarang berolahaga

PERILAKU FAMILY LINGKUNGAN


KESEHATAN PSIKO-SOSIAL-
EKONOMI
Tidak teratur
minum obat Pendapatan cukup,

Pasien Lingkungan Kerja


PELAY ANAN perempuan,
44 tahun, Pasien bekerja sebagai
KESEHA TAN
asisten rumah tangga
diagnosis
Jarak rumah an Hipertensi
d pelayanan derajat II
kesehatan kup dekat tidak
cu

Faktor Biologi Lingkungan Fisik

Ayah FAKTOR
pasien juga Lingkungan masih
mengalami penyakit cukup baik, ventilasi
LINGKUNGAN FISIKada,
rumah
hipertensi
BIOLOGI
pencahayaan baik.
Komunitas

Pemukiman cukup padat


sanitasi baik

Gambar 3.2 Mandal Of Health


35

Berdasarkan hasil wawancara, adapun diagnostik holistik dari Ny. J adalah


sebagai berikut:
1. Aspek I (individu)
Ny. J mempunyai keluhan utama adalah dengan keluhan nyeri kepala sejak 3
hari yang lalu. Ny. J terdiagnosis hipertensi kurang lebih 1 tahun yang lalu. Ny.
J dan keluarga berharap penyakit yang diderita tetap pada kondisi yang stabil
agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Tidak ada
kekhawatiran yang dirasakan.
2. Aspek II (Klinik)
Diagnosis klinis dari Ny. J yaitu hipertensi derajat II tidak terkontrol.
3. Aspek III (Internal)
Ny. J saat ini berusia 44 tahun, terdiagnosis hipertensi sejak 1 tahun yang lalu.
Di keluarga Ny. J terdapat yang mengalami penyakit serupa yaitu ayah pasien.
Pola makan Ny. J saat ini belum mengikuti anjuran dokter. Usia dan jenis
kelamin berkontribusi dalam terjadinya penyakit yang dialami Ny. J. Ny. J
jarang kontrol dan jarang minum obat.
4. Aspek IV (Eksternal)
Ditinjau dari aspek eksternal, tidak ada permasalahan yang ditemukan baik dari
keadaan keluarga, lingkungan, ekonomi keluarga, pekerjaan dan lain
sebagainya.
5. Aspek V (Fungsional)
Skala fungsional pasien derajat II yakni pasien tidak memiliki keterbatasan
beraktivitas dan masih dapat melakukan pekerjaan sendiri.

Masalah Skor Upaya Resume Hasil Skor


Awal Penyelesaian Akhir Perbaikan Akhir

Gaya Hidup 2 Edukasi mengenai Pasien berniat untuk 4


pentingnya olahraga melakukan olahraga
Pasien jarang rutin rutin
olahraga
Lingkungan Psiko- 2 Motivasi untuk Keluarga berniat 3
Sosial-Ekonomi menambah memanfaatkan
penghasilan dengan waktu luang untuk
memperoleh
36

Pendapatan keluarga memanfaatkan penghasilan


yang rendah waktu luang tambahan

Perilaku Kesehatan 3 Edukasi dan Pasien sudah 3


Keluarga motivasi untuk berkeinginan untuk
memeriksakan memeriksakan
berobat jika hanya ada kesehatan berkala kesehatan berkala
keluhan karena adanya
risiko untuk terjadi
kekambuhan

Lingkungan Rumah 2 Memperbaiki Pintu rumah telah 2


ventilasi dan dibuka, ventilasi
ventilasi dan penerangan dengan dan penerangan di
penerangan di dalam membuka pintu dalam rumah masih
rumah kurang rumah pada pagi kurang
hari

Total Skor 9 11

Rata-rata Skor 2,25 2,75


37

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Analisa Kasus


Diagnosis kerja pada pasien ini adalah hipertensi derajat II tidak terkontrol.
Diagnosis ini diperoleh berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
tekanan darah. Selain itu, pasien tidak mengkonsumsi obat secara rutin.

