Oleh :
Melenia Rhoma Dona YS, S. Ked
Pembimbing :
dr. Adhi Permana, Sp.PD
Refera
Judul:
Chronic Kidney Disease (CKD)
Oleh:
Telah dilaksanakan pada bulan September 2022 sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam di
RS Muhammadiyah Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Chronic Kidney Disease (CKD)” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah
kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Adhi Permana, Sp.PD selaku pembimbing yang telah memberikan
masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian referat ini.
2. Rekan sejawat, serta semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan menambah
keilmuan bagi semua.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
memberi tempat lobus hepatis dextra yang besar. Ginjal dipertahankan dalam
posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kedua ginjal dibungkus oleh dua
lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
guncangan.6
Ginjal adalah organ penting yang memiliki peran cukup besar dalam
pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal
yaitu sebagai pengatur air, konsentrasi garam dalam darah, keseimbangan asam
basa darah dan pengatur eksresi bahan buangan atau kelebihan garam. Proses
pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian
glomerulus sebagai penyaring cairan. Cairan yang tersaring kemudian mengalir
melalui tubulus renalis yang sel–selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan.
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi
kimia darah serta lingkungan dalam tubuh dengan mengeksresi zat terlarut dan air
secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui
glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang
sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan
keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin.8
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian
akan mengambil zat - zat yang berbahaya dari dari darah. Zat – zat yang diambil
dari darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke
ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila
orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan memungkinkan, maka
urin yang ditampung di kandung kemih akan dikeluarkan lewat uretra. Tiga proses
utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi, reabsorpsi
dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang
hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula bowman. Kebanyakan
zat dalam plasma kecuali protein, difiltrasi secara bebas sehingga konsentrasinya
pada filtrat glomerulus di kapsula bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya
zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi
kemudian direabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian akan dieksresi.6
4
\
2.2 Definisi2
Penyakit ginjal kronik atau bisa disebut chronic kidney disease (CKD)
merupakan abnormalitas fungsi dan struktur ginjal. CKD terjadi secara
irreversible, yang berkembang secara perlahan dan progresif pada suatu derajat
yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal. Kriteria penyakit ginjal kronik yaitu:2
2.3 Epidemiologi
5
tahun 1990, kemudian naik ke peringkat 18 di tahun 2010. 9 Menurut united states
renal data system (USRDS), proporsi pasien dengan CKD mengalami
peningkatan, jumlah pasien penderita CKD sebelumnya 2,7% pada tahun 2000
menjadi 13,8% pada tahun 2016. Prevalensi CKD di Amerika Serikat dengan
jumlah penderita meningkat setiap tahunnya.3 Berdasarkan data Riskesdas
2018, CKD di Indonesia lebih banyak dijumpai pada laki-laki (0,3%)
dibandingkan dengan perempuan (0,2%). Berdasarkan karakteristik umur,
prevalensi tertinggi pada kategori usia diatas 75 tahun (0,6%), dimana mulai
terjadi peningkatan pada usia 35 tahun ke atas.4
2.4 Etiologi
Penyebab tersering penyakit ginjal kronik atau chronic kidney disease (CKD)
yang diketahui adalah diabetes melitus, selanjutnya diikuti oleh hipertensi dan
glomerulonefritis. Penyebab lainnya dapat berupa idiopatik.5 Namun penyebab-
penyebab dari CKD dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi ginjal yang
terlibat:10
4. Nefropati obstruktif dapat berupa batu ginjal bilateral dan hiperplasia prostat.
6
5. Infeksi parasit (yang sering berupa enterobiasis) dapat menginfeksi ginjal dan
menyebabkan nefropati.
1. Gejala dini : Sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi. Sakit kepala awalnya pada
penyakit CKD memang tidak akan langsung terasa, namun jika terlalu
sering terjadi maka akan mengganggu aktifitas. Penyebabnya adalah ketika
tubuh tidak bisa mendapatkan oksigen dalam jumlah cukup akibat
kekurangan sel darah merah, bahkan otak juga tidak bisa memiliki kadar
oksigen dalam jumlah yang cukup. Sakit kepala akan menjadi lebih berat
jika penderita juga bermasalah dengan anemia.
2. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia atau mual disertai muntah, nafsu
makan turun, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau
tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi
mungkin juga sangat parah. Anoreksia adalah kelainan psikis yang diderita
seseorang berupa kekurangan nafsu makan mesti sebenarnya lapar dan
berselera terhadap makanan. Gejala mual muntah ini biasanya ditandai
dengan bau mulut yang kuat yang menjadi tidak nyaman, bahkan
keinginan muntah bisa bertahan sepanjang waktu hingga sama sekali tidak
bisa makan. Pada nafsu makan turun disebabkan karena penurunan nafsu
makan berlebihan, ginjal yang buruk untuk menyaring semua racun
menyebabkan ada banyak racun dalam tubuh. Racun telah mempengaruhi
proses metabolisme dalam tubuh.
7
sehingga produksi eritropoietin berkurang.
2. Peningkatan tekanan darah akibat kelebihan cairan dan produksi dari
hormon vasoaktif yang diekskresikan oleh ginjal melalui Renin-
Angiotensin- Aldosterone-System (RAAS), menyebabkan resiko penderita
CKD mengalami hipertensi atau penyakit jantung kongestif.
3. Asidosis metabolik akibat akumulasi fosfat dan urea. Asidosis juga dapat
disebabkan oleh penurunan kemampuan produksi ammonia pada sel-sel
ginjal.
4. Anemia defisiensi besi, disebabkan beberapa faktor yaitu peningkatan
inflamasi yang disebabkan akumulasi urea, penurunan eritropoietin, dan
penurunan fungsi sumsum tulang.
5. Hiperkalemia akibat akumulasi kalium dalam darah, dengan gejala seperti
malaise hingga aritmia jantung. Hiperkalemi dapat terjadi jika GFR <25
ml/menit/1,73m2 dimana kemampuan ekskresi kalium oleh ginjal
berkurang.
6. Hiperfosfatemia akibat berkurangnya ekskresi fosfat oleh ginjal,
meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler (fosfat adalah stimulus
kalsifikasi vaskuler)
7. Hipokalsemia akibat stimulasi pembentukan FGF-23 (inhibitor enzim
pembentukan vitamin D) oleh ostosit bersamaan dengan penurunan massa
ginjal. Secara kronis menyebabkan hipertropi kelenjar paratiroid, kelainan
tulang akibat penyakit ginjal, dan kalsifikasi vaskuler.
8. Uremia akibat akumulasi urea pada darah dengan gejala berupa
ensefalopati, perikarditis, dan gastropati. Urea dapat terekskresi melalui
kelenjar keringat dalam konsentrasi tinggi dan mengkristal pada kulit
(uremic frost).
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronis didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar
derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar
derajat penyakit dibuat atas dasar GFR yang dihitung dengan mempergunakan
rumus Kockeroft-Gault berdasarkan penurunan GFR dan peningkatan serum
8
kreatinin sebagai berikut:2
1. Derajat 1 bila telah terjadi kerusakan ginjal namun nilai GFR masih normal
atau meningkat ( > 90 ml/mnt/1,73 m2)
2. Derajat 2 bila telah terjadi kerusakan ginjal dengan GFR menurun ringan (60-
89 ml/mnt/1,73 m2.
3. Derajat 3 bila telah terjadi kerusakan ginjal dengan GFR menurun sedang (30-
59 ml/mnt/1,73 m2)
4. Derajat 4 bila telah terjadi kerusakan ginjal dengan GFR menurun berat (15- 29
ml/mnt/1,73 m2)]
5. Derajat 5 bila telah terjadi gagal ginjal dengan GFR <15 ml/mnt/1,73 m2 atau
sudah membutuhkan terapi hemodialisis (dialisis).
9
obat), penyakit kistik (ginjal polikstik).
2.7 Patofisiologi2
10
Sampai pada GFR di bawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia
yang nyata seperti, uremia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme
fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga
mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas maupun
infeksi saluran cerna, juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo
dan hipervolemia, gangguan keseimbangan elektolit antara lain natrium dan
kalium. Pada GFR di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih
serius, dan pasien sudah membutuhkan terapi pengganti ginjal (renal replacement
therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien
dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.
1. Hemoglobin
Pemeriksaan darah ini digunakan untuk memeriksa kadar protein yang ada di
dalam sel darah merah. Nilai normalnya : untuk pria 14-18 g/dl, dan untuk
perempuan 12-16 g/dl.
2. Albumin
Pemeriksaan darah ini digunakan untuk memeriksa fungsi organ ginjal. Nilai
normalnya : 3,4-5,4 g/dl.
4. Kreatinin (Serum)
5. Klirens
11
Kreatinin Pemeriksaan urine 24 jam untuk mengidentifikasi disfungsi ginjal
dan memonitor fungsi ginjal. Nilai normal : 85-135/menit.
6. Sistasin C
7. CT Scan Ginjal
GFR terukur dianggap sebagai cara yang paling akurat mendeteksi perubahan
fungsi ginjal. Nilai normal : 90-120 ml/menit.