4.2 Identifikasi Fungsi Keluarga


1. Fungsi Biologis dan Reproduksi
Fungsi biologis Ny. J masih baik. Dikeluarga pasien ayah pasien mengalami
penyakit serupa yaitu hipertensi.
2. Fungsi Afektif
Hubungan antara anak dengan orang tua, orang tua dengan anak, berlangsung
baik. Dalam keluarga ini, juga diketahui terdapat pemenuhan secara psikologi
pada semua anggota keluarga.
3. Fungsi Sosial
Pasien akrab dengan seluruh anggota keluarganya dan tetangganya. Permasalahan
antar keluarga dapat diselesaikan dengan cara musyawarah dengan kepala
keluarga sebagai pengambil keputusan akhir dan hubungan kekeluargaan tetap
berjalan dengan baik sampai sekarang. Dalam pandangan terhadap suatu masalah,
keluarga ini menganggap masalah hal yang harus dihadapi dan diselesaikan
bersama.
4. Fungsi Penguasaan Masalah
Manajemen keluarga dalam menghadapi masalah internal atau eksternal baik.
Pembuatan keputusan akhir dalam menghadapi masalah eksternal dan internal dan
proses pengambilan keputusan berlangsung secara musyawarah di antara semua
anggota keluarga.
38

5. Fungsi Ekonomi
Ny. J bekerja sebagai asisten rumah tangga. Fungsi ekonomi pada keluarga Ny.
J cukup baik. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari berasal dari Tn. M selaku kepala
keluarga dan Ny. J selaku istri.
6. Fungsi Religius
Semua anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik.
7. Fungsi Pendidikan
Pasien tamat SD.

POLA MAKAN KELUARGA


Pasien biasa makan 3x sehari dengan menu makanan sehari-hari keluarga ini tidak
menentu. Menu makanan yang biasa disediakan adalah nasi beserta lauk pauk seperti
ikan, ayam, tahu, tempe dan telur. Serta keluarga ini juga sering konsumsi sayur-
sayuran dan jarang konsumsi buah-buahan.
PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
Bila terdapat anggota keluarga yang mengeluh sakit, biasanya langsung dibawa ke
tempat faskes pertama BPJS pasien.
INTERPRETASI NILAI APGAR DAN SCREEM KELUARGA
APGAR Score = 10
Kesimpulan:
- Fungsi fisiologis keluarga dikatakan sehat.
- Fungsi Patologis (SCREEM) dalam Keluarga :
Keluarga Ny. J tidak memiliki fungsi patologis dalam keluarga. Keluarga Ny. J
dinilai sebagai keluarga yang baik.

Identifikasi Pengetahuan, Sikap, Perilaku (PSP) Keluarga Tentang Kesehatan


Dasar
1. Pencegahan Penyakit
Pengetahuan mengenai pencegahan penyakit pada keluarga pasien ini dikatakan
kurang baik. Hal tersebut dilihat dari pasien yang jarang kontrol ke dokter dan
tidak rutin minum obat.
39

2. Gizi Keluarga
Pasien biasa makan 3x sehari dengan menu makanan sehari-hari keluarga ini tidak
menentu. Menu makanan yang biasa disediakan adalah nasi disertai lauk pauk
seperti ikan, ayam, tahu, tempe dan telur. Serta pasien juga sering mengkonsumsi
sayur-sayuran dan jarang konsumsi buah-buahan.
3. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Hygiene personal sudah cukup baik, keadaan rumah juga cukup baik.