12
Pemeriksaan radiologi ini dilakukan untuk memvisualisasikan pembuluh darah
ginjal guna mendeteksi stenosis arteri renalis, embolisme ginjal, tumor, kista.
19. Radionukleotida
13
2.9 Diagnosis Banding11
2. Glomerulonefritis kronis
3. Nefropati diabetik
4. Nefrolitiasis
5. Nefrosklerosis
2.10 Diagnosis
Gambaran Klinis:
2. Sindrom uremia, yang terdiri dari lelah, letargi, anoreksia, mual muntah,
nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload), neuropati perifer,
14
pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang hingga koma.
Pemeriksaan Laboratorium:
Pemeriksaan Radiologi:
15
Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien
dengan ukuran ginjal yang masih mendekati normal, ketika diagnosis secara
noninvasif tidak bisa ditegakkan. Pemeriksaan histopatologi bertujuan untuk
mengetahui etiologi, menetapkan tatalaksana, prognosis, dan mengevaluasi hasil
tatalaksana yang telah diberikan. Biopsi ginjal kontraindikasi dilakukan pada
keadaan dimana ukuran ginjal yang sudah mengecil (contracted kidney), ginjal
polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan
pembekuan darah, gagal napas, dan obesitas.
Menurut KDIGO tahun 2012, kriteria penegakan diagnosis CKD adalah sebagai
berikut (tabel 1):
Tabel 1. Kriteria CKD (KDIGO 2012)
Kriteria CKD (> 3 bulan)
Tanda kerusakan ginjal Albuminuria (AER 30 mg/24 jam,
(1 atau lebih)
ACR 30 mg/g [3 mg/mmol])
Abnormalitas sedimen urin
Abnormalitas elektrolit dan tubular
Abnormalitas yang terdeteksi dari
Radiologi
Riwayat transplantasi ginjal
2.11 Tatalaksana
16
1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
Tabel 3. Pembatasan Asupan Protein Dan Fosfat Pada Penyakit Ginjal Kronik
17
25-60 0,6-0,8/kg/hari, termasuk ≤10 g
≥0,35gr/kg/hr nilai biologi
tinggi
25-60 0,6-0,8/kg/hari, termasuk ≤10 g
≥0,35gr/kg/hr nilai biologi tinggi
atau tambahan 0,3 g asam amino
essensial atau asam keton
a) Pada orang dengan CKD, harus mengontrol tekanan sistolik <140 mmHg
(dengan kisaran target 120-139 mmHg) dan tekanan diastolic <90 mmHg.
b) Pada orang dengan CKD dan diabetes dan juga orang dengan ACR 70
mg/mmol atau lebih (kira-kira ekuivalent dengan PCR 100 mg/mmol atau
lebih, atau proteinuria 1 g/24 jam atau lebih), diharuskan untuk menjaga
tekanan sistolik <130 mmHg (dengan kisaran target 120-129 mmHg) dan
tekanan diastolic <80 mmHg
Pada CKD dengan diabetes dan ACR lebih dari 2,5 mg/mmol (pria)
atau lebih dari 3,5 mg/mmol (wanita), tanpa adanya hipertensi atau
stadium CKD. Note: Perbedaan kedua batas ACR berbeda diberikan
disini untuk memulai pengobatan ACE Inhibitor pada orang CKD dan
proteinuria. Potensi manfaat ACE Inhibitor dalam konteks ini sangat
18
meninkat jika seseorang juga memiliki diabetes dan hipertensi dan
dalam keadaan ini, sebuah batas yang lebih rendah diterapkan.
CKD pada non diabetic dengan hipertensi dan ACR 30 mg/mmol atau
lebih (kira-kira ekuivalen dengan PCR 50 mg/mmol atau lebih,
proteinuria 0,5 gr/24 jam atau lebih)
CKD pada non diabetic dan ACR 70 mg/mmol atau lebih (kira-kira
ekuivalen dengan PCR 100 mg/mmol atau lebih, proteinuria 1 gr/24
jam atau lebih), tanpa adanya hipertensi atau penyakit kardiovaskular
CKD pada non diabetic dengan hipertensi dan ACR <30 mg/mmol
(kira-kira ekuivalent dengan PCR <50 mg/mmol), atau proteinuria <0,5
gram/24 jam.
4. Anemia
a) Penanganan anemia pada CKD harus dilakukan saat Hb <11 g/dl (atau 10
g/dl pada usia <2 tahun)
19
memperhatikan LFG <60 ml/min/1,73 m2
d) Penanganan anemia
Suplementasi eritropoetin
20
Vitamin D: mempunyai efek langsung terhadap precursor eritrosit
Seluruh terapi pengganti ginjal ekstra korporeal dan peritoneal dialisis pada
dasarnya mempengaruhi pathogenesis anemia pada CKD.