4.3 Diagnosis Kedokteran Keluarga


a. Diagnosis Kerja
Hipertensi derajat II tidak terkontrol
b. Bentuk Keluarga
Nuclear family
c. Fungsi Keluarga yang Terganggu
Tidak ada.
d. Faktor yang Mempengaruhi
Gaya hidup pasien.
e. Faktor yang Dipengaruhi
Tekanan darah meningkat
40

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Diagnosa kerja pada pasien Ny. J adalah Hipertensi Derajat II tidak terkontrol.
Diagnosis ditegakkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Berdasarkan hasil anamnesis kepada pasien, diketahui penyakit yang dialami dapat
dicetuskan dari faktor genetik, usia dan kebiasaan pasien seperti kebiasaan pola hidup
yang tidak sehat yaitu makan-makanan tinggi garam dan lemak, jarang berolahraga,
sering konsumsi kopi. Fungsi keluarga pada pasien ini tergolong baik dan semua
anggota keluarga saling mendukung. Pada pasien tidak terdapat fungsi patologis.
Diketahui bahwa Ny. J telah mengidap hipertensi sejak ± 1 tahun yang lalu,
hipertensi tidak terkontrol. Hipertensi pada pasien ini ialah hipertensi primer dimana
hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik).
Selama pengobatan, pasien tidak rutin kontrol dan minum obat jika terdapat keluhan
saja, tentunya pasien juga perlu di edukasi dengan menggunakan metode pendekatan
dokter keluarga yaitu prinsip pelayanan yang holistik dan komprehensif, kontinu,
mengutamakan pencegahan, koordinatif, kolaboratif, penanganan personal bagi setiap
pasien sebagai bagian integral keluarga, mempertimbangkan keluarga, lingkungan
kerja, dan lingkungan tempat tinggal, menjunjung tinggi etika dan hukum, dapat
diaudit dan dipertanggungjawabkan, serta sadar biaya dan sadar mutu.
5.2. Saran
1. Pasien
Diharapkan pasien lebih sadar akan kesehatannya dan lebih sering memeriksakan
kesehatannya untuk mencegah agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih parah
dikemudian hari.

2. Klinik Dokter Keluarga FK UMP


Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat
melalui edukasi dalam upaya promotif dan preventif kesehatan masyarakat secara
langsung yaitu berkunjung kerumah pasien.
41

DAFTAR PUSTAKA

1. Anggraini, et al. 2015. Buku Ajar Kedokteran Keluarga. Website:


http://repository.unimus.ac.id/290/1/BUKU%20ajar%20kedokteran%20kelua
rga.pdf.
2. Murti, 2011. Keterampilan Kedokteran Keluarga: Kunjungan Pasien di Rumah
Wahyuni, A.S.2003. Pelayanan Dokter Keluarga. http://usu.ac.id.
3. YULIASARI, dkk. 2018. Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Manajemen
Hipertensi. Jurnal Medula, 8.1: 65-70.
4. Riskesdas. 2018. Pemberantasan Penyakit Tidak Menular dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta.
5. Prasetyawati, A. 2010. Kedokteran Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
6. Tanto, C. 2014. Kapita Selekta Kedokteran (4th ed.). Jakarta: Media Aesculapius.
7. Oparil, S., Acelajado, M.C., Bakris, G.L., Berlowitz, D.R. 2019. Hypertension.
PMC.:1- 48.
8. Arsita, Prasetyawati E. 2010. Kedokteran Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
9. Sartik, RM., Suryadi T., dan M. Zulkarnain. 2017. Faktor-Faktor Risiko dan Angka
Kejadian Hipertensi pada Penduduk Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
10. KEMENKES, RI. 2013. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi.
Direktorat pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
11. ESH and ESC. 2013. ESH/ESC Guidelines For the Management Of Arterial
Hypertension. Journal of Hypertension.
12. Sudoyono, Aru W. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing.
13. Alwi, I., Simon S., Rudi H., et al. 2019. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit
Dalam: Panduan Praktik Klinis. Jakarta: Interna Publishing
42

LAMPIRAN

Home Visit Pasien Bagian Depan Rumah

Ruang Tamu Ruang Keluarga

Kamar Tidur Kamar Mandi


43

Dapur Bagian Belakang Rumah

Anda mungkin juga menyukai