6. Suplementasi besi
a) Target terapi: Ferritin serum >100 mcg/L- <500 mcg/L. Saturasi transferrin
>20% - <40%
b) Dosis:
21
IV: iron sucrose: max 100 mg/minggu
d) Bila ferritin serum >500 mcg/L suplementasi besi distop selama 3 bulan
e) Bila pemeriksaan ulang setelah 3 bulan ferritin serum <500 mcg/L dan
saturasi transferrin <40%, suplementasi besi dapat dilanjutkan dengan dosis
1/3-1/2 sebelumnya.
7. Transfusi darah
d) Pasien dengan defisiensi besi yang akan deprogram terapi EPO ataupun
yang telah mendapat EPO tetapi respons belum adekuat, sementara preparat
besi IV/IM belum tersedia, dapat diberikan transfuse darah dengan hati-hati
8. Nutrisi
22
Pemberian nutrisi yang seimbang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi
dan nutrient. Dianjurkan kecukupan energi >35 kkal/kgBB/hari, sedangkan
untuk usia >60 tahun diberikan 30 kkal/kgBB/hari. Asupan kalori harus cukup
untuk mencegah terjadinya proses katabolic. Bila asupan peroral tidak
memadai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sehai-hari sesuai dengan status
gizi seseorang, dapat ditambahkan nutrisi parenteral. Perbandingan kalori yang
bersumber dari lemak dan karbohidrat sebesar 25% : 75%. Selain itu diberikan
kombinasi dari asam amino esensial dan non esensial. Jumlah maksimal
pemberian karbohidrat adalah 5g/kgBB. Sedangkan lipid diberikan maksimal 1
g/kgBB dalam bentuk fat emulsion 10-20% sebanyak 500 mL. Pasien dengan
gagal ginjal kronis harus mengurangi asupan protein karena protein berlebih
akan menyebabkan terjadinya penumpukan nitrogen dan ion anorganik yang
akan mengakibatkan gangguan metabolic yang disebut uremia.
9. Hemodialisis
a) Indikasi untuk inisiasi terapi dialisis yaitu tidak boleh terlambat untuk
mencegah gejala toksikazotemia dan malnutrisi, tetapi terapi dialisis
terlalu cepat pada pasien CKD yang belum tahap akhir akan memperburuk
faal ginjal (GFR).
Sesi dialisis 3-4 kali per minggu (12-15 jam per minggu)
23
Finansial cukup untuk program terapi dialysis regular selama waktu
tidak
Pemeriksaan imunologi:
2.12 Komplikasi12
24
tubuh. Zat-zat ini dapat berupa: urea, kalium, fosfat. Penyebab komplikasi pada
penyakit ginjal kronik adalah berkurangnya produksi darah akibat kematian
jaringan ginjal yang ireversibel yang menyebabkan produksi eritropoietin yang
berkurang. Penyakit-penyakit yang dapat timbul akibat CAD adalah sebagai
berikut:
1. Sindrom Uremia
Sindrom uremia disebabkan oleh akumulasi urea dalam darah. Akumulasi ini
disebabkan oleh berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengekskresikan urea
sehingga urea diabsorbsi kembali ke peredaran darah dan terakumulasi di
darah. Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh uremia antara lain:
f) Kulit: gatal-gatal, kulit kering, uremic frost (sekresi urea yang berlebihan
melalui kelenjar keringat).
2. Hipoalbuminemia:
Penyakit ini juga disebut “high-output heart failure” penyakit ini pada penyakit
ginjal kronis disebabkan oleh tingginya volume darah akibat retensi cairan dan
25
natrium pada ginjal. Peningkatan volume darah menyebabkan jantung tidak
dapat memompa secara adekuat dan menyebabkan gagal jantung.
4. Anemia
2.13 Prognosis9
26
BAB III
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
5. Manski-Nankervis, J., Thuraisingam, S., Lau, P., Blackberry, I., Sluggett, J.,
Ilomaki, J., Bell, J. and Furler, J. 2018. Screening and diagnosis of chronic
kidney disease in people with type 2 diabetes attending Australian general
practice. Australian Journal of Primary Health, 24(3), p.280.
8. Price, S. A., & Wilson, L.M. 2012. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit. 6 ed. vol. 1. Alih bahasa : Pendit BU, et al. Editor : Hartanto, H., et
al. Jakarta: EGC
11. Webster AC, Nagler EV, Morton RL, Masson P. 2017. Chronic Kidney
Disease. Lancet;389:1238-52.
28